Untungnya, Yasmin tidak dapat melihat wajah Irene. Kalau tidak, dia akan langsung muntah.Siapa keluarganya?Irene bukan anak ayahnya dan sudah membunuh ayahnya! Irene jelas-jelas musuhnya!Sekarang dia malah berpura-pura!Yasmin menarik tangannya yang digenggam Daniel.Daniel mengerutkan alisnya sedikit. Raut wajahnya menjadi makin sinis dan sorot matanya menjadi tajam.Setelah mereka duduk, anak-anak melihat sekeliling dengan penasaran.Juan berkata, "Kebetulan Irene mempunyai pekerjaan di sini, jadi dia datang untuk melihatku. Dia ini anak berbakti dan aku sangat senang. Meskipun apa yang dilakukan orang dewasa salah, anak nggak boleh terlibat. Itu dua hal yang berbeda."Yasmin tidak mempunyai bukti. Kalau tidak, dia tidak membiarkan Irene bersikap begini sombong.Putranya sendiri telah dibunuh Irene. Kalau Juan mengetahuinya, dia pasti tidak akan menoleransinya!Bisa-bisanya Irene berani datang ke sini!Apa tujuannya? Pria di sebelah Yasmin inilah tujuannya!"Yasmin, kita sama seka
Pengurus rumah datang. "Tuan Besar, makanan sudah disajikan.""Nanti kamu baru meminta tanda tangannya. Mari kita makan dulu." Juan berdiri.Hampir seluruh kursi penuh.Yasmin duduk bersama Daniel. Dia perlu orang membantunya ketika makan. Dan selama ini Daniel yang membantunya.Ketiga anak duduk di sampingnya.Lauren berinisiatif duduk di sebelah Julia. Evan melemparkan tatapan mata peringatan ke arahnya, tapi Lauren berpura-pura tidak melihatnya.Kemudian, Sofia duduk di sebelah Evan.Sementara Irene duduk di sebelah Sofia.Juan menghela napas dengan emosional. "Sudah berapa tahun aku nggak melihat meja ini seramai ini?"Pengurus rumah di sebelah berkata, "Kalau ada pertama kali, pasti akan ada kedua kali.""Makan. Anggap rumah kalian sendiri. Makan apa yang kalian ingin makan," kata Juan.Sofia melihat Daniel terus membantu Yasmin mengambil makanan. Dia bahkan membantu Yasmin memotong daging.Bukankah seharusnya anak-anak yang diurus?Anak-anak malah dibantu Lauren.Kemudian, dia me
Evan memperingatinya, "Panggil apa?"Julian mengingatnya, lalu berkata, "Nenek."Dia salah panggil untuk sesaat.Bagaimanapun juga, ketika Lauren masih bekerja sebagai asisten Yasmin dulu, Julian selalu memanggilnya Kakak.Itu membuat Juan menjadi kesal untuk sesaat.Dia segera mengalihkan topik dan meminta pengurus rumah lanjut menyajikan makanan.Dia sudah sangat sabar karena membiarkan Lauren datang.Sebelumnya, dia tidak tahu Sofia akan datang.Selesai makan, Juan, Daniel dan Evan pergi ke ruang kerja.Mereka ingin membahas ekonomi dan masa depan Kota Greya.Yasmin, Lauren, Irene dan Sofia duduk bersama sambil meminum teh.Anak-anak sedang bermain tak jauh dari mereka."Yasmin, lain kali kamu harus sering datang ke Kota Greya. Aku akan membawamu pergi makan dan bersenang-senang. Nggak ada tempat yang nggak kuketahui di Kota Greya," ujar Sofia."Terima kasih. Mataku belum sembuh, jadi aku nggak bisa pergi ke mana-mana sekarang," kata Yasmin."Kalau begitu, tunggu matamu sembuh." Sof
Daniel sangat melindungi Irene dan itu sudah terjadi berulang kali. Yasmin telah menyaksikannya dengan mata kepalanya sendiri.Apalagi kalau dia ingin mengganggu Irene.Daniel pasti akan menghentikannya."Jadi?" tanya Lauren dengan cemas."Setidaknya aku harus menunggu mataku sembuh dulu, baru aku bisa bertindak lebih lanjut."Lauren menemani Yasmin jalan. Dia tidak menghentikan Yasmin dan merasa sangat bertanggung jawab. Dia mengira Yasmin baik-baik saja.Dia tidak mempunyai anak, jadi dia bisa langsung pergi.Yasmin dan Daniel mempunyai tiga anak. Yasmin memiliki tiga kewajiban yang membuatnya tidak bisa membuat keputusan dengan gegabah.Kedua orang itu berjalan dalam diam. Saat mereka hendak berbelok, mereka mendengar suara Irene yang berkata, "Daniel, kamu bilang padaku kamu dan Yasmin akan datang ke Kota Greya, jadi aku pun datang. Kamu nggak marah padaku, 'kan?"Lauren terkejut. Bukankah itu suara Irene? Untuk apa Irene dan Daniel menjauhi orang-orang dan datang kemari?Dia pun m
Lauren terkejut. "Kenapa dia memberi tahu kalian?""Buaya? Pamanku memelihara buaya?" Yasmin juga terkejut mendengar itu."Mama, Kakek memberi tahu kami dia memelihara banyak buaya. Dia bilang dia akan menunjukkannya kepada kami," kata Julian dengan bersemangat.Lauren menjadi gelisah. "Ja ... jangan.""Buaya lucu!" ucap Julian.Dalam hati, Lauren sangat menentangnya!Saat Lauren melihat ekspresi bingung Yasmin, dia berkata, "Ada sebuah sungai di belakang rumah Evan. Di sana penuh dengan buaya ....""Aku nggak menyangka ternyata dia memiliki kesukaan seperti itu." Yang dimaksud Yasmin adalah Gilbert.Lauren ingin memberi tahu Yasmin kalau Gilbert adalah orang gila. Dia akan memelihara peliharaan yang bengis seperti dirinya sendiri.Namun, dia tidak ingin mencemari pikiran anak-anak."Apa kita nggak boleh melihat buaya?""Aku ingin melihatnya.""Mereka pasti tampak berbeda dari buku."Julian dan Julius adalah anak laki-laki. Wajar kalau mereka ingin melihatnya.Akan tetapi, Julia juga s
"Oke," jawab Irene.Setelah mereka bertemu hari ini, kedua orang itu langsung cocok dan saling membantu.Bagaimanapun juga, Sofia membenci Lauren, tapi Yasmin berteman baik dengan Lauren. Dia tentu ingin mencari orang untuk berbagi kebenciannya.Setelah mereka tiba di rumah Evan dan turun dari helikopter, anak-anak langsung ingin melihat buaya.Daniel bertanya pada Yasmin, "Apa kamu ingin beristirahat?"Yasmin tidak bisa melihat, jadi tidak ada gunanya dia pergi.Namun, dia masih ingin menemani anak-anak. "Nggak, aku nggak lelah."Evan pun menuntun mereka.Jaraknya tidak jauh. Beberapa menit kemudian, mereka telah tiba di tebing.Pembantu sedang memberi buaya makanan. Mereka melempar sepotong demi sepotong daging.Semua buaya telah merangkak ke daratan. Kira-kira ada dua puluhan.Hari itu Lauren hanya melihat empat ekor."Wah! Benar-benar ada buaya!""Banyak sekali!""Mereka bisa langsung menelan satu potong daging," kata Julius.Yasmin mendengar suara mengunyah, lalu dia bertanya, "Ba
Daniel tercengang, lalu dia langsung menggendong Yasmin."Aku bisa jalan sendiri!" Yasmin memegang bahu Daniel yang lebar, tapi kakinya masih menendang udara.Daniel memperingatinya, "Kamu akan jatuh."Yasmin tanpa sadar berhenti menendang.Dia tahu betapa tingginya Daniel. Kalau dia terjatuh, pantatnya akan sakit.Namun, kenapa Daniel jahat sekali?Di satu sisi, Daniel peduli padanya.. Di sisi lain, dia tidak bisa melupakan Irene.Yasmin tidak mau!Setiap sentuhan Daniel akan membuat jantung Yasmin berdebar.Setelah mereka tiba di depan rumah, Yasmin mendengar suara riang anak-anak, lalu dia berkata dengan kesal, "Turunkan aku."Yasmin tampak tidak senang, jadi Daniel tidak memaksanya dan menurunkannya.Setelah Yasmin mendarat, dia berjalan sambil memegang tongkat.Jalannya datar dan tidak ada yang menghalanginya."Mama, ini anjing peliharaan Nenek. Imut sekali!" kata Julia sambil menggendong Miumiu.Yasmin mengulurkan tangannya, kemudian Julia membiarkan Yasmin menyentuh Miumiu."Kec
Pengurus rumah tercengang saat melihat Evan. "Tuan Evan sudah pulang?""Ya." Evan langsung naik ke atas, memasuki kamar tidurnya dan menuju ke ruang ganti.Tujuannya sangat jelas.Kakinya berhenti di depan lemari, lalu dia membongkar pakaian Lauren sehingga dia menyentuh sesuatu.Botol obat muncul di tangan Evan.Ketika Evan melihat nama di botol obat, ekspresinya menjadi sinis dan sorot matanya menjadi gelap. Dia menggenggam botol obat itu dengan erat.Lalu, botol itu langsung rusak di cengkeramannya.Tutup botolnya terbuka dan beberapa pil tumpah ke lantai.Lauren menyembunyikannya di tempat yang begitu erat. Dia benar-benar hebat!Seratus cara untuk menyiksa Lauren sudah bermunculan di benak Evan.Namun, pada akhirnya dia memilih cara yang lebih menarik.Evan menggantikan semua pil di dalam botol obat menjadi vitamin.Lalu, dia mengembalikannya ke tempat semula.Anak di dalam kandungannya pasti akan mengejutkan Lauren.Bentuk pil vitaminnya mirip dengan pil KB.Lauren sama sekali ti
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump
Setelah Yasmin kembali ke kantor, dia membaca berbagai komentar di internet.Akademi Pinokio, rumah sakit, tidak ada yang selamat. Mereka semua dikutuk dengan kasar dan dicap sebagai "pengusaha berhati busuk".Apa dia perlu menelepon Raymond untuk bertanya bagaimana situasinya?Setelah Yasmin memikirkannya sejenak, dia mengurungkan niat.Walaupun dia menelepon Raymond, bantuan apa yang bisa diberikannya?Kalau nanti dia ketahuan oleh Daniel, itu hanya akan makin kacau.Sore hari, Yasmin akan pergi ke rumah sakit bersama manajer penjualan untuk mendiskusikan kerja sama dan kontrak.Saat perjalanan pulang, kebetulan mereka melewati rumah sakit yang terkena masalah itu."Ayo pergi ke rumah sakit itu untuk melihat-lihat," kata Yasmin."Sekarang? Menurutku, mereka sedang nggak niat." Manajer penjualan mempertimbangkannya sejenak. "Selain itu, kalau kita terlihat oleh orang lain, itu akan merugikan perusahaan.""Kita nggak boleh mundur karena sesuatu terjadi pada orang lain. Mari kita mencar
Beberapa menit kemudian, Yasmin turun. Dia melihat mobil Rolls Royce sedang parkir di alun-alun.Sebenarnya dilarang memarkir mobil di alun-alun.Namun, Daniel bersikeras ingin menghentikan mobil di sana.Maka itu, siapa pun yang masuk atau keluar gedung akan memperhatikan mobil Rolls Royce itu yang mewakili kekuatan.Yasmin merasa dia seperti orang jahat ketika dia naik mobil.Setelah Yasmin masuk ke dalam mobil, dia memprotes, "Bisakah kamu nggak menghentikan mobil di sini? Semua orang jadi tahu kamu datang untuk menjemputku."Aura berat langsung memenuhi ruang dalam mobil.Ekspresi Yasmin pun menjadi tegang, terutama saat matanya bertemu dengan mata gelap Daniel, dia mengira dia sudah salah bicara."Kamu takut siapa yang melihatmu?"Yasmin segera berpikir, lalu membalas, "Nggak, aku takut orang cemburu padaku."Tatapan mata Daniel menggelap sedikit. "Kemari."Tangan Yasmin ditarik, lalu dia langsung duduk di atas pangkuan Daniel. Yasmin merasa sedikit tertekan karena jaraknya dengan
Lauren tiba-tiba mengingat Evan yang langsung pergi dari perusahaan kemarin sore dan telepon masuk semalam. Lauren menatap Evan dengan serius dan bertanya, "Apa yang sudah kamu lakukan?""Apa?""Kemarin sore kamu jelas-jelas datang ke perusahaan, tapi kamu langsung pergi. Kamu pergi ke mana?""Ada urusan mendadak.""Apa itu nggak ada hubungannya dengan perusahaan?"Evan meraih tangan Lauren, kemudian menariknya sehingga Lauren duduk di atas pahanya. Evan mengangkat alisnya. "Kenapa kamu sangat sensi? Kamu seperti tubuhmu. Sayang, apa kamu tahu betapa aku menyukai tubuhmu?""Aku mau kembali bekerja." Seharusnya Lauren tidak bertanya. Apa Evan benaran akan memberitahunya kalau dia melakukan sesuatu?"Bukankah kamu bekerja untukku?" Evan tidak ingin melepaskannya."Kamu perlu bekerja, 'kan?" tanya Lauren.Evan melihat dokumen di atas meja yang perlu dibaca dan ditandatangani. Ekspresinya pun berubah. Dia menepuk pantat Lauren sebelum menarik kembali tangannya dengan enggan. "Saat aku perg
Saat ini ada sedikit celah terbuka di tengah tirai jendela dan cahaya dari luar pun masuk.Lauren tidak membalikkan tubuhnya dan menolehkan kepalanya karena dia tahu Evan tidak berada di atas tempat tidur. Kalau tidak, pinggangnya akan dipeluk Evan.Dia menatap cahaya itu selama lima menit sebelum dia bangun dengan lelah.Setelah menekan tombol di samping tempat tidur, tirai jendela terbuka dan menunjukkan lapisan kain kasa saja.Seluruh kamar menjadi terang, tapi itu tidak menyilaukan mata.Lauren turun dari tempat tidur. Dia menyeret tubuhnya yang pegal ke ruang ganti.Dia bisa berusaha pergi ke perusahaan tepat waktu pada hari pertama, kedua dan ketiga.Namun, setelah hari keempat, dia tidak bisa bangun.Karena dia kelelahan.Ibaratnya dia kerja lembur terus menerus. Tubuhnya tidak mungkin bisa bersemangat melulu.Dia membongkar bajunya. Ketika dia mendengar suara di luar, dia membuka botol obat dengan cepat, kemudian memakan pil di dalam.Agar tidak tertangkap basah oleh Evan, seka