Pengurus rumah tercengang saat melihat Evan. "Tuan Evan sudah pulang?""Ya." Evan langsung naik ke atas, memasuki kamar tidurnya dan menuju ke ruang ganti.Tujuannya sangat jelas.Kakinya berhenti di depan lemari, lalu dia membongkar pakaian Lauren sehingga dia menyentuh sesuatu.Botol obat muncul di tangan Evan.Ketika Evan melihat nama di botol obat, ekspresinya menjadi sinis dan sorot matanya menjadi gelap. Dia menggenggam botol obat itu dengan erat.Lalu, botol itu langsung rusak di cengkeramannya.Tutup botolnya terbuka dan beberapa pil tumpah ke lantai.Lauren menyembunyikannya di tempat yang begitu erat. Dia benar-benar hebat!Seratus cara untuk menyiksa Lauren sudah bermunculan di benak Evan.Namun, pada akhirnya dia memilih cara yang lebih menarik.Evan menggantikan semua pil di dalam botol obat menjadi vitamin.Lalu, dia mengembalikannya ke tempat semula.Anak di dalam kandungannya pasti akan mengejutkan Lauren.Bentuk pil vitaminnya mirip dengan pil KB.Lauren sama sekali ti
Yasmin melindungi anak-anak, lalu berkata, "Ayo pergi.""Yasmin, kenapa kamu buru-buru ...? Aduh!" Irene hendak meraih Yasmin, tapi dia kehilangan keseimbangannya dan kakinya terkilir. Dia berteriak kesakitan. "Aduh, kakiku ....""Apa kamu baik-baik saja?" Sofia pergi membantunya."Kakiku sakit sekali. Sepertinya terkena tulangku. Bagaimana ini? Aku nggak akan menjadi cacat, 'kan?" kata Irene dengan sedih.Yasmin mengerutkan alisnya. Apa cederanya serius? Irene tidak akan menggunakan cara ini untuk memeras mereka, 'kan? Mereka tidak menyentuh Irene ...."Bukankah itu si dewi pianis?""Sepertinya itu dia. Ngapain dia di sini?""Kakinya terkilir ....""Apa orang yang di sebelahnya itu Sofia Darsono, si sosialita terkenal?""Itu benar-benar dia! Aku nggak menyangka akan bertemu selebritas papan atas di sini."Orang-orang mulai mengepung dan ingin melihat lebih dekat. Mereka juga mengeluarkan ponsel untuk memfoto Irene dan Sofia.Yasmin hanya mendengar suara berisik dan itu datang dari seg
Tidak boleh terjadi apa-apa pada anak-anaknya ....Ketika mental Yasmin hampir hancur, beban di atasnya langsung menghilang."Nyonya Guntur!"Pengawal yang datang segera mengelilingi serta melindungi Yasmin dan anak-anak. Para penggemar pun tidak bisa mendekat.Yasmin yang ditarik berdiri dapat mengenal kalau itu suara Rafael. Dia menggenggam lengan Rafael dengan gelisah, lalu berkata, "Nggak usah peduli padaku. Anak-anak .... Anak-anak ...."Rafael sedang melindungi Julius dan Julia sambil menggendong Julian.Kepala Julian terluka dan berdarah.Masalah ini serius!Rafael menoleh dan melihat Irene juga terjatuh, sementara Sofia sedang dikepung penggemar.Awalnya hanya ada penggemar di alun-alun, tapi akhirnya orang-orang yang berlalu juga datang untuk menonton.Mereka seakan-akan tidak pernah melihat langsung selebritas.Meskipun pengawal dan pengasuh datang membantu, mereka cuman berenam."Mama ...." Julius dan Julia memeluk Yasmin. Mereka agak terkejut.Bagaimanapun juga, mereka baru
Yasmin merasakan genggaman tangan Julius yang mengerat, lalu dia berkata dengan sabar, "Baiklah ...."Ketika Julia sedang sakit, kedua kakaknya selalu menemaninya.Kini kakaknya yang sakit, mereka pasti tidak mau pergi."Tuan Daniel sudah sampai!" kata Rafael.Yasmin menoleh. Dia tidak bisa melihat, tapi dia bisa mendengar suara sepatu yang makin mendekat. Suara itu terdengar gelisah."Aku di sini." Daniel berjalan ke depan Yasmin, lalu menatapnya.Rasa takut Yasmin mereda ketika dia mendengar suara Daniel."Papa, Kakak terluka di sini," kata Julia sambil menunjuk dahinya sendiri."Darahnya banyak sekali," ucap Julius.Daniel menepuk kepala anak-anak sambil berkata, "Papa ada di sini. Semuanya akan baik-baik saja.""Iya, semuanya akan baik-baik saja." Kedua anak itu percaya pada Daniel."Biarkan anak-anak istirahat dulu," perintah Daniel."Papa, kami ingin menunggu Kakak," kata Julia.Daniel menjawab, "Papa tahu. Di sebelah ada kamar. Kalian menunggu di sana, ya."Pengasuh membawa kedu
Lagi pula, Irene bisa menangani masalah selanjutnya sendirian.Meskipun Irene yang bertanggung jawab atas masalah, dia juga perlu berpura-pura terluka. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terlihat tidak bersalah?Bagaimana dengan keadaan Yasmin dan anak-anak, ya?Walaupun pengawal muncul tepat waktu, Irene menyadari Julian terluka.Bagaimanapun juga, dia berhasil melukai satu orang. Pokoknya, dia ingin Yasmin menderita.Melihat Yasmin menderita membuatnya sangat bahagia!Ada yang membuka pintu kamar pasien sehingga pintu menabrak dinding. Irene pun kaget.Saat dia mendongak, dia melihat orang yang masuk adalah Daniel yang sekujur tubuhnya penuh dengan aura gelap.Irene tetap tenang dan turun dari tempat tidur. Suasana hati Daniel mungkin sedang buruk karena sesuatu telah terjadi pada anaknya.Dia menghampiri Daniel. "Daniel, anak ...."Sebelum Irene sempat menyelesaikan kalimatnya, Daniel langsung menamparnya."Ah!" Irene terjatuh dan merasa pusing. Darah menetes dari sudut mulutnya.Tampa
"Bagaimana kamu menjaga mereka?" Aura Daniel terasa sangat kuat dan udara di sekitar menjadi tipis sehingga orang kesulitan bernapas.Rafael menundukkan kepalanya. "Maaf, Tuan Daniel. Ini salah saya."Dia tidak menduga ternyata Irene dan Sofia begitu terkenal sehingga orang-orang yang lewat akan mengelilingi mereka seperti zombi."Ini nggak boleh terjadi lagi!""Baik!"Daniel berbalik, lalu pergi ke kamar Julian yang terletak di sebelah.Julian sudah duduk di tempat tidur. Dia melihat kain kasa di dahinya di cermin. Dia berkata dengan berani, "Aku terluka di sini, tapi ini nggak sakit sama sekali! Ini karena aku nggak membawa pedangku. Kalau nggak, aku pasti bisa mengalahkan mereka!"Julius dan Julia berdiri di sebelah sambil menganggukkan kepala mereka.Saat Daniel melihat Julian, dia tahu kalau anaknya baik-baik saja.Julius dan Julia melihat Daniel, lalu mereka segera memanggilnya, "Papa!"Daniel berjalan ke samping tempat tidur. Julian menatapnya dengan mata besar dan tidak berkata
Irene kembali ke kamarnya.Dia ingin menutup pintu, tapi ada tangan yang menahannya.Irene menoleh, kemudian pintunya didorong buka."Ah!" Itu mengenai tangan Irene yang sudah dibalut kain kasa. Dia mendongak, lalu melihat tatapan mata Yasmin yang seperti ingin membunuh orang. "Yasmin, apa kamu gila?! Apa kamu tahu betapa berharganya tanganku? Apa kamu mampu membayar asuransiku?"Yasmin mengangkat tongkat di tangannya, lalu memukul tubuh Irene."Ah!" Irene menghindar. "Yasmin, berhenti! Yasmin! Ah!"Yasmin memukulnya lagi untuk kedua kalinya. Yasmin terus memukul sehingga Irene terjatuh, baru Yasmin berhenti.Kamar ini penuh dengan teriakan Irene.Yasmin berdiri di depannya dan berkata, "Jangan kira aku nggak tahu masalah hari ini terjadi karenamu. Kamu pantas dipukul."Irene berdiri dengan susah payah, lalu ingin menampar muka Yasmin.Yasmin langsung menusuk dada Irene dengan tongkatnya untuk mencegah Irene mendekatinya.Irene tersadar, lalu melihat mata Yasmin. "Matamu sudah bisa mel
Yasmin benar-benar tidak mengerti kenapa Daniel melakukan ini. Seharusnya Daniel bersama Irene.Apa ini karena Yasmin sudah bangun?Sekarang Yasmin merasa perannya dengan Irene sudah berubah.Namun, hubungan Irene dan Daniel tidak pernah berubah ....Ini benar-benar konyol ....Mata Daniel tertuju pada wajah Yasmin dan menatapnya lekat-lekat."Setelah aku melihat anak-anak, aku akan lanjut tinggal di rumah ibuku. Kamu nggak keberatan, 'kan?" tanya Yasmin.Sebenarnya dia tidak perlu mendiskusikan ini dengan Daniel, tapi dia masih bertanya.Bagaimanapun juga, mereka mempunyai anak-anak. Lebih baik hal ini dikatakan dengan jelas agar tidak terjadi sesuatu yang tidak bisa dikendalikan."Kamu tahu dulu aku nggak tinggal di sana karena mataku nggak bisa melihat." Yasmin berusaha membahas ini dengan hati tenang.Orang yang dicintai Daniel adalah Irene. Yasmin tahu diri, jadi dia dan Daniel tidak perlu tinggal bersama."Kamu tinggal di Taman Royal karena kita adalah suami istri. Aku kira kamu
"Lauren yang nggak tahu malu dan bersikeras melengket dengan Evan! Tante nggak perlu khawatir. Aku bisa menanganinya." Sofia terlihat sombong. Bagaimana mungkin dia merasa terancam oleh wanita yang berasal dari daerah kumuh? "Tapi, bagaimana Tante bisa tahu?"Melihat Sofia masih belum mengetahui apa-apa, Jessy pun berkata, "Lauren ini sedang hamil.""Apa?" Raut wajah Sofia berubah drastis. Suaranya menjadi tinggi.Saat Jessy melihat Sofia mau naik darah, dia berkata, "Ketika aku berada di toilet, aku mendengar istri Daniel mengatakannya. Aku merasa kamu pasti nggak tahu, jadi aku memberitahumu.""Aku mau membunuh Lauren si wanita jalang itu! Dasar nggak tahu diri! Bisa-bisanya sampah sepertinya ingin berebutan denganku. Aku akan bertanya pada Evan ....""Tunggu." Jessy menahannya."Tante, aku nggak bisa berpura-pura nggak tahu tentang hal ini!""Apa yang bisa kamu lakukan setelah mengetahuinya? Kalau kamu membuat keributan, kamu yang malu. Sekarang yang paling penting adalah kamu harus
"Iya, aku meneleponnya. Nanti malam aku ingin pergi menemuinya," kata Yasmin."Nggak perlu," tolak Evan.Alis Yasmin pun berkerut. "Kenapa? Paman, kamu seperti ini salah. Kamu sudah melukai dua orang.""Aku tahu apa yang sedang kulakukan." Evan tidak ingin membicarakan ini lagi.Sofia datang. Dia bersandar pada Evan, lalu bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa wajah Yasmin terlihat sangat serius?"Yasmin berkata, "Wajahku menjadi terlihat serius karena aku memakai masker. Hebat."Sofia sengaja tertawa.Evan merangkul Sofia. "Ayo cari tempat untuk makan. Apa kamu lapar?""Lapar. Evan, kamu sangat baik padaku.""Selamat menikmati, Yasmin." Setelah Evan mengatakan itu, dia pergi bersama Sofia.Yasmin melihat tampang mereka berdua yang tampak mesra. Ini benar-benar tidak pantas bagi Lauren.Dia pun berbalik dan pergi ke toilet.Dia tiba di depan toilet wanita dan baru saja ingin membuka pintu."Yasmin." Daniel muncul dari belakang. "Jangan berkeliaran."Jessy yang hendak menar
Anak-anak berlari keluar untuk bermain. Yasmin berdiri, lalu mengingatkan mereka, "Jangan nakal, ya!"Jessy tertawa. "Ketiga anak kecil itu benar-benar menggemaskan. Aku sangat suka melihat mereka."Juan berkata, "Kalau begitu, minta James cepat mencari istri agar dia juga dapat melahirkan anak."James mengerutkan alisnya. "Bukankah itu terlalu cepat untukku? Bukankah sekarang sudah ada yang lebih modern? Setelah bertunangan, kamu bisa melewatkan pernikahan dan langsung mempunyai anak!"Sofia melihat Evan dengan senang, kemudian mengulurkan tangan untuk memeluk lengan Evan.Meskipun Evan diam saja, Sofia tetap sangat senang.Hari ini adalah hari pertunangannya. Akhirnya hari ini tiba juga.Ketika mereka tidur bersama malam ini, Sofia tentu bisa hamil.Jessy memelototi James. Walaupun apa yang dikatakan James benar, dia tidak boleh mengatakan hal yang begitu memalukan!Lalu, dia sengaja mengatai putranya, "Kamu juga sudah nggak muda. Jangan membuat keluargamu cemas. Kapan kamu akan memb
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Yasmin."Nggak tahu. Yasmin ... aku hamil." Lauren memberitahunya. "Jalan keluarku semuanya sudah diblokir Evan."Yasmin terkejut. "Hamil ....""Dia mengganti pil KB-ku dan membuatku hamil. Evan ... benar-benar membuatku jijik!"Yasmin dapat merasakan keputusasaan Lauren.Di keputusasaannya Lauren, apa yang bisa dilakukan tentang pertunangan Evan?Evan tahu Lauren sedang hamil anaknya, tapi dia tetap pergi bertunangan dengan wanita lain. Dia benar-benar parah.Lauren menghibur dirinya sendiri, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Manusia tetap harus berpikiran terbuka, 'kan?"Pada hari pertunangan Evan, Yasmin dan Daniel membawa anak-anak ke Kota Greya.Saat melihat daftar nama tamu, tidak ada yang menyangka Daniel, penguasa Kota Imperial, akan muncul.Hubungan itu tentu membuat Keluarga Darsono puas.Mereka mengadakan pestanya di hotel termewah Kota Greya. Mereka memesan seluruh gedung.Helikopter mendarah di atap. Setelah mereka tiba di lantai satu
Lauren sendiri tidak tahu siapa ibu kandungnya.Ayah tirinya bukanlah orang baik, sementara ibu angkatnya berpura-pura tidak melihatnya. Mereka menjalani hidup yang susah setiap hari.Dia selalu berpikir kenapa orang tua kandungnya tidak menginginkannya? Apa dia diculik orang seperti kakak kandung James?Kalau seperti itu, Lauren akan merasa sedikit lebih baik.Setidaknya dia bukan dibuang ...."Omong-omong, kakakku sangat hebat. Apa kamu tahu apa yang dia ambil pada pesta ulang tahunnya yang pertama?""Kalkulator? Pulpen? Makanan? Uang?" Lagi pula, tidak ada yang perlu dilakukan Lauren, lebih baik mengobrol dengan James."Semuanya salah. Dia memegang tangan kakekku.""Ha?" Itu benar-benar di luar sangka Lauren."Makanya, kakekku sangat senang. Dia langsung mengumumkan kalau kakakku akan menjadi penerus Keluarga Darsono." Setelah James berbicara dengan penuh semangat, suaranya berubah menjadi kecewa ketika dia berkata, "Tapi, kakakku nggak mempunyai takdir itu ....""Takdir setiap oran
Lauren tidak hanya memahami ancaman itu, tapi tubuhnya juga mendingin.Selama anak ini ada, semuanya baik-baik saja. Begitu anak ini tidak ada, pembunuhan apa pun bisa terjadi.Tak peduli apa Lauren sengaja menggugurkan anak ini atau tidak.Dia bertanggung jawab.Besok pagi, Evan menemani Lauren makan sarapan sebelum pergi. Dia memegang jasnya dan naik mobil. Suasana hatinya tampak sangat bagus.Lauren berjalan ke pintu, lalu melihat mobil Bentley hitam itu melaju pergi. Kemudian, gerbang tertutup secara otomatis.Evan pergi atau tidak itu tidak terasa berbeda.Lauren merasa ada kamera di mana-mana sehingga dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.Dia pergi ke kamar mandi, lalu melihat bagian belakang cermin kecil. Benda tersebut masih di sana.Dia benar-benar ingin mencabutnya, kemudian melemparkannya ke dalam toilet.Namun, apa yang dikatakan Evan tidak boleh dianggap remeh. Kalau Lauren membuang kamera ini, akan muncul kamera kedua.Terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur. L
"Kamu salah. Aku keluar untuk melihat bulan. Kapan aku ingin melarikan diri?" bohong Lauren dengan ekspresi datar."Lauren, kamu jangan berbohong tanpa berkedip. Kami semua melihatmu! Kenapa kamu mau keluar untuk melihat bulan? Apa di dalam nggak ada bulan?" Pada akhirnya, Zarco masih mementingkan harga dirinya sebagai pria.Dia sudah ditampar dan dihantam kepalanya. Dia sangat malu!"Rasa melihat bulan di luar dan dari dalam berbeda," balas Lauren. Dia tidak ingin mengalah pada Zarco. "Selain itu, dia sudah bersikap nggak sopan padaku. Apa aku nggak boleh memberinya pelajaran? Evan, kamu nggak bisa membiarkan anak buahmu selalu menindasku, 'kan?""Kak Evan, aku nggak ...." Zarco baru ingin membela diri, tapi kemudian Evan menyelanya."Obati lukamu."Zarco menggertakkan giginya dan amarah memenuhi hatinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena ada Evan. Maka itu, dia pergi bersama anak buah lainnya.Evan menatap Lauren. Tatapan matanya yang tajam seperti monster yang menghantui
"Kamu pasti nggak memberitahunya kalau aku hamil," kata Lauren."Aku bilang aku menyembunyikanmu di luar." Evan bersandar ke kursi ruang kerjanya dan meregangkan kaki panjangnya. "Dia nggak peduli. Walaupun dia tahu, dia nggak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya nggak suka repot.""Kalau kita menggugurkan anak ini, maka nggak akan ada repot," kata Lauren."Aku lebih memilih membunuh orang tua itu."Kekejaman Evan mengejutkan Lauren, jadi Lauren tidak ingin lanjut berbicara dengannya. "Aku mau tidur. Sudah, ya."Setelah mematikan telepon, dia melirik cahaya terakhir di cakrawala sebelum berjalan kembali.Dia tidak meragukan kalau Evan tidak peduli dengan ikatan keluarga. Orang tua angkatnya Lauren dan Juan bukanlah siapa-siapa bagi Evan.Namun, dia bersikeras menginginkan anak.Lauren ingin sekali bertanya padanya apa dia tahu bagaimana cara mendidik anak?Bagi orang yang tumbuh di daerah kumuh, hal yang paling mereka kurang adalah kasih sayang ...Lauren tahu Evan tidak akan datang. Dia
"Aku setuju untuk bertunangan, tapi syaratku adalah kamu nggak boleh mencari Lauren," ujar Evan dengan tajam.Juan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menentukan waktunya."Evan sengaja bertanya, "Apa kamu akan mengundang istrimu ke pertunanganku?"Ekspresi Juan menjadi masam. "Dia dirawat dengan baik di rumah sakit jiwa, jadi dia nggak boleh keluar."Selesai makan malam, Evan tidak menetap dan langsung pergi.Dia meninggalkan Juan sendirian di meja makan.Pengurus rumah berjalan mendekat. "Tuan Besar, apa Anda ingin saya memanaskan sopnya? Saya melihat Anda nggak meminum sesendok pun.""Apa aku bisa menelannya?" Juan meletakkan sendok garpunya."Pria mencari wanita bukan hal yang perlu dikhawatirkan," hibur pengurus rumah."Wanita ini berbeda. Dia adalah mantan istri Gilbert." Juan tidak pernah meremehkan Lauren. "Aku bisa melihat dia itu wanita yang cukup kejam karena bisa melemparkan Gilbert ke penjara. Kalau Evan jatuh ke tangannya lagi ....""Tuan Besar nggak perlu khawati