Yasmin juga tidak peduli kalau ini rumahnya dan dialah tuan rumahnya.Dia hanya ingin menjauhi wanita gila ini!Kenapa wanita itu memegang pisau? Apa dia mau membunuh orang?Karena Yasmin menuruni tangga terlalu cepat, dia hampir jatuh.Dia memegang pembatas tangga erat-erat, baru dia tidak jatuh dengan mengenaskan.Saat dia mencapai lantai tiga, kakinya sudah tidak bisa bergerak.Melihat Dahlia tidak mengejarnya, Yasmin baru bersandar di dinding dan menenangkan napasnya yang cepat.Mengerikan sekali!Dia tidak menyangka ternyata ibunya Irene orang seperti itu.Namun, apa Yasmin benar-benar seperti orang yang dikatakannya?Yasmin tidak bisa membayangkannya ....Ketika dia sedang menuju ke bawah, tiba-tiba dia mendengar ada suara keras. Itu mengejutkan Yasmin yang sedang ketakutan sehingga dia terjatuh duduk di anak tangga.Dia mengira itu Dahlia mengejarnya, jadi dia berlari ke bawah sekuat tenaganya.Saat dia tiba di lantai dua, dia melihat penghuni-penghuni lantai dua keluar. Mereka
Orang-orang di sana menghampiri Yasmin, lalu mengepungnya. Kebetulan ada celah dan Yasmin melihat Dahlia tergeletak di tanah dengan pisau tertancap di punggungnya. Wajah Dahlia menghadap ke sini dan matanya terbuka lebar. Kepalanya terbelah dua ...."Aaa!" Yasmin menjerit ketakutan, lalu dia menutup mulutnya. Dia tidak berani percaya apa yang sedang dilihatnya.Bagaimana bisa ...?"Ternyata wanita cantik sepertimu memiliki hati yang sangat kejam!""Isi hati manusia memang sulit ditebak!"Yasmin mendengar orang-orang itu mengatainya. Dia tahu kalau mereka sudah salah paham. Dia bergegas menjelaskan, "Bukan aku. Ini nggak ada hubungannya denganku. Aku nggak membunuh orang!""Apa kamu kira kami akan memercayaimu? Ada saksi melihat kalian bertengkar!""Nona, ketika polisi datang, lebih baik kamu jujur saja. Mungkin kamu bisa menghindari hukuman mati.""Sayang sekali. Dia cantik, tapi bisa-bisanya dia membunuh orang."...Yasmin mendengar mereka memfitnahnya dan sangat terkejut. Dia tidak b
"Nona Yasmin, kami mencurigai kamu ada hubungan dengan kasus pembunuhan ini. Kami berharap kamu bisa mengikuti kami kembali ke kantor polisi untuk membantu penyelidikan," ujar Winston.Yasmin merasa jantungnya nyaris berhenti berdetak. "A ... aku nggak membunuhnya. Aku nggak ....""Kalau bukan kamu pembunuhnya, kami tentu nggak akan menuduhmu. Bawa dia pergi." Kalimat terakhir dituju pada rekan kerjanya.Yasmin pun dibawa ke kantor polisi.Dia duduk di ruang interogasi dan berhadapan dengan polisi yang menginterogasinya. Ada seorang perekam duduk di sebelah menghadapi laptop.Yasmin menundukkan kepalanya dan melihat dirinya duduk di kursi. Semua orang melihatnya seakan-akan dia adalah tahanan sekarang."Namamu Yasmin Tanoto dan kamu penghuni lantai lima." Winston berkata, "Apa kamu bisa memberitahuku apa hubunganmu dengan almarhum?"Mata Yasmin berkaca-kaca dan dia terlihat gugup. Dia gelisah dan tidak berbicara.Dia sangat takut. Apa dia akan masuk penjara ...?"Nona Yasmin, aku berha
Atasan segera berjalan mendekat untuk menghentikan Winston. "Diam ...."Winston tidak peduli. "Maaf, aku adalah profesional. Aku nggak akan melepaskan atau menuduh siapa pun."Daniel tersenyum dengan kesal. "Winston, ya?"Aura kuat Daniel menyelimuti Winston, tapi Winston tidak tampak ketakutan. "Ya. Aku berharap Tuan Daniel nggak mempersulitku. Selain itu, almarhum bernama Dahlia Oktavia. Aku tahu kalau putrinya mengenal Tuan Daniel. Lebih baik aku menyelidiki ini dengan jelas, 'kan?""Mempersulitmu?" Daniel berjalan ke arah Yasmin, lalu dia duduk di kursi yang dipindahkan Rafael, yaitu di sebelah Yasmin. Daniel menyilang kedua kakinya. "Lanjutkan interogasimu. Aku juga ingin tahu sebenarnya siapa yang membunuh Dahlia."Yasmin melihat sisi wajah Daniel dan matanya menjadi redup.Saat Yasmin melihat Daniel tadi, dia sudah tidak merasa begitu takut.Namun, ketika dia mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Daniel, dia menjadi tidak yakin."Tuan Daniel, ini nggak sesuai hukum," ucap Wi
Saat Yasmin mendengar itu, dia menjadi gugup.Yang meninggal adalah ibunya Irene dan yang tersangka adalah Yasmin. Apa Irene akan melepaskannya?Yasmin memeluk lengan Daniel dengan gelisah. Dia berkata dengan mata berkaca-kaca, "Jangan pergi. Jangan tinggalkan aku sendirian di sini. Aku takut ...."Daniel menggenggam tangannya. "Jangan takut. Aku berada di luar saja dan akan segera kembali.""Jangan pergi ...." Yasmin menggelengkan kepalanya."Aku nggak hanya nggak akan pergi, tapi aku juga harus membawamu keluar hari ini." Nada Daniel sangat tegas dan cukup besar untuk setiap orang di ruang interogasi mendengarnya. Dia membelai wajah pucat Yasmin dan berkata, "Dengarkan aku. Aku akan segera kembali."Kata "dengarkan aku" seperti sebuah kutukan. Itu langsung menanam ke hati Yasmin.Dia melepaskan tangannya yang memeluk Daniel. Dia ingin meraih lengan baju Daniel, tapi dia menyadari jari-jarinya sangat kaku.Yasmin melihat Daniel keluar dari ruang interogasi dan menutupi pintu bersama h
Yasmin terkejut. Dia memegang tangan Romeo dengan erat. "Aku nggak mau tinggal di sini. Daniel, kamu harus percaya padaku, aku benar-benar nggak membunuh orang. Aku benar-benar nggak melakukannya ...""Aku tahu.""Bawa aku pergi. Aku nggak mau tinggal di sini, Daniel ....""Satu malam saja. Aku akan mengaturnya, jadi kamu nggak perlu takut. Oke?"Yasmin menggigit bibirnya. Matanya berkaca-kaca. Suasana hatinya terasa sangat murung.Ada yang mengetuk pintu ruang interogasi. Winston masuk, lalu dia mendesak, "Nona Yasmin, silakan ikut kami.""Nggak mau. Daniel, aku nggak mau ...." Yasmin menangis."Dengarkan aku. Kamu akan baik-baik saja tinggal di sini."Kenapa Daniel terus menyuruhnya mendengarkannya? Apa dia hanya bisa menuruti Daniel?Yasmin menundukkan kepalanya. Dia tidak berkata apa-apa dan berdiri, kemudian dia mengikuti Winston keluar dari ruang interogasi.Setelah dia keluar, Irene yang sedang berdiri di luar pintu melihatnya. Mata Irene penuh dengan aura membunuh. Dia ingin se
Pembunuh sama sekali tidak ingin Dahlia hidup.Kompleks itu lumayan lama, jadi tidak ada kamera CCTV. Mereka tidak bisa melihat apa ada orang mencurigakan yang lain.Dengan pengalaman Winston yang sudah menangani kasus bertahun-tahun, dia merasa ada yang aneh dengan masalah ini. Ini bukan keraguan, melainkan intuisi.Tentu saja, penanganan kasus tidak bisa mengandalkan intuisi, tapi bukti nyata.Bagaimanapun juga, dia akan berusaha mencari keraguan lain. Kalau tidak, Yasmin-lah pembunuhnya.Ketika Winston kembali ke kantornya, dia melihat sudah hampir jam dua pagi. Namun, dia tidak berencana pulang untuk tidur.Atasannya sudah memberinya perintah kalau dia harus menemukan kebenaran dari kasus ini atau mereka akan dipecat.Winston sungguh tidak menyangka ternyata Yasmin memiliki Daniel sebagai pendukung.Orang ini bisa menyebabkan bencana ekonomi nasional hanya dengan menginjak kakinya. Sejujurnya, Winston berada di bawah banyak tekanan.Saat ini, Irene datang.Winston yang sedang merok
"Jangan naif. Dia hanya menghiburmu. Dia nggak hanya nggak akan menjemputmu besok, tapi begitu juga dengan lusa." Irene langsung memberi tahu Yasmin kenyataan yang kejam ini.Yasmin syok. Dia mundur beberapa langkah. "Nggak mungkin .... Dia nggak mungkin melakukan itu ....""Kamu sudah membunuh ibuku dan Daniel sangat marah. Bagaimana mungkin dia akan memaafkanmu?" Irene berkata, "Pada akhirnya, orang yang dicintai Daniel adalah aku. Dia menikahimu hanya karena anak-anak. Apa yang bisa kulakukan kalau kamu nggak menerima kenyataan ini?"Air mata Yasmin terus mengalir. Pandangannya menjadi kabur saat dia mengangkat kepalanya. Meskipun begitu, dia masih bisa melihat wajah sombong Irene dan itu jelas menunjukkan kalau dirinya sudah ditinggalkan.Rasa sakit yang menusuk menyelimuti hatinya.Saat Irene menoleh ke Winston, ekspresinya langsung menjadi lembut. "Pak Winston, ada hal pribadi yang ingin kukatakan pada Yasmin. Apa kamu bisa ....""Cepat." Winston pun pergi.Irene mengalihkan tata
"Lauren yang nggak tahu malu dan bersikeras melengket dengan Evan! Tante nggak perlu khawatir. Aku bisa menanganinya." Sofia terlihat sombong. Bagaimana mungkin dia merasa terancam oleh wanita yang berasal dari daerah kumuh? "Tapi, bagaimana Tante bisa tahu?"Melihat Sofia masih belum mengetahui apa-apa, Jessy pun berkata, "Lauren ini sedang hamil.""Apa?" Raut wajah Sofia berubah drastis. Suaranya menjadi tinggi.Saat Jessy melihat Sofia mau naik darah, dia berkata, "Ketika aku berada di toilet, aku mendengar istri Daniel mengatakannya. Aku merasa kamu pasti nggak tahu, jadi aku memberitahumu.""Aku mau membunuh Lauren si wanita jalang itu! Dasar nggak tahu diri! Bisa-bisanya sampah sepertinya ingin berebutan denganku. Aku akan bertanya pada Evan ....""Tunggu." Jessy menahannya."Tante, aku nggak bisa berpura-pura nggak tahu tentang hal ini!""Apa yang bisa kamu lakukan setelah mengetahuinya? Kalau kamu membuat keributan, kamu yang malu. Sekarang yang paling penting adalah kamu harus
"Iya, aku meneleponnya. Nanti malam aku ingin pergi menemuinya," kata Yasmin."Nggak perlu," tolak Evan.Alis Yasmin pun berkerut. "Kenapa? Paman, kamu seperti ini salah. Kamu sudah melukai dua orang.""Aku tahu apa yang sedang kulakukan." Evan tidak ingin membicarakan ini lagi.Sofia datang. Dia bersandar pada Evan, lalu bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa wajah Yasmin terlihat sangat serius?"Yasmin berkata, "Wajahku menjadi terlihat serius karena aku memakai masker. Hebat."Sofia sengaja tertawa.Evan merangkul Sofia. "Ayo cari tempat untuk makan. Apa kamu lapar?""Lapar. Evan, kamu sangat baik padaku.""Selamat menikmati, Yasmin." Setelah Evan mengatakan itu, dia pergi bersama Sofia.Yasmin melihat tampang mereka berdua yang tampak mesra. Ini benar-benar tidak pantas bagi Lauren.Dia pun berbalik dan pergi ke toilet.Dia tiba di depan toilet wanita dan baru saja ingin membuka pintu."Yasmin." Daniel muncul dari belakang. "Jangan berkeliaran."Jessy yang hendak menar
Anak-anak berlari keluar untuk bermain. Yasmin berdiri, lalu mengingatkan mereka, "Jangan nakal, ya!"Jessy tertawa. "Ketiga anak kecil itu benar-benar menggemaskan. Aku sangat suka melihat mereka."Juan berkata, "Kalau begitu, minta James cepat mencari istri agar dia juga dapat melahirkan anak."James mengerutkan alisnya. "Bukankah itu terlalu cepat untukku? Bukankah sekarang sudah ada yang lebih modern? Setelah bertunangan, kamu bisa melewatkan pernikahan dan langsung mempunyai anak!"Sofia melihat Evan dengan senang, kemudian mengulurkan tangan untuk memeluk lengan Evan.Meskipun Evan diam saja, Sofia tetap sangat senang.Hari ini adalah hari pertunangannya. Akhirnya hari ini tiba juga.Ketika mereka tidur bersama malam ini, Sofia tentu bisa hamil.Jessy memelototi James. Walaupun apa yang dikatakan James benar, dia tidak boleh mengatakan hal yang begitu memalukan!Lalu, dia sengaja mengatai putranya, "Kamu juga sudah nggak muda. Jangan membuat keluargamu cemas. Kapan kamu akan memb
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Yasmin."Nggak tahu. Yasmin ... aku hamil." Lauren memberitahunya. "Jalan keluarku semuanya sudah diblokir Evan."Yasmin terkejut. "Hamil ....""Dia mengganti pil KB-ku dan membuatku hamil. Evan ... benar-benar membuatku jijik!"Yasmin dapat merasakan keputusasaan Lauren.Di keputusasaannya Lauren, apa yang bisa dilakukan tentang pertunangan Evan?Evan tahu Lauren sedang hamil anaknya, tapi dia tetap pergi bertunangan dengan wanita lain. Dia benar-benar parah.Lauren menghibur dirinya sendiri, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Manusia tetap harus berpikiran terbuka, 'kan?"Pada hari pertunangan Evan, Yasmin dan Daniel membawa anak-anak ke Kota Greya.Saat melihat daftar nama tamu, tidak ada yang menyangka Daniel, penguasa Kota Imperial, akan muncul.Hubungan itu tentu membuat Keluarga Darsono puas.Mereka mengadakan pestanya di hotel termewah Kota Greya. Mereka memesan seluruh gedung.Helikopter mendarah di atap. Setelah mereka tiba di lantai satu
Lauren sendiri tidak tahu siapa ibu kandungnya.Ayah tirinya bukanlah orang baik, sementara ibu angkatnya berpura-pura tidak melihatnya. Mereka menjalani hidup yang susah setiap hari.Dia selalu berpikir kenapa orang tua kandungnya tidak menginginkannya? Apa dia diculik orang seperti kakak kandung James?Kalau seperti itu, Lauren akan merasa sedikit lebih baik.Setidaknya dia bukan dibuang ...."Omong-omong, kakakku sangat hebat. Apa kamu tahu apa yang dia ambil pada pesta ulang tahunnya yang pertama?""Kalkulator? Pulpen? Makanan? Uang?" Lagi pula, tidak ada yang perlu dilakukan Lauren, lebih baik mengobrol dengan James."Semuanya salah. Dia memegang tangan kakekku.""Ha?" Itu benar-benar di luar sangka Lauren."Makanya, kakekku sangat senang. Dia langsung mengumumkan kalau kakakku akan menjadi penerus Keluarga Darsono." Setelah James berbicara dengan penuh semangat, suaranya berubah menjadi kecewa ketika dia berkata, "Tapi, kakakku nggak mempunyai takdir itu ....""Takdir setiap oran
Lauren tidak hanya memahami ancaman itu, tapi tubuhnya juga mendingin.Selama anak ini ada, semuanya baik-baik saja. Begitu anak ini tidak ada, pembunuhan apa pun bisa terjadi.Tak peduli apa Lauren sengaja menggugurkan anak ini atau tidak.Dia bertanggung jawab.Besok pagi, Evan menemani Lauren makan sarapan sebelum pergi. Dia memegang jasnya dan naik mobil. Suasana hatinya tampak sangat bagus.Lauren berjalan ke pintu, lalu melihat mobil Bentley hitam itu melaju pergi. Kemudian, gerbang tertutup secara otomatis.Evan pergi atau tidak itu tidak terasa berbeda.Lauren merasa ada kamera di mana-mana sehingga dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.Dia pergi ke kamar mandi, lalu melihat bagian belakang cermin kecil. Benda tersebut masih di sana.Dia benar-benar ingin mencabutnya, kemudian melemparkannya ke dalam toilet.Namun, apa yang dikatakan Evan tidak boleh dianggap remeh. Kalau Lauren membuang kamera ini, akan muncul kamera kedua.Terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur. L
"Kamu salah. Aku keluar untuk melihat bulan. Kapan aku ingin melarikan diri?" bohong Lauren dengan ekspresi datar."Lauren, kamu jangan berbohong tanpa berkedip. Kami semua melihatmu! Kenapa kamu mau keluar untuk melihat bulan? Apa di dalam nggak ada bulan?" Pada akhirnya, Zarco masih mementingkan harga dirinya sebagai pria.Dia sudah ditampar dan dihantam kepalanya. Dia sangat malu!"Rasa melihat bulan di luar dan dari dalam berbeda," balas Lauren. Dia tidak ingin mengalah pada Zarco. "Selain itu, dia sudah bersikap nggak sopan padaku. Apa aku nggak boleh memberinya pelajaran? Evan, kamu nggak bisa membiarkan anak buahmu selalu menindasku, 'kan?""Kak Evan, aku nggak ...." Zarco baru ingin membela diri, tapi kemudian Evan menyelanya."Obati lukamu."Zarco menggertakkan giginya dan amarah memenuhi hatinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena ada Evan. Maka itu, dia pergi bersama anak buah lainnya.Evan menatap Lauren. Tatapan matanya yang tajam seperti monster yang menghantui
"Kamu pasti nggak memberitahunya kalau aku hamil," kata Lauren."Aku bilang aku menyembunyikanmu di luar." Evan bersandar ke kursi ruang kerjanya dan meregangkan kaki panjangnya. "Dia nggak peduli. Walaupun dia tahu, dia nggak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya nggak suka repot.""Kalau kita menggugurkan anak ini, maka nggak akan ada repot," kata Lauren."Aku lebih memilih membunuh orang tua itu."Kekejaman Evan mengejutkan Lauren, jadi Lauren tidak ingin lanjut berbicara dengannya. "Aku mau tidur. Sudah, ya."Setelah mematikan telepon, dia melirik cahaya terakhir di cakrawala sebelum berjalan kembali.Dia tidak meragukan kalau Evan tidak peduli dengan ikatan keluarga. Orang tua angkatnya Lauren dan Juan bukanlah siapa-siapa bagi Evan.Namun, dia bersikeras menginginkan anak.Lauren ingin sekali bertanya padanya apa dia tahu bagaimana cara mendidik anak?Bagi orang yang tumbuh di daerah kumuh, hal yang paling mereka kurang adalah kasih sayang ...Lauren tahu Evan tidak akan datang. Dia
"Aku setuju untuk bertunangan, tapi syaratku adalah kamu nggak boleh mencari Lauren," ujar Evan dengan tajam.Juan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menentukan waktunya."Evan sengaja bertanya, "Apa kamu akan mengundang istrimu ke pertunanganku?"Ekspresi Juan menjadi masam. "Dia dirawat dengan baik di rumah sakit jiwa, jadi dia nggak boleh keluar."Selesai makan malam, Evan tidak menetap dan langsung pergi.Dia meninggalkan Juan sendirian di meja makan.Pengurus rumah berjalan mendekat. "Tuan Besar, apa Anda ingin saya memanaskan sopnya? Saya melihat Anda nggak meminum sesendok pun.""Apa aku bisa menelannya?" Juan meletakkan sendok garpunya."Pria mencari wanita bukan hal yang perlu dikhawatirkan," hibur pengurus rumah."Wanita ini berbeda. Dia adalah mantan istri Gilbert." Juan tidak pernah meremehkan Lauren. "Aku bisa melihat dia itu wanita yang cukup kejam karena bisa melemparkan Gilbert ke penjara. Kalau Evan jatuh ke tangannya lagi ....""Tuan Besar nggak perlu khawati