Yasmin keluar dari gedung perusahaan. Ada sebuah mobil Rolls Royce berhenti tak jauh di situ.Dia bimbang sejenak sebelum menghampiri mobil itu.Dia sudah bertahan hidup begini lama setelah hidup berdampingan dengan iblis itu, jadi dia penasaran apakah dia akan dibunuh setelah mengetahui rahasia itu.Pintu mobil terbuka. Walaupun pria di dalam sedang duduk, itu tidak bisa menyembunyikan tubuhnya yang panjang. Auranya memenuhi seluruh mobil dan bahkan ada yang menyebar keluar.Yasmin yang berdiri di sebelah pintu mobil pun merasa gugup.Dia memperhatikan wajah Daniel, kemudian dia masuk ke dalam mobil dan duduk di sudut.Saat Yasmin melihat ponselnya berada di tangan Daniel, dia tercengang. "Kamu mengambil ponselku? Terima kasih ...." Yasmin mengulurkan tangannya untuk mengambil ponselnya. Sebelum dia bisa mengambilnya, sebuah tangan mencengkeram pergelangan tangannya. "Ah!"Yasmin ditarik sehingga dia jatuh di atas tubuh Daniel.Wajahnya menghangat. Dia ingin bangkit, tapi tangan yang
Kalau bukan itu dan hanya karena dia merasa nyaman, masa seorang CEO Grup Samson tidak bisa menemukan asisten yang sama?"Benar. Bisakah kamu memberiku kesempatan?""Apa kata Lauren? Bagaimana kalau kamu memintanya meneleponku dulu? Kalau dia mau, aku nggak punya pilihan selain melepaskannya," ujar Yasmin.Sebenarnya, dia tidak tega.Tidak mudah baginya untuk menemukan asisten yang dia sukai.Terlebih lagi, Lauren tinggal di Kota Imperial. Apa dia mau pergi ke Kota Greya tanpa berpikir panjang?Dia bukan tipe orang yang impulsif.Setelah panggilan berakhir, Evan berdiri dan naik ke atas.Saat ini dia tidak berada di perusahaan, melainkan rumahnya.Dia membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk.Lauren yang awalnya duduk di sofa langsung berdiri seperti burung yang ketakutan. Dia menatap orang yang masuk itu dengan waswas.Evan berjalan mendekat, kemudian matanya melirik ke surat nikah di meja kopi. Di surat itu hanya ada tanda tangan Evan dan tidak ada tanda tangan Lauren."Berapa lama
Sore hari, Evan keluar untuk menangani sesuatu.Lauren ditinggal sendirian di rumah.Dia boleh berjalan ke mana saja, tapi dia tidak boleh menyentuh alat elektronik atau berperilaku aneh. Kalau tidak, dia akan ditahan.Lauren mengelilingi rumah sebenarnya untuk mencari kesempatan buat melarikan diri.Namun, dia selalu melihat ada pelayan yang mengikutinya.Dia menuju ke gunung belakang di mana ada tebing di pinggir jalan dan sungai di bawahnya.Lauren berdiri di tepi dan melihat ke bawah. Ketika dia bertanya-tanya apa dia bisa melarikan diri kalau dia melompat ke sungai, sepasang mata tiba-tiba muncul ke atas permukaan air dengan tenang. Tatapan mata itu menunjukkan seolah-olah ia bersiap untuk berburu.Setelah dia melihatnya dengan saksama, ternyata itu buaya!Dan buayanya tidak hanya satu. Ada empat buaya yang sebesar satu meter, semuanya besar.Lauren mundur ketakutan. Dia bertanya pada pelayan, "Bagaimana bisa ada begitu banyak buaya di sini?"Buaya adalah hewan karnivora, bukankah
Nova menatap Lauren yang sedang berjalan di depan, lalu dia perlahan-lahan menjadi makin marah.Orang itu jelas-jelas hanya seorang asisten, kenapa dia dapat tinggal di rumah mewah Evan? Mereka bahkan disuruh untuk melayaninya? Apa statusnya lebih tinggi daripada mereka?Saat mereka memasuki aula, Nova merentangkan kakinya untuk membuat Lauren tersandung."Ah!" Lauren pun terjatuh ke lantai.Nova tertawa melihat Lauren terjatuh.Namun, sebelum dia bisa sepenuhnya tersenyum, dia merasa cahaya di sampingnya tiba-tiba menjadi gelap.Dia terkejut saat dia mendongak dan melihat Evan. Lalu, dia buru-buru menundukkan kepalanya.Dia berpikir dengan panik apakah Evan melihat tindakannya yang tadi?Sebelum Lauren bisa berdiri, dia merasa tubuhnya mendadak menjadi ringan dan diangkat oleh seseorang.Dia barusan berpikir betapa kuatnya pelayan itu, tapi kemudian dia melihat wajah Evan yang berkacamata.Dia menarik tangannya dan menjaga jarak dari Evan.Tadi bagaimana dia tersandung? Cuman ada pela
Lauren berbaring telentang seperti daging ikan di talenan. Dia gemetar ketika dia berkata, "Saat aku ditabrak dan diganggu oleh para preman .... Itu semua adalah rencanamu.""Ketahuan, ya?" Evan mencium bibir Lauren dengan kuat. "Kalau aku nggak melakukan itu, bagaimana aku bisa menipu? Tapi, aku sangat marah karena kamu nggak bisa mengenali suamimu sendiri. Kamu nggak seharusnya seperti itu ....""Aa!" Lauren ketakutan dan mendorongnya dengan lemah. "Kak Gilbert ....""Panggil aku sayang seperti dulu," minta Evan dengan napas yang memburu.Lauren menggelengkan kepalanya."Nggak apa-apa, nanti kamu akan memanggilku. Malam ini akan kujadikan malam yang tak terlupakan bagimu ...." Setelah Evan mengatakan itu, dia mencium Lauren dengan penuh gairah.Saat Lauren bangun, hari sudah pagi.Tidak ada orang di sebelahnya. Dia berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit dengan tercengang. Lalu, air mata perlahan-lahan mengalir dari sudut matanya."Sudah bangun?" Evan berjalan masuk sambil
Lauren tidak perlu menjawab pertanyaan terakhir Sofia. Dia lanjut bertanya, "Kalau begitu, apa kamu merasa ada yang berbeda dengannya lima tahun yang lalu dan sekarang? Bagaimana dengan sikapnya kepadamu?"Sofia terkejut. Ternyata lima tahun yang lalu mereka sudah saling kenal?Dia benar-benar tidak menyangka kalau Evan adalah orang seperti itu. Awalnya dia mengira Evan adalah pria dewasa yang berbeda dengan pria lain yang bermain wanita di luar. Sofia benar-benar sudah buta!"Aku harus mengecewakanmu. Selama ini dia sangat baik padaku dan nggak pernah berubah." Sofia marah, jadi dia pergi.Pengurus rumah bertanya, "Nona Sofia sudah mau pergi?"Sofia menatap pengurus rumah dan bertanya, "Semalam dia menginap di sini, 'kan? Atau dia sudah tinggal di sini selama beberapa hari? Kalian mengira Tuan Evan kalian siapa? Sepertinya aku harus mempertimbangkan kembali Keluarga Darsono dan Samson!"Setelah mengatakan itu, Sofia pergi.Sedangkan Lauren sedang memikirkan hal lain.Sofia berkata dia
Dia merasa mual, kemudian dia langsung muntah. "Hoek!""Nona Lauren, apa Anda baik-baik saja? Nona Lauren ...."Lauren mendorong pelayan itu dengan kuat. Dia berjalan dengan terhuyung-huyung. Dia baru mengambil beberapa langkah sebelum dia terjatuh ke tanah.Lauren perlahan-lahan bangun dari tempat tidur. Ketika dia melihat pria yang sedang duduk di tepi tempat tidur itu, dia merinding."Tadi dokter datang untuk memeriksamu. Katanya kamu kelelahan. Apa semalam aku terlalu keterlaluan?" tanya Evan dengan lembut.Lauren menyadari tangannya sedang digenggam Evan. Dia segera menariknya, lalu dia bangkit untuk duduk. "Aku mau bertanya padamu, di mana Nova?""Siapa?""Pelayan yang membuatku terjatuh kemarin.""Aku sudah mengusirnya. Berani-beraninya dia menyakitimu. Aku saja nggak tega." Evan menatapnya lekat-lekat."Kamu mengusirnya atau membuangnya ke sungai dan menjadikannya makanan buayamu?" Saat Lauren mengucapkan kata-kata ini, tenggorokannya terasa ketat. "Kamu jangan menyangkal. Aku
Saat Lauren sedang di dalam kamar, seorang pelayan masuk dan berkata Juan telah datang untuk menjumpainya.Lauren bergegas turun.Di aula, dia melihat seorang pria gagah berpakaian rapi. Itu juga kakeknya Yasmin.Lauren berjalan ke arahnya, lalu berhenti di jarak yang tepat dan membiarkan Juan memperhatikannya."Kamu adalah asistennya Yasmin?" tanya Juan."Iya. Nama saya Lauren Mestika.""Aku nggak peduli apa namaku. Kamu bukannya bekerja baik-baik, tapi malah naik ke ranjang putraku. Kamu nggak seharusnya tinggal di sini," kata Juan dengan ketus."Kalau saya bisa pergi, saya nggak akan menetap di sini sedetik pun," kata Lauren.Juan berkata dengan bingung, "Masa Evan yang memaksamu? Kamu terlalu menjunjung tinggi dirimu.""Apa Anda mengenal putra Anda?" tanya Lauren. "Apa Anda nggak tahu kalau putra Anda sudah digantikan orang lain?""Apa maksudmu?" tanya Juan."Evan Samson yang sekarang bukanlah Evan Samson yang sebenarnya. Dia adalah Gilbert Hartanto, mantan suami saya. Kalian semua
Yasmin tanpa sadar menjauh. Sorot matanya tampak ketakutan. "Jangan ...."Daniel menarik Yasmin ke pelukannya dengan kuat. "Jangan apa?"Yasmin menggigit bibirnya yang gemetar."Apa kamu nggak menyukainya?""Bukan ...." jawab Yasmin dengan sangat lemah."Aku nggak akan menyentuhmu. Tidurlah." Daniel menempelkan kepala Yasmin ke dadanya sambil memeluknya.Yasmin berada di pelukan Daniel dan mendengar suara detak jantungnya yang kuat.Dia menyadari Daniel menjadi mudah marah, terutama kalau itu berkaitan dengannya.Yasmin tidak berani bertanya apa itu karena Raymond. Dia bahkan tidak berani mengungkit nama Raymond.Begitu Daniel marah, Yasmin akan mengalami akhir yang mengenaskan.Kalau begitu, bagaimana dengan Irene?Apa Yasmin tidak boleh memiliki pemikirannya sendiri? Dia hanya boleh dikontrol Daniel ...?Setelah Irene tahu kalau Yasmin dan Daniel sedang bertengkar, dia pergi ke Grup Naga.Dia menghampiri resepsionis, lalu bertanya, "Apa Daniel ada di sini?"Semua orang tahu hubungan
Yasmin bahkan tidak berani membuat Daniel menunggunya di dalam mobil.Setelah dia menenangkan kegugupannya dan tubuhnya yang dingin, dia naik mobil.Mobil meninggalkan alun-alun dan melaju pergi.Jalan itu awalnya sangat ramai, tapi ketika orang-orang melihat mobil Rolls Royce, mereka berinisiatif memberi jalan seolah-olah mereka takut akan menjadi miskin kalau mereka menyentuhnya sedikit pun saja."Wajahmu tampak pucat. Apa kamu nggak enak badan?" tanya Daniel."Nggak ...." Setelah Yasmin menjawab, tangan besar Daniel menggenggam tangan kecil Yasmin.Daniel mengerutkan alisnya. "Kenapa kamu dingin sekali? Pergi ke rumah sakit."Sebelum Yasmin sempat menjawab, dia telah mendengar perintah Daniel.Sopir segera menuju ke rumah sakit.Awalnya Yasmin ingin mengatakan sesuatu, tapi dia membatalkan niatnya.Kalau dia tidak enak badan, mungkin Daniel akan melepaskannya malam ini ....Setelah mereka tiba di rumah sakit, Helen memeriksa Yasmin.Tak peduli pemeriksaan apa itu, karena Helen adala
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump