Mudah sekali David dicurigai. Apa David sebodoh itu?Yasmin penasaran, apakah Daniel sudah menemukan sesuatu?Karena apa yang dia lakukan siang tadi, dia tidak bisa mencari tahu.Yasmin selalu merasa gelisah terhadap Daniel.Dulu karena Andy, Daniel pun menunjukkan kehormatannya.Sekarang Yasmin yang sudah menghancurkan keseimbangannya. Kali ini Daniel sudah menyentuhnya, jadi apa akan ada lain kali lagi?Apa Daniel tidak akan berhenti lagi ...?Yasmin menghela napas dengan pasrah. Dia mengeluarkan ponselnya dari tas, kemudian melihat panggilan tak terjawabnya.Itu panggilan dari Andy.Saat hampir siang hari.Dia bahkan menelepon Yasmin dua kali.Yasmin keluar dari Grup Naga. Dia berjalan ke stasiun kereta sambil menelepon Andy. "Ayah, ada apa kamu mencariku?""Apa hari ini kamu masuk kerja?" tanya Andy.Yasmin ingin merahasiakan kehilangannya, tapi dia datang ke Grup Guntur atau tidak bukanlah sebuah rahasia.Kebohongan seperti itu bisa ketahuan dengan cepat."Nggak.""Hari ini bukan
Raut wajah Andy menjadi masam. "Aku adalah ayahnya, apa maksudmu adalah aku?"Dahlia tertawa. "Andy, aku menyadari semenjak kamu tinggal di Kota Imperial, kamu jadi mudah marah. Kamu bahkan nggak pernah membesarkan Yasmin, kenapa kamu sudah merasa kalian sangat cocok?""Jangan sembarangan bicara kalau kalian nggak punya bukti. Aku kembali ke perusahaan dulu." Andy sengaja pulang untuk makan bersama Irene yang suasana hatinya kacau. Sekarang, Andy harus bergegas kembali.Setelah Andy pergi, Irene dan Dahlia masih duduk di sofa.Dahlia menatap wajah Irene yang marah, lalu Dahlia menenangkannya, "Ayahmu tentu saja peduli padamu. Kalau nggak, dia nggak akan bergegas pulang begitu dia tahu kamu sedih.""Aku sama sekali nggak mau dia bersikap dengan adil. Aku hanya mau dia menyayangiku seorang." Amarah dan kecemburuan menyelimuti hati Irene."Tentu saja! Ayahmu yang membesarkanmu dari kecil, sedangkan Yasmin hanyalah anak haram. Kenapa meskipun dia sudah diakui? Bagaimana dia bisa dibandingk
Yasmin tahu kekuatannya yang lemah tidak bisa menang dari Martin. Jadi, dia menenangkan dirinya dan berkata, "Martin, apa-apaan kamu? Semalam banyak hal yang terjadi, makanya aku pergi! Aku nggak sengaja!""Kamu diberi obat, 'kan?" Martin menyebut "hal yang terjadi" dimaksud Yasmin."Sepertinya semua orang sudah tahu." Yasmin tertawa sinis. "Tapi, nggak ada yang tahu siapa yang memberiku obat. Sungguh ironis."Martin menatapnya sambil berkata, "Pasti pelakunya adalah salah satu orang yang kamu kenal."Yasmin punya tebakan, tapi saat ini dia harus menangani Martin dulu. "Bisakah kamu melepaskanku? Semuanya sudah terjadi. Apa lagi yang kamu inginkan?""Apa yang aku inginkan?" Sebuah rencana muncul di benak Martin. Dia menyunggingkan seulas senyuman yang ambigu. "Kamu akan tahu."Setelah mengatakan itu, Martin berdiri dan melepaskan Yasmin.Dia tidak menetap dan langsung pergi.Yasmin duduk dan tercengang. Kemudian, dia sadar Martin memiliki kuncinya, jadi dia mengejar ke luar.Namun, sos
"Aku sedang menunggumu." Irene memeluk Daniel sambil bertanya, "Apa pekerjaanmu sudah selesai?""Sudah." Daniel pun melingkari pinggang Irene dengan lengannya."Kalau begitu, mari kita kembali ke kamar untuk beristirahat. Sudah malam sekali." Irene menarik tangan Daniel.Namun, Daniel menghindarinya.Irene menjadi murung. Setelah itu, dia terkejut ketika dia melihat tangan Daniel yang penuh dengan luka. Dia bertanya dengan sedih, "Ada apa dengan tanganmu? Siapa yang melakukannya?""Aku nggak sengaja membentur sesuatu. Aku baik-baik saja."Irene heran, Daniel membentur apa sehingga tangannya terluka seperti ini?Ini sungguh mencurigakan.Namun, semangat Irene pada persiapan malam ini dengan sempurna langsung mereda dan dia merasa sangat kecewa.Selain itu, dua hari ini adalah masa ovulasinya. Kalau dia mau hamil, dia harus menunggu bulan depan ....Akan tetapi, bagaimana mereka bisa bermesraan kalau tangan Daniel seperti ini?Jelas sekali kalau Irene sangat menginginkan Daniel."Tony, a
Yasmin berjalan ke kantor departemen dengan perasaan gelisah.Dia sedang berpikir apa yang telah dia lakukan di bawah kamera CCTV semenjak dia datang ke Grup Guntur.Sepertinya dia baik-baik saja.Hanya saja, dia pernah berciuman dengan Martin sekali.Meskipun itu bukan keinginan Yasmin, Martin juga bukan benar-benar ingin menciumnya. Namun, orang lain yang melihat mereka pasti akan salah paham.Memikirkannya membuat kepala Yasmin sakit.Yasmin bekerja dengan tidak tenang. Dia sesekali melirik ponselnya di meja yang diam saja.Dia tidak sesial itu dan terlihat oleh Daniel, 'kan?Daniel adalah pria yang sangat sibuk. Bagaimana dia bisa selalu mengawasi CCTV?Kalau begitu, apa ada orang lain yang mengawasinya?Tidak mungkin. Daniel hanya ingin Yasmin merasa malu sebagai seorang pelakor. Dia tidak bilang tidak mengizinkan Yasmin berciuman dengan lawan jenisnya, 'kan?Namun, bagaimana dengan hal Yasmin bersama Raymond?Makin Yasmin memikirkannya, dia makin tidak bisa duduk dengan tenang. D
Yasmin terlihat malu. Dia meringkuk di dalam pelukan Daniel dan membenamkan wajahnya di dada Daniel.Saat pintu terbuka, David dan Joshua yang sedang berdiri di luar terkejut serta langsung berdiri dengan tegak.Setelah Daniel menggendong Yasmin sehingga sosok mereka hilang, David dan Joshua baru berbicara."Apa yang terjadi?" tanya David pada Joshua yang berdiri di samping. "Heboh sekali!""Aku nggak tahu," jawab Joshua.Dia sendiri juga kaget sekali.Ini pertama kalinya dia melihat Daniel semarah ini.Yasmin diantar pulang.Mobil Rolls Royce berhenti di luar gedung. Saat Yasmin hendak melepaskan jas Daniel, dia mendengar Daniel berkata, "Pakai. Apa kamu begitu suka mengekspos diri?"Yasmin menggertakkan giginya dan tidak berkata apa-apa.Siapa yang membuatnya basah sampai begini?Dia pun mengeratkan jas di tubuhnya, lalu dia mau turun dari mobil. Yasmin berhati-hati saat dia melewati Daniel karena dia sudah tidak punya tenaga untuk menghadapi bahaya Daniel.Daniel menatapnya dengan t
Saat Martin melihat ekspresi Yasmin, dia tahu siapa yang telah menelepon Yasmin."Nggak angkat telepon?" Martin tidak berniat untuk pergi.Yasmin tidak tahu kenapa Daniel meneleponnya. Bukankah tadi sore dia baru mengantar Yasmin pulang?Apa Daniel masih kesal?Dia menelepon Yasmin bukan karena dia tidak melihat Yasmin di lantai lima, 'kan?Saat memikirkan itu, jantung Yasmin hampir melompat keluar."Kenapa kamu takut sekali? Kalau kamu nggak mengangkat telepon sekarang juga, dia akan merasa curiga," ujar Martin.Yasmin menatap Martin dengan sinis, kemudian dia mau masuk ke dalam rumah.Namun, Martin malah menarik baju Yasmin. "Angkat teleponnya di sini.""Martin, kamu menjengkelkan sekali." Yasmin menepis tangan Martin dengan marah.Satu detik kemudian, ponselnya diambil Martin.Martin langsung menjawab telepon Daniel dan bahkan menyalakan speaker.Yasmin yang telat merebut kembali tanpa sadar menahan napas.Muncul suara Daniel yang terdengar kesal. "Di mana kamu?"Yasmin berusaha men
Yasmin tidak tega, tapi apa yang bisa dia lakukan?Di hadapan Daniel, Yasmin sama sekali tidak punya kebebasan.Setelah dia memberi tahu anak-anak, dia turun ke lantai lima.Meskipun dia sudah mengecek keberadaan Daniel, dia masih melambatkan langkahnya ketika dia berbelok di sudut tangga.Dia membuka pintu dengan kuncinya, lalu masuk ke ruang tamu dan dia baru menghela napas lega. Dia melihat jas yang sudah dibuang ke lantai dan diinjak-injaknya.Raut wajah Yasmin pun berubah. Dia buru-buru mendekat untuk mengambil jas tersebut. Dia mengibaskannya dengan kuat, kemudian menepuk debu di jas.Itu sama sekali tidak berguna.Jas Daniel masih berkerut dan bahkan ada jejak kaki.Biasanya pakaian yang dikenakan Daniel tidak berkerut sedikit pun.Sekarang jasnya tampak sangat kacau.Yasmin melirik ke arah jam sekilas. Dia harus segera mengambilkan jas ini ke keadaan semula sebelum Daniel datang.Kalau tidak, Daniel akan langsung tahu apa yang telah dilakukan Yasmin pada jasnya.Apa yang Yasmin
"Lauren yang nggak tahu malu dan bersikeras melengket dengan Evan! Tante nggak perlu khawatir. Aku bisa menanganinya." Sofia terlihat sombong. Bagaimana mungkin dia merasa terancam oleh wanita yang berasal dari daerah kumuh? "Tapi, bagaimana Tante bisa tahu?"Melihat Sofia masih belum mengetahui apa-apa, Jessy pun berkata, "Lauren ini sedang hamil.""Apa?" Raut wajah Sofia berubah drastis. Suaranya menjadi tinggi.Saat Jessy melihat Sofia mau naik darah, dia berkata, "Ketika aku berada di toilet, aku mendengar istri Daniel mengatakannya. Aku merasa kamu pasti nggak tahu, jadi aku memberitahumu.""Aku mau membunuh Lauren si wanita jalang itu! Dasar nggak tahu diri! Bisa-bisanya sampah sepertinya ingin berebutan denganku. Aku akan bertanya pada Evan ....""Tunggu." Jessy menahannya."Tante, aku nggak bisa berpura-pura nggak tahu tentang hal ini!""Apa yang bisa kamu lakukan setelah mengetahuinya? Kalau kamu membuat keributan, kamu yang malu. Sekarang yang paling penting adalah kamu harus
"Iya, aku meneleponnya. Nanti malam aku ingin pergi menemuinya," kata Yasmin."Nggak perlu," tolak Evan.Alis Yasmin pun berkerut. "Kenapa? Paman, kamu seperti ini salah. Kamu sudah melukai dua orang.""Aku tahu apa yang sedang kulakukan." Evan tidak ingin membicarakan ini lagi.Sofia datang. Dia bersandar pada Evan, lalu bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa wajah Yasmin terlihat sangat serius?"Yasmin berkata, "Wajahku menjadi terlihat serius karena aku memakai masker. Hebat."Sofia sengaja tertawa.Evan merangkul Sofia. "Ayo cari tempat untuk makan. Apa kamu lapar?""Lapar. Evan, kamu sangat baik padaku.""Selamat menikmati, Yasmin." Setelah Evan mengatakan itu, dia pergi bersama Sofia.Yasmin melihat tampang mereka berdua yang tampak mesra. Ini benar-benar tidak pantas bagi Lauren.Dia pun berbalik dan pergi ke toilet.Dia tiba di depan toilet wanita dan baru saja ingin membuka pintu."Yasmin." Daniel muncul dari belakang. "Jangan berkeliaran."Jessy yang hendak menar
Anak-anak berlari keluar untuk bermain. Yasmin berdiri, lalu mengingatkan mereka, "Jangan nakal, ya!"Jessy tertawa. "Ketiga anak kecil itu benar-benar menggemaskan. Aku sangat suka melihat mereka."Juan berkata, "Kalau begitu, minta James cepat mencari istri agar dia juga dapat melahirkan anak."James mengerutkan alisnya. "Bukankah itu terlalu cepat untukku? Bukankah sekarang sudah ada yang lebih modern? Setelah bertunangan, kamu bisa melewatkan pernikahan dan langsung mempunyai anak!"Sofia melihat Evan dengan senang, kemudian mengulurkan tangan untuk memeluk lengan Evan.Meskipun Evan diam saja, Sofia tetap sangat senang.Hari ini adalah hari pertunangannya. Akhirnya hari ini tiba juga.Ketika mereka tidur bersama malam ini, Sofia tentu bisa hamil.Jessy memelototi James. Walaupun apa yang dikatakan James benar, dia tidak boleh mengatakan hal yang begitu memalukan!Lalu, dia sengaja mengatai putranya, "Kamu juga sudah nggak muda. Jangan membuat keluargamu cemas. Kapan kamu akan memb
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Yasmin."Nggak tahu. Yasmin ... aku hamil." Lauren memberitahunya. "Jalan keluarku semuanya sudah diblokir Evan."Yasmin terkejut. "Hamil ....""Dia mengganti pil KB-ku dan membuatku hamil. Evan ... benar-benar membuatku jijik!"Yasmin dapat merasakan keputusasaan Lauren.Di keputusasaannya Lauren, apa yang bisa dilakukan tentang pertunangan Evan?Evan tahu Lauren sedang hamil anaknya, tapi dia tetap pergi bertunangan dengan wanita lain. Dia benar-benar parah.Lauren menghibur dirinya sendiri, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Manusia tetap harus berpikiran terbuka, 'kan?"Pada hari pertunangan Evan, Yasmin dan Daniel membawa anak-anak ke Kota Greya.Saat melihat daftar nama tamu, tidak ada yang menyangka Daniel, penguasa Kota Imperial, akan muncul.Hubungan itu tentu membuat Keluarga Darsono puas.Mereka mengadakan pestanya di hotel termewah Kota Greya. Mereka memesan seluruh gedung.Helikopter mendarah di atap. Setelah mereka tiba di lantai satu
Lauren sendiri tidak tahu siapa ibu kandungnya.Ayah tirinya bukanlah orang baik, sementara ibu angkatnya berpura-pura tidak melihatnya. Mereka menjalani hidup yang susah setiap hari.Dia selalu berpikir kenapa orang tua kandungnya tidak menginginkannya? Apa dia diculik orang seperti kakak kandung James?Kalau seperti itu, Lauren akan merasa sedikit lebih baik.Setidaknya dia bukan dibuang ...."Omong-omong, kakakku sangat hebat. Apa kamu tahu apa yang dia ambil pada pesta ulang tahunnya yang pertama?""Kalkulator? Pulpen? Makanan? Uang?" Lagi pula, tidak ada yang perlu dilakukan Lauren, lebih baik mengobrol dengan James."Semuanya salah. Dia memegang tangan kakekku.""Ha?" Itu benar-benar di luar sangka Lauren."Makanya, kakekku sangat senang. Dia langsung mengumumkan kalau kakakku akan menjadi penerus Keluarga Darsono." Setelah James berbicara dengan penuh semangat, suaranya berubah menjadi kecewa ketika dia berkata, "Tapi, kakakku nggak mempunyai takdir itu ....""Takdir setiap oran
Lauren tidak hanya memahami ancaman itu, tapi tubuhnya juga mendingin.Selama anak ini ada, semuanya baik-baik saja. Begitu anak ini tidak ada, pembunuhan apa pun bisa terjadi.Tak peduli apa Lauren sengaja menggugurkan anak ini atau tidak.Dia bertanggung jawab.Besok pagi, Evan menemani Lauren makan sarapan sebelum pergi. Dia memegang jasnya dan naik mobil. Suasana hatinya tampak sangat bagus.Lauren berjalan ke pintu, lalu melihat mobil Bentley hitam itu melaju pergi. Kemudian, gerbang tertutup secara otomatis.Evan pergi atau tidak itu tidak terasa berbeda.Lauren merasa ada kamera di mana-mana sehingga dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.Dia pergi ke kamar mandi, lalu melihat bagian belakang cermin kecil. Benda tersebut masih di sana.Dia benar-benar ingin mencabutnya, kemudian melemparkannya ke dalam toilet.Namun, apa yang dikatakan Evan tidak boleh dianggap remeh. Kalau Lauren membuang kamera ini, akan muncul kamera kedua.Terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur. L
"Kamu salah. Aku keluar untuk melihat bulan. Kapan aku ingin melarikan diri?" bohong Lauren dengan ekspresi datar."Lauren, kamu jangan berbohong tanpa berkedip. Kami semua melihatmu! Kenapa kamu mau keluar untuk melihat bulan? Apa di dalam nggak ada bulan?" Pada akhirnya, Zarco masih mementingkan harga dirinya sebagai pria.Dia sudah ditampar dan dihantam kepalanya. Dia sangat malu!"Rasa melihat bulan di luar dan dari dalam berbeda," balas Lauren. Dia tidak ingin mengalah pada Zarco. "Selain itu, dia sudah bersikap nggak sopan padaku. Apa aku nggak boleh memberinya pelajaran? Evan, kamu nggak bisa membiarkan anak buahmu selalu menindasku, 'kan?""Kak Evan, aku nggak ...." Zarco baru ingin membela diri, tapi kemudian Evan menyelanya."Obati lukamu."Zarco menggertakkan giginya dan amarah memenuhi hatinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena ada Evan. Maka itu, dia pergi bersama anak buah lainnya.Evan menatap Lauren. Tatapan matanya yang tajam seperti monster yang menghantui
"Kamu pasti nggak memberitahunya kalau aku hamil," kata Lauren."Aku bilang aku menyembunyikanmu di luar." Evan bersandar ke kursi ruang kerjanya dan meregangkan kaki panjangnya. "Dia nggak peduli. Walaupun dia tahu, dia nggak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya nggak suka repot.""Kalau kita menggugurkan anak ini, maka nggak akan ada repot," kata Lauren."Aku lebih memilih membunuh orang tua itu."Kekejaman Evan mengejutkan Lauren, jadi Lauren tidak ingin lanjut berbicara dengannya. "Aku mau tidur. Sudah, ya."Setelah mematikan telepon, dia melirik cahaya terakhir di cakrawala sebelum berjalan kembali.Dia tidak meragukan kalau Evan tidak peduli dengan ikatan keluarga. Orang tua angkatnya Lauren dan Juan bukanlah siapa-siapa bagi Evan.Namun, dia bersikeras menginginkan anak.Lauren ingin sekali bertanya padanya apa dia tahu bagaimana cara mendidik anak?Bagi orang yang tumbuh di daerah kumuh, hal yang paling mereka kurang adalah kasih sayang ...Lauren tahu Evan tidak akan datang. Dia
"Aku setuju untuk bertunangan, tapi syaratku adalah kamu nggak boleh mencari Lauren," ujar Evan dengan tajam.Juan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menentukan waktunya."Evan sengaja bertanya, "Apa kamu akan mengundang istrimu ke pertunanganku?"Ekspresi Juan menjadi masam. "Dia dirawat dengan baik di rumah sakit jiwa, jadi dia nggak boleh keluar."Selesai makan malam, Evan tidak menetap dan langsung pergi.Dia meninggalkan Juan sendirian di meja makan.Pengurus rumah berjalan mendekat. "Tuan Besar, apa Anda ingin saya memanaskan sopnya? Saya melihat Anda nggak meminum sesendok pun.""Apa aku bisa menelannya?" Juan meletakkan sendok garpunya."Pria mencari wanita bukan hal yang perlu dikhawatirkan," hibur pengurus rumah."Wanita ini berbeda. Dia adalah mantan istri Gilbert." Juan tidak pernah meremehkan Lauren. "Aku bisa melihat dia itu wanita yang cukup kejam karena bisa melemparkan Gilbert ke penjara. Kalau Evan jatuh ke tangannya lagi ....""Tuan Besar nggak perlu khawati