Martin bertanya, "Di mana Yasmin sekarang."Rachel tidak tahu apa yang ingin dilakukan Martin, tapi dia menjawab, "Sepertinya hari ini dia mau pergi ke laut bersama Daniel, tapi terjadi sesuatu pada Klara di rumah sakit. Jadi, dia pulang sendirian."Martin mengerutkan keningnya. Dia berdiri dan menutup laptopnya. "Aku keluar sebentar."Sikap Martin sangat mudah ditebak.Dia sama sekali tidak berniat untuk menyembunyikannya dari Rachel.Rachel duduk bergeming di tempatnya. Tatapan matanya menjadi sangat dingin dan mengandung aura membunuh.Martin mendekati Yasmin karena dia mau.Awalnya, dia tidak seperti itu.Yasmin sedang menemani Klara di kamar pasien ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Pintu kamar terbuka, lalu Martin masuk. Dia sedang memegang keranjang bunga, keranjang buah dan beberapa botol vitamin.Pemandangan itu terlihat sangat familier.Oh, dia juga seperti ini ketika dia datang untuk menjenguk Andy."Tante Klara, bagaimana perasaanmu? Aku mendengar kamu terluka, jadi
Daniel sedang berdiri di balik pagar pembatas kapal dan hampir menghancurkan ponselnya.Wanita ini benar-benar sudah bosan hidup!Lalu, ada yang menarik-narik celananya.Daniel menundukkan kepalanya. Julia sedang mendongak dan bertanya, "Apa Mama nggak akan datang? Kalau nggak, kita pulang saja. Aku merasa ada yang kurang kalau nggak ada Mama di sini."Wajah kecil itu terlihat sedih dan kasihan.Hati Daniel melembut. "Mama akan datang." Kalau dia harus menculik Yasmin, dia akan melakukannya!"Papa, semangat!" Julia mengepalkan tangannya.Daniel tersenyum dengan lembut.Bagi Daniel, ini bukanlah hal yang sulit.Setelah Yasmin mengambil pakaian, dia kembali ke rumah sakit. Lalu, dia tidur di sofa.Tengah malam, ada yang memasuki kamar pasien.Seseorang berhenti sejenak di depan Yasmin. Orang itu membungkuk untuk menggendong Yasmin, kemudian mereka pergi.Setelah pintu ditutup, Klara mengangkat kepalanya.Dia terlihat terkejut.Tadi dia melihat dengan jelas kalau orang itu adalah Daniel.
Sebelum Yasmin sempat meledak, anak-anak sudah berlarian ke pelukannya. "Mama! Benar-benar Mama!""Kami kira Papa berbohong!" kata Julian."Mama menunggu kami bangun, ya? Aku benar, 'kan?" kata Julius.Yasmin menoleh ke arah Daniel, kemudian memelototinya. Dia tidak bisa menjawab "bukan" di depan anak-anak.Daniel mengangkat tangannya ke arah pengawal. Pengawal mengerti, lalu turun ke bawah geladak.Tak lama kemudian, sarapan dinaikkan."Kami semua sudah makan," ucap Daniel."Iya. Mama cepat makan atau nanti Mama lapar," kata Julian.Yasmin hanya bisa menerima situasi dengan pasrah ketika dia berhadapan dengan anak-anak dan Daniel.Karena dia sudah berada di sini, lebih baik dia menikmatinya.Anak-anak sangat senang melihat Yasmin, jadi mereka mengelilingi Yasmin ketika dia makan."Mau?" Yasmin mengambil telur dengan sendoknya.Julia menggelengkan kepalanya. "Nggak mau. Aku sudah makan sangat banyak tadi."Yasmin pun memasukkan telur ke dalam mulutnya.Sambil makan, dia menyadari kapal
Yasmin terkejut. "Kenapa kamu nggak menghentikannya? Meskipun kamu nggak bisa menghentikannya, kamu bisa membangunkanku!""Kenapa aku mau membangunkanmu? Akhirnya kamu bisa bersenang-senang dengan anak-anak. Bukankah itu bagus? Anak-anak pasti sangat senang," kata Klara."Tapi, bagaimana aku bisa meninggalkanmu sendirian di sana? Kalau Dahlia dan Irene melakukan apa-apa padamu, aku nggak bisa pergi ke sana untuk membantumu," ujar Yasmin.Meskipun dia naik helikopter, itu juga akan memakan waktu sepuluh menit."Seharusnya mereka nggak akan menggangguku. Pengawal Daniel sedang berjaga di luar pintuku.""Di luar pinturmu?""Iya. Awalnya aku nggak yakin. Kemudian, aku bertanya pada Helen. Helen bilang itu untuk melarang orang luar masuk selain dokter dan suster. Itu berarti agar tidak terjadi keributan antara aku dengan Dahlia dan Irene. Sepertinya Daniel melakukan ini agar kamu bisa bermain bersama anak-anak dengan tenang," ujar Klara dengan ceria.Yasmin terkejut, tapi itu adalah ide ter
Yasmin dibawa ke kamar, lalu dia diletakkan di sofa. Seluruh tubuh Daniel menekannya sehingga dia kesulitan bernapas."A ... apa yang ingin kamu lakukan ...? Mmph ...."Daniel tidak membiarkannya berbicara dan menciumnya.Yasmin bisa merasakan ketidaksabaran Daniel. Dia menjadi panik dan segera memalingkan mukanya. "Daniel, aku nggak mau ....""Berikan aku alasan."Alasan? Alasan apa yang bisa digunakan Yasmin untuk orang dominan seperti Daniel?Yasmin kepikiran satu hal, lalu dia berkata, "Kamu putus dengan Irene dulu."Benar saja, Daniel langsung berhenti. Dia menatap Yasmin dengan tajam. "Apa katamu?""Aku nggak mau menjadi pelakor. Kamu juga nggak bisa memaksaku," kata Yasmin dengan tegas.Daniel meraih dagu Yasmin, lalu mengangkatnya. Daniel menyipitkan matanya dengan berbahaya. "Kalau aku menginginkanmu, apa kamu mengira kamu punya kesempatan untuk melawanku?""Aku nggak mungkin bisa melawanmu, tapi ke depannya aku pasti nggak akan memaafkanmu." Yasmin menatap balik mata Daniel t
Saat Lauren melihat orang di bawah payung itu berjalan ke arahnya, dia mundur ketakutan. Punggungnya langsung menempel ke pohon di belakangnya."Kebetulan sekali," ucap Evan.Lauren menundukkan kepalanya sambil menyapa, "Tu ... Tuan Evan."Evan memandang pohon di belakang Lauren. Dia tersenyum dan bertanya, "Apa kamu nggak tahu nggak boleh berdiri di bawah pohon ketika hujan?"Lauren menyadari senyuman ramah yang tersungging di bibirnya Evan. Itu juga terlihat berbeda dari senyuman sinis Gilbert. Lauren berkata, "Saya melihat nggak ada petir, jadi saya berlindung di sini untuk sementara.""Naik mobil. Aku akan mengantarmu."Lauren merasa tersanjung. "Terima kasih, Tuan Evan. Tapi, saya mau naik kereta bawah tanah.""Kamu masih jauh dari stasiun. Atau bagaimana kalau aku mengantarmu ke stasiun?" tanya Evan dengan baik hati."Ng ... nggak perlu. Sampai jumpa, Tuan Evan!" Setelah Lauren mengatakan itu, tanpa menunggu Evan menjawabnya, dia berlari dari bawah pohon dan menuju hujan lebat.E
Yasmin melihat itu di samping. Daniel benar-benar bisa memiliki apa pun.Tidak semua bagian laut dalam. Sepertinya area di sini dangkal.Jarak permukaan air ke permukaan dasar hanya sepuluh meter."Papa, sepertinya satu ikan saja terlalu sepi. Ayo menangkap lebih banyak ikan kecil," kata Julia."Ikan ini akan memakan ikan kecil," ucap Daniel."Ha?!" Julia kaget.Daniel bertanya, "Apa kamu masih ingin memeliharanya?"Julia melihat ikan kerapu yang sedang berenang di dalam akuarium. Dia bimbang sejenak, kemudian dia menganggukkan kepalanya. "Kalau kita nggak memberinya makan, apa ia akan mati kelaparan?""Iya."Julian datang untuk menghibur Julia. "Kalau kita nggak memeliharanya dan membuangnya kembali ke laut, ia juga akan memakan ikan kecil lainnya."Yasmin menatap wajah putrinya yang tak berdaya, lalu dia mendelik Daniel. Apa Daniel sedang menindas putrinya?Yasmin menarik tangan Julia. "Kita bisa memberikannya ikan kecil beku dan pakan ikan."Daniel mengabaikan tatapan mata Yasmin da
"Nggak usah. Kalian saja yang bermain," tolak Yasmin."Kenapa Mama nggak mau menemani kami bermain ...." kata Julia dengan sedih.Yasmin melihat ekspresi anak-anak dari senang berubah menjadi kecewa. Pada akhirnya, dia mengalah."Iya, iya. Ayo." Dia memaksakan diri untuk menyetujui anak-anak.Setelah Yasmin memakai tabung oksigen serta alat pernapasan dan duduk di platform menyelam, dia merasa bimbang lagi.Dia merasa dia bukan pergi menyelam, tapi ke neraka.Ketika dia melihat para pengawal membawa anak-anak menyelam, jantung Yasmin berdetak dengan cepat. "Tabung oksigen kalian nggak ada masalah, 'kan? Kalian harus menggigit alat pernapasan baik-baik. Jangan melepaskannya. Apa kalian sudah bisa bernapas? Ba ... bagaimana kalau mereka menjadi gugup di dalam laut dan nggak bisa bernapas?""Mmm ... mmm!" kata Julia sambil menggigit alat pernapasan.Yasmin tertawa dengan kaku. Dia tidak mengerti apa yang dikatakan Julia. Seharusnya Julia sedang memberi semangat.Ketiga anak itu melambaika
Yasmin tanpa sadar menjauh. Sorot matanya tampak ketakutan. "Jangan ...."Daniel menarik Yasmin ke pelukannya dengan kuat. "Jangan apa?"Yasmin menggigit bibirnya yang gemetar."Apa kamu nggak menyukainya?""Bukan ...." jawab Yasmin dengan sangat lemah."Aku nggak akan menyentuhmu. Tidurlah." Daniel menempelkan kepala Yasmin ke dadanya sambil memeluknya.Yasmin berada di pelukan Daniel dan mendengar suara detak jantungnya yang kuat.Dia menyadari Daniel menjadi mudah marah, terutama kalau itu berkaitan dengannya.Yasmin tidak berani bertanya apa itu karena Raymond. Dia bahkan tidak berani mengungkit nama Raymond.Begitu Daniel marah, Yasmin akan mengalami akhir yang mengenaskan.Kalau begitu, bagaimana dengan Irene?Apa Yasmin tidak boleh memiliki pemikirannya sendiri? Dia hanya boleh dikontrol Daniel ...?Setelah Irene tahu kalau Yasmin dan Daniel sedang bertengkar, dia pergi ke Grup Naga.Dia menghampiri resepsionis, lalu bertanya, "Apa Daniel ada di sini?"Semua orang tahu hubungan
Yasmin bahkan tidak berani membuat Daniel menunggunya di dalam mobil.Setelah dia menenangkan kegugupannya dan tubuhnya yang dingin, dia naik mobil.Mobil meninggalkan alun-alun dan melaju pergi.Jalan itu awalnya sangat ramai, tapi ketika orang-orang melihat mobil Rolls Royce, mereka berinisiatif memberi jalan seolah-olah mereka takut akan menjadi miskin kalau mereka menyentuhnya sedikit pun saja."Wajahmu tampak pucat. Apa kamu nggak enak badan?" tanya Daniel."Nggak ...." Setelah Yasmin menjawab, tangan besar Daniel menggenggam tangan kecil Yasmin.Daniel mengerutkan alisnya. "Kenapa kamu dingin sekali? Pergi ke rumah sakit."Sebelum Yasmin sempat menjawab, dia telah mendengar perintah Daniel.Sopir segera menuju ke rumah sakit.Awalnya Yasmin ingin mengatakan sesuatu, tapi dia membatalkan niatnya.Kalau dia tidak enak badan, mungkin Daniel akan melepaskannya malam ini ....Setelah mereka tiba di rumah sakit, Helen memeriksa Yasmin.Tak peduli pemeriksaan apa itu, karena Helen adala
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump