Yasmin tahu kekuatannya yang lemah tidak bisa menang dari Martin. Jadi, dia menenangkan dirinya dan berkata, "Martin, apa-apaan kamu? Semalam banyak hal yang terjadi, makanya aku pergi! Aku nggak sengaja!""Kamu diberi obat, 'kan?" Martin menyebut "hal yang terjadi" dimaksud Yasmin."Sepertinya semua orang sudah tahu." Yasmin tertawa sinis. "Tapi, nggak ada yang tahu siapa yang memberiku obat. Sungguh ironis."Martin menatapnya sambil berkata, "Pasti pelakunya adalah salah satu orang yang kamu kenal."Yasmin punya tebakan, tapi saat ini dia harus menangani Martin dulu. "Bisakah kamu melepaskanku? Semuanya sudah terjadi. Apa lagi yang kamu inginkan?""Apa yang aku inginkan?" Sebuah rencana muncul di benak Martin. Dia menyunggingkan seulas senyuman yang ambigu. "Kamu akan tahu."Setelah mengatakan itu, Martin berdiri dan melepaskan Yasmin.Dia tidak menetap dan langsung pergi.Yasmin duduk dan tercengang. Kemudian, dia sadar Martin memiliki kuncinya, jadi dia mengejar ke luar.Namun, sos
"Aku sedang menunggumu." Irene memeluk Daniel sambil bertanya, "Apa pekerjaanmu sudah selesai?""Sudah." Daniel pun melingkari pinggang Irene dengan lengannya."Kalau begitu, mari kita kembali ke kamar untuk beristirahat. Sudah malam sekali." Irene menarik tangan Daniel.Namun, Daniel menghindarinya.Irene menjadi murung. Setelah itu, dia terkejut ketika dia melihat tangan Daniel yang penuh dengan luka. Dia bertanya dengan sedih, "Ada apa dengan tanganmu? Siapa yang melakukannya?""Aku nggak sengaja membentur sesuatu. Aku baik-baik saja."Irene heran, Daniel membentur apa sehingga tangannya terluka seperti ini?Ini sungguh mencurigakan.Namun, semangat Irene pada persiapan malam ini dengan sempurna langsung mereda dan dia merasa sangat kecewa.Selain itu, dua hari ini adalah masa ovulasinya. Kalau dia mau hamil, dia harus menunggu bulan depan ....Akan tetapi, bagaimana mereka bisa bermesraan kalau tangan Daniel seperti ini?Jelas sekali kalau Irene sangat menginginkan Daniel."Tony, a
Yasmin berjalan ke kantor departemen dengan perasaan gelisah.Dia sedang berpikir apa yang telah dia lakukan di bawah kamera CCTV semenjak dia datang ke Grup Guntur.Sepertinya dia baik-baik saja.Hanya saja, dia pernah berciuman dengan Martin sekali.Meskipun itu bukan keinginan Yasmin, Martin juga bukan benar-benar ingin menciumnya. Namun, orang lain yang melihat mereka pasti akan salah paham.Memikirkannya membuat kepala Yasmin sakit.Yasmin bekerja dengan tidak tenang. Dia sesekali melirik ponselnya di meja yang diam saja.Dia tidak sesial itu dan terlihat oleh Daniel, 'kan?Daniel adalah pria yang sangat sibuk. Bagaimana dia bisa selalu mengawasi CCTV?Kalau begitu, apa ada orang lain yang mengawasinya?Tidak mungkin. Daniel hanya ingin Yasmin merasa malu sebagai seorang pelakor. Dia tidak bilang tidak mengizinkan Yasmin berciuman dengan lawan jenisnya, 'kan?Namun, bagaimana dengan hal Yasmin bersama Raymond?Makin Yasmin memikirkannya, dia makin tidak bisa duduk dengan tenang. D
Yasmin terlihat malu. Dia meringkuk di dalam pelukan Daniel dan membenamkan wajahnya di dada Daniel.Saat pintu terbuka, David dan Joshua yang sedang berdiri di luar terkejut serta langsung berdiri dengan tegak.Setelah Daniel menggendong Yasmin sehingga sosok mereka hilang, David dan Joshua baru berbicara."Apa yang terjadi?" tanya David pada Joshua yang berdiri di samping. "Heboh sekali!""Aku nggak tahu," jawab Joshua.Dia sendiri juga kaget sekali.Ini pertama kalinya dia melihat Daniel semarah ini.Yasmin diantar pulang.Mobil Rolls Royce berhenti di luar gedung. Saat Yasmin hendak melepaskan jas Daniel, dia mendengar Daniel berkata, "Pakai. Apa kamu begitu suka mengekspos diri?"Yasmin menggertakkan giginya dan tidak berkata apa-apa.Siapa yang membuatnya basah sampai begini?Dia pun mengeratkan jas di tubuhnya, lalu dia mau turun dari mobil. Yasmin berhati-hati saat dia melewati Daniel karena dia sudah tidak punya tenaga untuk menghadapi bahaya Daniel.Daniel menatapnya dengan t
Saat Martin melihat ekspresi Yasmin, dia tahu siapa yang telah menelepon Yasmin."Nggak angkat telepon?" Martin tidak berniat untuk pergi.Yasmin tidak tahu kenapa Daniel meneleponnya. Bukankah tadi sore dia baru mengantar Yasmin pulang?Apa Daniel masih kesal?Dia menelepon Yasmin bukan karena dia tidak melihat Yasmin di lantai lima, 'kan?Saat memikirkan itu, jantung Yasmin hampir melompat keluar."Kenapa kamu takut sekali? Kalau kamu nggak mengangkat telepon sekarang juga, dia akan merasa curiga," ujar Martin.Yasmin menatap Martin dengan sinis, kemudian dia mau masuk ke dalam rumah.Namun, Martin malah menarik baju Yasmin. "Angkat teleponnya di sini.""Martin, kamu menjengkelkan sekali." Yasmin menepis tangan Martin dengan marah.Satu detik kemudian, ponselnya diambil Martin.Martin langsung menjawab telepon Daniel dan bahkan menyalakan speaker.Yasmin yang telat merebut kembali tanpa sadar menahan napas.Muncul suara Daniel yang terdengar kesal. "Di mana kamu?"Yasmin berusaha men
Yasmin tidak tega, tapi apa yang bisa dia lakukan?Di hadapan Daniel, Yasmin sama sekali tidak punya kebebasan.Setelah dia memberi tahu anak-anak, dia turun ke lantai lima.Meskipun dia sudah mengecek keberadaan Daniel, dia masih melambatkan langkahnya ketika dia berbelok di sudut tangga.Dia membuka pintu dengan kuncinya, lalu masuk ke ruang tamu dan dia baru menghela napas lega. Dia melihat jas yang sudah dibuang ke lantai dan diinjak-injaknya.Raut wajah Yasmin pun berubah. Dia buru-buru mendekat untuk mengambil jas tersebut. Dia mengibaskannya dengan kuat, kemudian menepuk debu di jas.Itu sama sekali tidak berguna.Jas Daniel masih berkerut dan bahkan ada jejak kaki.Biasanya pakaian yang dikenakan Daniel tidak berkerut sedikit pun.Sekarang jasnya tampak sangat kacau.Yasmin melirik ke arah jam sekilas. Dia harus segera mengambilkan jas ini ke keadaan semula sebelum Daniel datang.Kalau tidak, Daniel akan langsung tahu apa yang telah dilakukan Yasmin pada jasnya.Apa yang Yasmin
1,9 miliar sungguh di luar dugaan Yasmin.Itu hanya sebuah jas!Yasmin tanpa sadar melihat celana dan sepatu yang dipakai Daniel, begitu juga dengan jam tangan yang di pergelangan tangannya.Dalam sekejap, dia merasa semua barang yang dipakai Daniel sangat mahal.Bisa-bisanya Yasmin berkata dia mau ganti rugi. Dengan apa dia ganti rugi?Namun, bagaimana dia bisa menarik kembali kata-kata yang sudah diucapkan?Dia juga tidak mau membayar dengan mencicil.Apa membayar 1,9 miliar secara cicilan juga bukan uang?Bukankah lebih baik dia memberi uang itu kepada anak-anak?Dia masih perlu membeli banyak bubuk susu untuk anak-anak dalam seminggu.Malam hari, mereka juga perlu popok!Bagaimana Yasmin bisa membesarkan anak-anak kalau dia terlilit utang?"Aku ... nggak punya uang.""Kalau begitu, ganti rugi dengan cara lain." Daniel mendadak jadi mudah diajak bicara.Yasmin melihatnya dengan curiga. "Cara lain apa?""Menurutmu?"Yasmin pun memanyunkan bibirnya.Tujuan dan tatapan mata Daniel terp
"Ayo makan." Daniel melepaskan Yasmin, kemudian dia pergi ke toilet.Yasmin tercengang. Daniel setuju?Yasmin kira-kira bisa tahu dari aura yang dikeluarkan tubuh Daniel.Dia mengira Daniel akan mengabaikannya, jadi ini membuatnya agak terkejut.Akan tetapi, dia tidak akan berterima kasih pada Daniel.Ini hanya menunda waktu, bukan berarti dia bisa melarikan diri.Rumahnya tidak sebesar kamar mandi Taman Royal. Meja makannya tidak sepertiga ukuran meja di Taman Royal. Makanannya bahkan lebih sederhana lagi.Bagi Daniel, masakan Yasmin sama dengan makanan di jalanan, 'kan?Akan tetapi, Daniel masih ingin makan di sini. Yasmin benar-benar tidak tahu apa yang dipikirkan Daniel.Dia melihat nasi Daniel sudah habis dan Daniel mendorong piringnya."Apa kamu masih mau nasi?" tanya Yasmin.Daniel melihat Yasmin dan berkata, "Kamu memberi Martin kuncimu."Itu bukan kalimat pertanyaan.Yasmin tahu Daniel pasti sudah melihat rekaman CCTV.Daniel bahkan sudah melihat kejadian Yasmin dengan Martin
"Lauren yang nggak tahu malu dan bersikeras melengket dengan Evan! Tante nggak perlu khawatir. Aku bisa menanganinya." Sofia terlihat sombong. Bagaimana mungkin dia merasa terancam oleh wanita yang berasal dari daerah kumuh? "Tapi, bagaimana Tante bisa tahu?"Melihat Sofia masih belum mengetahui apa-apa, Jessy pun berkata, "Lauren ini sedang hamil.""Apa?" Raut wajah Sofia berubah drastis. Suaranya menjadi tinggi.Saat Jessy melihat Sofia mau naik darah, dia berkata, "Ketika aku berada di toilet, aku mendengar istri Daniel mengatakannya. Aku merasa kamu pasti nggak tahu, jadi aku memberitahumu.""Aku mau membunuh Lauren si wanita jalang itu! Dasar nggak tahu diri! Bisa-bisanya sampah sepertinya ingin berebutan denganku. Aku akan bertanya pada Evan ....""Tunggu." Jessy menahannya."Tante, aku nggak bisa berpura-pura nggak tahu tentang hal ini!""Apa yang bisa kamu lakukan setelah mengetahuinya? Kalau kamu membuat keributan, kamu yang malu. Sekarang yang paling penting adalah kamu harus
"Iya, aku meneleponnya. Nanti malam aku ingin pergi menemuinya," kata Yasmin."Nggak perlu," tolak Evan.Alis Yasmin pun berkerut. "Kenapa? Paman, kamu seperti ini salah. Kamu sudah melukai dua orang.""Aku tahu apa yang sedang kulakukan." Evan tidak ingin membicarakan ini lagi.Sofia datang. Dia bersandar pada Evan, lalu bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa wajah Yasmin terlihat sangat serius?"Yasmin berkata, "Wajahku menjadi terlihat serius karena aku memakai masker. Hebat."Sofia sengaja tertawa.Evan merangkul Sofia. "Ayo cari tempat untuk makan. Apa kamu lapar?""Lapar. Evan, kamu sangat baik padaku.""Selamat menikmati, Yasmin." Setelah Evan mengatakan itu, dia pergi bersama Sofia.Yasmin melihat tampang mereka berdua yang tampak mesra. Ini benar-benar tidak pantas bagi Lauren.Dia pun berbalik dan pergi ke toilet.Dia tiba di depan toilet wanita dan baru saja ingin membuka pintu."Yasmin." Daniel muncul dari belakang. "Jangan berkeliaran."Jessy yang hendak menar
Anak-anak berlari keluar untuk bermain. Yasmin berdiri, lalu mengingatkan mereka, "Jangan nakal, ya!"Jessy tertawa. "Ketiga anak kecil itu benar-benar menggemaskan. Aku sangat suka melihat mereka."Juan berkata, "Kalau begitu, minta James cepat mencari istri agar dia juga dapat melahirkan anak."James mengerutkan alisnya. "Bukankah itu terlalu cepat untukku? Bukankah sekarang sudah ada yang lebih modern? Setelah bertunangan, kamu bisa melewatkan pernikahan dan langsung mempunyai anak!"Sofia melihat Evan dengan senang, kemudian mengulurkan tangan untuk memeluk lengan Evan.Meskipun Evan diam saja, Sofia tetap sangat senang.Hari ini adalah hari pertunangannya. Akhirnya hari ini tiba juga.Ketika mereka tidur bersama malam ini, Sofia tentu bisa hamil.Jessy memelototi James. Walaupun apa yang dikatakan James benar, dia tidak boleh mengatakan hal yang begitu memalukan!Lalu, dia sengaja mengatai putranya, "Kamu juga sudah nggak muda. Jangan membuat keluargamu cemas. Kapan kamu akan memb
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Yasmin."Nggak tahu. Yasmin ... aku hamil." Lauren memberitahunya. "Jalan keluarku semuanya sudah diblokir Evan."Yasmin terkejut. "Hamil ....""Dia mengganti pil KB-ku dan membuatku hamil. Evan ... benar-benar membuatku jijik!"Yasmin dapat merasakan keputusasaan Lauren.Di keputusasaannya Lauren, apa yang bisa dilakukan tentang pertunangan Evan?Evan tahu Lauren sedang hamil anaknya, tapi dia tetap pergi bertunangan dengan wanita lain. Dia benar-benar parah.Lauren menghibur dirinya sendiri, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Manusia tetap harus berpikiran terbuka, 'kan?"Pada hari pertunangan Evan, Yasmin dan Daniel membawa anak-anak ke Kota Greya.Saat melihat daftar nama tamu, tidak ada yang menyangka Daniel, penguasa Kota Imperial, akan muncul.Hubungan itu tentu membuat Keluarga Darsono puas.Mereka mengadakan pestanya di hotel termewah Kota Greya. Mereka memesan seluruh gedung.Helikopter mendarah di atap. Setelah mereka tiba di lantai satu
Lauren sendiri tidak tahu siapa ibu kandungnya.Ayah tirinya bukanlah orang baik, sementara ibu angkatnya berpura-pura tidak melihatnya. Mereka menjalani hidup yang susah setiap hari.Dia selalu berpikir kenapa orang tua kandungnya tidak menginginkannya? Apa dia diculik orang seperti kakak kandung James?Kalau seperti itu, Lauren akan merasa sedikit lebih baik.Setidaknya dia bukan dibuang ...."Omong-omong, kakakku sangat hebat. Apa kamu tahu apa yang dia ambil pada pesta ulang tahunnya yang pertama?""Kalkulator? Pulpen? Makanan? Uang?" Lagi pula, tidak ada yang perlu dilakukan Lauren, lebih baik mengobrol dengan James."Semuanya salah. Dia memegang tangan kakekku.""Ha?" Itu benar-benar di luar sangka Lauren."Makanya, kakekku sangat senang. Dia langsung mengumumkan kalau kakakku akan menjadi penerus Keluarga Darsono." Setelah James berbicara dengan penuh semangat, suaranya berubah menjadi kecewa ketika dia berkata, "Tapi, kakakku nggak mempunyai takdir itu ....""Takdir setiap oran
Lauren tidak hanya memahami ancaman itu, tapi tubuhnya juga mendingin.Selama anak ini ada, semuanya baik-baik saja. Begitu anak ini tidak ada, pembunuhan apa pun bisa terjadi.Tak peduli apa Lauren sengaja menggugurkan anak ini atau tidak.Dia bertanggung jawab.Besok pagi, Evan menemani Lauren makan sarapan sebelum pergi. Dia memegang jasnya dan naik mobil. Suasana hatinya tampak sangat bagus.Lauren berjalan ke pintu, lalu melihat mobil Bentley hitam itu melaju pergi. Kemudian, gerbang tertutup secara otomatis.Evan pergi atau tidak itu tidak terasa berbeda.Lauren merasa ada kamera di mana-mana sehingga dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.Dia pergi ke kamar mandi, lalu melihat bagian belakang cermin kecil. Benda tersebut masih di sana.Dia benar-benar ingin mencabutnya, kemudian melemparkannya ke dalam toilet.Namun, apa yang dikatakan Evan tidak boleh dianggap remeh. Kalau Lauren membuang kamera ini, akan muncul kamera kedua.Terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur. L
"Kamu salah. Aku keluar untuk melihat bulan. Kapan aku ingin melarikan diri?" bohong Lauren dengan ekspresi datar."Lauren, kamu jangan berbohong tanpa berkedip. Kami semua melihatmu! Kenapa kamu mau keluar untuk melihat bulan? Apa di dalam nggak ada bulan?" Pada akhirnya, Zarco masih mementingkan harga dirinya sebagai pria.Dia sudah ditampar dan dihantam kepalanya. Dia sangat malu!"Rasa melihat bulan di luar dan dari dalam berbeda," balas Lauren. Dia tidak ingin mengalah pada Zarco. "Selain itu, dia sudah bersikap nggak sopan padaku. Apa aku nggak boleh memberinya pelajaran? Evan, kamu nggak bisa membiarkan anak buahmu selalu menindasku, 'kan?""Kak Evan, aku nggak ...." Zarco baru ingin membela diri, tapi kemudian Evan menyelanya."Obati lukamu."Zarco menggertakkan giginya dan amarah memenuhi hatinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena ada Evan. Maka itu, dia pergi bersama anak buah lainnya.Evan menatap Lauren. Tatapan matanya yang tajam seperti monster yang menghantui
"Kamu pasti nggak memberitahunya kalau aku hamil," kata Lauren."Aku bilang aku menyembunyikanmu di luar." Evan bersandar ke kursi ruang kerjanya dan meregangkan kaki panjangnya. "Dia nggak peduli. Walaupun dia tahu, dia nggak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya nggak suka repot.""Kalau kita menggugurkan anak ini, maka nggak akan ada repot," kata Lauren."Aku lebih memilih membunuh orang tua itu."Kekejaman Evan mengejutkan Lauren, jadi Lauren tidak ingin lanjut berbicara dengannya. "Aku mau tidur. Sudah, ya."Setelah mematikan telepon, dia melirik cahaya terakhir di cakrawala sebelum berjalan kembali.Dia tidak meragukan kalau Evan tidak peduli dengan ikatan keluarga. Orang tua angkatnya Lauren dan Juan bukanlah siapa-siapa bagi Evan.Namun, dia bersikeras menginginkan anak.Lauren ingin sekali bertanya padanya apa dia tahu bagaimana cara mendidik anak?Bagi orang yang tumbuh di daerah kumuh, hal yang paling mereka kurang adalah kasih sayang ...Lauren tahu Evan tidak akan datang. Dia
"Aku setuju untuk bertunangan, tapi syaratku adalah kamu nggak boleh mencari Lauren," ujar Evan dengan tajam.Juan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menentukan waktunya."Evan sengaja bertanya, "Apa kamu akan mengundang istrimu ke pertunanganku?"Ekspresi Juan menjadi masam. "Dia dirawat dengan baik di rumah sakit jiwa, jadi dia nggak boleh keluar."Selesai makan malam, Evan tidak menetap dan langsung pergi.Dia meninggalkan Juan sendirian di meja makan.Pengurus rumah berjalan mendekat. "Tuan Besar, apa Anda ingin saya memanaskan sopnya? Saya melihat Anda nggak meminum sesendok pun.""Apa aku bisa menelannya?" Juan meletakkan sendok garpunya."Pria mencari wanita bukan hal yang perlu dikhawatirkan," hibur pengurus rumah."Wanita ini berbeda. Dia adalah mantan istri Gilbert." Juan tidak pernah meremehkan Lauren. "Aku bisa melihat dia itu wanita yang cukup kejam karena bisa melemparkan Gilbert ke penjara. Kalau Evan jatuh ke tangannya lagi ....""Tuan Besar nggak perlu khawati