"Kapan kamu bisa memulai bekerja?" tanya Yasmin.Lauren menjawab, "Sekarang aku bisa.""Oke." Yasmin berdiri. "Mike, ajar dia.""Baik, Bu Yasmin."Yasmin kembali ke kantor. Dia baru saja masuk, lalu kakinya berhenti bergerak. Dia tercengang melihat pria yang sedang duduk di kursinya itu. Daniel?Kapan dia datang? Apa dia tidak perlu menemani Irene?Setelah Yasmin tenang, dia menutup pintu dan bertanya, "Ada apa kamu mencariku?""Apa wawancaramu berjalan dengan baik?" Daniel bersandar di kursinya dengan satu tangan diletakkan di tepi meja."Iya. Dia sudah mulai bekerja." Karena kursinya diduduk, Yasmin berdiri di depan meja sambil membuka dokumennya."Apa kamu nggak mau bertanya aku pergi ke mana semalam?" kata Daniel dengan ekspresi dingin.Yasmin tidak dapat memahami isi hati Daniel. Dia pun berkata dengan jujur, "Kamu menemani Irene, 'kan?""Dia pergi ke kuil semalam, lalu dia terjatuh dari gunung dan terluka. Tapi, dia baik-baik saja.""Bagaimanapun juga, dia putri Ayah. Nggak boleh
Yasmin tidak takut. Dia tahu dia akan baik-baik saja karena ada anak-anak."Aku nggak menyentuhnya," kata Daniel dengan suara rendah.Yasmin mendongak untuk menatap Daniel. Apa Daniel sedang menjelaskan kepadanya?Daniel bertanya, "Apa kamu senang? Apa hatimu terasa tenang sekarang?"Yasmin memalingkan mukanya dan diam saja."Minggir," ucap Daniel.Setelah Yasmin sadar, dia buru-buru menggeser ke samping."Tentang anak-anak, kamu saja yang membuat keputusan." Setelah Daniel mengatakan itu, dia menarik pintu dan pergi.Yasmin merasa lega, lalu dia pelan-pelan menutup pintu.Apa Daniel perlu menjelaskannya?Tentu saja dia tidak bisa menyentuh Irene semalam karena Irene terluka.Setelah Dahlia menelepon, dia bergegas menuju ke kamar Irene. "Raffie bilang Daniel pergi ke perusahaan ayahmu, tapi sebentar saja. Setelah itu, dia pergi.""Itu berarti tujuanku sudah tercapai," kata Irene sambil menahan amarah."Iya. Dari kejadian semalam, kita bisa melihat kalau Daniel lebih peduli padamu," uja
Irene memanggil Tony, lalu berkata, "Nanti ketika anak-anak sudah bangun, aku saja yang mengantar mereka."Karena kejadian seafood sebelumnya, Tony memiliki trauma. Dia berkata, "Terima kasih, Nona Irene. Tapi, biarkan saya saja yang mengantar mereka.""Mereka juga anak-anakku. Kalau kamu khawatir, kamu boleh ikut," kata Irene."Bukan itu maksudku," ucap Tony.Irene memberitahunya, "Tony, jangan lupa kalau aku baru calon istri Daniel. Ini sangat penting." Ada orang yang boleh memejam sebelah mata, tapi ada yang tidak boleh.Terutama dia.Dia harus mempertimbangkan banyak hal dengan hati-hati."Saya mengerti." Tony menundukkan kepalanya.Irene sangat puas. Dia berdiri, lalu berkata, "Aku juga mau tidur sebentar."Sore hari, Yasmin pergi ke rumah sakit. Namun, dia hanya melihat Klara seorang."Apa Dahlia ada datang hari ini?""Suster bilang dia datang tadi siang, tapi sebentar saja. Jangan berharap pada orang sepertinya." Klara sudah mengenal Dahlia beberapa tahun. Bagaimana mungkin dia
Yasmin terkejut. Kerabat ayahnya?Dia pun menoleh ke Dahlia. Bagaimanapun juga, Dahlia barulah istrinya Andy. Mungkin Dahlia pernah bertemu dengan kerabat ayahnya."Aku akan pergi ke sana."Setelah Yasmin mematikan telepon, Irene bertanya, "Ada apa dengan Ayah?"Yasmin tidak menghiraukannya. Dia melihat Dahlia dan berkata, "Apa Ayah memiliki kerabat? Aku nggak pernah mendengar Ayah mengungkitnya."Dahlia memanyunkan bibirnya. "Dia anak yatim piatu, jadi dia nggak punya kerabat.""Kamu yakin dia nggak punya satu pun kerabat?" tanya Yasmin lagi."Aku sangat yakin!" Dahlia berkata, "Dari kami menikah sampai Irene lahir, aku nggak pernah mendengar Andy bercerita tentang keluarganya!"Yasmin mengerutkan alisnya. Kalau begitu, siapa yang menerobos masuk kamar pasien?"Ayo ke kamar Ayah."Yasmin meminta Tony mengantar anak-anak pulang, kemudian empat wanita itu pergi ke kamar pasien.Setelah mereka masuk, mereka melihat seorang pria sedang berdiri di samping ranjang.Yasmin tercengang saat me
Lumayan juga kalau Irene memiliki paman seperti Evan.Ketika Dahlia dan Irene sedang berpikir, mereka mendengar Yasmin bertanya dengan curiga, "Bagaimana aku bisa tahu apa yang kamu katakan itu benar? Kami nggak bisa langsung percaya kamu adalah adiknya ayahku, 'kan? Selain itu, walaupun kamu adalah adiknya, kamu nggak pernah menampakkan diri saat Ayah sehat. Jadi, untuk apa kamu datang sekarang? Ayahku sudah memiliki keluarganya sendiri!"Evan hanya menatap Yasmin sambil tersenyum.Dahlia tertawa sinis. "Yasmin, apa-apaan kamu? Apa dia akan sembarangan datang hanya untuk mengakui dirinya adalah kerabat Andy? Kalau dia adalah kerabat, dia memang harus datang untuk melihat Andy! Kamu hanya putrinya, apa kamu bisa disamakan dengan keluarga Andy? Mungkin Andy masih belum bisa melupakan masa lalunya. Apa kamu nggak mau membantunya?"Yasmin menatap Evan dengan ekspresi datar. "Ayahku adalah orang yang sangat bertanggung jawab. Dia nggak akan berutang budi kepada siapa pun. Di dunia bisnis,
Hati Yasmin tergerak karena apa yang dikatakan ibunya.Iya, kenapa ayahnya diusir dari rumah dan begitu menderita?Sebenarnya ada apa sehingga ayahnya memutuskan hubungan dengan keluarganya dan lebih memilih untuk hidup sendirian?"Aku merasa kemunculan orang itu terlalu aneh," kata Yasmin."Kenapa? Kamu sendiri bilang biasanya keluarga baru peduli setelah orangnya mengalami kecelakaan. Ini sangat wajar.""Evan juga bilang dia nggak mengingat kenapa Ayah pergi dari rumah. Itu berarti mereka nggak dekat, 'kan? Tapi, dia malah muncul sendiri di depan Ayah. Apa alasannya benar-benar karena itu?""Mereka mungkin nggak dekat, tapi bukankah dia bilang ayahnya nggak mengizinkan seluruh keluarga mengungkit ayahmu? Orang akan merasa penasaran dengan hal yang mereka nggak pernah lihat."Yasmin tidak berkata apa-apa. Alasan Klara terdengar masuk akal.Bagaimanapun juga, Evan adalah kerabat ayahnya.Entah kenapa, Yasmin memikirkan dirinya dan Irene.Sebenarnya, dia dan Irene juga saudari kandung,
"Apa kamu nggak mau tahu siapa Evan Samson?"Yasmin tercengang. "Kamu mengenalnya?""Aku bisa menyelidikinya."Yasmin paham maksud Daniel. Dia tidak mengenal Evan.Namun, dengan kekuasaan Daniel, seharusnya dia bisa mencari tahu siapa Evan.Kalau Daniel tidak bisa, dia tidak mungkin membawa Yasmin pergi dengan begitu percaya diri.Yasmin duduk di sebelah, lalu bertanya, "Apa yang sudah kamu tahu?""Aku akan memberitahumu setelah kita sampai."Mobil Rolls Royce memasuki sebuah gedung apartemen yang familier.Yasmin yang sedang duduk di dalam mobil langsung tahu. Mobil ini tidak pergi ke Taman Royal.Mobil berhenti di depan gedung apartemen, kemudian Yasmin dan Daniel turun dari mobil.Yasmin menoleh. Dia melihat mobil Rolls Royce itu menuju ke garasi sambil melamun.Ayahnya sudah membelikan apartemen untuknya di sini, tapi Yasmin belum sempat tinggal di sana dan ayahnya telah mengalami kecelakaan ....Daniel menatapnya dan bertanya, "Apa yang sedang kamu pikirkan?"Yasmin tidak ingin me
"Paman Andy adalah rahasia Keluarga Samson. Waktuku terbatas, jadi aku hanya bisa menemukan beberapa informasi dari dunia luar. Semuanya tentang Evan dan nggak ada hubungannya dengan Paman Andy. Kalau kamu ingin tahu lebih banyak, aku harus lanjut menyelidikinya," ujar Daniel.Yasmin menatap Andy yang di foto dan bertanya, "Apa suami istri ini adalah ... kakek dan nenekku?""Iya.""Dilihat dari umur ayahku, seharusnya Evan sudah lahir, 'kan? Kenapa dia nggak ada di dalam foto?" tanya Evan."Ayahnya Paman Andy mempunyai dua istri."Yasmin terkejut, lalu dia sudah paham.Ayahnya dan Evan memiliki ibu yang berbeda.Itu seperti Yasmin dan Irene.Namun, sekarang Yasmin yakin kalau Evan memang adalah paman kandungnya."Karena nggak ada informasi lain lagi, aku sudah boleh pulang, 'kan?" tanya Yasmin."Apa kamu kira kamu bisa pergi setelah datang ke sini?" Daniel melihat Yasmin dengan tatapan mata yang berbahaya.Yasmin menantang Daniel, "Aku bisa nggak pulang, tapi apa kamu boleh nggak pulan
"Jangan mendekat!" Bilah pisau di tangan Rachel berkilau. Ujung pisau langsung diletakkan di dekat leher Yasmin. "Jangan mendekat atau aku akan membunuh mama kalian!"Susan langsung menahan anak-anak dan tidak mengizinkan mereka mendekat.Anak-anak menatap pisau di leher Yasmin dengan ketakutan. "Ma ... Mama ....""Aku mau menolong Mama. Lepaskan aku!"Anak-anak meronta saat ditahan Susan dan Susan hampir melepaskan mereka."Nggak apa-apa. Jangan takut. Kalian jangan mendekat. Semuanya baik-baik saja .... Susan, jangan biarkan mereka mendekat ...." Tubuh Yasmin ditahan dan dia kesulitan bernapas. "Rachel, kamu benar-benar belum mati!""Aku tetap hidup untuk membunuhmu!""Jangan melukai anak-anak." Yasmin melihat ketiga anaknya yang sedang menangis. Hatinya terasa perih, tapi dia tidak mau menakuti mereka.Dia tidak bisa membiarkan mereka terluka!"Tenang saja. Aku hanya ingin membunuhmu!" Rachel barusan selesai bicara.Lalu, beberapa pengawal langsung muncul. Ada pengawal yang melindun
"Tinggalkan dulu pekerjaan Mama. Santai saja," ucap Julian."Kami ingin bermain bersama Mama," ucap Julius.Yasmin tahu kalau mereka sudah lama tidak keluar, lalu Daniel meminta mereka mengerjakan berbagai pekerjaan rumah di Taman Royal. Sepertinya Daniel juga telah berencana mencari guru les untuk mengajar mereka.Yasmin merasa itu terlalu cepat. Setelah dia memikirkannya, anak-anak masih kecil dan seharusnya mereka tidak diberikan tekanan yang terlalu berat.Namun, dia setuju untuk keluar bersama mereka.Mereka mengunjungi jalan sebelumnya.Yasmin bisa melihat sekarang, jadi dia merasa jauh lebih aman. Dia dapat mengawasi anak-anak kapan saja.Ini tidak seperti terakhir kali mereka berada di mal di mana dia benar-benar tidak berdaya."Mama, ikan!" Anak-anak berhenti di depan sebuah toko.Mereka melihat ikan-ikan di dalam dengan penasaran.Pemilik toko berkata, "Kalian bisa menangkapnya seharga 60 ribu. Kalau kalian berhasil, ikannya menjadi milik kalian.""Seru sekali!" Julia langsun
Yasmin tanpa sadar menjauh. Sorot matanya tampak ketakutan. "Jangan ...."Daniel menarik Yasmin ke pelukannya dengan kuat. "Jangan apa?"Yasmin menggigit bibirnya yang gemetar."Apa kamu nggak menyukainya?""Bukan ...." jawab Yasmin dengan sangat lemah."Aku nggak akan menyentuhmu. Tidurlah." Daniel menempelkan kepala Yasmin ke dadanya sambil memeluknya.Yasmin berada di pelukan Daniel dan mendengar suara detak jantungnya yang kuat.Dia menyadari Daniel menjadi mudah marah, terutama kalau itu berkaitan dengannya.Yasmin tidak berani bertanya apa itu karena Raymond. Dia bahkan tidak berani mengungkit nama Raymond.Begitu Daniel marah, Yasmin akan mengalami akhir yang mengenaskan.Kalau begitu, bagaimana dengan Irene?Apa Yasmin tidak boleh memiliki pemikirannya sendiri? Dia hanya boleh dikontrol Daniel ...?Setelah Irene tahu kalau Yasmin dan Daniel sedang bertengkar, dia pergi ke Grup Naga.Dia menghampiri resepsionis, lalu bertanya, "Apa Daniel ada di sini?"Semua orang tahu hubungan
Yasmin bahkan tidak berani membuat Daniel menunggunya di dalam mobil.Setelah dia menenangkan kegugupannya dan tubuhnya yang dingin, dia naik mobil.Mobil meninggalkan alun-alun dan melaju pergi.Jalan itu awalnya sangat ramai, tapi ketika orang-orang melihat mobil Rolls Royce, mereka berinisiatif memberi jalan seolah-olah mereka takut akan menjadi miskin kalau mereka menyentuhnya sedikit pun saja."Wajahmu tampak pucat. Apa kamu nggak enak badan?" tanya Daniel."Nggak ...." Setelah Yasmin menjawab, tangan besar Daniel menggenggam tangan kecil Yasmin.Daniel mengerutkan alisnya. "Kenapa kamu dingin sekali? Pergi ke rumah sakit."Sebelum Yasmin sempat menjawab, dia telah mendengar perintah Daniel.Sopir segera menuju ke rumah sakit.Awalnya Yasmin ingin mengatakan sesuatu, tapi dia membatalkan niatnya.Kalau dia tidak enak badan, mungkin Daniel akan melepaskannya malam ini ....Setelah mereka tiba di rumah sakit, Helen memeriksa Yasmin.Tak peduli pemeriksaan apa itu, karena Helen adala
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara