Yasmin tidak punya niat bekerja.Dia bolak-balik antara toilet dan kantor departemen.Karena dengan begitu, dia bisa melihat apa yang terjadi di dalam ruang rapat.Setelah bolak-balik hampir sepuluh lebih kali dan ditanya para rekan kerja apa kantong kemihnya bocor, akhirnya pintu ruang rapat ada pergerakan.Pintu terbuka dan Daniel melangkah keluar. Sambil dikelilingi aura yang kuat, dia langsung berjalan ke lift.Yasmin pun bergegas mengikutinya.Dia tentu saja tidak bisa membahas urusannya sendiri dengan Daniel di Grup Guntur.Dia sudah cukup menjadi bahan pembicaraan di perusahaan.Melihat angka lift menuju ke bawah, Yasmin masuk ke dalam lift satu lagi.Dia menekan tombol dengan panik dan terburu-buru.Akhirnya pintu lift terbuka. Sebelum Yasmin sempat masuk, ada orang yang melingkari bahunya dari belakang.Setelah itu, Martin menuntun Yasmin ke kantor."Ngapain kamu?" Yasmin menarik kembali tangannya dan hendak pergi. Akan tetapi, dia langsung dihentikan oleh Martin. "Kalau ada a
Selain menunggu Yasmin, apa Daniel punya urusan lain?"Kamu nggak berhenti melihatku bukankah untuk bertemu denganku?"Yasmin memanyunkan bibirnya. Sepertinya Daniel memperhatikan semua gerak-geriknya.Hanya saja, bukankah Daniel sedang menghadiri rapat pemegang saham?Bagaimana Daniel bisa tahu Yasmin bolak-balik antara kantor departemen dan toilet?Yasmin tidak punya waktu untuk menanyakan detailnya. Dia berpikir sejenak sebelum bertanya, "Apa kamu baik-baik saja?"Ketika Daniel mendengar itu, dia tersenyum sinis. "Apa kamu mengkhawatirkanku?"Mata Yasmin berkilau sesaat. "Kalau begitu, aku akan langsung ke inti pembicaraan. Aku mencarimu karena ... kamu akan menghapus status penduduk tak ditemukan-ku, 'kan?""Kenapa?"Yasmin tercengang ketika dia mendengar Daniel bertanya kenapa. "Apa maksudmu? Masalah itu sudah diselidiki dengan jelas. Kematian ibumu nggak ada kaitannya dengan kami. Seharusnya kamu melepaskan kami, 'kan?"Nggak ada kaitannya?" Daniel menatap Yasmin dengan tajam dan
Pantas Daniel langsung tahu Andy membelikan Yasmin rumah. Ternyata Daniel juga punya rumah di gedung ini.Yasmin memandang Daniel. Ini sulit dipercaya seperti dia melihat Daniel makan di warung pinggir jalan.Yasmin mau berpura-pura tidak melihatnya dan pergi secara diam-diam.Kemudian, muncul suara pecah dari balkon sebelah.Yasmin terkejut, kemudian membalikkan tubuhnya.Daniel sedang duduk bersandar di kursi. Gelas di tangannya terjatuh dan pecah berkeping-keping.Dan sekujur tubuh Daniel tampak rileks. Kepalanya terkulai dan matanya terpejam. Wajahnya tampak pucat pasi.Daniel tidak pingsan, 'kan?Apa Yasmin bisa berpura-pura tidak melihatnya?Tentu tidak.Meskipun dia takut dan menentang Daniel, pria itu masih merupakan anak kandung ayahnya.Namun, Yasmin juga tidak bisa memanggil Daniel begitu saja.Apa Yasmin perlu menelepon Irene?Itu lebih tidak boleh!Irene pasti akan merasa curiga kenapa Yasmin bisa tahu Daniel berada di sini.Yasmin hanya tahu satu nomor ponsel yang tidak a
"Kenapa kamu belum pergi?"Yasmin berbalik. Dia menatap Daniel dan bertanya, "Apa aku boleh menggunakan pintu rumahmu?""Nggak."Yasmin pun memelototi Daniel.Akan tetapi, dia masih ketakutan kalau dia harus kembali menggunakan cara seperti tadi lagi."Tadi aku kemari demi siapa? Kenapa aku nggak boleh menggunakan pintu rumahmu? Apa kamu akan merasa rugi?" Yasmin benar-benar tidak mau kembali menggunakan cara seperti tadi lagi."Aku barusan menyelamatkanmu.""..." napas Daniel tercekat."Aku belum makan." Daniel memejamkan matanya dan tampak lemas.Yasmin mengerutkan keningnya. Jadi, apa Daniel ingin Yasmin memasak untuknya?Otak Yasmin berputar.Daniel tidak akan mengatakan hal itu kalau dia tidak memerintah Yasmin.Dan kalau Yasmin tidak ingin melewati pagar pembatas yang berbahaya, dia harus memasak buat Daniel agar dia punya kesempatan untuk memasuki rumah Daniel."Baiklah. Kamu punya apa? Aku akan memasak untukmu."Yasmin pergi ke dapur, kemudian mulai memasak untuk Daniel.Tidak
Yasmin tersadar, lalu dia bergegas mengejar Daniel dan ingin menghentikan Daniel. "Kenapa aku harus menginap di sini? Aku mau pulang.""Saat ini aku nggak punya mood. Jangan menggangguku." Daniel menatap Yasmin dengan malas, tapi tatapan Daniel mengandung bahaya."Apa kamu bisa jadi punya mood kalau aku menginap di sini?" tanya Yasmin dengan heran.Daniel merasa Yasmin menjengkelkan dan selalu tidak menyukainya. Agar mood-nya membaik, bukankah seharusnya dia menjauhkan Yasmin?Daniel menatap Yasmin, kemudian dia tiba-tiba menggenggam bahu Yasmin dan mendorongnya ke dalam kamar."Kamu ...." Yasmin dipaksa masuk ke dalam kamar.Lalu, Daniel malah mengabaikan Yasmin dan langsung memasuki kamar mandi.Yasmin berdiri di tempatnya dan untuk sesaat dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.Dia ingin pergi, tapi apa dia berani?Namun, dia juga tidak ingin berada di dalam kamar Daniel, 'kan?Saat mendengar suara air mengalir dari kamar mandi, Yasmin merasa canggung. Dia berbalik, kemudian kelu
Yasmin memanggil Daniel dengan susah payah, "Woi, minum obat. Helen sudah mengantarkan obatmu."Daniel tidak bereaksi. Dia seakan-akan sudah tidur dengan lelap.Yasmin menatap wajah Daniel yang jelas-jelas tampan, tapi wajahnya terlihat sangat cuek.Meskipun Daniel sedang tidur, dia masih terasa berbahaya.Jadi, Yasmin berbisik, "Putri Salju, saatnya minum obat."Kemudian, Daniel membuka matanya.Ekspresi Yasmin menegang, lalu dia jatuh terduduk di lantai karena terkejut. Dia segera bangkit dan menunjuk meja samping tempat tidur. "Helen sudah mengantar obatmu.""Itu bukan racun, 'kan?" tanya Daniel dengan ekspresi tenang.Yasmin mengusap hidungnya, lalu dia berdiri di samping dengan patuh. "A ... aku hanya bercanda."Daniel tidak mengatakan apa-apa. Dia duduk, kemudian mengambil obat di meja samping tempat tidur. Dia langsung menelannya tanpa meminum air putih.Yasmin mengira Daniel akan marah karena panggilannya yang kurang ajar tadi, tapi sepertinya Daniel biasa-biasa saja.Yasmin te
Yasmin mengingat kebiasaannya memeluk anak-anak. Dia pasti menganggap Daniel sebagai ketiga anaknya.Kakinya bahkan mengait kaki panjang Daniel. Yasmin pun segera menurunkan kakinya.Yasmin diam-diam melirik Daniel yang masih tidur. Dengan pelan-pelan, dia melepaskan diri dari pelukan Daniel.Selama proses turun dari tempat tidur, sekujur tubuh Yasmin sampai berkeringat.Begitu kakinya menyentuh lantai, dia segera berlari.Yasmin menutup pintu dengan pelan-pelan, kemudian Daniel membuka matanya.Yasmin berlari ke rumahnya, setelah itu dia baru bisa bernapas dengan normal.Dia seperti pencuri.Setelah dia mengambil ponselnya, dia melarikan diri dari apartemen.Setelah Yasmin masuk ke dalam taksi, dia baru punya waktu untuk melihat ponselnya.Dia melihat ternyata ada banyak sekali panggilan tak terjawab dari Irene.Yasmin pun mengerutkan keningnya.Kenapa Irene mencarinya?Oh, iya. Daniel tidak pulang semalaman. Irene pasti mencarinya.Pada saat itu, di mana ponsel Daniel?Di meja kopi b
Dengan ekspresi masam, Yasmin berkata, "Kamu memfitnah orang di internet tanpa dasar apa pun. Apa kamu masih punya akal sehat?""Apa aku perlu memfitnahmu? Kalau begitu, beri tahu aku. Semalam kamu sama sekali nggak pulang, jadi ke mana kamu?" tanya Irene.Yasmin tidak tahu apakah Irene tahu di mana rumah Naomi. Meskipun Irene tidak tahu, Yasmin juga tidak akan memberi tahu Irene di mana rumah barunya.Rumah itu dibeli oleh Andy.Kalau Irene tahu, akan terjadi masalah juga.Saat Yasmin sedang memikirkan jawabannya, ponsel Irene yang berada di dalam tas berbunyi. Irene mengeluarkan ponselnya. Setelah dia melihat siapa penelepon, dia berjalan ke samping sebelum mengangkatnya.Yasmin samar-samar mendengar percakapan Irene."Daniel, ke mana kamu? Aku sangat mengkhawatirkanmu. Kamu juga nggak mengangkat teleponku. Aku mengira sesuatu telah terjadi padamu." Irene berkata, "Kamu mabuk? Seharusnya kamu meneleponku biar aku bisa menjagamu. Aku sedih sekali karena kamu minum sendirian ...."Keti