Kalimat terakhir Tuan Besar Guntur terdengar aneh.Orang yang punya otak bisa berpikir kalau Tuan Besar Guntur ingin melakukan sesuatu yang buruk pada Klara.Daniel menghampiri Jason.Wajah Jason memucat karena aura yang menyeramkan itu. Dia terus melangkah mundur. "Daniel, aku ini ayahmu. Apa yang ingin kamu .... Aaa!"Di belakang ada tangga. Karena Jason tidak memperhatikan, kakinya langsung menginjak udara kosong.Jason berguling ke bawah. Dia terlihat sangat kasihan.Daniel berdiri di ujung tangga dan melihatnya dari atas. Suaranya tidak mengandung perasaan apa pun saat dia berkata, "Umumkan keluar, Tuan Besar Guntur sakit kritis. Sedangkan kamu, setelah Tuan Besar Guntur meninggal, berdukalah selamanya!"Setelah Daniel mengatakan itu, dia pergi.Para pengawalnya juga mengikutinya.Jason duduk di lantai dan sangat ketakutan.Dia berpikir untungnya Tuan Besar Guntur sehat dan tidak akan mati begitu cepat.Yasmin mengabaikan Jason. Dia buru-buru melepaskan ikatan Klara dan berkata, "
Daniel punya wajah yang tampan, tubuh yang tinggi dan aura yang berwibawa. Dia sepenuhnya menutupi Irene.Orang-orang di komentar bertanya siapa orang ini dan bagaimana dia bisa lebih tampan daripada seorang selebritas.Sekelompok gadis yang terobsesi bergegas mencari tahu identitas Daniel.Ada orang yang langsung tahu dan berkata itu adalah pendiri Grup Naga. Dia juga adalah cucu pendiri Grup Guntur, Daniel Guntur.Saat Yasmin melihat-lihat komentar, tiba-tiba dia menyadari ada yang aneh dengan halaman situs ini.Setelah dia mundur dan membukanya lagi, semuanya sudah menghilang.Jangankan video, komentarnya saja sudah tiada.Ia seperti menghilang ditelan bumi."Apa yang kamu lihat?" tanya Klara melewati telepon."Semuanya sudah nggak ada." Yasmin berkata, "Pasti diblokir Daniel."Tidak ada media yang berani mengungkit Daniel di internet.Inilah kekuatan.Tanpa perlu menghabiskan sepeser pun, satu panggilan telepon saja sudah cukup."Irene pasti merasa ini sangat disayangkan. Akhirnya
Yasmin tidak punya niat bekerja.Dia bolak-balik antara toilet dan kantor departemen.Karena dengan begitu, dia bisa melihat apa yang terjadi di dalam ruang rapat.Setelah bolak-balik hampir sepuluh lebih kali dan ditanya para rekan kerja apa kantong kemihnya bocor, akhirnya pintu ruang rapat ada pergerakan.Pintu terbuka dan Daniel melangkah keluar. Sambil dikelilingi aura yang kuat, dia langsung berjalan ke lift.Yasmin pun bergegas mengikutinya.Dia tentu saja tidak bisa membahas urusannya sendiri dengan Daniel di Grup Guntur.Dia sudah cukup menjadi bahan pembicaraan di perusahaan.Melihat angka lift menuju ke bawah, Yasmin masuk ke dalam lift satu lagi.Dia menekan tombol dengan panik dan terburu-buru.Akhirnya pintu lift terbuka. Sebelum Yasmin sempat masuk, ada orang yang melingkari bahunya dari belakang.Setelah itu, Martin menuntun Yasmin ke kantor."Ngapain kamu?" Yasmin menarik kembali tangannya dan hendak pergi. Akan tetapi, dia langsung dihentikan oleh Martin. "Kalau ada a
Selain menunggu Yasmin, apa Daniel punya urusan lain?"Kamu nggak berhenti melihatku bukankah untuk bertemu denganku?"Yasmin memanyunkan bibirnya. Sepertinya Daniel memperhatikan semua gerak-geriknya.Hanya saja, bukankah Daniel sedang menghadiri rapat pemegang saham?Bagaimana Daniel bisa tahu Yasmin bolak-balik antara kantor departemen dan toilet?Yasmin tidak punya waktu untuk menanyakan detailnya. Dia berpikir sejenak sebelum bertanya, "Apa kamu baik-baik saja?"Ketika Daniel mendengar itu, dia tersenyum sinis. "Apa kamu mengkhawatirkanku?"Mata Yasmin berkilau sesaat. "Kalau begitu, aku akan langsung ke inti pembicaraan. Aku mencarimu karena ... kamu akan menghapus status penduduk tak ditemukan-ku, 'kan?""Kenapa?"Yasmin tercengang ketika dia mendengar Daniel bertanya kenapa. "Apa maksudmu? Masalah itu sudah diselidiki dengan jelas. Kematian ibumu nggak ada kaitannya dengan kami. Seharusnya kamu melepaskan kami, 'kan?"Nggak ada kaitannya?" Daniel menatap Yasmin dengan tajam dan
Pantas Daniel langsung tahu Andy membelikan Yasmin rumah. Ternyata Daniel juga punya rumah di gedung ini.Yasmin memandang Daniel. Ini sulit dipercaya seperti dia melihat Daniel makan di warung pinggir jalan.Yasmin mau berpura-pura tidak melihatnya dan pergi secara diam-diam.Kemudian, muncul suara pecah dari balkon sebelah.Yasmin terkejut, kemudian membalikkan tubuhnya.Daniel sedang duduk bersandar di kursi. Gelas di tangannya terjatuh dan pecah berkeping-keping.Dan sekujur tubuh Daniel tampak rileks. Kepalanya terkulai dan matanya terpejam. Wajahnya tampak pucat pasi.Daniel tidak pingsan, 'kan?Apa Yasmin bisa berpura-pura tidak melihatnya?Tentu tidak.Meskipun dia takut dan menentang Daniel, pria itu masih merupakan anak kandung ayahnya.Namun, Yasmin juga tidak bisa memanggil Daniel begitu saja.Apa Yasmin perlu menelepon Irene?Itu lebih tidak boleh!Irene pasti akan merasa curiga kenapa Yasmin bisa tahu Daniel berada di sini.Yasmin hanya tahu satu nomor ponsel yang tidak a
"Kenapa kamu belum pergi?"Yasmin berbalik. Dia menatap Daniel dan bertanya, "Apa aku boleh menggunakan pintu rumahmu?""Nggak."Yasmin pun memelototi Daniel.Akan tetapi, dia masih ketakutan kalau dia harus kembali menggunakan cara seperti tadi lagi."Tadi aku kemari demi siapa? Kenapa aku nggak boleh menggunakan pintu rumahmu? Apa kamu akan merasa rugi?" Yasmin benar-benar tidak mau kembali menggunakan cara seperti tadi lagi."Aku barusan menyelamatkanmu.""..." napas Daniel tercekat."Aku belum makan." Daniel memejamkan matanya dan tampak lemas.Yasmin mengerutkan keningnya. Jadi, apa Daniel ingin Yasmin memasak untuknya?Otak Yasmin berputar.Daniel tidak akan mengatakan hal itu kalau dia tidak memerintah Yasmin.Dan kalau Yasmin tidak ingin melewati pagar pembatas yang berbahaya, dia harus memasak buat Daniel agar dia punya kesempatan untuk memasuki rumah Daniel."Baiklah. Kamu punya apa? Aku akan memasak untukmu."Yasmin pergi ke dapur, kemudian mulai memasak untuk Daniel.Tidak
Yasmin tersadar, lalu dia bergegas mengejar Daniel dan ingin menghentikan Daniel. "Kenapa aku harus menginap di sini? Aku mau pulang.""Saat ini aku nggak punya mood. Jangan menggangguku." Daniel menatap Yasmin dengan malas, tapi tatapan Daniel mengandung bahaya."Apa kamu bisa jadi punya mood kalau aku menginap di sini?" tanya Yasmin dengan heran.Daniel merasa Yasmin menjengkelkan dan selalu tidak menyukainya. Agar mood-nya membaik, bukankah seharusnya dia menjauhkan Yasmin?Daniel menatap Yasmin, kemudian dia tiba-tiba menggenggam bahu Yasmin dan mendorongnya ke dalam kamar."Kamu ...." Yasmin dipaksa masuk ke dalam kamar.Lalu, Daniel malah mengabaikan Yasmin dan langsung memasuki kamar mandi.Yasmin berdiri di tempatnya dan untuk sesaat dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.Dia ingin pergi, tapi apa dia berani?Namun, dia juga tidak ingin berada di dalam kamar Daniel, 'kan?Saat mendengar suara air mengalir dari kamar mandi, Yasmin merasa canggung. Dia berbalik, kemudian kelu
Yasmin memanggil Daniel dengan susah payah, "Woi, minum obat. Helen sudah mengantarkan obatmu."Daniel tidak bereaksi. Dia seakan-akan sudah tidur dengan lelap.Yasmin menatap wajah Daniel yang jelas-jelas tampan, tapi wajahnya terlihat sangat cuek.Meskipun Daniel sedang tidur, dia masih terasa berbahaya.Jadi, Yasmin berbisik, "Putri Salju, saatnya minum obat."Kemudian, Daniel membuka matanya.Ekspresi Yasmin menegang, lalu dia jatuh terduduk di lantai karena terkejut. Dia segera bangkit dan menunjuk meja samping tempat tidur. "Helen sudah mengantar obatmu.""Itu bukan racun, 'kan?" tanya Daniel dengan ekspresi tenang.Yasmin mengusap hidungnya, lalu dia berdiri di samping dengan patuh. "A ... aku hanya bercanda."Daniel tidak mengatakan apa-apa. Dia duduk, kemudian mengambil obat di meja samping tempat tidur. Dia langsung menelannya tanpa meminum air putih.Yasmin mengira Daniel akan marah karena panggilannya yang kurang ajar tadi, tapi sepertinya Daniel biasa-biasa saja.Yasmin te