Polisi mencari dari pagi sampai malam.Sekarang sudah jam enam. Langit di pegunungan lebih cepat menggelap.Kesulitan pencarian juga akan meningkat pesat.Yasmin berdiri di depan mobil RV dan merasa sangat gelisah.Kalau mereka masih belum menemukan Klara malam ini, maka dia sudah menghilang selama tiga hari dua malam.Sepertinya Yasmin tidak mendengar Daniel sedang berbicara di telepon.Daniel baru mematikan telepon, lalu ada telepon masuk lagi. Kali ini Rafael yang meneleponnya. "Tuan Daniel, kami sudah menemukannya. Tapi, kondisinya kurang baik. Lebih baik Anda datang sendirian.""Aku mengerti."Yasmin menoleh ke Daniel yang sedang menatapnya, kemudian dia bertanya, "Bagaimana?""Mereka terlalu lambat. Aku akan pergi sebentar.""Aku juga mau ikut." Yasmin berkata dengan lemas, "Aku nggak mau menunggu sendirian di sini."Daniel menggenggam tangan Yasmin, lalu membawanya kembali ke mobil RV. Dia mendudukkan Yasmin di sofa. "Sekarang sudah gelap. Kamu pergi hanya akan mengganggu pencar
"Aku mati juga bagus. Dengan begitu, aku bisa bertemu dengan Andy ...." Dengan tenaganya yang terakhir, Klara meraih tangan Daniel. "Biarkan aku sendiri menanggung kesalahanku. Jangan ... jangan sakiti Yasmin la ... gi ....""Bu!" Yasmin turun dari mobil, kemudian berlari ke arah Klara.Setelah Klara mengucapkan kata terakhirnya, dia mengembuskan napas terakhirnya dan tangannya yang memegang tangan Daniel jatuh ke tanah."Ibu!" Yasmin berlari kemari. Ketika dia melihat Klara yang berbaring di tanah dengan mata terpejam, kakinya langsung menjadi lemas dan dia berlutut. "Ibu, aku sudah datang. Ibu, bicaralah denganku. Kami akan mengantarmu ke rumah sakit. Ibu, bicaralah. Daniel, kenapa dia diam saja? Kenapa ...."Polisi yang berdiri tak jauh dari mereka berkata, "Dia kehilangan terlalu banyak darah ...."Sebelum polisi itu bisa menyelesaikan kalimatnya, Daniel meliriknya dengan tajam dan polisi itu pun terdiam. Dia menundukkan kepalanya, lalu mundur beberapa langkah.Yasmin kehilangan ke
Yasmin tidak berani percaya kalau orang di depan matanya adalah ibunya.Bagaimana mungkin ini ibunya? Dua hari yang lalu, ibunya masih baik-baik saja. Bagaimana mungkin?"AAAAAAAA!!!" Yasmin kehilangan kendali dan berteriak sekuat-kuatnya. Dia memegang kepalanya sendiri dan berteriak. "AAAAAAAAA!!!"Daniel menutupi wajah Klara dengan kain putih, kemudian memeluk Yasmin agar dia tidak melihatnya. Lalu, dia membawa Yasmin keluar.Mereka baru saja keluar, lalu polisi datang dan berkata, "Tuan Daniel, orang dari kuburan menelepon dan katanya dia melihat ada orang mendekati almarhum."Tatapan mata Daniel menjadi tajam. "Kenapa sebelumnya dia nggak mengatakan apa-apa?""Karena sebelumnya dia nggak tahu akan terjadi hal sebesar ini kepada almarhum.""Bawa dia kemari!"Namun, Daniel tidak pernah menyangka orang yang dibawa ke hadapannya bakal Jason Guntur.Daniel menyipitkan matanya ketika dia melihat Jason.Yasmin yang duduk di kursi sebelahnya berdiri. Dia tercengang saat melihat Jason.Baga
"Aku nggak ingin terlibat dengannya. Ekspresi Jason menjadi masam. "Aku berjalan-jalan di sekitar area makam kemarin pagi karena nggak ada yang perlu kulakukan. Lalu, aku melihatnya. Aku marah karena melihat tampangnya yang sedih untuk pria lain. Aku pun mengejeknya beberapa kali. Alasan pertengkaran kami karena ... aku menendang gelasnya. Lalu, wanita gila itu mencakarku. Begitu saja ...."Jason mengangkat lengan bajunya untuk menunjukkan bekas cakar Klara di lengannya."Setelah itu?""Dia terus memukulku, jadi aku mendorongnya. Setelah itu, aku pergi," kata Jason."Kalau begitu, apa kamu ada melihat orang lain?" tanya polisi."Nggak. Saat itu aku sangat marah, jadi aku langsung pergi ...." Sampai di sini, Jason berhenti."Apa kamu mengingat sesuatu?" tanya polisi.Daniel berkata dengan nada dingin, "Lebih baik kamu mengatakan semuanya atau aku nggak akan memaafkanmu!""Setelah aku pergi dengan marah, aku melihat ada orang lain datang ke kuburan," ingat Jason."Siapa itu?""Aku agak j
Pertama adalah tantenya yang juga dibunuh orang. Sampai sekarang pembunuhnya belum ditemukan.Dia tidak percaya kini ibunya juga sudah tiada.Setelah hanya berpisah satu malam, sekarang mereka berpisah untuk selamanya.Satu per satu orang tua meninggalkannya. Sebenarnya apa kesalahannya? Kenapa Tuhan memperlakukannya seperti ini?Bibi datang. Dia terkejut ketika melihat guci. "Nona Muda, apa ini?""Abu ibuku ....""Apa?" Bibi terkejut. Dia curiga apakah yang dikatakan Yasmin benar atau tidak. Ketika dia melihat kondisi Yasmin yang lemas, dia pun percaya.Bagaimana Klara bisa tiba-tiba pergi?"Bibi, di mana bubur buatan ibuku? Aku lapar.""Bubur? Aku nggak melihatnya," kata Bibi."Pagi kemarin dia bilang dia memasak bubur untukku, tapi aku buru-buru keluar dan nggak memakannya ...." Mata Yasmin menjadi panas, kemudian air mata menetes.Dia merasa sangat menyesal.Kenapa dia tidak memakan bubur masakan ibunya? Ke depannya dia nggak bisa memakannya lagi ...."Itu pasti sudah nggak bisa di
Daniel berjalan mendekat, lalu dia menatap Yasmin dan bertanya, "Sampai kapan kamu mau berbaring.""Ini adalah tempat yang kamu benci. Benar-benar nggak mudah untukmu masuk ke sini," ujar Yasmin dengan datar.Daniel duduk di sebelahnya, kemudian matanya tertuju pada abu guci di atas meja kopi."Kamu ingin makan apa?""Aku hanya ingin kamu pergi." Yasmin tidak ingin melihat Daniel.Daniel berdiri. Namun, dia bukan pergi ke luar, melainkan menuju ke dapur. Dia membawa keluar makanan, lalu meletakkannya di sebelah guci abu.Setelah itu, dia menarik Yasmin dengan paksa."Lepaskan!" Yasmin meronta.Daniel menekannya ke sandaran kursi. Dia mendekatkan wajahnya yang tajam dan berkata, "Aku menyuruhmu makan!"Napas Yasmin terdengar lemah. Dia sudah seharian tidak makan."Daniel, kamu yang mencelakai ibuku. Kamu!" Dia menangis. "Selama ini kamu merasa ibumu mati gara-gara ibuku. Sekarang dia sudah mati, jadi kebencianmu sudah menghilang, 'kan? Bisakah kamu jangan menggangguku lagi."Wajah Danie
Yasmin membuat janji di sebuah kafe yang tak jauh dari Akademi Pinokio.Kafe itu juga dekat dengan sekolah umum itu.Dia belum sampai, tapi Raymond sudah. Bagaimanapun juga, kafe ini lebih dekat dengan Raymond.Mereka duduk di ruangan semi terbuka yang terletak dekat dengan jendela. Mereka dapat melihat bagian luar dan tidak terlalu menyesakkan.Raymond sangat pengertian.Hanya saja, Raymond tercengang saat dia melihat Yasmin.Setelah Yasmin duduk, dia bertanya, "Wajahku sangat pucat, ya? Aku terlihat menakutkan dan seperti orang yang tidak terkena sinar matahari selama setahun?"Raymond terpaksa bertanya, "Apa Tante ... baik-baik saja?"Karena Yasmin tidak seperti ini pada pertemuan terakhir mereka.Yasmin sudah bisa mengendalikan emosinya, tapi matanya masih langsung terasa panas dan perih.Setelah dia menenangkan dirinya, dia berkata, "Ibuku ditinggalkan di gunung yang nggak jauh dari makam ayahku. Ketika kami menemukannya, semuanya sudah terlambat."Raymond terkejut. Dia tidak meny
"Kamu berjalan-jalan di mana?"Winnie merasa aneh, jadi dia tersenyum dan bertanya, "Apa kamu juga mau pergi berjalan-jalan? Di Jalan Sentosa. Baju-baju di sana murah dan cantik. Beberapa rekan kerjaku suka berbelanja di sana.""Aku tahu. Aku pernah pergi ke sana."Setelah Winnie mendengar Yasmin mengatakan itu, dia menjadi makin bersemangat. Dia berbicara tentang toko baju itu toko baju ini. Dia berbicara tentang toko mana yang sering dia kunjungi dan lain-lain.Yasmin mendengarnya, tapi kepalanya sedang berpikir apakah orang seperti ini adalah pembunuh?Atau Winnie sedang berpura-pura?Lagi pula, Winnie sudah berkata seperti itu. Nanti Yasmin bisa mengecek rekaman CCTV. Selama dia mengatakan yang sebenarnya dan ada bukti, maka kematian ibunya tidak ada hubungannya dengan Winnie.Karena Winnie masih ada kelas, dia pergi dulu setelah menghabiskan kopinya.Yasmin melihat waktu, lalu berkata, "Sudah saatnya aku pulang juga.""Aku akan mengantarmu.""Nggak perlu. Aku ingin sendirian."Ray
Yasmin tanpa sadar menjauh. Sorot matanya tampak ketakutan. "Jangan ...."Daniel menarik Yasmin ke pelukannya dengan kuat. "Jangan apa?"Yasmin menggigit bibirnya yang gemetar."Apa kamu nggak menyukainya?""Bukan ...." jawab Yasmin dengan sangat lemah."Aku nggak akan menyentuhmu. Tidurlah." Daniel menempelkan kepala Yasmin ke dadanya sambil memeluknya.Yasmin berada di pelukan Daniel dan mendengar suara detak jantungnya yang kuat.Dia menyadari Daniel menjadi mudah marah, terutama kalau itu berkaitan dengannya.Yasmin tidak berani bertanya apa itu karena Raymond. Dia bahkan tidak berani mengungkit nama Raymond.Begitu Daniel marah, Yasmin akan mengalami akhir yang mengenaskan.Kalau begitu, bagaimana dengan Irene?Apa Yasmin tidak boleh memiliki pemikirannya sendiri? Dia hanya boleh dikontrol Daniel ...?Setelah Irene tahu kalau Yasmin dan Daniel sedang bertengkar, dia pergi ke Grup Naga.Dia menghampiri resepsionis, lalu bertanya, "Apa Daniel ada di sini?"Semua orang tahu hubungan
Yasmin bahkan tidak berani membuat Daniel menunggunya di dalam mobil.Setelah dia menenangkan kegugupannya dan tubuhnya yang dingin, dia naik mobil.Mobil meninggalkan alun-alun dan melaju pergi.Jalan itu awalnya sangat ramai, tapi ketika orang-orang melihat mobil Rolls Royce, mereka berinisiatif memberi jalan seolah-olah mereka takut akan menjadi miskin kalau mereka menyentuhnya sedikit pun saja."Wajahmu tampak pucat. Apa kamu nggak enak badan?" tanya Daniel."Nggak ...." Setelah Yasmin menjawab, tangan besar Daniel menggenggam tangan kecil Yasmin.Daniel mengerutkan alisnya. "Kenapa kamu dingin sekali? Pergi ke rumah sakit."Sebelum Yasmin sempat menjawab, dia telah mendengar perintah Daniel.Sopir segera menuju ke rumah sakit.Awalnya Yasmin ingin mengatakan sesuatu, tapi dia membatalkan niatnya.Kalau dia tidak enak badan, mungkin Daniel akan melepaskannya malam ini ....Setelah mereka tiba di rumah sakit, Helen memeriksa Yasmin.Tak peduli pemeriksaan apa itu, karena Helen adala
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump