Daniel seperti seekor serigala yang menunggu untuk menikmati mangsanya. Bagaimana mungkin dia akan melewatkan kesempatan ini?"Kalian tidur dulu. Nanti kita lihat," kata Yasmin."Oh, aku tahu. Papa dan Mama mau pergi berkencan, 'kan?" tanya Julia.Berkencan? Itu sebuah pengorbanan dan permintaan.Berkencan terdengar terlalu romantis.Hubungan Yasmin dengan Daniel tidak bisa mencapai sampai langkah itu.Setelah membujuk anak-anak untuk tidur, Yasmin baru pergi ke kamar Daniel.Saat ini Daniel sudah mandi. Dia sedang berbaring di tempat tidur dan lengannya ditekuk menjadi bantal. Matanya terpejam. Yasmin tidak tahu apa Daniel sudah tidur atau belum.Yasmin berharap dia sudah tidur. Dengan begitu, Yasmin bisa kembali ke kamar anak-anak.Dia mendekat untuk melihat dengan saksama.Dia harus mengakui kalau Daniel memiliki wajah yang tampan dan keren.Lebih tepatnya, karena tampang Daniel tampak sangat dingin, orang lain tidak bisa melihat ketampanannya.Dia seperti binatang buas yang sedang
"Itu ... Tony ...." Yasmin memalingkan mukanya, kemudian dia memberi tahu Daniel dengan susah payah.Tatapan mata Daniel menjadi tajam dan ekspresinya tampak dingin.Suasana hatinya menjadi buruk karena dia diganggu.Dia bangun dan merapikan piamanya. Setelah itu, dia pergi membuka pintu kamar tidur dengan kuat. "Lebih baik ini urusan penting!""Ibunya Nona Irene menelepon Anda. Dia bilang Nona Irene menghilang," ucap Tony.Yasmin yang sedang berbaring di tempat tidur tercengang. Irene?Tony berkata, "Ponsel Anda berada di ruang kerja, jadi dia menelepon saya. Nyonya Suharly bilang Nona Irene khawatir ayahnya nggak bisa bangun, jadi dia pergi ke kuil di gunung untuk berdoa. Kemudian, Nona Irene menghilang. Nyonya Suharly ingin meminta Anda untuk tolong mencari Nona Irene."Daniel menenangkan rasa kesalnya, lalu dia memerintah, "Berikan ponselku.""Baik."Daniel masuk ke kamar tidur. Dia menatap Yasmin yang sedang dibungkus selimut. "Kamu sudah mendengarnya?""Nyawa orang lebih penting,
"Emm ...." Yasmin tercengang.Pelayan wanita di samping tertawa."Mama, apa kita pergi menemani Kakek dan Nenek hari ini?" tanya Julia."Nanti kita tanya Papa," ucap Yasmin.Ini bukan keputusan yang bisa dibuatnya."Papa pasti setuju," kata Julia."Kita tetap harus memberi tahu Papa," kata Yasmin.Yasmin membawa anak-anak turun, kemudian dia meminta pelayan menemani anak-anak makan. Yasmin bertanya pada Tony, "Di mana Daniel? Apa dia ada di ruang kerja?""Semalam setelah Tuan Daniel keluar, dia belum kembali. Bagaimana kalau Nona Yasmin meneleponnya? Mungkin telah terjadi sesuatu?" ujar Tony.Yasmin merasa seharusnya tidak terjadi apa-apa. Daniel begitu kuat. Siapa yang berani macam-macam dengannya?"Jangan khawatir. Dia pasti sedang menemani Irene." Setelah itu, Yasmin menuju ke ruang makan.Tony menatap punggung Yasmin dengan aneh. Apa Yasmin tidak peduli? Dia terlihat sangat santai saat dia mengatakan itu. Padahal, Tony sengaja memintanya menelepon Daniel ....Sedangkan menurut Yasm
"Kapan kamu bisa memulai bekerja?" tanya Yasmin.Lauren menjawab, "Sekarang aku bisa.""Oke." Yasmin berdiri. "Mike, ajar dia.""Baik, Bu Yasmin."Yasmin kembali ke kantor. Dia baru saja masuk, lalu kakinya berhenti bergerak. Dia tercengang melihat pria yang sedang duduk di kursinya itu. Daniel?Kapan dia datang? Apa dia tidak perlu menemani Irene?Setelah Yasmin tenang, dia menutup pintu dan bertanya, "Ada apa kamu mencariku?""Apa wawancaramu berjalan dengan baik?" Daniel bersandar di kursinya dengan satu tangan diletakkan di tepi meja."Iya. Dia sudah mulai bekerja." Karena kursinya diduduk, Yasmin berdiri di depan meja sambil membuka dokumennya."Apa kamu nggak mau bertanya aku pergi ke mana semalam?" kata Daniel dengan ekspresi dingin.Yasmin tidak dapat memahami isi hati Daniel. Dia pun berkata dengan jujur, "Kamu menemani Irene, 'kan?""Dia pergi ke kuil semalam, lalu dia terjatuh dari gunung dan terluka. Tapi, dia baik-baik saja.""Bagaimanapun juga, dia putri Ayah. Nggak boleh
Yasmin tidak takut. Dia tahu dia akan baik-baik saja karena ada anak-anak."Aku nggak menyentuhnya," kata Daniel dengan suara rendah.Yasmin mendongak untuk menatap Daniel. Apa Daniel sedang menjelaskan kepadanya?Daniel bertanya, "Apa kamu senang? Apa hatimu terasa tenang sekarang?"Yasmin memalingkan mukanya dan diam saja."Minggir," ucap Daniel.Setelah Yasmin sadar, dia buru-buru menggeser ke samping."Tentang anak-anak, kamu saja yang membuat keputusan." Setelah Daniel mengatakan itu, dia menarik pintu dan pergi.Yasmin merasa lega, lalu dia pelan-pelan menutup pintu.Apa Daniel perlu menjelaskannya?Tentu saja dia tidak bisa menyentuh Irene semalam karena Irene terluka.Setelah Dahlia menelepon, dia bergegas menuju ke kamar Irene. "Raffie bilang Daniel pergi ke perusahaan ayahmu, tapi sebentar saja. Setelah itu, dia pergi.""Itu berarti tujuanku sudah tercapai," kata Irene sambil menahan amarah."Iya. Dari kejadian semalam, kita bisa melihat kalau Daniel lebih peduli padamu," uja
Irene memanggil Tony, lalu berkata, "Nanti ketika anak-anak sudah bangun, aku saja yang mengantar mereka."Karena kejadian seafood sebelumnya, Tony memiliki trauma. Dia berkata, "Terima kasih, Nona Irene. Tapi, biarkan saya saja yang mengantar mereka.""Mereka juga anak-anakku. Kalau kamu khawatir, kamu boleh ikut," kata Irene."Bukan itu maksudku," ucap Tony.Irene memberitahunya, "Tony, jangan lupa kalau aku baru calon istri Daniel. Ini sangat penting." Ada orang yang boleh memejam sebelah mata, tapi ada yang tidak boleh.Terutama dia.Dia harus mempertimbangkan banyak hal dengan hati-hati."Saya mengerti." Tony menundukkan kepalanya.Irene sangat puas. Dia berdiri, lalu berkata, "Aku juga mau tidur sebentar."Sore hari, Yasmin pergi ke rumah sakit. Namun, dia hanya melihat Klara seorang."Apa Dahlia ada datang hari ini?""Suster bilang dia datang tadi siang, tapi sebentar saja. Jangan berharap pada orang sepertinya." Klara sudah mengenal Dahlia beberapa tahun. Bagaimana mungkin dia
Yasmin terkejut. Kerabat ayahnya?Dia pun menoleh ke Dahlia. Bagaimanapun juga, Dahlia barulah istrinya Andy. Mungkin Dahlia pernah bertemu dengan kerabat ayahnya."Aku akan pergi ke sana."Setelah Yasmin mematikan telepon, Irene bertanya, "Ada apa dengan Ayah?"Yasmin tidak menghiraukannya. Dia melihat Dahlia dan berkata, "Apa Ayah memiliki kerabat? Aku nggak pernah mendengar Ayah mengungkitnya."Dahlia memanyunkan bibirnya. "Dia anak yatim piatu, jadi dia nggak punya kerabat.""Kamu yakin dia nggak punya satu pun kerabat?" tanya Yasmin lagi."Aku sangat yakin!" Dahlia berkata, "Dari kami menikah sampai Irene lahir, aku nggak pernah mendengar Andy bercerita tentang keluarganya!"Yasmin mengerutkan alisnya. Kalau begitu, siapa yang menerobos masuk kamar pasien?"Ayo ke kamar Ayah."Yasmin meminta Tony mengantar anak-anak pulang, kemudian empat wanita itu pergi ke kamar pasien.Setelah mereka masuk, mereka melihat seorang pria sedang berdiri di samping ranjang.Yasmin tercengang saat me
Lumayan juga kalau Irene memiliki paman seperti Evan.Ketika Dahlia dan Irene sedang berpikir, mereka mendengar Yasmin bertanya dengan curiga, "Bagaimana aku bisa tahu apa yang kamu katakan itu benar? Kami nggak bisa langsung percaya kamu adalah adiknya ayahku, 'kan? Selain itu, walaupun kamu adalah adiknya, kamu nggak pernah menampakkan diri saat Ayah sehat. Jadi, untuk apa kamu datang sekarang? Ayahku sudah memiliki keluarganya sendiri!"Evan hanya menatap Yasmin sambil tersenyum.Dahlia tertawa sinis. "Yasmin, apa-apaan kamu? Apa dia akan sembarangan datang hanya untuk mengakui dirinya adalah kerabat Andy? Kalau dia adalah kerabat, dia memang harus datang untuk melihat Andy! Kamu hanya putrinya, apa kamu bisa disamakan dengan keluarga Andy? Mungkin Andy masih belum bisa melupakan masa lalunya. Apa kamu nggak mau membantunya?"Yasmin menatap Evan dengan ekspresi datar. "Ayahku adalah orang yang sangat bertanggung jawab. Dia nggak akan berutang budi kepada siapa pun. Di dunia bisnis,