Yasmin tidak memikirkan Daniel lagi karena mengkhawatirkan anak-anak sudah cukup.Dia baru makan dua suap, lalu ada yang membuka pintu kamar.Yasmin mengangkat kepalanya. Dia melihat Martin masuk dengan raut wajah yang terlihat penuh dengan amarah.Dia tidak tahu kenapa Martin marah."Martin, ngapain kamu kemari?" tanya Klara dengan ketus.Saat ini, dia tidak mau bertemu dengan semua orang Keluarga Guntur.Dulu, dia juga tidak begitu menyukai mereka.Itu hanya karena dulu dia menantu Keluarga Guntur.Ketika Martin melihat Yasmin masih hidup, rasa khawatirnya langsung lenyap. Namun, ekspresinya terlihat masam.Setelah dia memastikan helikopter yang dinaiki Yasmin "tidak selamat", dia terus berada di Kota Cantem seperti orang yang sudah kehilangan jiwa.Setiap hari dia pergi ke bar dan minum sampai pagi.Suatu malam, dia menelepon Raymond dan bertanya tentang situasi di Kota Imperial. Namun, Raymond juga tidak memberitahunya tentang Yasmin.Setelah itu, Martin tidak pernah bertanya lagi.
"Apa kamu tahu anak-anak menghilang?" tanya Martin."Irene sudah sengaja datang untuk memberitahuku itu.""Dia tahu, tapi Daniel nggak tahu. Itu sangat mengejutkan," kata Martin sambil tersenyum sinis."Apa kamu sudah berbicara dengan Raymond? Apa anak-anak sudah ditemukan?" tanya Yasmin dengan gelisah."Dia sedang mengecek rekaman CCTV. Putra Wulan tinggal di tempat yang lebih terpencil dan kamera CCTV di sekitarnya hanya pajangan. Jadi, dia perlu waktu yang lebih lama. Kamu nggak usah khawatir.""Bagaimana aku bisa nggak khawatir? Mereka baru berusia dua tahun. Mereka nggak bisa melawan kalau mereka diculik ..." kata Yasmin sehingga matanya memerah.Selama anak-anak selamat, dia rela mati."Jangan terlalu pesimis. Pikirkan hal yang baik ...." Martin baru selesai berbicara ketika ponsel di dalam tas Klara berdering.Yasmin mempunyai firasat, jadi dia segera berkata, "Ambilkan ponsel itu!""Apa ini ponselmu?" Martin mengeluarkan ponsel tersebut. Ketika dia melihat nomor ponsel di layar
"Kapan kamu baru boleh keluar dari rumah sakit?""Nggak tahu ...." Seharusnya kemarin dia sudah boleh keluar. Setelah dia berantem dengan Irene, waktunya jadi tertunda.Martin menggenggam tangan Yasmin, lalu meremasnya dengan kuat. Dia menyunggingkan seulas senyuman sinis. "Lenganku terbuka untukmu kapan saja."Yasmin memutar bola matanya. Sentuhan Martin juga terasa canggung baginya. "Nggak usah, terima kasih.""Kamu nggak boleh cepat-cepat bilang itu." Martin melepaskan tangan Yasmin, lalu dia pergi.Yasmin terdiam. Dia sama sekali tidak usah memikirkan itu.Dia menganggap Martin hanya menggodanya, jadi dia tidak peduli.Klara masuk. Setelah dia melihat sekeliling, dia bertanya, "Martin sudah pergi?""Ya. Dia hanya menanyakan kondisiku.""Dia dekat dengan Daniel, jadi dia juga bukan orang baik." Klara melihat ponselnya berada di tangan Yasmin. "Kenapa kamu mengambil ponselku?"Yasmin baru sadar. "Oh, ponselku pemberian Daniel. Aku nggak ingin menggunakannya.""Bagus! Mungkin Daniel m
Yasmin menatap nomor ponsel Daniel dan merasa dilema.Sekarang apa yang sedang dilakukan Daniel? Apa dia sedang bersama anak-anak?Saat makan malam, ketiga anak itu dibawa ke Taman Royal.Ketika Tony tahu siapa ketiga anak ini, dia sangat terkejut dan tidak bisa berkata-kata.Dia benar-benar kagum pada Yasmin. Yasmin diam-diam melahirkan tiga anak dan bisa menyembunyikan mereka begitu lama di Kota Imperial.Ini sungguh sebuah kejutan yang luar biasa!Tony pun segera menyiapkan kamar untuk ketiga anak.Pantas saja tadi Eric meneleponnya dan memesannya untuk menyiapkan makanan kesukaan anak kecil.Dia mengira akan ada anak kecil yang bertamu.Tony juga heran bagaimana Taman Royal bisa kedatangan anak kecil sebagai tamu.Jam delapan, Daniel masih menemani anak-anak.Ini adalah pertama kalinya mereka datang ke Taman Royal, jadi anak-anak berkeliling dengan penuh rasa ingin tahu.Daniel berdiri tidak jauh dari mereka. Makin lama dia melihat anak-anak, dia makin ingin mencabik-cabik Yasmin.
Daniel mengeluarkan ponselnya. Yasmin meneleponnya.Dia langsung menolak panggilan, lalu mengatur ponselnya menjadi mode diam dan menyerahkannya kepada Tony.Tony menerima ponsel tersebut, kemudian meletakkannya di meja kopi aula.Julian menatap Daniel dengan curiga. "Apa itu bukan Mama?""Itu telepon dari kantor," ucap Daniel.Saat panggilannya dimatikan, Yasmin sudah merasa ada yang tidak beres. Saat dia menelepon untuk kedua kalinya, tidak ada yang mengangkat telepon. Dia paham kalau dia telah diabaikan.Bagaimana ini? Apa dia harus menunggu sampai dia dapat keluar dari rumah sakit, kemudian baru pergi mencari Daniel?Ketika Daniel mengabaikannya, tidak ada gunanya Yasmin menelepon sehingga ponselnya meledak.Selesai mandi, anak-anak tidur. Mereka mengenakan jubah mandi kecil dan terlihat sangat menggemaskan.Daniel duduk di tepi tempat tidur dan melihat mereka tidur, setelah itu dia baru keluar dari kamar.Dia turun ke bawah. Pengawalnya sudah menunggunya di ruang kerja."Ini infor
"Aku nggak suka perawat terus ada di sini. Saat aku nggak memerlukan bantuannya, dia bebas," kata Yasmin.Irene tersenyum dengan licik, kemudian sengaja berkata, "Apa kamu benar-benar terjatuh karena perawat sedang nggak ada? Bukan karena hal lain, 'kan?"Apa maksudmu?" tanya Andy.Irene berpura-pura berkata dengan lembut, "Bagaimana, ya? Ayah, mungkin Yasmin sudah melakukan hal yang dia tidak bisa memberi tahu kita."Andy menatap Yasmin dengan bingung. "Kalau ada apa-apa, kamu bisa memberi tahu Ayah. Jangan menyimpannya di dalam hati, itu nggak baik bagi tubuhmu.""Aku sungguh nggak apa-apa. Hari itu aku hanya terjatuh."Andy, Irene dan Yasmin mengobrol di kamar pasien. Beberapa jam kemudian, mereka pergi.Di tengah jalan, Irene berkata, "Ayah, ponselku ketinggalan di dalam kamar Yasmin. Aku akan pergi mengambilnya. Kamu pergi saja duluan. Lagi pula, aku menyetir sendiri."Pintu kamar pasien terbuka. Saat Yasmin menoleh, dia melihat Irene kembali lagi."Ketika ada Ayah, ada yang nggak
Kehormatan seperti ini tidak bisa didapat dengan menjadi dewi pianis.Hanya saja, ketika Irene masuk hari ini, dia merasa ada yang aneh dengan tatapan para resepsionis.Dia masuk ke dalam kantor dan melihat Daniel sedang bekerja. Di dalam juga ada Eric."Keluar," ucap Daniel."Baik." Eric pun keluar.Irene tersenyum. "Apa aku mengganggumu?""Nggak apa-apa.""Dua hari ini aku agak sibuk, jadi aku nggak mencarimu. Kamu nggak marah, 'kan?" tanya Irene dengan lembut."Kamu punya karier dan mandiri. Itulah yang aku suka darimu," kata Daniel sambil menatapnya.Irene senang karena dia dipuji. Dia berkata, "Makan, yuk?"Daniel melirik waktu, lalu berkata, "Kita makan di rumah saja.""Kalau begitu, aku menunggumu di Taman Royal, ya?" tanya Irene."Baik."Irene keluar dari Grup Naga, kemudian mengendarai mobilnya ke Taman Royal.Selama perjalanan, dia merasa senang.Selama dia bisa menenangkan Daniel, Yasmin tidak akan bisa menang darinya.Irene menghitung hari dan kebetulan hari ini adalah masa
"Eric bilang anak-anak datang ke Grup Naga. Mereka sangat mirip dengan Tuan Daniel, jadi semua orang tahu pasti ada masalah. Kemudian, Tuan Daniel tahu setelah melakukan penyelidikan," kata Tony.Irene berpikir, anak kembar tiga ini bisa melakukan itu pasti karena ada orang yang mengajari mereka.Siapa lagi selain Yasmin?!Sekarang anak-anak sudah diketahui Daniel, jadi Irene tidak bisa melakukan apa-apa.Irene menutup mulutnya dan langsung meneteskan air mata.Tony terkejut. "Nona Irene, apa Anda baik-baik saja?"Irene menggelengkan kepalanya, tapi dia terlihat sangat sedih.Tony paham kenapa Irene seperti ini.Dia adalah tunangan Daniel dan mereka belum menikah, tapi Tuan Daniel sudah punya tiga anak dengan wanita lain.Irene sendiri belum melahirkan dan tiba-tiba dia telah menjadi ibu tiri.Siapa pun tidak akan bisa menerimanya.Muncul suara deru mobil di luar. Daniel sudah kembali.Dia baru saja masuk, kemudian dia disapa dengan adegan yang kacau itu. Irene pun menahan air matanya.
Yasmin dipukuli sehingga seluruh tulangnya sakit-sakit.Pisau di wajahnya membuatnya tidak berani bergerak.Dia benar-benar tidak percaya Rachel begitu percaya diri pada dirinya sendiri."Rachel, kamu nggak pernah dicintai, 'kan?" Pertanyaan Yasmin yang mendadak membuat Rachel tertegun."Apa katamu?""Kamu nggak pernah dicintai, tapi kamu tiba-tiba menyukai orang, jadi kamu nggak tahu bagaimana mengungkapkannya. Kamu nggak bisa membedakan benar dan salah. Saat orang baik sedikit padamu, kamu langsung merasa sangat hangat. Kamu benar-benar kasihan.""Kamu ... kamu cari mati!" Rachel langsung menampar Yasmin.Yasmin terjatuh dan terasa pusing. Darah mengalir keluar dari sudut mulutnya. Kemudian, dia bergeming di lantai."Kenapa kamu diam saja? Kamu memprovokasiku hanya untuk mengulur waktu, 'kan? Kuberi tahu kamu, ketika mereka menemukan tempat ini, kamu sudah mati seperti ikan-ikan di sini!"Dingin, dingin sekali ....Udara dingin menembus ke dalam tubuhnya dan darahnya mulai menjadi di
Rumah ini dipenuhi dengan lemari es dan es serut. Di dalam es serut terdapat kotak-kotak berisi ikan beku.Ada termometer yang tergantung di dinding. Suhunya minus 20°C, tapi itu tetap tidak bisa menyembunyikan bau amis di dalam rumah.Yasmin hanya mengenakan kemeja putih, rok span abu-abu dan sepatu flat. Dia berganti menjadi pakaian ini untuk berjalan-jalan dengan anak-anak.Meskipun itu musim dingin, cuaca tidak pernah mencapai minus 20°C. Yasmin yang tidak tahan dingin menyilangkan tangan dan menggosok lengannya. Asap putih keluar dari mulutnya.Ketika dia barusan mengambil beberapa langkah untuk mencari pintu keluar, dia merasakan sesuatu di belakangan.Begitu dia menoleh, sebuah kaki menendang perutnya."Ah!" Yasmin terjatuh. Perutnya sangat sakit untuk beberapa saat."Aku kira kamu nggak akan bangun." Aura membunuh memenuhi tubuh Rachel. Tangannya sedang memegang pisau.Yasmin menggertakkan giginya untuk menahan rasa sakit sambil mengangkat kepala. Saat dia melihat pisau, luka d
"Jangan mendekat!" Bilah pisau di tangan Rachel berkilau. Ujung pisau langsung diletakkan di dekat leher Yasmin. "Jangan mendekat atau aku akan membunuh mama kalian!"Susan langsung menahan anak-anak dan tidak mengizinkan mereka mendekat.Anak-anak menatap pisau di leher Yasmin dengan ketakutan. "Ma ... Mama ....""Aku mau menolong Mama. Lepaskan aku!"Anak-anak meronta saat ditahan Susan dan Susan hampir melepaskan mereka."Nggak apa-apa. Jangan takut. Kalian jangan mendekat. Semuanya baik-baik saja .... Susan, jangan biarkan mereka mendekat ...." Tubuh Yasmin ditahan dan dia kesulitan bernapas. "Rachel, kamu benar-benar belum mati!""Aku tetap hidup untuk membunuhmu!""Jangan melukai anak-anak." Yasmin melihat ketiga anaknya yang sedang menangis. Hatinya terasa perih, tapi dia tidak mau menakuti mereka.Dia tidak bisa membiarkan mereka terluka!"Tenang saja. Aku hanya ingin membunuhmu!" Rachel barusan selesai bicara.Lalu, beberapa pengawal langsung muncul. Ada pengawal yang melindun
"Tinggalkan dulu pekerjaan Mama. Santai saja," ucap Julian."Kami ingin bermain bersama Mama," ucap Julius.Yasmin tahu kalau mereka sudah lama tidak keluar, lalu Daniel meminta mereka mengerjakan berbagai pekerjaan rumah di Taman Royal. Sepertinya Daniel juga telah berencana mencari guru les untuk mengajar mereka.Yasmin merasa itu terlalu cepat. Setelah dia memikirkannya, anak-anak masih kecil dan seharusnya mereka tidak diberikan tekanan yang terlalu berat.Namun, dia setuju untuk keluar bersama mereka.Mereka mengunjungi jalan sebelumnya.Yasmin bisa melihat sekarang, jadi dia merasa jauh lebih aman. Dia dapat mengawasi anak-anak kapan saja.Ini tidak seperti terakhir kali mereka berada di mal di mana dia benar-benar tidak berdaya."Mama, ikan!" Anak-anak berhenti di depan sebuah toko.Mereka melihat ikan-ikan di dalam dengan penasaran.Pemilik toko berkata, "Kalian bisa menangkapnya seharga 60 ribu. Kalau kalian berhasil, ikannya menjadi milik kalian.""Seru sekali!" Julia langsun
Yasmin tanpa sadar menjauh. Sorot matanya tampak ketakutan. "Jangan ...."Daniel menarik Yasmin ke pelukannya dengan kuat. "Jangan apa?"Yasmin menggigit bibirnya yang gemetar."Apa kamu nggak menyukainya?""Bukan ...." jawab Yasmin dengan sangat lemah."Aku nggak akan menyentuhmu. Tidurlah." Daniel menempelkan kepala Yasmin ke dadanya sambil memeluknya.Yasmin berada di pelukan Daniel dan mendengar suara detak jantungnya yang kuat.Dia menyadari Daniel menjadi mudah marah, terutama kalau itu berkaitan dengannya.Yasmin tidak berani bertanya apa itu karena Raymond. Dia bahkan tidak berani mengungkit nama Raymond.Begitu Daniel marah, Yasmin akan mengalami akhir yang mengenaskan.Kalau begitu, bagaimana dengan Irene?Apa Yasmin tidak boleh memiliki pemikirannya sendiri? Dia hanya boleh dikontrol Daniel ...?Setelah Irene tahu kalau Yasmin dan Daniel sedang bertengkar, dia pergi ke Grup Naga.Dia menghampiri resepsionis, lalu bertanya, "Apa Daniel ada di sini?"Semua orang tahu hubungan
Yasmin bahkan tidak berani membuat Daniel menunggunya di dalam mobil.Setelah dia menenangkan kegugupannya dan tubuhnya yang dingin, dia naik mobil.Mobil meninggalkan alun-alun dan melaju pergi.Jalan itu awalnya sangat ramai, tapi ketika orang-orang melihat mobil Rolls Royce, mereka berinisiatif memberi jalan seolah-olah mereka takut akan menjadi miskin kalau mereka menyentuhnya sedikit pun saja."Wajahmu tampak pucat. Apa kamu nggak enak badan?" tanya Daniel."Nggak ...." Setelah Yasmin menjawab, tangan besar Daniel menggenggam tangan kecil Yasmin.Daniel mengerutkan alisnya. "Kenapa kamu dingin sekali? Pergi ke rumah sakit."Sebelum Yasmin sempat menjawab, dia telah mendengar perintah Daniel.Sopir segera menuju ke rumah sakit.Awalnya Yasmin ingin mengatakan sesuatu, tapi dia membatalkan niatnya.Kalau dia tidak enak badan, mungkin Daniel akan melepaskannya malam ini ....Setelah mereka tiba di rumah sakit, Helen memeriksa Yasmin.Tak peduli pemeriksaan apa itu, karena Helen adala
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant