Meskipun Yasmin sedang di dalam mobil, dia merasa tidak tenang.Dia mengeluarkan ponselnya dan menurunkan jendela mobil, kemudian dia membuangnya.Ponselnya jatuh ke tanah dan hancur berkeping-keping karena kecepatan mobil."Pak, lebih cepat!""Kamu belum memberitahuku ke mana kamu mau pergi." Sopirnya tidak bisa berkata-kata."Ke ... kampung.""Kampung mana?"Yasmin tidak tahu. Dia tidak tahu apa-apa tentang kampung."Kamu ... terus menyetir saja." Mereka pasti akan melihat sebuah kampung.Selesai bekerja, Daniel kembali ke kantornya. Kini sudah hampir jam tiga.Dia mengambil ponselnya untuk menelepon Yasmin, tapi tidak ada yang menjawab panggilan.Lalu, dia ditelepon Evan. "Aku nggak menemukan wanita itu. Apa kamu yakin dia ada di Kota Greya?"Awalnya Daniel yakin, tapi dia tidak yakin sekarang. Bagaimanapun juga, beberapa hari sudah berlalu. Bisa jadi Rachel sudah berpindah tempat."Kalau dia nggak ada di Kota Greya, itu berarti dia mempunyai teman," kata Daniel.Siapa yang berani m
Yasmin melihat persimpangan jalan di sebelahnya, kemudian dia berbelok dan berjalan sekitar sepuluh menit. Ada ladang di pinggir jalan dan ada desa di atas ladang.Di mana dia harus bersembunyi?Dia menuju ke desa tersebut. Dia tidak tahu apa bisa tinggal di sini atau tidak.Melihat ada orang asing datang ke desa, orang-orang yang lewat akan melihat Yasmin beberapa kali.Saat Yasmin melihat seorang wanita sederhana, dia buru-buru menghampirinya. "Permisi, apa ada tempat tinggal di sini?""Apa?" Wanita itu tidak mendengar dengan jelas."Apa ada tempat tinggal di sini?" tanya Yasmin lagi.Wanita itu berkata, "Kamu sedang mencari tempat tinggal?""Benar.""Nona, kamu berasal dari mana? Bagaimana kalau kamu tinggal di tempat kami?"Yasmin mencari alasan kalau dia adalah seorang turis. Wanita itu pun menerimanya dengan baik hati.Wanita itu tinggal sendirian dan mempunyai satu kamar kosong. Dia memberikannya kepada Yasmin.Untuk berterima kasih kepada wanita itu, dia memberi wanita itu uang
Rafael yang sedang duduk di kursi penumpang berkata, "Saya sudah bertanya pada sopir. Dia bilang Nyonya tampak sangat gelisah saat naik mobil dan bahkan melemparkan ponselnya ke luar jendela. Setelah dia naik mobil, dia nggak memberi tahu alamat yang detail. Dia hanya menyuruh sopir menuju ke kampung. Apa ingatan Nyonya sudah kembali?"Karena hanya ketika ingatannya sudah pulih, baru dia berpikir untuk melarikan diri.Dan Yasmin menyuruh sopir mengantarnya ke kampung jelas untuk sengaja mencari tempat yang terpencil. Dengan begitu, akan lebih mudah untuknya bersembunyi.Tatapan mata Daniel menjadi tajam dan masam. Tak peduli apakah ingatan Yasmin sudah kembali atau tidak, dia harus membawa Yasmin pulang!"Kamu serius? Yasmin hilang?" Irene di rumah terus menunggu telepon dari Susan. Dia sangat senang ketika dia mendengar kabar baik ini."Ya! Tuan Daniel sangat marah dan sudah keluar untuk mencarinya." Susan terdengar khawatir. "Apa dia akan menemukan Yasmin? Kalau dia menemukannya, ren
Setelah bertelepon dengan Susan, Yasmin sendirian. Dia juga tidak tahu kapan Susan akan datang untuk melihatnya.Dia hanya berharap ketika Susan datang, Susan bisa memberinya kabar baik.Wanita itu adalah seseorang yang cerewet dan suka bertanya.Yasmin juga tidak bisa sepenuhnya mengabaikannya. Pada akhirnya, dia benar-benar sudah tidak tahan dan mencari alasan untuk keluar.Wanita itu di belakang berseru, "Jangan pergi ke sembarangan tempat. Hati-hati tersesat."Yasmin tidak mendengarnya. Dia merasa dia tidak akan tersesat.Ada jalan kecil di belakang gunung, jadi dia menuju ke sana.Di sini sangat hening dan pepohonan ada di mana-mana.Namun, hatinya tidak bisa tenang.Begitu dia memikirkan Daniel dan teleponnya dengan Susan, hatinya akan samar-samar terasa perih.Hatinya seakan-akan dicelupkan ke asam sulfat. Matanya berkaca-kaca dan sedikit bergetar.Apa Daniel tidak bisa marah dengan memikirkan anak-anak mereka?Apa Yasmin tidak boleh kembali dan mengakui kesalahannya? Apa Daniel
"Aa!" Wanita itu mundur ketakutan. "A ... aku benaran nggak pernah melihatnya!"Rafael membuka pintu sepenuhnya, lalu Daniel masuk ke dalam rumah.Dia dapat melihat dalamnya dengan jelas.Ada satu dapur dan dua kamar.Dia membuka pintu kamar, tapi tidak ada orang di dalam.Rafael bertanya pada wanita itu lagi, "Kamu benar-benar nggak pernah melihatnya?""Ng ... nggak ...." Wanita itu bahkan tidak berani mengangkat kepalanya. Dia menundukkan kepalanya sambil melihat pengawal-pengawal yang berdiri di luar rumah. Dia sama sekali tidak berani berbicara.Bukankah wanita itu berkata dia adalah seorang turis?Apa dia sudah menyinggung orang?Daniel melihat dalam kamar sekilas, kemudian dia hendak pergi.Namun, kakinya berhenti.Di bawah selimut tempat tidur, ada sebuah tas. Kebetulan Daniel dapat melihatnya dari sudutnya.Dia mengambil tas tersebut. Saat Daniel melihatnya, napasnya menjadi kasar.Ini adalah tas Yasmin. Itu berarti dia ada di sini!Saat Rafael melihat itu, dia langsung mengang
"Tenang saja. Aku pasti akan memberikannya padamu. Aku nggak memiliki yang lain, tapi uang bukan masalah.""Terima kasih, Nona Irene!" Susan sangat senang.Setelah Irene menutup telepon, ekspresinya menjadi sinis. Semua bawahan seperti itu, gila uang.Namun, ketika dia mengingat Yasmin sudah mati, dia menari-nari di ruang tamu dengan gembira."Akhirnya dia mati. Ancamanku sudah tiada. Ke depannya aku adalah Nyonya Guntur! Bu, kamu sedang melindungiku, ya? HAHAHAHAHA! Aku ingin melahirkan anak untuk Daniel, setidaknya empat anak. Bagaimanapun juga, aku ingin anakku lebih banyak daripada anak Yasmin dan lebih pintar dari anaknya!"Yasmin tidak tahu sudah berapa lama dia tidur. Ketika dia membuka matanya, semuanya begitu gelap sehingga dia tidak bisa melihat tangannya sendiri.Di mana ini?Apa dia sudah mati atau masih hidup?Yasmin meletakkan jarinya di bawah hidungnya. Napasnya hangat, itu berarti dia belum mati.Dia mengingat dia jatuh ke dalam sungai. Apa dia telah diselamatkan orang?
Wanita tua itu menyunggingkan seulas senyuman jahat.Yasmin gemetar ketakutan. Dia mengulurkan tangannya untuk memegang kaki wanita tua itu. "Lepaskan aku. Aku ini istri orang dan nggak bisa melahirkan anak untuk kalian. A ... aku sendiri mempunyai anak. Aku mempunyai tiga anak ....""Kamu sudah melahirkan tiga anak?" Wanita tua itu benar-benar tidak menyangka ternyata Yasmin sudah pernah melahirkan."Apa dia masih bisa?" Beni tampak jijik."Dia sudah melahirkan tiga anak. Apa artinya itu? Itu berarti dia bisa melahirkan anak! Lakukan saja! Kita memang ingin mencari perempuan yang bisa melahirkan anak. Karena dia bisa, dia pasti bisa melahirkan tiga anak untuk keluarga kita," ujar wanita tua itu.Beni berpikir sejenak. Dia juga merasa yang penting Yasmin bisa melahirkan anak.Di desanya, wanita adalah alat untuk meneruskan keturunan dan tidak memiliki status."Nggak mau .... Nggak bisa ...." Yasmin menggelengkan kepalanya dengan gelisah."Bersiap-siaplah. Malam ini putraku akan menidur
Sungainya tidak besar, tapi panjang. Dari hulu ke hilir, panjangnya beberapa kilometer. Drone sudah terbang dalam waktu yang cukup lama.Waktu berlalu dengan sangat cepat. Dalam sekejap mata, hari sudah malam.Yasmin yang dikurung di dalam rumah mendengar suara pintu terbuka. Dia bergerak, lalu buru-buru bertanya, "Apa kalian ingin mengeluarkanku? Iya, 'kan? Biarkan aku pulang. Keluargaku akan berterima kasih pada kalian!"Wanita tua itu meletakkan sepiring nasi di depannya. Dia melihat Yasmin memberontak dengan lemas. "Makanlah. Ini makan malammu.""Aku benaran. Keluargaku akan ... akan memberimu uang. Uang yang sangat banyak ....""Uang yang banyak? Berapa?""Berapa yang kamu mau?" Yasmin merasa karena wanita tua itu sudah bertanya, dia memiliki harapan."Apa kamu mempunyai dua miliar?""Ada, ada! Aku bisa memberikannya padamu," kata Yasmin.Wanita tua itu meludah, kemudian menendang Yasmin. "Jangan mencoba-coba menipuku. Lahirkan cucu untukku dan aku akan memperlakukanmu dengan baik
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump
Setelah Yasmin kembali ke kantor, dia membaca berbagai komentar di internet.Akademi Pinokio, rumah sakit, tidak ada yang selamat. Mereka semua dikutuk dengan kasar dan dicap sebagai "pengusaha berhati busuk".Apa dia perlu menelepon Raymond untuk bertanya bagaimana situasinya?Setelah Yasmin memikirkannya sejenak, dia mengurungkan niat.Walaupun dia menelepon Raymond, bantuan apa yang bisa diberikannya?Kalau nanti dia ketahuan oleh Daniel, itu hanya akan makin kacau.Sore hari, Yasmin akan pergi ke rumah sakit bersama manajer penjualan untuk mendiskusikan kerja sama dan kontrak.Saat perjalanan pulang, kebetulan mereka melewati rumah sakit yang terkena masalah itu."Ayo pergi ke rumah sakit itu untuk melihat-lihat," kata Yasmin."Sekarang? Menurutku, mereka sedang nggak niat." Manajer penjualan mempertimbangkannya sejenak. "Selain itu, kalau kita terlihat oleh orang lain, itu akan merugikan perusahaan.""Kita nggak boleh mundur karena sesuatu terjadi pada orang lain. Mari kita mencar
Beberapa menit kemudian, Yasmin turun. Dia melihat mobil Rolls Royce sedang parkir di alun-alun.Sebenarnya dilarang memarkir mobil di alun-alun.Namun, Daniel bersikeras ingin menghentikan mobil di sana.Maka itu, siapa pun yang masuk atau keluar gedung akan memperhatikan mobil Rolls Royce itu yang mewakili kekuatan.Yasmin merasa dia seperti orang jahat ketika dia naik mobil.Setelah Yasmin masuk ke dalam mobil, dia memprotes, "Bisakah kamu nggak menghentikan mobil di sini? Semua orang jadi tahu kamu datang untuk menjemputku."Aura berat langsung memenuhi ruang dalam mobil.Ekspresi Yasmin pun menjadi tegang, terutama saat matanya bertemu dengan mata gelap Daniel, dia mengira dia sudah salah bicara."Kamu takut siapa yang melihatmu?"Yasmin segera berpikir, lalu membalas, "Nggak, aku takut orang cemburu padaku."Tatapan mata Daniel menggelap sedikit. "Kemari."Tangan Yasmin ditarik, lalu dia langsung duduk di atas pangkuan Daniel. Yasmin merasa sedikit tertekan karena jaraknya dengan