"Kamu harus pakai lapisan minyak. Dengan begitu, kamu nggak akan membakarnya."Sharon hendak membalik ikan ketika sebuah suara tiba-tiba terdengar dari belakangnya. Ia bisa melihat siapa orang itu tanpa berbalik.Ia mengabaikan orang itu dan memberi perhatian penuh untuk memanggang ikan.Howard tidak marah karena ia mengabaikannya dan langsung menuju ke kursi di sampingnya untuk duduk.Pada saat itu, tidak ada orang lain di dapur. Tatapannya padanya menjadi jauh lebih kejam."Apa kamu benar-benar berencana untuk menikahi pamanku lagi?" ia tiba-tiba bertanya.Tindakan Sharon terhenti, tetapi ia masih tidak memandangnya dan terus memanggang ikan."Kalau kita jadi nikah, kamu juga akan terima undangan," katanya dingin.Pupil mata Howard menyusut, dan seringai di wajahnya agak dingin. 'Dilihat dari cara dia mengatakannya, itu berarti mereka benar-benar berencana untuk menikah!'"Apa kamu benar-benar mau menikahi pamanku? Apa kamu nggak takut setelah menikah dengannya, kamu akan be
Bahkan setelah Howard pergi, Sharon masih belum bisa menenangkan diri.Ia tidak marah karena Howard menyelidiki penyakitnya tetapi karena masalah ibunya.Meskipun Sharon jelas ia mewarisi gen ibunya, ia masih sangat normal sekarang dan tidak sedikit pun khawatir Howard mencari info tentang penyakitnya. Namun, ia telah berlebihan dengan berbicara tentang penyakit ibunya."Bu, aku mencium aroma ikan bakar. Bisa kita makan sekarang?" Sebastian datang berlari pada saat itu dan bertanya."Sedikit lagi. Bukannya kamu seharusnya memancing?" Putranya berlari ke dapur, dan ia menekan semua perasaan tidak senangnya.Sebastian menghela nafas tanpa daya. "Mungkin Manajer Weiss benar. Nggak ada ikan sekarang. Kita harus tunggu sampai malam karena itu waktu terbaik untuk memancing." Sampai sekarang, ia belum menangkap satu ikan pun."Aku agak lapar, jadi aku ke sini untuk lihat apa ada makanan enak." Ia menepuk perutnya."Aku baru aja membuat sushi salmon. Kamu bisa makannya dulu. Ikan bakarn
Eugene segera melontarkan pernyataan seperti itu begitu ia menjawab panggilan itu dan itu membuat Sharon tercengang. Setelah beberapa waktu, ia belum membalasnya.Setelah beberapa saat, ia tersentak dan berkata, "Kamu ... Kamu tau soal itu?"Mendengar jawabannya membuat nada suara Eugene menjadi lebih dalam dan lebih dingin. "Kamu udah lama tau tentang itu, kan?!""Aku iya." Karena Sharon sudah tahu tentang itu, ia seharusnya mengakuinya."Kenapa kamu nggak kasih tau aku kalau kamu tau tentang itu?" Eugene bertanya."Aku juga mau kasih tau, tapi... aku mikirin Fern. Jelas dia nggak mau kamu tahu.""Sienna Newton, apa kamu masih adik perempuanku?" Eugene memanggil nama lengkapnya.'Sepertinya Eugene sangat kesal karena aku menyembunyikannya darinya!'“Ya, aku memang adik perempuan kamu, tapi aku juga seorang ibu. Aku bisa ngerti perasaan Fern…”"Aku akan ingat kejadian ini. Kamu utang sama aku!" Eugene menyela Sharon dan tidak mau mendengarkan penjelasannya."Baiklah, terima a
Setelah Simon melompat turun, yang lain melihat pemandangan itu dan langsung melompat ke laut untuk mencari Sharon juga.Howard datang setelah ia mendengar keributan itu. "Ada apa?""Itu Nona Jeans. Dia jatuh ke laut.""Apa?!" Howard terkejut dan melihat ke bawah melalui pagar. Ia melihat pamannya sudah di laut untuk menyelamatkan Sharon.Ia tidak bisa tetap tenang dan melepas jasnya sebelum melompat ke air juga.Xena sudah bersembunyi di kamarnya. Tidak lama kemudian, ia mendengar keributan dari luar. Ia merasa gelisah dan menekan perasaan cemasnya untuk keluar melihat pemandangan itu.Ia melihat Simon melompat turun tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dan Howard juga melompat turun untuk menyelamatkan Sharon sambil merasa cemas.'Keduanya sangat mengkhawatirkan Sharon!'Xena tiba-tiba merasa ia tidak melakukan kesalahan. 'Sharon harus mati!'Sharon tidak ingin mati. Bahkan teror yang ia rasakan ketika ia jatuh ke sungai saat itu masih menghantuinya. Ia masih ingin berjuang.
Melihatnya mengetuk kepalanya membuat Simon mengerutkan kening. Ia menarik tangannya dan berkata dengan suara yang dalam, "Berhenti mikirin kalau kamu nggak lihat orang itu. Kamu nggak pintar, dan kalau kamu terus mengetuk kepalamu, kamu akan menjadi lebih konyol."Sharon mengedipkan matanya dan mengangkat kepalanya untuk menatapnya. Pukulan lembutnya mendarat di dadanya. "Kamu yang bodoh."Simon tidak menghentikannya dan membiarkannya memukulnya. Namun, ia masih serius tentang situasinya. "Katanya ada yang dorong dia. Aku harus cari orang ini. Gimana aku bisa biarin orang seperti itu yang telah menyakitinya berkeliaran dengan bebas?'"Bu, apa kamu udah bangun? Apa kamu baik-baik saja?" Sebastian telah diperintahkan oleh Simon untuk kembali tidur, tetapi ia tidak bisa tertidur karena ia mengkhawatirkan ibunya."Aku baik-baik saja.""Kenapa kamu bodoh banget? Kok kamu bisa jatuh ke laut?" Sebastian mengatakan ia konyol, namun ia merasa benar-benar patah hati.Sudut mata Sharon ber
Karena Sharon jatuh ke laut pada malam hari, ia masuk angin setelah diselamatkan.Sebastian tidak lagi ingin pergi memancing karena Sharon sedang sakit.Sharon mengalami delirium karena demamnya dan mungkin jatuh ke laut telah memicu teror yang ia alami saat itu. Ia terus bergumam pelan dan merasa tidak aman.Simon meraih tangannya erat-erat dan mencondongkan tubuh ke telinganya untuk berbicara dengannya. Baru saat itulah ia merasa yakin.Melihat wajah kecilnya yang pucat, matanya berkilauan samar. ‘siapa yang mendorong dia ke bawah?’Keesokan harinya, Xena dipanggil ke ruang belajar. Sebelum ia masuk, ia terus merasa terganggu. ‘Aku mau tau apa alasan Simon tiba-tiba cari aku?’"Apa kamu cari aku, Simon?" Setelah menenangkan diri, ia memasuki ruangan sambil tersenyum.Ekspresi Simon sangat dingin dan ia tidak bisa melihat emosinya. Mata hitamnya yang seperti elang sedang menatapnya dengan tatapan yang sangat dingin dan tajam.“Aku sudah periksa semua dokumen ini. Kamu bisa baw
"Tapi…""Apa kamu nggak mengerti apa yang baru aja aku bilang?" Simon mengerutkan kening dan tidak memberinya kesempatan untuk bernegosiasi dengannya.Kuku Xena terkubur jauh di dalam telapak tangannya. 'Dia nggak punya bukti, tapi dia usir aku cuma karena dia curiga? Apa Sharon menempati tempat penting di hatinya?’Setelah bekerja di sisi Simon begitu lama, ia juga tahu emosinya dengan baik. Sharon tahu ia tidak akan mendengarkan orang lain begitu ia mengambil keputusan. Tidak peduli berapa banyak seseorang memohon, itu akan sia-sia.Merasa sedih, ia menyeka air matanya. "Aku ngerti. Aku akan kembali dan serahin surat pengunduran diri aku.” Ia kembali ke penampilannya yang biasa patuh dan dewasa—kecuali matanya berkilat kebencian."Keluar." Simon mengucapkan kata itu tanpa emosi.Xena memaksakan senyum dan mengambil dokumen di meja sebelum dengan patuh berputar untuk pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Ketika ia akan keluar dari ruang kerja, ia tidak bisa menahan diri unt
Setelah disuntik obat antipiretik dan minum obat lain, serta tidur seharian, akhirnya Sharon merasa lebih baik.Setelah berurusan dengan beberapa dokumen, Simon datang mengunjunginya hanya untuk menemukan bahwa ia sedang marah.“Kenapa kamu nggak panggil orang kalau kamu udah bangun? Siapa yang bikin kamu marah?” Ia duduk di sisi tempat tidur.Sharon tidak puas dengan kata-kata yang diucapkan oleh Howard sebelumnya dan telah mengusirnya. Kemarahan dalam dirinya tidak bisa berkurang begitu cepat.Jika Howard tidak melarikan diri dari tempat kejaian cukup cepat, Simon akan melihatnya."Aku ..." Ia terbatuk saat ia berbicara. Pada saat itu, ia ingat tenggorokannya kering dan sakit.Simon menuangkan segelas air untuknya. "Minum air dulu sebelum bicara."Ia meneguk segelas besar air dan merasa tenggorokannya jauh lebih baik.Melihat cara ia menenggak air membuat Simon merasa itu lucu. “Minum pelan-pelan. Nggak ada yang akan rebut minuman dari kamu.”Ia menyerahkan gelas itu kembali