Yasmin membuka ritsleting, kemudian mencari ponselnya. Di dalam ada sebuah kotak yang membuat tangannya membeku.Dulu dia sering memakannya, baik itu darurat maupun jangka panjang. Jadi, dia sangat tidak asing dengan kotak ini.Namun, kenapa di dalam tas ibunya ada benda ini?Ini juga belum dibuka ...."Tunggu!" Klara berlari, kemudian dia langsung mengambil kotak di tangan Yasmin dan memasukkan kembali ke dalam tas. "Ini obat flu. Siapa yang meneleponku?"Klara mengambil ponselnya, lalu menutup ritsleting sebelum dia melempar tasnya."Aku pergi mengangkat telepon sebentar." Klara pergi dengan terburu-buru. Beberapa saat kemudian, dia kembali dan berkata, "Tadi teman mahyong Ibu. Dia bilang besok mau bermain mahyong.""Apa kalian nggak membuat janji ketika kalian bermain mahyong hari ini? Dia sampai sengaja meneleponmu?" Yasmin mulai mencurigai ibunya pergi ke mana hari ini."Mungkin dia lupa?""Hari ini kamu nggak pergi bermain mahyong, 'kan? Dengan siapa kamu bertemu?""Dengan siapa
Yasmin terkejut. Ibunya???Dia mendadak mengingat seharian ini dia tidak melihat Klara dan pil kontrasepsi di dalam tas Klara.Jadi, orang yang berhubungan dengan Klara adalah ....Bagaimana bisa ...?"Pokoknya, Irene nggak ingin menjadi orang yang menimbulkan masalah. Dia adalah wanita jalang terkelas." Kezia berkata, "Ini adalah ketulusanku. Memikirkan strategi untuk melawannya adalah urusanmu."Klara makan sambil tidak lupa meletakkan daging terbaik ke piring Yasmin. "Sebentar lagi makananmu dingin, loh. Telepon dari siapa? Kenapa lama ...."Muncul suara Yasmin di belakang. "Apa pria itu Ayah?"Daging di sendok Klara langsung jatuh ke meja makan. Dia menoleh, lalu melihat ekspresi Yasmin yang sedang menginterogasinya. "Ada orang yang meneleponmu untuk memberitahumu?""Apa yang kamu pikirkan? Apa kamu nggak tahu sekarang Ayah sudah berkeluarga? Apa yang akan dipikirkan orang lain kalau mereka tahu?" Yasmin sangat marah.Klara juga panik. "Kenapa kamu menanyakanku? Kenapa kamu nggak m
Yasmin ragu selama beberapa detik sebelum mengangkat telepon. Dia mendengar suara Irene yang berkata, "Yasmin, datang ke Grup Naga!"Suara Irene sedikit sengau yang menandakan dia barusan menangis.Yasmin langsung merasa gugup. Irene meneleponnya untuk menyuruhnya pergi ke Grup Naga.Kalimat yang pendek itu mengandung makna tersirat.Irene sedang di Grup Naga.Yasmin pun harus menghadapi Daniel.Setelah menutup telepon, otak Yasmin menjadi agak lambat.Klara yang melihat itu bertanya, "Ada apa? Siapa yang meneleponmu? Apa katanya?""Tadi Irene. Dia menyuruhku pergi ke Grup Naga."Klara langsung meraih lengan Yasmin. "Ke Grup Naga? Bukankah itu perusahaan Daniel? Apa yang mau mereka lakukan padamu? Hal ini nggak ada kaitannya denganmu. Kenapa mereka bukan mencariku? Ibu akan menemanimu.""Nggak boleh. Irene hanya menyuruhku dan di sana ada Daniel. Kamu pergi hanya akan menambah minyak bakar ke api," kata Yasmin.Saat Klara mendengar nama Daniel, ekspresinya menjadi agak takut."Jangan k
Yasmin melirik Daniel sebelum berkata, "Aku ... tahu.""Kamu tahu?" Kali ini Irene yang terkejut."Iya. Ibuku memberitahuku ....""Jadi, bukan aku yang ingin memfitnah ibumu!" Irene tampak sangat marah, sepertinya dia hampir tidak bisa mengontrol diri.Awalnya dia ingin mengeluarkan bukti.Sepertinya itu sudah tidak diperlukan.Dia punya alasan, jadi dia tidak usah segan terhadap Yasmin lagi."Ibumu sungguh hebat. Bisa-bisanya dia memberitahumu hal seperti itu. Jelas kalau dia sama sekali nggak malu. Kalau itu aku, aku nggak akan bisa melakukannya," kata Irene dengan tegas. Ketika dia menghadap Daniel, dia tampak sangat sedih lagi. "Daniel, kamu sudah mendengarnya, 'kan? Ibunya Yasmin benar-benar melakukan hal itu. Dia pasti sudah menggoda ayahku. Aku nggak berani membayangkan biasanya bagaimana Klara mendidik Yasmin. Aku bahkan nggak berani memberi tahu ibuku karena aku khawatir dia merasa terpukul. Kalau kita nggak menghukum mereka, aku khawatir di masa depan mereka akan melakukannya
Bagaimanapun juga, sekarang bukan jam kerja.Setelah mendapat izin dari Daniel, pintunya terbuka dan masuklah Andy."Ayah?" Irene sangat terkejut.Yasmin juga tidak menyangka Andy akan datang.Bagaimana dia bisa tahu sesuatu sedang terjadi di sini?Yasmin menebak jangan-jangan Klara menelepon Andy?Daniel berdiri. "Paman, terima kasih sudah datang."Yasmin dan Irene tercengang.Ternyata Daniel yang meminta Andy kemari?Yasmin mengira ibunya yang menelepon Andy ....Daniel menenangkan Irene, "Tenang. Hanya Paman yang tahu."Irene mengangguk dengan tegang. Dia juga tidak berkata apa-apa.Padahal tujuan sebenarnya adalah menyerang Yasmin.Sekarang ayahnya malah muncul. Dia khawatir perasaan bias akan merusak rencananya."Aku akan sepenuhnya bertanggung jawab atas masalah ini." Andy melihat Irene dan berkata, "Bicaralah denganku. Yasmin nggak tahu apa-apa."Saking marahnya, napas Irene terengah-engah. "Bagaimana kamu akan bertanggung jawab? Orang tua sudah melakukan kesalahan, jadi apa yan
Suasana langsung menjadi berat.Andy melihat Irene, yang tercengang dan segera mengontrol dirinya, lalu bertanya, "Tadi siang kamu juga makan di Restoran Jade?""Ya, tapi aku nggak tahu Ayah juga di sana. Aku hanya tahu temanku melihatmu dan Klara pergi ke hotel, lalu memesan kamar. Jadi, sebelum kalian memesan kamar, kalian juga makan bersama, ya? Kalian nggak janjian bertemu seharian, 'kan?" balas Irene."Jangan mencoba mengalihkan topik pembicaraan." Yasmin mengembalikan fokus."Siapa yang mengalihkan topik pembicaraan? Yasmin, jangan berbicara yang nggak-nggak," jawab Irene."Oh, ya? Tadi siang kalian makan di restoran yang sama, tapi kamu nggak tahu Ayah di sana. Oke, itu bukan nggak mungkin. Setelah itu, mengenai Ayah dan ibuku pergi ke hotel. Saat di perjalanan, aku merasa aneh. Ayah adalah orang yang tegas dan aku sudah bertanya pada ibuku. Dia bilang saat itu pikirannya kosong dan dia nggak bisa memikirkan apa-apa. Jadi, aku pergi ke restoran itu untuk mencari tahu. Ternyata a
Jantung Yasmin mencelus saat dia melihat itu.Daniel akan bertindak sejauh itu demi Irene, 'kan?Dia benar-benar bisa melakukannya.Mereka keluar dari Grup Naga. Andy mengemudi kemari. Irene tidak membawa mobil, sedangkan Yasmin tidak punya mobil. Tadi Yasmin juga naik taksi datang kemari.Maka itu, Irene dan Yasmin naik mobil Andy.Andy mengemudi dan kedua putrinya duduk di kursi belakang.Dia melihat ekspresi mereka tampak masam dari kaca spion.Andy berkata, "Yasmin, kamu pulang ke mana? Ayah mengantarmu dulu.""Ke rumah Ibu.""Oke."Yasmin mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan teks kepada Bibi. Dia memberi tahu Bibi kalau malam ini dia tidak pulang dan meminta anak-anak tidur sendiri.Lalu, dia melihat ke luar jendela. Langit malam tampak gelap dan lampu neon bertebaran di mana-mana.Setelah apa yang terjadi, Klara pasti tidak bisa tidur."Tadi kepada siapa kamu mengirim pesan?" tanya Irene dengan curiga."Bukan urusanmu," jawab Yasmin dengan datar."Apa kamu mengirim pesan k
Akan tetapi, Klara tidak mendekat.Andy yang melihat Klara jelas merasa canggung sehingga dia mengalihkan pandangannya.Bagaimanapun juga, tadi sore mereka berdua baru melakukan hal itu. Mau mereka terekspos atau tidak, mereka merasa tidak nyaman bertemu."Ayah, aku keluar dulu ...." Yasmin belum sempat menyelesaikan kalimatnya, tapi Irene yang duduk di sebelahnya langsung membuka pintu mobil.Yasmin pun turun dari mobil dengan bingung. Dia melihat Irene menuju ke pintu dengan menggebu-gebu. Dalam sekejap, Yasmin paham."Irene, apa yang mau kamu lakukan?" Yasmin mengejarnya. "Berhenti!"Irene yang berada di depan seolah-olah tidak mendengar Yasmin. Dia berjalan makin cepat dan dia seperti ingin membunuh orang.Yasmin mengerutkan keningnya. Dia melihat tamparan itu hampir mengenai pipi Klara. Yasmin berlari, lalu mendorong Irene dengan kuat."Aa!" Irene terdorong ke samping. Karena dia memakai sepatu hak tinggi, dia hampir terjatuh. Akan tetapi, itu tidak menghentikannya, malah membuatn
"Lauren yang nggak tahu malu dan bersikeras melengket dengan Evan! Tante nggak perlu khawatir. Aku bisa menanganinya." Sofia terlihat sombong. Bagaimana mungkin dia merasa terancam oleh wanita yang berasal dari daerah kumuh? "Tapi, bagaimana Tante bisa tahu?"Melihat Sofia masih belum mengetahui apa-apa, Jessy pun berkata, "Lauren ini sedang hamil.""Apa?" Raut wajah Sofia berubah drastis. Suaranya menjadi tinggi.Saat Jessy melihat Sofia mau naik darah, dia berkata, "Ketika aku berada di toilet, aku mendengar istri Daniel mengatakannya. Aku merasa kamu pasti nggak tahu, jadi aku memberitahumu.""Aku mau membunuh Lauren si wanita jalang itu! Dasar nggak tahu diri! Bisa-bisanya sampah sepertinya ingin berebutan denganku. Aku akan bertanya pada Evan ....""Tunggu." Jessy menahannya."Tante, aku nggak bisa berpura-pura nggak tahu tentang hal ini!""Apa yang bisa kamu lakukan setelah mengetahuinya? Kalau kamu membuat keributan, kamu yang malu. Sekarang yang paling penting adalah kamu harus
"Iya, aku meneleponnya. Nanti malam aku ingin pergi menemuinya," kata Yasmin."Nggak perlu," tolak Evan.Alis Yasmin pun berkerut. "Kenapa? Paman, kamu seperti ini salah. Kamu sudah melukai dua orang.""Aku tahu apa yang sedang kulakukan." Evan tidak ingin membicarakan ini lagi.Sofia datang. Dia bersandar pada Evan, lalu bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa wajah Yasmin terlihat sangat serius?"Yasmin berkata, "Wajahku menjadi terlihat serius karena aku memakai masker. Hebat."Sofia sengaja tertawa.Evan merangkul Sofia. "Ayo cari tempat untuk makan. Apa kamu lapar?""Lapar. Evan, kamu sangat baik padaku.""Selamat menikmati, Yasmin." Setelah Evan mengatakan itu, dia pergi bersama Sofia.Yasmin melihat tampang mereka berdua yang tampak mesra. Ini benar-benar tidak pantas bagi Lauren.Dia pun berbalik dan pergi ke toilet.Dia tiba di depan toilet wanita dan baru saja ingin membuka pintu."Yasmin." Daniel muncul dari belakang. "Jangan berkeliaran."Jessy yang hendak menar
Anak-anak berlari keluar untuk bermain. Yasmin berdiri, lalu mengingatkan mereka, "Jangan nakal, ya!"Jessy tertawa. "Ketiga anak kecil itu benar-benar menggemaskan. Aku sangat suka melihat mereka."Juan berkata, "Kalau begitu, minta James cepat mencari istri agar dia juga dapat melahirkan anak."James mengerutkan alisnya. "Bukankah itu terlalu cepat untukku? Bukankah sekarang sudah ada yang lebih modern? Setelah bertunangan, kamu bisa melewatkan pernikahan dan langsung mempunyai anak!"Sofia melihat Evan dengan senang, kemudian mengulurkan tangan untuk memeluk lengan Evan.Meskipun Evan diam saja, Sofia tetap sangat senang.Hari ini adalah hari pertunangannya. Akhirnya hari ini tiba juga.Ketika mereka tidur bersama malam ini, Sofia tentu bisa hamil.Jessy memelototi James. Walaupun apa yang dikatakan James benar, dia tidak boleh mengatakan hal yang begitu memalukan!Lalu, dia sengaja mengatai putranya, "Kamu juga sudah nggak muda. Jangan membuat keluargamu cemas. Kapan kamu akan memb
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Yasmin."Nggak tahu. Yasmin ... aku hamil." Lauren memberitahunya. "Jalan keluarku semuanya sudah diblokir Evan."Yasmin terkejut. "Hamil ....""Dia mengganti pil KB-ku dan membuatku hamil. Evan ... benar-benar membuatku jijik!"Yasmin dapat merasakan keputusasaan Lauren.Di keputusasaannya Lauren, apa yang bisa dilakukan tentang pertunangan Evan?Evan tahu Lauren sedang hamil anaknya, tapi dia tetap pergi bertunangan dengan wanita lain. Dia benar-benar parah.Lauren menghibur dirinya sendiri, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Manusia tetap harus berpikiran terbuka, 'kan?"Pada hari pertunangan Evan, Yasmin dan Daniel membawa anak-anak ke Kota Greya.Saat melihat daftar nama tamu, tidak ada yang menyangka Daniel, penguasa Kota Imperial, akan muncul.Hubungan itu tentu membuat Keluarga Darsono puas.Mereka mengadakan pestanya di hotel termewah Kota Greya. Mereka memesan seluruh gedung.Helikopter mendarah di atap. Setelah mereka tiba di lantai satu
Lauren sendiri tidak tahu siapa ibu kandungnya.Ayah tirinya bukanlah orang baik, sementara ibu angkatnya berpura-pura tidak melihatnya. Mereka menjalani hidup yang susah setiap hari.Dia selalu berpikir kenapa orang tua kandungnya tidak menginginkannya? Apa dia diculik orang seperti kakak kandung James?Kalau seperti itu, Lauren akan merasa sedikit lebih baik.Setidaknya dia bukan dibuang ...."Omong-omong, kakakku sangat hebat. Apa kamu tahu apa yang dia ambil pada pesta ulang tahunnya yang pertama?""Kalkulator? Pulpen? Makanan? Uang?" Lagi pula, tidak ada yang perlu dilakukan Lauren, lebih baik mengobrol dengan James."Semuanya salah. Dia memegang tangan kakekku.""Ha?" Itu benar-benar di luar sangka Lauren."Makanya, kakekku sangat senang. Dia langsung mengumumkan kalau kakakku akan menjadi penerus Keluarga Darsono." Setelah James berbicara dengan penuh semangat, suaranya berubah menjadi kecewa ketika dia berkata, "Tapi, kakakku nggak mempunyai takdir itu ....""Takdir setiap oran
Lauren tidak hanya memahami ancaman itu, tapi tubuhnya juga mendingin.Selama anak ini ada, semuanya baik-baik saja. Begitu anak ini tidak ada, pembunuhan apa pun bisa terjadi.Tak peduli apa Lauren sengaja menggugurkan anak ini atau tidak.Dia bertanggung jawab.Besok pagi, Evan menemani Lauren makan sarapan sebelum pergi. Dia memegang jasnya dan naik mobil. Suasana hatinya tampak sangat bagus.Lauren berjalan ke pintu, lalu melihat mobil Bentley hitam itu melaju pergi. Kemudian, gerbang tertutup secara otomatis.Evan pergi atau tidak itu tidak terasa berbeda.Lauren merasa ada kamera di mana-mana sehingga dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.Dia pergi ke kamar mandi, lalu melihat bagian belakang cermin kecil. Benda tersebut masih di sana.Dia benar-benar ingin mencabutnya, kemudian melemparkannya ke dalam toilet.Namun, apa yang dikatakan Evan tidak boleh dianggap remeh. Kalau Lauren membuang kamera ini, akan muncul kamera kedua.Terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur. L
"Kamu salah. Aku keluar untuk melihat bulan. Kapan aku ingin melarikan diri?" bohong Lauren dengan ekspresi datar."Lauren, kamu jangan berbohong tanpa berkedip. Kami semua melihatmu! Kenapa kamu mau keluar untuk melihat bulan? Apa di dalam nggak ada bulan?" Pada akhirnya, Zarco masih mementingkan harga dirinya sebagai pria.Dia sudah ditampar dan dihantam kepalanya. Dia sangat malu!"Rasa melihat bulan di luar dan dari dalam berbeda," balas Lauren. Dia tidak ingin mengalah pada Zarco. "Selain itu, dia sudah bersikap nggak sopan padaku. Apa aku nggak boleh memberinya pelajaran? Evan, kamu nggak bisa membiarkan anak buahmu selalu menindasku, 'kan?""Kak Evan, aku nggak ...." Zarco baru ingin membela diri, tapi kemudian Evan menyelanya."Obati lukamu."Zarco menggertakkan giginya dan amarah memenuhi hatinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena ada Evan. Maka itu, dia pergi bersama anak buah lainnya.Evan menatap Lauren. Tatapan matanya yang tajam seperti monster yang menghantui
"Kamu pasti nggak memberitahunya kalau aku hamil," kata Lauren."Aku bilang aku menyembunyikanmu di luar." Evan bersandar ke kursi ruang kerjanya dan meregangkan kaki panjangnya. "Dia nggak peduli. Walaupun dia tahu, dia nggak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya nggak suka repot.""Kalau kita menggugurkan anak ini, maka nggak akan ada repot," kata Lauren."Aku lebih memilih membunuh orang tua itu."Kekejaman Evan mengejutkan Lauren, jadi Lauren tidak ingin lanjut berbicara dengannya. "Aku mau tidur. Sudah, ya."Setelah mematikan telepon, dia melirik cahaya terakhir di cakrawala sebelum berjalan kembali.Dia tidak meragukan kalau Evan tidak peduli dengan ikatan keluarga. Orang tua angkatnya Lauren dan Juan bukanlah siapa-siapa bagi Evan.Namun, dia bersikeras menginginkan anak.Lauren ingin sekali bertanya padanya apa dia tahu bagaimana cara mendidik anak?Bagi orang yang tumbuh di daerah kumuh, hal yang paling mereka kurang adalah kasih sayang ...Lauren tahu Evan tidak akan datang. Dia
"Aku setuju untuk bertunangan, tapi syaratku adalah kamu nggak boleh mencari Lauren," ujar Evan dengan tajam.Juan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menentukan waktunya."Evan sengaja bertanya, "Apa kamu akan mengundang istrimu ke pertunanganku?"Ekspresi Juan menjadi masam. "Dia dirawat dengan baik di rumah sakit jiwa, jadi dia nggak boleh keluar."Selesai makan malam, Evan tidak menetap dan langsung pergi.Dia meninggalkan Juan sendirian di meja makan.Pengurus rumah berjalan mendekat. "Tuan Besar, apa Anda ingin saya memanaskan sopnya? Saya melihat Anda nggak meminum sesendok pun.""Apa aku bisa menelannya?" Juan meletakkan sendok garpunya."Pria mencari wanita bukan hal yang perlu dikhawatirkan," hibur pengurus rumah."Wanita ini berbeda. Dia adalah mantan istri Gilbert." Juan tidak pernah meremehkan Lauren. "Aku bisa melihat dia itu wanita yang cukup kejam karena bisa melemparkan Gilbert ke penjara. Kalau Evan jatuh ke tangannya lagi ....""Tuan Besar nggak perlu khawati