Irene menghampiri Daniel dengan gugup, lalu dia menjelaskan, "Daniel, bukan seperti itu. Aku nggak tahu apa-apa. Ketika hasil tes DNA menunjukkan Yasmin bukan adik kandungku, aku merasa marah dan sedih. Dia nggak seharusnya menipu kita semua dan membuat keluargaku kecewa. Tentu saja, aku lebih marah karena siapa pun nggak mau ditipu. Tapi, aku bisa bersumpah kalau aku nggak tahu tentang ini. Daniel, kamu harus percaya padaku!"Yasmin melihat Irene tampak gelisah saat menjelaskan diri, jadi dia bertanya dengan nada dingin, "Apa kamu seperti ini untuk harta Ayah?""Aku sudah bilang aku nggak tahu!" kata Irene dengan emosi kepada Yasmin."Kamu paling tahu apa kamu benar-benar nggak tahu atau nggak." Bagaimana mungkin Yasmin memercayai Irene. "Tiap kali hal buruk terjadi, kamu selalu mengatakan itu. Aku sudah sering melihatnya.""Kamu ...." Irene tidak ingin berdebat dengan Yasmin. Dia melihat Daniel dan berkata, "Daniel, kamu paling mengerti aku. Kamu harus percaya padaku.""Pulang dan re
"Aku sangat berharap keributan tadi bisa membuat Ayah sedikit bereaksi ...." Mata Yasmin memanas. "Aku tahu aku putrinya Ayah. Perasaan keluarga ini nggak mungkin palsu.""Ayahmu akan bangun, pasti." Klara berkata, "Tapi, sekarang kamu perlu mengurus perusahaan ayahmu, 'kan? Yasmin, bekerjalah dengan baik. Ibu bisa menjaga Ayah.""Saat Ayah bangun, aku akan mengembalikan harta dan perusahaannya," kata Yasmin.Dia tidak menginginkan barang-barang. Dia hanya mau ayahnya bangun."Bu, kamu belum makan, 'kan? Aku akan membeli makanan untukmu.""Setelah keributan tadi, rasa laparku menghilang," kata Klara."Kamu masih perlu makan." Yasmin pun keluar untuk membelikan Klara makanan.Dia juga menelepon Jasper untuk berbicara tentang perusahaan.Jasper berkata besok dia akan membawa Yasmin ke perusahaan.Sebelum ayahnya mengalami kecelakaan, Yasmin tidak pernah pergi ke perusahaan karena Dahlia dan Irene.Besok pagi, Yasmin pergi ke perusahaan untuk menjenguk Andy. "Ayah, ini hari pertamaku perg
"Yang penting kamu tahu cara menanganinya. Kalau kamu kewalahan, kamu harus memberi tahu Ibu, oke? Ibu juga bisa membantumu.""Aku tahu."Terdengar suara ketukan pintu, lalu pintu terbuka. Martin masuk dengan wajah datar. Tangannya juga sedang membawa sebuah keranjang buah.Klara terkejut, lalu dia melirik Yasmin."Kenapa kamu datang ke sini," tanya Yasmin."Padahal aku ingin bilang akhirnya kamu mau melepaskan diri dari Daniel karena kamu pergi ke luar negeri. Ternyata, kamu tetap kembali." Martin meletakkan keranjang buah di meja. Dia melihat Andy dan bertanya, "Apa kata dokter?""Dokter masih memikirkan cara untuk mengobatinya," jawab Yasmin.Martin tidak berkata apa-apa. Dia menatap Yasmin dan berkata, "Ayo pergi makan."Yasmin ragu sejenak. Dia melihat ibunya dan berkata, "Aku keluar sebentar."Klara tidak begitu menyukai Martin, tapi karena putrinya berkata seperti itu, dia terpaksa menyetujui Irene.Yasmin bersedia makan bersama Martin karena dia ingin bantuan Martin. "Apa kamu
"Kamu benar, tapi aku nggak bisa menerima ini. Kenapa harta ayahmu harus diberikan kepada dua wanita jalang itu? Seharusnya kita mendapatkannya! Kalau kita nggak punya Daniel, apa yang kita miliki?" Cita-cita seumur hidup Dahlia adalah menikah dengan pria kaya.Andy adalah "pria kaya" yang berada di luar dugaan Dahlia, maka itu dia memikirkan segala cara untuk mereka menikah lagi.Dia melihat kekayaan Andy makin bertambah. Itu bisa memuaskan ambisinya sebagai nyonya kaya.Pada akhirnya, harta Andy malah diambil Klara dan Yasmin. Bagaimana mungkin Dahlia bisa menerimanya?"Nggak ada kalau-kalau!" Irene terlihat sangat emosional. Cangkir kopi di tangannya membentur meja kopi dengan keras. Setelah itu, cangkirnya terjatuh ke lantai dan mengeluarkan suara yang keras.Dahlia pun terkejut."Kenapa Ibu bilang kalau? Daniel hanya bisa menikahiku! Nggak ada yang boleh mengambil posisiku!" Tatapan mata Irene terlihat sangat galak. "Mau itu kecantikan atau talenta, aku lebih unggul daripada Yasmi
"Kalau aku tahu ini akan terjadi ... aku nggak akan pergi ke luar negeri. Kenapa aku pergi ke luar negeri?" Yasmin menyesal. Matanya memanas dan berlinang air mata."Siapa yang bisa menebak hal seperti ini akan terjadi? Ini bukan salahmu." Klara merasa sedih dan dia juga mengasihani Andy.Terkadang di antara mereka, Klara tidak tahu harus merasa kasihan pada siapa. Sebenarnya, hidupnya sendiri juga buruk.Namun, ketika dia memikirkannya sekarang, semua hidup mereka susah."Setelah aku berpisah dengan ayahmu, aku pernah mengutuknya setiap hari. Kenapa dia bisa memiliki hidup yang bahagia, sedangkan aku harus hidup susah dan melahirkan anaknya? Terutama pada hari aku melahirkanmu, aku kesakitan sepanjang hari. Aku ingin sekali mencari Andy dan menamparnya .... Selama ini aku mengira setelah ayahmu menikah lagi dan memiliki istri, dia senang. Aku nggak pernah berpikir dia juga hidup susah ...." Mata Klara menjadi merah. Makin lama dia berbicara, dia makin sedih. "Waktu itu aku nggak sehar
"Nggak. Coba kamu ceritakan padaku tentang Pak Ronaldo." Yasmin berkata, "Aku ingin memahaminya.""Baik." Mike mulai memberi tahu Yasmin berbagai kesukaan Pak Ronaldo.Setelah Mike keluar, Yasmin mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Daniel. Bagaimanapun juga, dia akan mengetes keberaniannya dulu.Telepon baru diangkat setelah nada dering berbunyi beberapa kali. "Kak, apa kamu sedang sibuk?""Kamu memanggilku 'kak', itu berarti kamu mau meminta sesuatu." Suara Daniel yang rendah menyambut telinga Yasmin.Yasmin berusaha berbicara dengan nada lembut. "Iya. Apa kamu bisa membawa anak-anak ke kamar pasien untuk menjenguk kakek mereka? Mungkin Kakek akan bangun ketika dia mendengar suara cucu-cucunya. Permintaanku ... nggak keterlaluan, 'kan?"Setelah itu, dia tidak mendengar suara Daniel.Itu membuat Yasmin sedikit gelisah. Daniel tidak akan menolaknya, 'kan?Apa Daniel tidak setuju karena ibunya ada di sana?Pada saat ini, apa Daniel masih belum melepaskan ibunya?"Apa nanti sore kamu m
Gold adalah olahraga utama Yasmin ketika dia kuliah di Universitas Hambridge. Dia bisa bermain golf, tapi dia pasti tidak bisa menang dari Pak Ronaldo yang sering bermain.Namun, untuk bisnis perusahaan, dia harus memberanikan diri.Dia pun melawan Pak Ronaldo dengan sangat serius. Tanpa ketegangan apa pun, Yasmin kalah telak.Setelah beberapa ronde, Yasmin benar-benar malu."Hahaha! Meskipun kamu kalah, kamu lumayan pandai bermain. Kamu pintar, Nak." Pak Ronaldo berkata, "Pak Andy nggak punya anak laki-laki, tapi anak perempuannya sangat hebat."Yasmin menangkap kesempatan ini untuk bertanya, "Pak Ronaldo seumuran dengan ayahku. Aku boleh memanggilmu Paman Ronaldo, 'kan? Jadi, Paman Ronaldo, apa kerja sama antara perusahaan kita masih boleh dilanjutkan?"Pak Ronaldo mengangkat jari telunjuknya untuk menghentikan Yasmin. "Aku sudah bilang aku datang hari ini bukan untuk membahas bisnis. Dan aku sudah nggak punya niat untuk bekerja sama dengan perusahaan kalian.""Dulu ketika perusahaan
Saat Pak Ronaldo tahu siapa itu, dia buru-buru menyapa, "Halo, Tuan Daniel. Nama saya Ronaldo Samisura. Saya nggak menyangka akan berpapasan dengan Anda di sini. Saya sudah lama ingin berkenalan dengan Anda! Kami baru selesai bermain, jadi saya berharap Tuan Daniel menikmati permainan Anda."Daniel sengaja melirik Yasmin sebelum berkata, "Karena kita sudah berpapasan, bagaimana kalau kita bermain bersama?"Ronaldo terkejut. Meskipun bisnisnya tidak kecil, dia tidak berada di tingkat yang sama dengan pemuda berkuasa di depannya ini.Apalagi bermain dengannya.Namun, dia tetap merendah dan berkata, "Saya sedang bermain dengan seorang pemula. Saya khawatir kami nggak memenuhi standar Tuan Daniel.""Pemula, ya?" Mata Daniel tertuju pada Yasmin lalu dia melambaikan tangannya.Yasmin menggigit bibirnya, lalu dia menghampiri Daniel dengan terpaksa.Dia bergumam di dalam hati.Sebenarnya untuk apa Daniel datang ke sini? Apa dia datang benar-benar untuk bermain golf?Padahal Yasmin ada di sini?
"Jangan mendekat!" Bilah pisau di tangan Rachel berkilau. Ujung pisau langsung diletakkan di dekat leher Yasmin. "Jangan mendekat atau aku akan membunuh mama kalian!"Susan langsung menahan anak-anak dan tidak mengizinkan mereka mendekat.Anak-anak menatap pisau di leher Yasmin dengan ketakutan. "Ma ... Mama ....""Aku mau menolong Mama. Lepaskan aku!"Anak-anak meronta saat ditahan Susan dan Susan hampir melepaskan mereka."Nggak apa-apa. Jangan takut. Kalian jangan mendekat. Semuanya baik-baik saja .... Susan, jangan biarkan mereka mendekat ...." Tubuh Yasmin ditahan dan dia kesulitan bernapas. "Rachel, kamu benar-benar belum mati!""Aku tetap hidup untuk membunuhmu!""Jangan melukai anak-anak." Yasmin melihat ketiga anaknya yang sedang menangis. Hatinya terasa perih, tapi dia tidak mau menakuti mereka.Dia tidak bisa membiarkan mereka terluka!"Tenang saja. Aku hanya ingin membunuhmu!" Rachel barusan selesai bicara.Lalu, beberapa pengawal langsung muncul. Ada pengawal yang melindun
"Tinggalkan dulu pekerjaan Mama. Santai saja," ucap Julian."Kami ingin bermain bersama Mama," ucap Julius.Yasmin tahu kalau mereka sudah lama tidak keluar, lalu Daniel meminta mereka mengerjakan berbagai pekerjaan rumah di Taman Royal. Sepertinya Daniel juga telah berencana mencari guru les untuk mengajar mereka.Yasmin merasa itu terlalu cepat. Setelah dia memikirkannya, anak-anak masih kecil dan seharusnya mereka tidak diberikan tekanan yang terlalu berat.Namun, dia setuju untuk keluar bersama mereka.Mereka mengunjungi jalan sebelumnya.Yasmin bisa melihat sekarang, jadi dia merasa jauh lebih aman. Dia dapat mengawasi anak-anak kapan saja.Ini tidak seperti terakhir kali mereka berada di mal di mana dia benar-benar tidak berdaya."Mama, ikan!" Anak-anak berhenti di depan sebuah toko.Mereka melihat ikan-ikan di dalam dengan penasaran.Pemilik toko berkata, "Kalian bisa menangkapnya seharga 60 ribu. Kalau kalian berhasil, ikannya menjadi milik kalian.""Seru sekali!" Julia langsun
Yasmin tanpa sadar menjauh. Sorot matanya tampak ketakutan. "Jangan ...."Daniel menarik Yasmin ke pelukannya dengan kuat. "Jangan apa?"Yasmin menggigit bibirnya yang gemetar."Apa kamu nggak menyukainya?""Bukan ...." jawab Yasmin dengan sangat lemah."Aku nggak akan menyentuhmu. Tidurlah." Daniel menempelkan kepala Yasmin ke dadanya sambil memeluknya.Yasmin berada di pelukan Daniel dan mendengar suara detak jantungnya yang kuat.Dia menyadari Daniel menjadi mudah marah, terutama kalau itu berkaitan dengannya.Yasmin tidak berani bertanya apa itu karena Raymond. Dia bahkan tidak berani mengungkit nama Raymond.Begitu Daniel marah, Yasmin akan mengalami akhir yang mengenaskan.Kalau begitu, bagaimana dengan Irene?Apa Yasmin tidak boleh memiliki pemikirannya sendiri? Dia hanya boleh dikontrol Daniel ...?Setelah Irene tahu kalau Yasmin dan Daniel sedang bertengkar, dia pergi ke Grup Naga.Dia menghampiri resepsionis, lalu bertanya, "Apa Daniel ada di sini?"Semua orang tahu hubungan
Yasmin bahkan tidak berani membuat Daniel menunggunya di dalam mobil.Setelah dia menenangkan kegugupannya dan tubuhnya yang dingin, dia naik mobil.Mobil meninggalkan alun-alun dan melaju pergi.Jalan itu awalnya sangat ramai, tapi ketika orang-orang melihat mobil Rolls Royce, mereka berinisiatif memberi jalan seolah-olah mereka takut akan menjadi miskin kalau mereka menyentuhnya sedikit pun saja."Wajahmu tampak pucat. Apa kamu nggak enak badan?" tanya Daniel."Nggak ...." Setelah Yasmin menjawab, tangan besar Daniel menggenggam tangan kecil Yasmin.Daniel mengerutkan alisnya. "Kenapa kamu dingin sekali? Pergi ke rumah sakit."Sebelum Yasmin sempat menjawab, dia telah mendengar perintah Daniel.Sopir segera menuju ke rumah sakit.Awalnya Yasmin ingin mengatakan sesuatu, tapi dia membatalkan niatnya.Kalau dia tidak enak badan, mungkin Daniel akan melepaskannya malam ini ....Setelah mereka tiba di rumah sakit, Helen memeriksa Yasmin.Tak peduli pemeriksaan apa itu, karena Helen adala
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara