Ketika Yasmin merasa bingung, Daniel mendekat untuk menciumnya, lalu menjilat bibir Yasmin.Yasmin memalingkan mukanya dengan panik dan mengontrol perasaannya yang menjolak. Dia berkata dengan galak, "Kamu ingin aku menggigit mulutmu sampai lepas, ya?""Kamu ingin menggigitnya, hm?" Daniel memeluk pinggang Yasmin dan tidak membiarkannya menjauh."Daniel, kumohon padamu. Apa kamu harus menyiksaku seperti ini?" Yasmin sepertinya hampir menangis.Daniel memperhatikan ekspresi kesakitan Yasmin dengan serius dan sorot matanya menjadi masam. Dia tidak lagi mendekat dan berhenti.Mereka meletakkan satu tempat tidur lagi di kamar pasien untuk Daniel tidur malam ini.Yasmin berbaring di tempat tidur. Dia mendengar suara pendulum sambil memasuki alam mimpi.Daniel duduk di sofa dan tidak buru-buru tidur.Melihat Yasmin sudah tertidur, dia menatap wajah Yasmin yang damai.Besok pagi, Yasmin membuka matanya dan masih kegelapan yang menyambutnya.Sebelum tidur, dia berharap besok pagi dia sudah bis
Yasmin barusan selesai berbicara saat dia mendengar Julian berlari ke arahnya dengan bersemangat. "Mama, Mama! Nanti aku akan menunjukkan bela diriku padamu!"Julius memegang laptop-nya sambil berkata, "Aku bisa membeli saham!"Julia mendekat. "Mama, temani aku menggambar!""Iya ...." Yasmin menjadi tidak percaya diri dengan kata-kata yang barusan dikatanya.Kalau Daniel tidak ada di sini, bagaimana dia bisa menangani berbagai "pertanyaan" ketiga anaknya?Untuk menjaga jarak dari Daniel, dia lupa kalau matanya tidak bisa melihat ....Daniel tidak perlu berkata apa-apa karena Yasmin sudah kalah."Papa belum makan. Papa, makan!" Julia seperti kekasih kecil papanya ketika dia menyadari hal ini. Kemudian, dia melebarkan matanya dengan terkejut. "Ada apa dengan mulut Papa?""Itu digigit!" kata Julian sambil menunjuk."Papa digigit apa?" tanya Julius.Daniel menoleh ke Yasmin yang sedang melihat ke arah lain, lalu dia berkata, "Digigit anak kucing.""Kucing?" Julian dan Julia melihat ke kiri
Yasmin tidak pasti.Yasmin menghibur dirinya lagi. Mungkin ini adalah gejala sisa dari pemulihan ingatannya. Dia hanya sedang berpikir sembarangan ....Dia meraba cincin di jari manisnya, kemudian dia berhenti untuk beberapa detik sebelum melepaskannya.Kekesalan, kebingungan dan kegelisahannya, semua perasaan yang Yasmin rasakan serta ketika dia melepaskan cincinnya dilihat oleh Daniel yang sedang duduk diam di sofa.Ya, Daniel tidak pergi dan terus berada di kamar pasien.Saat Yasmin memanggilnya, dia diam saja dan tidak membiarkan Yasmin mengetahuinya.Apa yang sedang dipikirkan Yasmin? Bercerai?Pemikiran itu sia-sia saja. Mereka tidak mungkin bercerai.Yasmin baru saja berbalik. Saat dia hendak turun dari tempat tidur, dia mendengar suara kertas. Dia pun mematung."Kamu mau pergi ke kamar mandi?""Kalau kamu ada di sini, kenapa kamu nggak bersuara?" tanya Yasmin balik. Untuk sesaat, dia marah dan menepis sentuhan Daniel."Kenapa kamu marah, hm?"Kenapa? Saat Yasmin ditanya, dia me
"Dia sudah ditemukan," kata Daniel."Benarkah? Syu ... syukurlah. Aku mengkhawatirkannya sekali!" Irene berhenti sejenak, lalu dia berkata, "Daniel, apa aku boleh pergi melihat Yasmin? Aku hanya ingin melihatnya. Aku nggak mempunyai niat lain. Aku sudah memberkati kalian dengan tulus sekarang. Terlebih lagi, aku ingin meminta maaf padanya tentang kemarin ...."Daniel berbalik. Matanya tertuju pada Yasmin yang berada di dalam kamar pasien. Tatapan matanya tajam saat dia berkata, "Kemarilah.""Baik, aku akan segera ke sana." Irene sangat senang.Setelah mematikan telepon, dia mulai berdandan.Dia tidak menyangka Daniel akan mengiakannya. Sepertinya Daniel juga tidak menganggap Yasmin penting.Setelah Daniel duduk, dia berkata, "Nanti Irene akan datang."Tangan Yasmin di sebelah tubuhnya bergerak sedikit. Dia mencoba mengabaikan rasa tidak nyaman di dalam hatinya dan berkata, "Ngapain dia datang?"Ini tidak ada hubungannya dengan Daniel. Yasmin dan Irene memang tidak pernah cocok."Dia ha
Masalah ini tidak akan berakhir begitu saja.Irene juga tidak akan berhenti.Tunggu saja, Yasmin. Dia tidak mati kali ini, tapi Irene tidak percaya Yasmin akan berulang kali begitu beruntung."Apa suasana hatimu sudah sedikit membaik?" tanya Daniel."Apa?" Pertanyaan Daniel membuatnya terkejut. "Karena dia meminta maaf? Apa aku memerlukannya? Daniel, kamu nggak perlu memanggilnya untuk mempermalukanku!"Raut wajah Daniel menjadi sinis. Dia berdiri, kemudian keluar dari kamar.Pintu dibanting tutup.Suasana hati Yasmin sangat buruk.Apa Daniel menikahinya dan masih ingin memiliki hubungan dengan Irene? Pasti seperti itu!Walaupun Yasmin telah mengetahui rencana Irene, mereka kebetulan pergi ke Kota Greya bersama dan Daniel mengangkat telepon Irene tengah malam .... Bagaimana Yasmin bisa merasa diasingkan?Daniel menyukai Irene adalah kenyataan.Yasmin hanyalah objek untuk disiksa.Setelah diinfus selama tiga hari dan mengambil rontgen, gumpalan darahnya sudah hilang.Yasmin mengulurkan
Saat dia melihat siapa yang sedang berdiri di samping tempat tidur, tubuhnya membeku. Lalu, dia berbaring kembali dan berpura-pura menjadi orang mati.Yasmin yang sedang tidur tidak merasa ada yang aneh.Cahaya bulan yang menyinari wajah Yasmin membuatnya tampak sangat damai dan lembut. Dia tidak tampak menyebalkan seperti pada siang hari.Daniel berdiri di samping tempat tidur sambil menatap Yasmin. Matanya lebih gelap dari langit malam. Namun, dia jelas terlihat tidak senang dari ekspresinya.Yasmin lebih menggemaskan ketika dia kehilangan ingatannya.Dia tidak seperti sekarang yang selalu membuat Daniel marah.Yasmin sudah bangun. Dia berbalik, lalu bertanya, "Sudah jam berapa?"Perawat menghampirinya, lalu menjawab, "Nyonya Guntur, Anda sudah bangun? Sekarang baru jam tujuh."Setelah Yasmin mendengar sekarang jam berapa, dia tahu kalau matanya belum sembuh. Maka itu, dia merasa kecewa."Ambilkan tongkat untukku," kata Yasmin sambil bangkit dari tempat tidur.Perawat mengambilkan to
Daniel mengingatkannya, "Kamu adalah Nyonya Guntur sekarang. Atau kamu juga boleh tinggal di apartemen."Apartemen Naomi? Lebih baik Yasmin tinggal di Taman Royal.Saat dia sehat pun, dia tidak bisa melawan Daniel, apalagi dia yang buta sekarang.Karena Yasmin tidak berkata apa-apa lagi, Daniel menggendongnya ke mobil, lalu menuju ke Taman Royal.Yasmin duduk di samping dan menoleh ke luar jendela. Dia tidak bisa melihat apa-apa, tapi dia terlihat normal."Bagaimana kamu jatuh ke dalam sungai?" tanya Daniel.Yasmin tercengang ketika dia mendengar pertanyaan Daniel. Dia berpikir sejenak sebelum menjawab, "Sepertinya ... aku terselip.""Yakin?"Yasmin tidak begitu mengingatnya, tapi dia merasa dia bukan terselip. Hanya saja, apa kalau bukan itu? Jadi, dia menjawab, "Yakin."Setelah menjawab Daniel, Yasmin menjadi diam.Sepertinya ada ingatan yang dia lupakan.Mungkinkah dia terlalu takut saat jatuh, jadi kemudian dia mengalami cedera otak sehingga dia melupakannya?Yasmin berpikir sedemi
Yasmin dapat keluar dari rumah sakit bukan berarti tubuhnya sudah sepenuhnya sembuh. Dia masih perlu beristirahat.Dia tidak duduk lama di aula, kemudian Daniel menggendongnya kembali ke kamar.Yasmin bersandar di kepala tempat tidur. Saat dia menyentuh bantal di sampingnya, dia tahu kalau ini adalah kamar tidur utama.Saat dia kehilangan ingatannya, dia tidur bersama Daniel."Letakkan tongkat di samping. Kadang aku ingin berdiri dan jalan-jalan," kata Yasmin.Daniel membalas, "Oke."Anak-anak berlari masuk ke kamar, kemudian mengelilingi Yasmin di atas tempat tidur.Daniel memperingati mereka, "Kalian boleh naik ke tempat tidur, tapi nggak boleh menginjak tubuh Mama.""Aku tahu!" jawab Julian dengan galak. Dia merasa itu bukan hal yang perlu diperingati.Julia berbaring di sebelah Yasmin, kemudian bertanya, "Mama, aku menyanyi untuk Mama, ya?""Suara Julia sangat merdu," kata Julian."Iya." Julius setuju.Julia pun berdiri di atas tempat tidur dan sebelah Yasmin, kemudian dia menyanyi
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump
Setelah Yasmin kembali ke kantor, dia membaca berbagai komentar di internet.Akademi Pinokio, rumah sakit, tidak ada yang selamat. Mereka semua dikutuk dengan kasar dan dicap sebagai "pengusaha berhati busuk".Apa dia perlu menelepon Raymond untuk bertanya bagaimana situasinya?Setelah Yasmin memikirkannya sejenak, dia mengurungkan niat.Walaupun dia menelepon Raymond, bantuan apa yang bisa diberikannya?Kalau nanti dia ketahuan oleh Daniel, itu hanya akan makin kacau.Sore hari, Yasmin akan pergi ke rumah sakit bersama manajer penjualan untuk mendiskusikan kerja sama dan kontrak.Saat perjalanan pulang, kebetulan mereka melewati rumah sakit yang terkena masalah itu."Ayo pergi ke rumah sakit itu untuk melihat-lihat," kata Yasmin."Sekarang? Menurutku, mereka sedang nggak niat." Manajer penjualan mempertimbangkannya sejenak. "Selain itu, kalau kita terlihat oleh orang lain, itu akan merugikan perusahaan.""Kita nggak boleh mundur karena sesuatu terjadi pada orang lain. Mari kita mencar
Beberapa menit kemudian, Yasmin turun. Dia melihat mobil Rolls Royce sedang parkir di alun-alun.Sebenarnya dilarang memarkir mobil di alun-alun.Namun, Daniel bersikeras ingin menghentikan mobil di sana.Maka itu, siapa pun yang masuk atau keluar gedung akan memperhatikan mobil Rolls Royce itu yang mewakili kekuatan.Yasmin merasa dia seperti orang jahat ketika dia naik mobil.Setelah Yasmin masuk ke dalam mobil, dia memprotes, "Bisakah kamu nggak menghentikan mobil di sini? Semua orang jadi tahu kamu datang untuk menjemputku."Aura berat langsung memenuhi ruang dalam mobil.Ekspresi Yasmin pun menjadi tegang, terutama saat matanya bertemu dengan mata gelap Daniel, dia mengira dia sudah salah bicara."Kamu takut siapa yang melihatmu?"Yasmin segera berpikir, lalu membalas, "Nggak, aku takut orang cemburu padaku."Tatapan mata Daniel menggelap sedikit. "Kemari."Tangan Yasmin ditarik, lalu dia langsung duduk di atas pangkuan Daniel. Yasmin merasa sedikit tertekan karena jaraknya dengan