Seorang model pun mendekati Yasmin.Yasmin sangat takut, tapi orang yang sedang menahannya tidak bergerak.Model itu duduk di sebelah, lalu mulai menyentuh Yasmin dan ingin melepas celananya."Jangan sentuh aku! Pergi!"Kezia yang berada di seberang mengangkat ponselnya dan mengarahkan kameranya ke Yasmin untuk memulai merekam. "Yasmin, perhatikan ekspresimu atau kamu akan terlihat jelek.""Kezia, kamu ...." Yasmin hendak mengatakan sesuatu, tapi kemudian pintunya terbuka.Daniel sedang berdiri di depan pintu. Cahaya lampu di atas seakan-akan menghindari sosok Daniel yang tinggi karena ketakutan.Wajahnya yang tampan dan cuek menghadap ke dalam ruangan.Saat Yasmin melihat kemunculan Daniel yang tiba-tiba, dia tidak tahu apakah dirinya akan diselamatkan atau tidak.Kezia berdiri dan menyimpan ponselnya untuk menyembunyikan kejahatannya. "Kak ... Kak Daniel, kenapa kamu di sini?"Daniel berjalan masuk. Raut wajahnya tidak bisa dibaca ketika dia berkata, "Apa aku tidak boleh ke sini?""B
Yasmin melihat ke bawah. "Aku tahu. Tapi, terima kasih. Kalau bukan berkat kamu, aku nggak bisa membayangkan apa yang akan terjadi ...."Daniel tidak menyangka Yasmin akan menyerah begitu cepat. Dengan tatapan sinis, dia berkata, "Kenapa? Kamu mengira aku datang untuk menolongmu?""Aku nggak peduli. Pokoknya, kekacauan ini berhenti karena kamu muncul ..." kata Yasmin dengan lemas.Daniel berkata dengan sinis, "Kamu adalah milikku. Orang lain nggak punya hak menyentuhmu."Yasmin mengerti maksud Daniel.Tidak peduli apa pun penyiksaannya, itu harus dilakukan oleh Daniel. Kalau tidak, kesenangannya akan berkurang."Bukankah aku sudah bilang kamu nggak boleh berhubungan dengan wanita jalang Keluarga Guntur itu? Apa kamu nggak bisa memahamiku?" kata Daniel dengan sangat sinis."Dia pergi ke rumah sakit bedah plastik sebagai pelanggan. Kalau kamu nggak percaya, kamu boleh pergi cari tahu," kata Yasmin dengan jujur. Tantenya merasa dia sudah tua, jadi dia ingin melakukan perawatan."Lebih bai
"Oke. Nanti aku menyimpan ponselku.""Baik." Lalu, Yasmin tiba-tiba kepikiran sesuatu dan berkata, "Apa aku boleh pinjam ponselmu untuk menelepon seseorang? Anu .... Maaf, karena sedang jam kerja, kami nggak boleh memegang ponsel. Ada sesuatu yang ingin kuberi tahu orang rumah ....""Nggak apa-apa. Telepon saja." Pelanggan itu memberikan ponselnya dengan baik hati pada Yasmin."Terima kasih." Yasmin pun tidak menolak. Dia langsung menelepon ibunya. "Ibu, nanti sore apa kamu bisa membantuku membeli ponsel baru? Beli yang murah seperti dua jutaan. Aku akan mengambilnya ketika aku pergi ke tempatmu."Setelah itu, Yasmin mengembalikan ponsel pelanggan.Seperti biasa, setelah jam 11 malam, Yasmin mandi, mengganti pakaiannya, lalu keluar.Dia tetap menggunakan pintu belakang.Namun, dia tidak menyadari mobil Rolls Royce yang melaju ke kompleksnya.Melalui jendela mobilnya yang gelap, Daniel menatap ke kejauhan. Dia seperti binatang buas yang diam-diam menatap mangsanya.Jari-jarinya yang pan
"Aku akan tahu setelah aku masuk dan melihatnya." Daniel tidak langsung melepaskan Yasmin. Ekspresi Daniel tampak acuh tak acuh.Pada saat ini, ada orang yang membuka pintu dari dalam. Itu adalah Sofia yang terbangun karena suara bisik yang didengarnya. "Yasmin?""Jangan!" Yasmin terkejut. Secara insting, Yasmin belari menuju Daniel, lalu memeluk pinggangnya erat-erat.Daniel pun terdorong mundur beberapa langkah. Dia mengerutkan keningnya dan tatapannya menjadi sinis.Ketika Sofia melihat adegan itu, dia tercengang. Yang terpenting adalah Sofia sudah melihat wajah Daniel.Daniel sangat mirip dengan Julian dan Julius!Tanpa perlu bertanya, Sofia sudah tahu siapa pria itu.Tatapan mata Daniel terlalu menyeramkan sehingga Sofia tidak berani menatapnya balik."Ibu, masuk!" Yasmin tidak berani melepaskan Daniel karena dia takut pria itu akan melakukan apa-apa."Tapi ...." Sofia khawatir."Aku baik-baik saja!" kata Yasmin sambil melihat Sofia.Sofia pun tidak mengatakan apa-apa lagi dan men
Tangan Daniel berhenti bergerak. Dia menyipitkan matanya dan menatap bekas luka di perut rata Yasmin.Yasmin panik, lalu menutup bekas luka itu dengan tangannya sambil menjelaskan, "Tahun lalu aku menjalani operasi usus buntu ...."Bekas lukanya bukan di tengah, tapi agak melenceng. Yang terpenting adalah kulit Yasmin berbeda dengan yang lain.Setelah orang melahirkan, kulit orang lain menjadi kendor dan bahkan penuh dengan stretch mark.Akan tetapi, kulit Yasmin tidak begitu. Kulitnya halus dan lembut. Kecuali bekas lukanya, area lain tampak normal.Orang lain pasti akan sulit menebak kalau Yasmin sudah pernah melahirkan ....Saat Daniel sedang tercengang, muncul suara ledakan dari bawah. Rumah Yasmin pun berguncang, lalu bunyi alarm berbunyi di koridor.Alis tebal Daniel berkerut dan tatapannya tajam. "Aku sudah meremehkannya."Ponsel Daniel yang berada di dalam jas bergetar.Daniel melirik Yasmin sekilas sebelum berdiri untuk mengambil jasnya yang di lantai. Lalu, dia mengambil pons
"Selama aku bisa menghentikannya, luka kecil ini bukan apa-apa."Yasmin merasa sedih. "Semalam kenapa kamu mencariku?" tanyanya."Kamu nggak mengangkat teleponku, jadi aku kira telah terjadi sesuatu padamu. Untung aku pergi ke tempatmu. Aku mau bertanya apa kamu sudah mengurus paspormu? Apa kamu benar-benar nggak perlu bantuanku?""Aku sudah mengurus pasporku. Dua hari lagi selesai.""Aku berharap kamu bisa cepat-cepat bebas dari Daniel.""Ya ..." kata Yasmin.Dia ingin melarikan diri sejauh mungkin dari Daniel bersama anak-anaknya."Kapan pun kamu mau pergi, aku akan membantumu memesan tiket. Tenang saja. Aman, kok. Daniel nggak akan tahu.""Oke."Setelah panggilan berakhir, Yasmin menjadi tidak sabar.Sore hari, ketika anak-anak sedang tidur siang, Sofia pun mengambil kesempatan ini untuk pergi ke rumah Yasmin.Yasmin sudah memberi tahu Sofia lewat telepon kalau dia sudah mengganti kode sandi pintunya.Sofia pergi setelah dia meninggalkan ponsel Yasmin.Saat Sofia baru keluar dari ge
"Yasmin." Klara memegang tangan Yasmin.Yasmin tersadar, kemudian dia melihat raut wajah tantenya yang sedih. "Kamu nggak tahu, meskipun aku sudah menjadi anggota Keluarga Guntur dan mempunyai kehidupan yang diirikan orang lain, tahun itu aku juga berkorban. Aku setuju untuk nggak akan mempunyai anak selamanya."Selama ini Yasmin heran kenapa tante dan pamannya tidak mempunyai anak setelah menikah begitu lama. Ternyata ini alasannya."Jadi, Yasmin, menetap di sini saja, ya? Aku tahu kamu sedang memikirkan cara untuk pergi. Tapi, jangan pergi. Temani Tante, ya? Setelah kamu pergi, Tante benar-benar nggak punya siapa-siapa lagi."Yasmin pun merasa dilema. "Tante, aku ... aku juga terpaksa. Kita tunggu beberapa tahun, ya. Setelah Daniel nggak mengganggu, aku akan kembali, oke?"Yasmin tidak punya pilihan lain, masih ada anak-anaknya.Tidak masalah kalau dia tidak punya anak, dia akan bersedia menemani tantenya ...."Aku tahu seharusnya aku nggak memohon apa-apa padamu. Semua ini salahku .
"Apa kamu nggak percaya padaku?" tanya Martin dengan lembut.Yasmin memercayai Martin. Selama ini Martin telah membantunya.Karena Martin mempersiapkan semuanya, Yasmin perlu mendiskusikan rencana tersebut dengan ibunya.Dua hari ini Yasmin tidak pergi melihat anak-anaknya karena takut akan terjadi apa-apa.Dia mengatakan semuanya melewati telepon.Dia berencana pergi malam ini.Martin memesan tiket pesawat jam 12 malam.Pada jam 11, Yasmin sudah berpakaian rapi. Tangannya hanya menjinjing satu tas dan dia meninggalkan barang lainnya.Dia meninggalkan ponselnya yang dipasang pelacak di rumah. Dia turun dari tangga darurat, kemudian keluar dari gedung apartemen melewati pintu belakang.Ketika Yasmin melihat mobil Martin, dia berlari mendekati mobil tersebut.Martin membantu Yasmin membuka pintu.Yasmin pun langsung masuk ke dalam mobil.Mobil Porsche Martin menuju ke bandara."Jangan gugup," hibur Martin.Yasmin mencoba menenangkan dirinya, tapi seulas senyuman canggung masih terukir di