Rumah Yasmin kecil dan lebih besar kamar mandi Taman Royal.Jadi, ketika pintu dibuka, Yasmin mencium aroma makanan yang berasa dari meja ruang tamu.Yasmin tidak menghiraukannya. Dia mencuci mukanya, kemudian mengelap wajahnya dengan tisu. Dia melewati Daniel tanpa melihatnya.Dia pergi ke kamar untuk mengambil ponsel, kemudian langsung pergi.Hanya saja, sebelum tangan Yasmin dapat menyentuh pintu, dia ditarik oleh sepasang tangan yang kuat.Yasmin terkejut, kemudian hampir menabrak dada tegap Daniel."Aku menyuruhmu makan, bukan pergi." Wajah sinis Daniel tampak tegang dan ada sedikit kebencian di dalam nadanya.Yasmin menepis tangan Daniel dengan kesal. Kali ini dia tidak berhasil dan malah membuat Daniel menggenggam pergelangan tangannya makin erat sehingga tulangnya terasa sakit."Ngapain kamu memaksaku seperti ini? Aku nggak ingin makan bersama. Aku bisa makan di perusahaan, mengerti?""Jangan membuat ulah denganku. Kesabaranku mempunyai batas!" Daniel langsung menarik Yasmin ke
Mobil Rolls Royce telah berhenti beberapa waktu di samping alun-alun.Daniel tidak mengatakan apa-apa, jadi sopir tidak menyalakan mesin mobil.Mobil pintu pun sedang terbuka.Mata hitam mengikuti sosok langsing itu. Pikirannya juga seolah-olah sedang melayang.Daniel memasuki kantor dan sekujur tubuhnya memancarkan aura menakutkan.Eric mengikutinya di belakang dengan hati-hati sambil memberi laporan pekerjaan.Bagaimanapun juga, dia sudah tahu apa yang terjadi semalam.Saat itu dia mengikuti Daniel ke bar. Di dalam ruangan masih ada pebisnis yang lainnya. Mereka lumayan senang dan bahkan memanggil LC.Eric tahu biasanya Daniel tidak perlu mengikuti acara seperti itu kecuali dia terpaksa atau suasana hatinya sedang buruk.Dan benar saja, yang terjadi pada Daniel adalah pilihan kedua.Seorang wanita genit sok pintar dan ingin menuangkan alkohol untuk Daniel, tapi itu malah tumpah ke sepatu Daniel.Tanpa perlu dipikirkan, wanita itu pasti melakukannya dengan sengaja untuk menangkap perh
Irene sedang duduk di depan meja kantornya dan seolah-olah dialah bosnya. "Kamu masih punya selera makan? Sepertinya aku sudah menganggap remeh kamu.""Keluar!""Yasmin, kamu nggak perlu mengusirku seperti ini, 'kan? Oh, kamu seharusnya marah, sih. Bagaimanapun juga, semalam aku berciuman dengan Daniel." Irene tersenyum sinis. "Itu salahmu. Kalau saja kamu nggak muncul, aku mungkin sedang hamil anak Daniel sekarang."Apa yang terjadi semalam adalah mimpi buruk yang tidak bisa dia hilangkan.Itu seperti duri di hatinya yang menusuk makin dalam."Nggak apa-apa. Kalau sudah terjadi sekali, pasti akan ada kedua kali. Itu nggak akan berhenti sampai aku hamil anak Daniel. Apa yang bisa kamu lakukan?" Irene sangat senang. Dia berdiri, kemudian mengitari Yasmin sambil berkata, "Aku bisa memberimu status Nyonya Guntur. Lagi pula, anak haram juga bisa menjadi penerus. Yasmin, sekarang kamu bisa merasakan perasaanku ketika kamu merebut Daniel dulu, 'kan?"Setelah itu, Irene menatap Yasmin sambil
Di dalam mobil hanya ada Mike yang duduk bersama Yasmin. Dia menyadari suasana hati Yasmin sedang kurang baik, ditambah dengan telepon masuk dari Intan yang mengatakan tampaknya Daniel sangat marah.Sepertinya ada masalah di antara mereka berdua.Sudah hampir jam delapan ketika mereka tiba di pusat kota, baru mereka mulai makan dan minum.Yasmin sudah terbiasa dengan sosialisasi seperti ini. Dulu dia tidak peduli dengan hal-hal seperti ini, tapi sekarang dia perlu terbiasa.Dia bisa melakukannya dengan mudah, tapi jelas kalau dia tidak pandai minum seperti ayahnya.Di meja ada yang berkata, "Bu Yasmin, kamu baru minum sedikit, tapi mukamu sudah merah. Kamu berada jauh di bawah ayahmu."Yang mengatakan itu adalah pekerja lama perusahaan. Dia hampir seumuran dengan Andy, jadi tidak apa-apa dia mengatakan itu.Yasmin tertawa sedih. "Itu pasti. Maaf, Pak Aris. Aku benar-benar nggak bisa dibandingkan dengan ayahku.""Meskipun kamu nggak pandai minum, kamu nggak lebih buruk dari ayahmu dalam
Kenapa dia datang ke sini? Yasmin ingin menjauh darinya.Yasmin baru saja menginjak tangga, lalu tubuhnya menjadi ringan dan digendong.Yasmin langsung naik darah. Dia meronta sambil berkata, "Jangan sentuh aku! Daniel, turunkan aku! Turunkan!"Daniel seakan-akan tidak mendengarnya. Dia menggendong Yasmin ke kamar.Lalu, dia melempar Yasmin ke tempat tidur."Ah!" Sebelum Yasmin sadar, Daniel telah mendekat dan ingin menelan Yasmin.Napas Yasmin tercekat dan kepalanya tidak bisa berpikir."Aku akan menjemputmu jam lima. Apa kamu sudah lupa, hm?" Aura berbahaya Daniel mengelilingi tubuh Yasmin."Aku punya urusan perusahaan, jadi aku pergi ke pabrik," jawab Yasmin sambil menenangkan kegugupannya. Dia mengulurkan tangan untuk mendorong Daniel. "Bangun .... Ah!"Pergelangan tangannya digenggam, lalu ditahan di atas kepalanya."Berapa jam aku menunggumu?!" Daniel menunggunya di mobil, tapi alhasil dia mendengar Yasmin pergi makan bersama orang lain. "Aku masih lapar sekarang. Menurutmu, baga
Ketika Yasmin ingin menangis, pintu kamar mandi dibuka.Yasmin melihat yang masuk adalah pria dengan wajah yang familier dan asing itu. Saking takutnya, Yasmin tanpa sadar melangkah mundur.Daniel menyadari cara berjalan Yasmin aneh. Alisnya berkerut. "Apa kamu terluka? Tunjukkan padaku ....""Jangan mendekat." Yasmin menggelengkan kepalanya. Dia menatap Daniel dengan waswas dan matanya berkaca-kaca. "Jangan ...."Sorot mata Daniel menjadi gelap.Dia tidak pernah bermaksud menyakiti Yasmin.Hanya saja dia sudah merasa sangat tertekan kemarin siang. Malam hari, Yasmin malah masih marah padanya dan bahkan makin kuat melawannya.Itu membuat Daniel hilang kendali.Setelah dia tenang, baru dia menyesalinya."Ini salahku. Aku hilang kendali. Sini, tunjukkan padaku." Daniel melangkah maju.Sementara Yasmin melangkah mundur. "Nggak perlu. Nggak .... Ah!"Tubuhnya ditarik dengan paksa, lalu Yasmin digendong keluar dari kamar mandi. Daniel meletakkannya di atas tempat tidur.Yasmin ingin berdiri
Yasmin ingin sekali Helen memberi tahu Daniel kalau Daniel tidak boleh menyentuhnya untuk selamanya. Atau setengah bulan juga boleh.Dengan begitu, dia tidak perlu hidup dalam bayangan yang disebabkan oleh Daniel.Namun, Yasmin tahu kalau dia tidak perlu seminggu untuk pulih. Kalau Helen mengatakan waktunya terlalu lama, jelas kalau Daniel akan menyadari ada yang tidak beres.Setelah Helen pergi, kebetulan Yasmin keluar dari kamar."Kenapa kamu keluar? Kamu terluka, istirahatlah." Daniel ingin meraih tangan Yasmin.Yasmin seolah-olah terkena air panas. Dia langsung menarik tangannya.Ekspresi Daniel menjadi masam. Emosinya mencapai kepala dan seakan-akan itu di luar kendali otaknya.Namun, dia masih menahan diri."Aku mau pergi ke perusahaan. Aku sudah baik-baik saja setelah menaruh obat." Yasmin merasa sangat gelisah setelah pengalaman mengerikan semalam. Setidaknya dia tidak terlalu kuat menolak Daniel.Karena dia tidak berani.Dia tidak ingin benar-benar dihancurkan oleh Daniel ....
Terdengar suara pintu ruang kerja terbuka. Daniel keluar, lalu berkata, "Siapkan makan siang.""Baik." Bibi pun pergi."Sudah bangun?" Daniel menghampiri Yasmin. "Apa kamu merasa lebih baik?"Yasmin mengabaikan sifat Daniel yang mudah marah. Kalau Daniel mengkhawatirkannya, kenapa dia melakukan itu kepadanya?Saat Daniel menyentuhnya, apa Daniel tidak peduli sama sekali?"Kenapa kamu nggak bicara?" tanya Daniel.Yasmin tersadar, lalu menjawab, "Aku sudah nggak merasakan apa-apa.""Selesai makan, kita pulang ke Taman Royal. Tuan Besar Samson sudah mengantarkan helikopternya. Anak-anak sudah nggak melihatmu selama dua hari," ujar Daniel.Saat Yasmin memikirkan anak-anaknya, dia mengangguk dengan berat hati.Setelah makan siang, dia pulang ke Taman Royal naik mobil Rolls Royce.Dia diam sepanjang jalan.Dia menjawab hanya ketika Daniel berbicara. Suasana di dalam mobil terasa sangat berat.Setelah mereka tiba di Taman Royal, anak-anak sedang tidur siang.Yasmin langsung menuju ke kamar an
"Lauren yang nggak tahu malu dan bersikeras melengket dengan Evan! Tante nggak perlu khawatir. Aku bisa menanganinya." Sofia terlihat sombong. Bagaimana mungkin dia merasa terancam oleh wanita yang berasal dari daerah kumuh? "Tapi, bagaimana Tante bisa tahu?"Melihat Sofia masih belum mengetahui apa-apa, Jessy pun berkata, "Lauren ini sedang hamil.""Apa?" Raut wajah Sofia berubah drastis. Suaranya menjadi tinggi.Saat Jessy melihat Sofia mau naik darah, dia berkata, "Ketika aku berada di toilet, aku mendengar istri Daniel mengatakannya. Aku merasa kamu pasti nggak tahu, jadi aku memberitahumu.""Aku mau membunuh Lauren si wanita jalang itu! Dasar nggak tahu diri! Bisa-bisanya sampah sepertinya ingin berebutan denganku. Aku akan bertanya pada Evan ....""Tunggu." Jessy menahannya."Tante, aku nggak bisa berpura-pura nggak tahu tentang hal ini!""Apa yang bisa kamu lakukan setelah mengetahuinya? Kalau kamu membuat keributan, kamu yang malu. Sekarang yang paling penting adalah kamu harus
"Iya, aku meneleponnya. Nanti malam aku ingin pergi menemuinya," kata Yasmin."Nggak perlu," tolak Evan.Alis Yasmin pun berkerut. "Kenapa? Paman, kamu seperti ini salah. Kamu sudah melukai dua orang.""Aku tahu apa yang sedang kulakukan." Evan tidak ingin membicarakan ini lagi.Sofia datang. Dia bersandar pada Evan, lalu bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa wajah Yasmin terlihat sangat serius?"Yasmin berkata, "Wajahku menjadi terlihat serius karena aku memakai masker. Hebat."Sofia sengaja tertawa.Evan merangkul Sofia. "Ayo cari tempat untuk makan. Apa kamu lapar?""Lapar. Evan, kamu sangat baik padaku.""Selamat menikmati, Yasmin." Setelah Evan mengatakan itu, dia pergi bersama Sofia.Yasmin melihat tampang mereka berdua yang tampak mesra. Ini benar-benar tidak pantas bagi Lauren.Dia pun berbalik dan pergi ke toilet.Dia tiba di depan toilet wanita dan baru saja ingin membuka pintu."Yasmin." Daniel muncul dari belakang. "Jangan berkeliaran."Jessy yang hendak menar
Anak-anak berlari keluar untuk bermain. Yasmin berdiri, lalu mengingatkan mereka, "Jangan nakal, ya!"Jessy tertawa. "Ketiga anak kecil itu benar-benar menggemaskan. Aku sangat suka melihat mereka."Juan berkata, "Kalau begitu, minta James cepat mencari istri agar dia juga dapat melahirkan anak."James mengerutkan alisnya. "Bukankah itu terlalu cepat untukku? Bukankah sekarang sudah ada yang lebih modern? Setelah bertunangan, kamu bisa melewatkan pernikahan dan langsung mempunyai anak!"Sofia melihat Evan dengan senang, kemudian mengulurkan tangan untuk memeluk lengan Evan.Meskipun Evan diam saja, Sofia tetap sangat senang.Hari ini adalah hari pertunangannya. Akhirnya hari ini tiba juga.Ketika mereka tidur bersama malam ini, Sofia tentu bisa hamil.Jessy memelototi James. Walaupun apa yang dikatakan James benar, dia tidak boleh mengatakan hal yang begitu memalukan!Lalu, dia sengaja mengatai putranya, "Kamu juga sudah nggak muda. Jangan membuat keluargamu cemas. Kapan kamu akan memb
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Yasmin."Nggak tahu. Yasmin ... aku hamil." Lauren memberitahunya. "Jalan keluarku semuanya sudah diblokir Evan."Yasmin terkejut. "Hamil ....""Dia mengganti pil KB-ku dan membuatku hamil. Evan ... benar-benar membuatku jijik!"Yasmin dapat merasakan keputusasaan Lauren.Di keputusasaannya Lauren, apa yang bisa dilakukan tentang pertunangan Evan?Evan tahu Lauren sedang hamil anaknya, tapi dia tetap pergi bertunangan dengan wanita lain. Dia benar-benar parah.Lauren menghibur dirinya sendiri, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Manusia tetap harus berpikiran terbuka, 'kan?"Pada hari pertunangan Evan, Yasmin dan Daniel membawa anak-anak ke Kota Greya.Saat melihat daftar nama tamu, tidak ada yang menyangka Daniel, penguasa Kota Imperial, akan muncul.Hubungan itu tentu membuat Keluarga Darsono puas.Mereka mengadakan pestanya di hotel termewah Kota Greya. Mereka memesan seluruh gedung.Helikopter mendarah di atap. Setelah mereka tiba di lantai satu
Lauren sendiri tidak tahu siapa ibu kandungnya.Ayah tirinya bukanlah orang baik, sementara ibu angkatnya berpura-pura tidak melihatnya. Mereka menjalani hidup yang susah setiap hari.Dia selalu berpikir kenapa orang tua kandungnya tidak menginginkannya? Apa dia diculik orang seperti kakak kandung James?Kalau seperti itu, Lauren akan merasa sedikit lebih baik.Setidaknya dia bukan dibuang ...."Omong-omong, kakakku sangat hebat. Apa kamu tahu apa yang dia ambil pada pesta ulang tahunnya yang pertama?""Kalkulator? Pulpen? Makanan? Uang?" Lagi pula, tidak ada yang perlu dilakukan Lauren, lebih baik mengobrol dengan James."Semuanya salah. Dia memegang tangan kakekku.""Ha?" Itu benar-benar di luar sangka Lauren."Makanya, kakekku sangat senang. Dia langsung mengumumkan kalau kakakku akan menjadi penerus Keluarga Darsono." Setelah James berbicara dengan penuh semangat, suaranya berubah menjadi kecewa ketika dia berkata, "Tapi, kakakku nggak mempunyai takdir itu ....""Takdir setiap oran
Lauren tidak hanya memahami ancaman itu, tapi tubuhnya juga mendingin.Selama anak ini ada, semuanya baik-baik saja. Begitu anak ini tidak ada, pembunuhan apa pun bisa terjadi.Tak peduli apa Lauren sengaja menggugurkan anak ini atau tidak.Dia bertanggung jawab.Besok pagi, Evan menemani Lauren makan sarapan sebelum pergi. Dia memegang jasnya dan naik mobil. Suasana hatinya tampak sangat bagus.Lauren berjalan ke pintu, lalu melihat mobil Bentley hitam itu melaju pergi. Kemudian, gerbang tertutup secara otomatis.Evan pergi atau tidak itu tidak terasa berbeda.Lauren merasa ada kamera di mana-mana sehingga dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.Dia pergi ke kamar mandi, lalu melihat bagian belakang cermin kecil. Benda tersebut masih di sana.Dia benar-benar ingin mencabutnya, kemudian melemparkannya ke dalam toilet.Namun, apa yang dikatakan Evan tidak boleh dianggap remeh. Kalau Lauren membuang kamera ini, akan muncul kamera kedua.Terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur. L
"Kamu salah. Aku keluar untuk melihat bulan. Kapan aku ingin melarikan diri?" bohong Lauren dengan ekspresi datar."Lauren, kamu jangan berbohong tanpa berkedip. Kami semua melihatmu! Kenapa kamu mau keluar untuk melihat bulan? Apa di dalam nggak ada bulan?" Pada akhirnya, Zarco masih mementingkan harga dirinya sebagai pria.Dia sudah ditampar dan dihantam kepalanya. Dia sangat malu!"Rasa melihat bulan di luar dan dari dalam berbeda," balas Lauren. Dia tidak ingin mengalah pada Zarco. "Selain itu, dia sudah bersikap nggak sopan padaku. Apa aku nggak boleh memberinya pelajaran? Evan, kamu nggak bisa membiarkan anak buahmu selalu menindasku, 'kan?""Kak Evan, aku nggak ...." Zarco baru ingin membela diri, tapi kemudian Evan menyelanya."Obati lukamu."Zarco menggertakkan giginya dan amarah memenuhi hatinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena ada Evan. Maka itu, dia pergi bersama anak buah lainnya.Evan menatap Lauren. Tatapan matanya yang tajam seperti monster yang menghantui
"Kamu pasti nggak memberitahunya kalau aku hamil," kata Lauren."Aku bilang aku menyembunyikanmu di luar." Evan bersandar ke kursi ruang kerjanya dan meregangkan kaki panjangnya. "Dia nggak peduli. Walaupun dia tahu, dia nggak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya nggak suka repot.""Kalau kita menggugurkan anak ini, maka nggak akan ada repot," kata Lauren."Aku lebih memilih membunuh orang tua itu."Kekejaman Evan mengejutkan Lauren, jadi Lauren tidak ingin lanjut berbicara dengannya. "Aku mau tidur. Sudah, ya."Setelah mematikan telepon, dia melirik cahaya terakhir di cakrawala sebelum berjalan kembali.Dia tidak meragukan kalau Evan tidak peduli dengan ikatan keluarga. Orang tua angkatnya Lauren dan Juan bukanlah siapa-siapa bagi Evan.Namun, dia bersikeras menginginkan anak.Lauren ingin sekali bertanya padanya apa dia tahu bagaimana cara mendidik anak?Bagi orang yang tumbuh di daerah kumuh, hal yang paling mereka kurang adalah kasih sayang ...Lauren tahu Evan tidak akan datang. Dia
"Aku setuju untuk bertunangan, tapi syaratku adalah kamu nggak boleh mencari Lauren," ujar Evan dengan tajam.Juan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menentukan waktunya."Evan sengaja bertanya, "Apa kamu akan mengundang istrimu ke pertunanganku?"Ekspresi Juan menjadi masam. "Dia dirawat dengan baik di rumah sakit jiwa, jadi dia nggak boleh keluar."Selesai makan malam, Evan tidak menetap dan langsung pergi.Dia meninggalkan Juan sendirian di meja makan.Pengurus rumah berjalan mendekat. "Tuan Besar, apa Anda ingin saya memanaskan sopnya? Saya melihat Anda nggak meminum sesendok pun.""Apa aku bisa menelannya?" Juan meletakkan sendok garpunya."Pria mencari wanita bukan hal yang perlu dikhawatirkan," hibur pengurus rumah."Wanita ini berbeda. Dia adalah mantan istri Gilbert." Juan tidak pernah meremehkan Lauren. "Aku bisa melihat dia itu wanita yang cukup kejam karena bisa melemparkan Gilbert ke penjara. Kalau Evan jatuh ke tangannya lagi ....""Tuan Besar nggak perlu khawati