"Yasmin, kamu sudah berpikir terlalu jauh." Tatapan mata Daniel terlihat mengerikan.Yasmin juga merasa sedemikian.Dulu sebelum ada kertas itu, dia tidak bisa membuat keputusan dan menjadi benda milik Daniel yang tidak mempunyai hak sedikit pun.Meskipun begitu, Yasmin tidak bisa menahan diri untuk tidak mengatakannya.Hasil yang didapatkannya bukan perasaan lega, melainkan rasa berat yang membuatnya kesulitan bernapas."Terserahmu. Lagi pula, ada atau nggak ada kertas itu nggak ada bedanya untukku." Yasmin memalingkan mukanya, lalu melihat ke arah lain.Bukankah itu tidak ada yang berbeda?Lagi pula, dia tidak bisa melarikan diri.Lebih tidak ada yang berbeda bagi Daniel.Akta nikah mereka hanyalah lelucon. Itu hanya cocok untuk orang seperti Irene."Ayo!" Ekspresi Daniel menjadi serius, kemudian menarik Yasmin turun dari tempat tidur dengan paksa."Lepaskan aku!" lawan Yasmin.Daniel tidak menyangka dia akan melawan. Untuk sesaat, tangannya terselip keluar dari genggaman Daniel."Ah
Rumah Yasmin kecil dan lebih besar kamar mandi Taman Royal.Jadi, ketika pintu dibuka, Yasmin mencium aroma makanan yang berasa dari meja ruang tamu.Yasmin tidak menghiraukannya. Dia mencuci mukanya, kemudian mengelap wajahnya dengan tisu. Dia melewati Daniel tanpa melihatnya.Dia pergi ke kamar untuk mengambil ponsel, kemudian langsung pergi.Hanya saja, sebelum tangan Yasmin dapat menyentuh pintu, dia ditarik oleh sepasang tangan yang kuat.Yasmin terkejut, kemudian hampir menabrak dada tegap Daniel."Aku menyuruhmu makan, bukan pergi." Wajah sinis Daniel tampak tegang dan ada sedikit kebencian di dalam nadanya.Yasmin menepis tangan Daniel dengan kesal. Kali ini dia tidak berhasil dan malah membuat Daniel menggenggam pergelangan tangannya makin erat sehingga tulangnya terasa sakit."Ngapain kamu memaksaku seperti ini? Aku nggak ingin makan bersama. Aku bisa makan di perusahaan, mengerti?""Jangan membuat ulah denganku. Kesabaranku mempunyai batas!" Daniel langsung menarik Yasmin ke
Mobil Rolls Royce telah berhenti beberapa waktu di samping alun-alun.Daniel tidak mengatakan apa-apa, jadi sopir tidak menyalakan mesin mobil.Mobil pintu pun sedang terbuka.Mata hitam mengikuti sosok langsing itu. Pikirannya juga seolah-olah sedang melayang.Daniel memasuki kantor dan sekujur tubuhnya memancarkan aura menakutkan.Eric mengikutinya di belakang dengan hati-hati sambil memberi laporan pekerjaan.Bagaimanapun juga, dia sudah tahu apa yang terjadi semalam.Saat itu dia mengikuti Daniel ke bar. Di dalam ruangan masih ada pebisnis yang lainnya. Mereka lumayan senang dan bahkan memanggil LC.Eric tahu biasanya Daniel tidak perlu mengikuti acara seperti itu kecuali dia terpaksa atau suasana hatinya sedang buruk.Dan benar saja, yang terjadi pada Daniel adalah pilihan kedua.Seorang wanita genit sok pintar dan ingin menuangkan alkohol untuk Daniel, tapi itu malah tumpah ke sepatu Daniel.Tanpa perlu dipikirkan, wanita itu pasti melakukannya dengan sengaja untuk menangkap perh
Irene sedang duduk di depan meja kantornya dan seolah-olah dialah bosnya. "Kamu masih punya selera makan? Sepertinya aku sudah menganggap remeh kamu.""Keluar!""Yasmin, kamu nggak perlu mengusirku seperti ini, 'kan? Oh, kamu seharusnya marah, sih. Bagaimanapun juga, semalam aku berciuman dengan Daniel." Irene tersenyum sinis. "Itu salahmu. Kalau saja kamu nggak muncul, aku mungkin sedang hamil anak Daniel sekarang."Apa yang terjadi semalam adalah mimpi buruk yang tidak bisa dia hilangkan.Itu seperti duri di hatinya yang menusuk makin dalam."Nggak apa-apa. Kalau sudah terjadi sekali, pasti akan ada kedua kali. Itu nggak akan berhenti sampai aku hamil anak Daniel. Apa yang bisa kamu lakukan?" Irene sangat senang. Dia berdiri, kemudian mengitari Yasmin sambil berkata, "Aku bisa memberimu status Nyonya Guntur. Lagi pula, anak haram juga bisa menjadi penerus. Yasmin, sekarang kamu bisa merasakan perasaanku ketika kamu merebut Daniel dulu, 'kan?"Setelah itu, Irene menatap Yasmin sambil
Di dalam mobil hanya ada Mike yang duduk bersama Yasmin. Dia menyadari suasana hati Yasmin sedang kurang baik, ditambah dengan telepon masuk dari Intan yang mengatakan tampaknya Daniel sangat marah.Sepertinya ada masalah di antara mereka berdua.Sudah hampir jam delapan ketika mereka tiba di pusat kota, baru mereka mulai makan dan minum.Yasmin sudah terbiasa dengan sosialisasi seperti ini. Dulu dia tidak peduli dengan hal-hal seperti ini, tapi sekarang dia perlu terbiasa.Dia bisa melakukannya dengan mudah, tapi jelas kalau dia tidak pandai minum seperti ayahnya.Di meja ada yang berkata, "Bu Yasmin, kamu baru minum sedikit, tapi mukamu sudah merah. Kamu berada jauh di bawah ayahmu."Yang mengatakan itu adalah pekerja lama perusahaan. Dia hampir seumuran dengan Andy, jadi tidak apa-apa dia mengatakan itu.Yasmin tertawa sedih. "Itu pasti. Maaf, Pak Aris. Aku benar-benar nggak bisa dibandingkan dengan ayahku.""Meskipun kamu nggak pandai minum, kamu nggak lebih buruk dari ayahmu dalam
Kenapa dia datang ke sini? Yasmin ingin menjauh darinya.Yasmin baru saja menginjak tangga, lalu tubuhnya menjadi ringan dan digendong.Yasmin langsung naik darah. Dia meronta sambil berkata, "Jangan sentuh aku! Daniel, turunkan aku! Turunkan!"Daniel seakan-akan tidak mendengarnya. Dia menggendong Yasmin ke kamar.Lalu, dia melempar Yasmin ke tempat tidur."Ah!" Sebelum Yasmin sadar, Daniel telah mendekat dan ingin menelan Yasmin.Napas Yasmin tercekat dan kepalanya tidak bisa berpikir."Aku akan menjemputmu jam lima. Apa kamu sudah lupa, hm?" Aura berbahaya Daniel mengelilingi tubuh Yasmin."Aku punya urusan perusahaan, jadi aku pergi ke pabrik," jawab Yasmin sambil menenangkan kegugupannya. Dia mengulurkan tangan untuk mendorong Daniel. "Bangun .... Ah!"Pergelangan tangannya digenggam, lalu ditahan di atas kepalanya."Berapa jam aku menunggumu?!" Daniel menunggunya di mobil, tapi alhasil dia mendengar Yasmin pergi makan bersama orang lain. "Aku masih lapar sekarang. Menurutmu, baga
Ketika Yasmin ingin menangis, pintu kamar mandi dibuka.Yasmin melihat yang masuk adalah pria dengan wajah yang familier dan asing itu. Saking takutnya, Yasmin tanpa sadar melangkah mundur.Daniel menyadari cara berjalan Yasmin aneh. Alisnya berkerut. "Apa kamu terluka? Tunjukkan padaku ....""Jangan mendekat." Yasmin menggelengkan kepalanya. Dia menatap Daniel dengan waswas dan matanya berkaca-kaca. "Jangan ...."Sorot mata Daniel menjadi gelap.Dia tidak pernah bermaksud menyakiti Yasmin.Hanya saja dia sudah merasa sangat tertekan kemarin siang. Malam hari, Yasmin malah masih marah padanya dan bahkan makin kuat melawannya.Itu membuat Daniel hilang kendali.Setelah dia tenang, baru dia menyesalinya."Ini salahku. Aku hilang kendali. Sini, tunjukkan padaku." Daniel melangkah maju.Sementara Yasmin melangkah mundur. "Nggak perlu. Nggak .... Ah!"Tubuhnya ditarik dengan paksa, lalu Yasmin digendong keluar dari kamar mandi. Daniel meletakkannya di atas tempat tidur.Yasmin ingin berdiri
Yasmin ingin sekali Helen memberi tahu Daniel kalau Daniel tidak boleh menyentuhnya untuk selamanya. Atau setengah bulan juga boleh.Dengan begitu, dia tidak perlu hidup dalam bayangan yang disebabkan oleh Daniel.Namun, Yasmin tahu kalau dia tidak perlu seminggu untuk pulih. Kalau Helen mengatakan waktunya terlalu lama, jelas kalau Daniel akan menyadari ada yang tidak beres.Setelah Helen pergi, kebetulan Yasmin keluar dari kamar."Kenapa kamu keluar? Kamu terluka, istirahatlah." Daniel ingin meraih tangan Yasmin.Yasmin seolah-olah terkena air panas. Dia langsung menarik tangannya.Ekspresi Daniel menjadi masam. Emosinya mencapai kepala dan seakan-akan itu di luar kendali otaknya.Namun, dia masih menahan diri."Aku mau pergi ke perusahaan. Aku sudah baik-baik saja setelah menaruh obat." Yasmin merasa sangat gelisah setelah pengalaman mengerikan semalam. Setidaknya dia tidak terlalu kuat menolak Daniel.Karena dia tidak berani.Dia tidak ingin benar-benar dihancurkan oleh Daniel ....
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump
Setelah Yasmin kembali ke kantor, dia membaca berbagai komentar di internet.Akademi Pinokio, rumah sakit, tidak ada yang selamat. Mereka semua dikutuk dengan kasar dan dicap sebagai "pengusaha berhati busuk".Apa dia perlu menelepon Raymond untuk bertanya bagaimana situasinya?Setelah Yasmin memikirkannya sejenak, dia mengurungkan niat.Walaupun dia menelepon Raymond, bantuan apa yang bisa diberikannya?Kalau nanti dia ketahuan oleh Daniel, itu hanya akan makin kacau.Sore hari, Yasmin akan pergi ke rumah sakit bersama manajer penjualan untuk mendiskusikan kerja sama dan kontrak.Saat perjalanan pulang, kebetulan mereka melewati rumah sakit yang terkena masalah itu."Ayo pergi ke rumah sakit itu untuk melihat-lihat," kata Yasmin."Sekarang? Menurutku, mereka sedang nggak niat." Manajer penjualan mempertimbangkannya sejenak. "Selain itu, kalau kita terlihat oleh orang lain, itu akan merugikan perusahaan.""Kita nggak boleh mundur karena sesuatu terjadi pada orang lain. Mari kita mencar
Beberapa menit kemudian, Yasmin turun. Dia melihat mobil Rolls Royce sedang parkir di alun-alun.Sebenarnya dilarang memarkir mobil di alun-alun.Namun, Daniel bersikeras ingin menghentikan mobil di sana.Maka itu, siapa pun yang masuk atau keluar gedung akan memperhatikan mobil Rolls Royce itu yang mewakili kekuatan.Yasmin merasa dia seperti orang jahat ketika dia naik mobil.Setelah Yasmin masuk ke dalam mobil, dia memprotes, "Bisakah kamu nggak menghentikan mobil di sini? Semua orang jadi tahu kamu datang untuk menjemputku."Aura berat langsung memenuhi ruang dalam mobil.Ekspresi Yasmin pun menjadi tegang, terutama saat matanya bertemu dengan mata gelap Daniel, dia mengira dia sudah salah bicara."Kamu takut siapa yang melihatmu?"Yasmin segera berpikir, lalu membalas, "Nggak, aku takut orang cemburu padaku."Tatapan mata Daniel menggelap sedikit. "Kemari."Tangan Yasmin ditarik, lalu dia langsung duduk di atas pangkuan Daniel. Yasmin merasa sedikit tertekan karena jaraknya dengan
Lauren tiba-tiba mengingat Evan yang langsung pergi dari perusahaan kemarin sore dan telepon masuk semalam. Lauren menatap Evan dengan serius dan bertanya, "Apa yang sudah kamu lakukan?""Apa?""Kemarin sore kamu jelas-jelas datang ke perusahaan, tapi kamu langsung pergi. Kamu pergi ke mana?""Ada urusan mendadak.""Apa itu nggak ada hubungannya dengan perusahaan?"Evan meraih tangan Lauren, kemudian menariknya sehingga Lauren duduk di atas pahanya. Evan mengangkat alisnya. "Kenapa kamu sangat sensi? Kamu seperti tubuhmu. Sayang, apa kamu tahu betapa aku menyukai tubuhmu?""Aku mau kembali bekerja." Seharusnya Lauren tidak bertanya. Apa Evan benaran akan memberitahunya kalau dia melakukan sesuatu?"Bukankah kamu bekerja untukku?" Evan tidak ingin melepaskannya."Kamu perlu bekerja, 'kan?" tanya Lauren.Evan melihat dokumen di atas meja yang perlu dibaca dan ditandatangani. Ekspresinya pun berubah. Dia menepuk pantat Lauren sebelum menarik kembali tangannya dengan enggan. "Saat aku perg
Saat ini ada sedikit celah terbuka di tengah tirai jendela dan cahaya dari luar pun masuk.Lauren tidak membalikkan tubuhnya dan menolehkan kepalanya karena dia tahu Evan tidak berada di atas tempat tidur. Kalau tidak, pinggangnya akan dipeluk Evan.Dia menatap cahaya itu selama lima menit sebelum dia bangun dengan lelah.Setelah menekan tombol di samping tempat tidur, tirai jendela terbuka dan menunjukkan lapisan kain kasa saja.Seluruh kamar menjadi terang, tapi itu tidak menyilaukan mata.Lauren turun dari tempat tidur. Dia menyeret tubuhnya yang pegal ke ruang ganti.Dia bisa berusaha pergi ke perusahaan tepat waktu pada hari pertama, kedua dan ketiga.Namun, setelah hari keempat, dia tidak bisa bangun.Karena dia kelelahan.Ibaratnya dia kerja lembur terus menerus. Tubuhnya tidak mungkin bisa bersemangat melulu.Dia membongkar bajunya. Ketika dia mendengar suara di luar, dia membuka botol obat dengan cepat, kemudian memakan pil di dalam.Agar tidak tertangkap basah oleh Evan, seka