Yasmin berdiri. "Pak Joshua, apa Anda sudah mau pulang?""Kenapa kamu belum pulang?"Yasmin memanyunkan bibirnya. "Pak Joshua, apa Anda bisa membantu saya?""Ada apa?""Di mana Daniel sekarang? Sa ... saya ingin mencarinya," kata Yasmin.Ponsel lamanya sudah hilang, jadi dia tidak bisa mengecek keberadaan Daniel lagi.Dia juga tidak bisa asal pergi.Karena dia sudah menelepon ke Taman Royal dan Daniel tidak ada di sana.Apa Daniel sedang bersama Irene?Besok mereka akan pergi mendaftar akta nikah, apa mereka perlu begitu menempel?Bagaimana kalau mereka sedang bersama? Bagaimanapun juga, mereka saling menyukai ...."Apa kamu nggak tahu?" tanya Joshua."Sa ... saya nggak meneleponnya." Yasmin berkata, "Dia nggak ada di Taman Royal."Joshua tidak berkata apa-apa dan sedang berpikir.Yasmin memohon, "Pak Joshua, bisakah Anda membantu saya kali ini saja? Ma ... malam ini saya harus menemuinya!"Joshua tersenyum melihat tampang Yasmin yang kasihan, kemudian dia mengeluarkan ponselnya. "Aku
Wajah Daniel tampak tegang. Kemudian, dia melepaskan tangan Yasmin yang memeluk pinggangnya dan berbalik.Mata Yasmin berkaca-kaca. Dia terlihat kasihan dan sedikit gugup."Bukankah kamu takut padaku, tapi kamu menyukaiku?""Aku lebih menyukaimu daripada takut padamu. Aku nggak pernah mempunyai perasaan seperti ini pada orang lain ...." Yasmin menatap mata Daniel yang begitu tajam. "Aku selalu menyembunyikan perasaanku padamu, jadi kamu mengira aku takut padamu ...."Setelah mengatakan itu, Yasmin maju dan meletakkan tangannya di bahu lebar Daniel. Dia berjinjit, lalu mencium bibir tipis Daniel.Yasmin menciumnya dengan lembut dan sensual.Itu membuat jantung Daniel berdebar.Dia mengulurkan tangannya untuk meraih pinggang langsing Yasmin, lalu dia memperdalam ciuman mereka.Daniel memeluk pinggang Yasmin, lalu mengangkatnya ke tempat tidur di kamarnya. Bayangan hitamnya menyelimuti Yasmin. Kemudian, dia mengangkat dagu Yasmin agar mereka saling bertatapan. "Suka lebih berbahaya daripa
Dahlia sudah keluar beberapa kali untuk mengecek. Dia memasuki ruang tamu, lalu bertanya, "Irene, kenapa Daniel belum datang? Dia nggak mungkin melupakan hal sepenting ini, 'kan? Daniel juga bukan orang yang plin-plan. Bagaimana kalau kamu meneleponnya?"Irene melihat jam dan masih ada lima menit. Dia berkata, "Aku akan tunggu sebentar lagi. Daniel bilang jam delapan, jadi dia pasti akan datang pada jam delapan."Pada akhirnya, sudah jam delapan lewat lima menit, tapi orangnya belum muncul.Irene sesekali melihat jam. Dia sudah menunggu sampai jam delapan lewat sepuluh menit.Dia pun mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Daniel, tapi tidak ada yang mengangkat telepon.Dahlia dan Andy melihatnya menelepon Daniel karena teleponnya yang tidak diangkat membuat wajahnya terlihat agak gugup.Dia menelepon lagi, tapi teleponnya masih tidak diangkat."Seharusnya dia sedang sibuk," ucap Irene."Hari ini kalian mau pergi mendaftar akta nikah. Hal apa yang lebih penting dibandingkan ini?" Dahlia
Irene merasa martabatnya sangat diinjak-injak saat ini. Dia seolah-olah telah disiram dengan air kotor. Ini pertama kalinya dia merasa sangat malu.Karena dia sangat cantik, para pria dan wanita meliriknya ketika mereka melewatinya.Namun, hanya dia yang tahu rasa malu yang sedang dirasakan.Ponselnya berdering, Irene pun buru-buru melihat layar ponselnya. Sayangnya, yang meneleponnya bukan Daniel, melainkan Dahlia.Irene langsung merasa sedih. Dia mengangkat telepon Dahlia, lalu berkata dengan murung, "Bu ...."Dahlia dapat mendengar ada yang aneh dengan nada Irene, jadi dia bertanya, "Kalian belum ... mendaftar akta nikah?""Daniel nggak mengangkat teleponku. Dia juga nggak muncul. Aku nggak tahu di mana dia." Lalu, Irene berkata, "Aku ada menelepon Yasmin dan dia juga nggak mengangkat telepon. Yasmin pasti tahu hari ini aku dan Daniel mau mendaftar akta nikah, jadi dia memikirkan cara untuk menahan Daniel. Kalau nggak, Daniel nggak mungkin memperlakukanku seperti ini!""Yasmin lagi!
Klara sangat kelelahan, jadi dia tidak pergi mengejar Dahlia.Dia duduk di sofa dengan napas terengah-engah, kemudian dia merapikan rambutnya yang seperti sarang burung."Dia menjambak lumayan banyak rambutku. Ada yang botak nggak, ya?" Klara melihat ujung rambutnya dengan murung, lalu dia menyentuh kulit kepalanya.Kemudian, dia mengingat alasan Dahlia datang ke rumahnya.Hari ini Daniel pasti melupakan janjinya dengan Irene. Kalau tidak, Dahlia tidak mungkin datang ke rumahnya dan membuat keributan.Jadi, apa itu karena Yasmin?Yasmin benar-benar sudah mendengar nasihatnya?Ketika Klara memikirkan ini, dia merasa sangat bangga.Dia kembali ke kamarnya untuk mengambil ponselnya. Dia menelepon Yasmin, tapi teleponnya tidak diangkat.Kemudian, dia mematikan teleponnya. Kalau mereka berdua benar-benar sedang bersama, Yasmin juga tidak bisa mengangkat teleponnya, 'kan?Klara senang sekali.Anak kesayangannya memang hebat. Bisa-bisanya Yasmin mengganggu hari pendaftaran akta nikah Daniel d
Daniel tidak berkata apa-apa dan keluar.Dia membuka kulkas, lalu mengambil air botol untuk meminumnya.Setelah itu, dia duduk di sofa.Dia mengeluarkan ponsel di kantong jas yang terletak di sebelahnya.Ketika dia melihat panggilan dan pesan teks dari Irene, dia baru mengingat pagi ini seharusnya dia pergi mendaftar akta nikah di Dukcapil.Sedangkan sekarang sudah hampir jam empat sore. Entah sudah berapa jam berlalu sejak jam sembilan pagi.Daniel mencubit batang hidungnya dengan kesal. Bisa-bisanya dia melupakan hal sepenting ini ....Di Dukcapil, Irene masih menunggu. Satu jam lagi, Dukcapil tutup."Irene, pulanglah. Sampai sekarang Daniel masih belum memberi kabar. Dia nggak akan datang." Dari tadi Dahlia menemani Irene.Dalam hati, Dahlia merasa marah dan kesal.Pipinya juga masih ada bekas tamparan Klara."Dia akan datang. Dia pasti punya urusan darurat yang perlu ditangani, makanya dia telat," kata Irene dengan keras kepala."Bagaimanapun juga, seharusnya dia memberi kabar, 'ka
Daniel duduk di sofa sambil menatap Yasmin yang sedang berbaring di tempat tidur. Yasmin sangat kurus dan dia benar-benar tidak bisa disiksa terlalu lama.Daniel duduk selama beberapa menit, kemudian dia berdiri.Dia duduk di tepi tempat tidur dan bayangannya menutupi wajah Yasmin.Daniel mengulurkan tangannya. Dia menyentuh pipi Yasmin dengan punggung tangannya. Lembut dan sedikit hangat.Yasmin yang sedang tidur merasa nyaman, jadi dia menyandarkan pipinya sedikit. Rasa yang agak kasar itu pun tidak membuatnya geli. Dia malah menangkap tangan Daniel dan membuatnya menjadi bantal. Dia seolah-olah takut Daniel akan pergi.Irene menunggu sampai langit menjadi gelap dan lampu-lampu menyala. Namun, dia tidak melihat Daniel.Jadi, dia menelepon sekali lagi. "Daniel, berapa lama lagi? Orang-orang Dukcapil sudah mau pulang kerja. Kalau kamu nggak bisa datang tepat waktu, apa kamu bisa memberi tahu orang Dukcapil dulu?"Daniel menempel ponselnya di telinga sambil menatap Yasmin dan tangannya
Andy mengerutkan alisnya. Dari awal dia merasa tidak seharusnya Irene dan Daniel mendaftar akta nikah.Dan memang telah terjadi masalah.Akan tetapi, kata-kata seperti itu tidak boleh dikatakan kepada Irene yang sedang sedih. Itu hanya akan membuat Irene makin sedih."Ayah, bantu aku." Irene bangkit, lalu menghampiri Andy. Dia menarik tangan Andy dan berkata, "Ayah, suruh Yasmin kembalikan Daniel kepadaku. Dia nggak menyukai Daniel, jadi kenapa dia terus mengganggu Daniel? Aku nggak bisa hidup tanpa Daniel. Suruh dia memaafkan apa yang dulu pernah kulakukan padanya. Aku bersedia melakukan apa pun selama dia nggak merebut Daniel dariku. Ayah, kamu berbicaralah dengannya. Dia pasti akan mendengarkanmu ...."Irene menangis tersedu-sedu.Andy merasa sakit hati. Dia menghela napas. "Ayah pergi mencari tahu dulu. Nanti Ayah akan memberimu jawaban."Irene mengangguk. Dia tampak sangat sedih.Sebagai seorang ayah, Andy tidak mungkin bisa berdiam diri saja. Dia pun terpaksa bertindak.Tengah ma
"Jangan mendekat!" Bilah pisau di tangan Rachel berkilau. Ujung pisau langsung diletakkan di dekat leher Yasmin. "Jangan mendekat atau aku akan membunuh mama kalian!"Susan langsung menahan anak-anak dan tidak mengizinkan mereka mendekat.Anak-anak menatap pisau di leher Yasmin dengan ketakutan. "Ma ... Mama ....""Aku mau menolong Mama. Lepaskan aku!"Anak-anak meronta saat ditahan Susan dan Susan hampir melepaskan mereka."Nggak apa-apa. Jangan takut. Kalian jangan mendekat. Semuanya baik-baik saja .... Susan, jangan biarkan mereka mendekat ...." Tubuh Yasmin ditahan dan dia kesulitan bernapas. "Rachel, kamu benar-benar belum mati!""Aku tetap hidup untuk membunuhmu!""Jangan melukai anak-anak." Yasmin melihat ketiga anaknya yang sedang menangis. Hatinya terasa perih, tapi dia tidak mau menakuti mereka.Dia tidak bisa membiarkan mereka terluka!"Tenang saja. Aku hanya ingin membunuhmu!" Rachel barusan selesai bicara.Lalu, beberapa pengawal langsung muncul. Ada pengawal yang melindun
"Tinggalkan dulu pekerjaan Mama. Santai saja," ucap Julian."Kami ingin bermain bersama Mama," ucap Julius.Yasmin tahu kalau mereka sudah lama tidak keluar, lalu Daniel meminta mereka mengerjakan berbagai pekerjaan rumah di Taman Royal. Sepertinya Daniel juga telah berencana mencari guru les untuk mengajar mereka.Yasmin merasa itu terlalu cepat. Setelah dia memikirkannya, anak-anak masih kecil dan seharusnya mereka tidak diberikan tekanan yang terlalu berat.Namun, dia setuju untuk keluar bersama mereka.Mereka mengunjungi jalan sebelumnya.Yasmin bisa melihat sekarang, jadi dia merasa jauh lebih aman. Dia dapat mengawasi anak-anak kapan saja.Ini tidak seperti terakhir kali mereka berada di mal di mana dia benar-benar tidak berdaya."Mama, ikan!" Anak-anak berhenti di depan sebuah toko.Mereka melihat ikan-ikan di dalam dengan penasaran.Pemilik toko berkata, "Kalian bisa menangkapnya seharga 60 ribu. Kalau kalian berhasil, ikannya menjadi milik kalian.""Seru sekali!" Julia langsun
Yasmin tanpa sadar menjauh. Sorot matanya tampak ketakutan. "Jangan ...."Daniel menarik Yasmin ke pelukannya dengan kuat. "Jangan apa?"Yasmin menggigit bibirnya yang gemetar."Apa kamu nggak menyukainya?""Bukan ...." jawab Yasmin dengan sangat lemah."Aku nggak akan menyentuhmu. Tidurlah." Daniel menempelkan kepala Yasmin ke dadanya sambil memeluknya.Yasmin berada di pelukan Daniel dan mendengar suara detak jantungnya yang kuat.Dia menyadari Daniel menjadi mudah marah, terutama kalau itu berkaitan dengannya.Yasmin tidak berani bertanya apa itu karena Raymond. Dia bahkan tidak berani mengungkit nama Raymond.Begitu Daniel marah, Yasmin akan mengalami akhir yang mengenaskan.Kalau begitu, bagaimana dengan Irene?Apa Yasmin tidak boleh memiliki pemikirannya sendiri? Dia hanya boleh dikontrol Daniel ...?Setelah Irene tahu kalau Yasmin dan Daniel sedang bertengkar, dia pergi ke Grup Naga.Dia menghampiri resepsionis, lalu bertanya, "Apa Daniel ada di sini?"Semua orang tahu hubungan
Yasmin bahkan tidak berani membuat Daniel menunggunya di dalam mobil.Setelah dia menenangkan kegugupannya dan tubuhnya yang dingin, dia naik mobil.Mobil meninggalkan alun-alun dan melaju pergi.Jalan itu awalnya sangat ramai, tapi ketika orang-orang melihat mobil Rolls Royce, mereka berinisiatif memberi jalan seolah-olah mereka takut akan menjadi miskin kalau mereka menyentuhnya sedikit pun saja."Wajahmu tampak pucat. Apa kamu nggak enak badan?" tanya Daniel."Nggak ...." Setelah Yasmin menjawab, tangan besar Daniel menggenggam tangan kecil Yasmin.Daniel mengerutkan alisnya. "Kenapa kamu dingin sekali? Pergi ke rumah sakit."Sebelum Yasmin sempat menjawab, dia telah mendengar perintah Daniel.Sopir segera menuju ke rumah sakit.Awalnya Yasmin ingin mengatakan sesuatu, tapi dia membatalkan niatnya.Kalau dia tidak enak badan, mungkin Daniel akan melepaskannya malam ini ....Setelah mereka tiba di rumah sakit, Helen memeriksa Yasmin.Tak peduli pemeriksaan apa itu, karena Helen adala
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara