"Terus dia kenapa? Dia nggak ada di ruang kerja atau kamar tidur. Jangan bilang dia ada di taman?" Sharon bertanya, menganggapnya lucu.Namun, kepala pelayan tidak bisa membuat dirinya tertawa. Dahinya bahkan basah oleh keringat dingin. "Presiden Zachary nggak ada di taman, dia ..."Pada saat itu, Sharon menyadari ekspresi aneh di wajah kepala pelayan. Senyum di wajahnya memudar saat ia menatapnya. "Dimana dia?"Kepala pelayan menundukkan kepalanya dan tidak berani menatapnya, bahkan tidak mengintip. Ia tergagap, "Presiden Zachary.. Dia ada di gedung dekat halaman."Sharon tidak bisa bereaksi tepat waktu. "Bangunan di dekat halaman? Apa yang dia lakukan di sana?""Presiden Zachary menemani Diana. Ah, nggak. Maksudku, dia temenin Nona Kecil Bonnie." Kepala pelayan takut Sharon akan salah paham jika ia mengatakan sesuatu yang salah. Ia menjadi sangat gugup sehingga ia tidak bisa berbicara dengan lancar. Segera, ia menjelaskan lagi, "Akhir-akhir ini, Nona Kecil Bonnie sakit dan terus
Diana-lah yang pertama kali melihat Sharon. Ada ekspresi heran dan cemas di wajahnya. Ia tanpa sadar berkata, "Kak... Sharon, kamu udah pulang?"Mengejutkan, Sharon baru saja kembali tiba-tiba. Ia berpikir Sharon tidak akan kembali…Sharon memperhatikan perubahan cara Diana menyapanya. Sebelum ia pergi, Diana masih menyapanya dengan sopan sebagai Miss Jeans. Sekarang, bagaimanapun, wanita itu malah menyapanya sebagai 'Kak'.'Aku baru aja tinggalin tempat ini selama setengah bulan tapi banyak hal udah berubah?'Ia mengerutkan bibirnya sedikit dan berjalan. "Kenapa? Aku nggak boleh pulang?"Diana menundukkan kepalanya lagi, memasang tampang tak berdaya sebagai seorang istri. "Aku... aku nggak maksud begitu... Tolong jangan salah paham."Sharon terlalu malas untuk mempedulikan Diana dan mengalihkan pandangannya untuk melihat pria yang menggendong bayi itu. 'Lihat aja dia sangat peduli pada bayi ini. Ini buat aku ingat saat anak kami masih kecil. Aku satu-satunya yang rawat dia.’ Mem
Simon berganti baju bersih dan keluar. Diana menggendong bayi itu, dengan ditemani Nyonya York, mereka berdua juga keluar.Mereka semua bersiap untuk pergi ke rumah sakit.Sharon berjalan mendekat dan berkata kepada pria yang hendak masuk ke mobil, "Biarin aku ikuti kalian ke sana."Simon berbalik untuk melihatnya. Mata gelapnya yang dalam membuat orang lain tidak dapat melihat emosinya. "Kamu?""Iya. Dia anak kamu, yang berarti dia juga anak aku. Bukannya kamu bilang sebelumnya kita akan besarin dia bersama? Sekarang dia sakit, aku harus rawat dia juga." Bahkan, ia juga menyukai anak ini.Mendengar kata-katanya membuat mata Simon yang memandangnya berkilat lebih gelap. Ia mengerutkan bibirnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Keheningannya membuat seseorang merasa cemas.'Apa dia berencana untuk menarik kembali kata-katanya? Dia nggak mau aku jadi ibu bayi ini?'Simon menggerakkan bibirnya dan ketika ia hendak mengatakan sesuatu, salah satu bawahannya tiba-tiba datang ke s
Sharon kembali ke rumah. Ia bingung dan terus memikirkannya. 'Kenapa Simon tiba-tiba menjadi seperti ini?'Sharon berkata ia akan menunggunya di sana dan mungkin hanya ketika mereka bertemu ia bisa menanyakan alasan di balik tindakannya.Namun, ia tidak muncul bahkan setelah ia menunggu satu hari ...Di rumah sakit, Claude datang untuk melapor kepada Simon setelah mengatur penempatan personel keamanan. Hanya saja mereka melihat anak buah Jesse mengikuti mereka ke rumah sakit. Dilihat dari tindakan mereka, sepertinya mereka berencana untuk bergerak pada anak dan Diana."Tetap waspada. Kalau kamu benar-benar ketemu dengan mereka, maka ambil tindakan. Kalahkan mereka semua." kata Simon dengan suara dingin."Iya pak." Claude mundur setelah menerima perintah dan terus mengawasi siapa pun yang mencurigakan.Di kamu, perhatian Diana dan Nyonya York tertuju pada Bonnie. Mereka tidak merasakan bahaya di sekitarnya.Itu adalah malam yang tenang, dan keheningan di rumah sakit membuat orang
Sebelum Sharon bisa mengklarifikasi keraguannya, Simon berkata dengan dingin, "Kamu cuma perlu ingat apa yang aku bilang. Lagi pula, aku nggak mau lihat kamu lagi." Panggilan itu kemudian ditutup.Sharon hanya bisa mendengar suara bip di teleponnya saat pikirannya menjadi kosong…Instingnya memberitahunya ada sesuatu yang terjadi dengan Simon!Sharon tidak berani mengalihkan pikirannya untuk berpikir masalahnya ada hubungannya dengan ia dan Diana ...Sharon tidak pernah menjadi wanita yang hanya akan mendengarkan orang lain untuk memulai. 'Apa itu berarti aku tidak diizinkan pergi hanya karena ia berkata begitu?'Selain itu, ia merasa tidak nyaman karena sikap Simon yang tidak biasa. Jika ia tidak pergi untuk mengklarifikasi hal-hal, ia tidak akan bisa datang untuk malam itu.Ia kemudian segera menuju ke rumah sakit.Pada saat itu, langit terlihat lebih gelap.Claude bergegas untuk melaporkan berita terbaru kepada Simon. "Presiden Zachary, orang-orang kita telah menghadapi mere
Sharon butuh waktu lama untuk bereaksi ketika ia mendengar Simon mengucapkan kata itu. Ia hanya menatapnya tanpa mengedipkan matanya.Ia baru saja mengucapkan kata-kata itu karena marah, namun ia memberinya jawaban yang meyakinkan.Setelah beberapa waktu, ia masih menatapnya karena ia merasa sulit untuk percaya. Ia tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Simon, kamu bercanda sama aku, kan?"Simon tetap tanpa emosi seolah-olah ia tidak memperhatikan ekspresi patah hati istrinya. Ia berkata kepada Claude dengan dingin, "Antar dia pulang."Hari sudah sangat larut dan orang-orang Jesse mengawasi mereka. Simon tidak akan lega jika membiarkannya pulang sendiri.Claude sadar Simon saat ini berada dalam situasi yang sangat berbahaya dan tidak rela meninggalkan sisinya. "Tuan, saya akan minta Chuck mengantar Nona—""Aku minta kamu untuk antar dia pulang secara langsung!" Simon memotongnya.Claude menatapnya dengan tatapan khawatir. Namun, ia tidak membangkang. "Iya pak."Sharon menganggapn
Sharon berbalik dengan kejam ketika ia mendengar langkah kaki membuntutinya. Ia memelototi Claude yang adalah pria yang keras kepala. "Aku bilang aku nggak perlu kamu antar pulang. Pergi dari pandanganku!""Tuan bersikeras saya harus mengirim Anda pulang dengan selamat.""Ya, ini memang sangat malam sekarang tapi jangan khawatir, tidak ada yang akan menyentuh wanita terlantar sepertiku. Bahkan jika mereka merampokku demi uang, aku juga nggak punya uang."Sharon telah pergi ke rumah sakit, dan setelah mengatakan itu kepada Claude, ia memasuki mobil dan segera menyalakan mesin mobil.Ia berpikir setelah mengatakan begitu banyak, Claude akan mendapatkan petunjuk dan meninggalkannya. Ia tidak pernah menyangka bahwa tidak lama setelah ia mulai mengemudi, ada mobil yang mengikuti di belakangnya. 'Kurasa ia masih bersikeras mengikutiku.'Lupakan. Dia sama aja dengan tuannya. Keduanya begitu dingin dan keras kepala. Nggak ada gunanya bagiku untuk bilang sepatah kata pun. Aku akan biarkan
Sharon membuka matanya dan melihat ia diikat di kursi. Samar-samar ia bisa mendengar suara ombak laut dan ia bisa melihat laut melalui jendela kaca.'Apa aku di atas kapal?'Ia ingat dirinya diculik oleh orang asing. Karena ia telah banyak berjuang, mereka segera membuatnya pingsan.Saat ia mencoba mencari tahu siapa yang menculiknya, pintu kabin di depannya terbuka. Beberapa orang masuk, agak menghalangi cahaya dengan punggung mereka.Sinar cahaya yang tiba-tiba bersinar begitu menyilaukan hingga membuatnya menyipitkan matanya. Pada saat itu, ia tidak bisa melihat siapa orang-orang itu. Ia hanya tahu bahwa ada beberapa dari mereka yang datang.Setelah orang-orang itu masuk, mereka mengunci pintu. Baru kemudian ia bisa mengenali orang-orang di depannya.Sharon memandang mereka, heran. "J-Jesse?" Ia sebelumnya adalah asisten Tammy yang cakap dan tangan kanannya."Nona Newton, udah lama sejak terakhir kali kita bertemu. Gimana kabar kamu?" Jesse menatapnya dengan senyum samar, mat
“Sekarang aku udah selesaikan semua permintaan terakhir dia." Yvonne melirik Quincy untuk terakhir kalinya, yang diliputi keterkejutan. Dia kemudian meninggalkan ruangan.Quincy tidak mengatakan apa pun untuk membuatnya tetap tinggal. Dia terus menatap kotak abu itu. Dia menatap kotak abu dalam diam untuk waktu yang sangat lama. Terry bertanya padanya, "Nona, apa kamu percaya kalau ini abu Dayton Night?" Dia berbalik untuk melihat Terry. Sejujurnya, dia tidak terlalu percaya. "Kenapa kamu nggak lihat dulu aset yang dia transfer ke kamu dan lihat apa itu asli?" Terry menyarankan. "Bantu aku cek ini." Dia menyerahkan tumpukan tebal dokumen kepadanya sehingga dia bisa memverifikasinya. "Aku akan cek sekarang." Terry segera meninggalkan kantor. Quincy menatap kotak abu dan bergumam pelan, "Dayton Night, kamu mau ngapain lagi sekarang?" Dia terkejut ketika Terry memberitahunya bahwa Dayton benar-benar telah mentransfer semua aset dan keuangannya kepadanya setelah memverifikas
Quincy masih tenggelam dalam pikirannya ketika sekretarisnya meneleponnya melalui saluran telepon internal. Sekretarisnya memberi tahu dia bahwa seorang wanita bernama Yvonne Leif ada di sini untuk menemuinya.Dia mengerutkan kening. Yvonne Leif?Setelah memikirkannya sebentar, dia akhirnya ingat. Apakah Yvonne Leif bukan wanita yang waktu itu dengan Dayton? Kenapa dia mencarinya sekarang? Jika dia tidak mati, maka Dayton Night... Jantung Quincy tergopoh-gopoh. Dia meminta sekretarisnya untuk membawanya masuk sekaligus. Setelah beberapa saat, sekretarisnya membawa Yvonne ke kantor. Sejak Yvonne muncul di kantornya, Quincy terus menatapnya. Dia masih punya bayangan. Dia bukan hantu atau roh…Yvonne baik-baik saja dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia tidak terlihat terluka sama sekali.Apakah dia berhasil menghindari pengeboman di pulau itu?Yvonne mengenakan kacamata hitam dan memegang sebuah kotak. Dia membawa tas tangannya di pergelangan tangannya. Setelah beberapa
Ekspresi Dayton terlihat gelap saat dia menatap pulau itu dengan tatapan suram. Dia mengerucutkan bibirnya. Dia tidak punya niat untuk mengatakan apa-apa.Dia tidak ingin meninggalkan pulau itu. Yvonne dan anak buahnya adalah orang-orang yang dengan paksa membawanya pergi."Aku lebih suka tinggal di pulau itu." katanya setelah beberapa saat.Yvonne menatapnya dengan kaget. Setelah beberapa detik, dia tertawa terbahak-bahak. “Kamu memang tahu dia akan bom kamu sampai mati, kan? Itu akan lebih baik dari pada mati setelah melalui semua siksaan penyakit kamu, kan?”Setelah hening sejenak, dia berkata, "Aku berhutang budi sama dia."Bagaimanapun, dia tidak akan bisa hidup lama. Dia hanya harus memenuhi keinginan Quincy dan membiarkannya mengakhiri hidupnya secara pribadi.Dia tidak akan menyesal jika dia mati di tangannya.Yvonne tidak bisa menahan diri untuk tidak menampar wajahnya. Dia kemudian memarahi dirinya sendiri dengan keras, “Kenapa aku terlalu ikut campur?! Kenapa aku bers
Quincy mengarahkan pandangan dinginnya ke arah itu. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Ayo pergi."Terry tidak tahu apa yang dia lihat barusan. Dia hanya memperhatikan ekspresi tidak menyenangkan di wajah Quincy..Dia mengikutinya dan bertanya, “Nona, di mana bajingan itu, Dayton Night? Apa Nona mau saya tangkap dia dengan tangan saya sendiri?” Dia tidak berpikir bahwa dia akan membiarkan Dayton pergi.Quincy tidak berhenti berjalan. "Nggak usah. Aku tahu gimana hadapin dia.”Ada sedikit kebrutalan dalam suaranya yang dingin. Terry sedikit terkejut. Dia sepertinya mengerti sesuatu. Dia berhenti berbicara dengannya setelah itu. Helikopter sudah menunggu mereka di luar. Quincy dan Terry naik ke helikopter.Di bawah mereka, pulau itu dalam kekacauan besar. Tidak ada yang bisa menghentikannya pergi sekarang."Nona, bisa kita pulang sekarang?" tanya Terry.Quincy melirik situasi di bawah dan menatapnya. Ada ekspresi yang sangat tenang di wajahnya. "Kamu bawa banyak bahan peleda
“Dokter Leif, datang dan lihat Tuan Muda. Dia muntah darah lagi,” salah satu anak buah Dayton memberitahunya begitu mereka melihatnya.Yvonne berjalan di depan Dayton. Dia melihat darah yang dimuntahkannya ke lantai. Dia tidak lagi terganggu akan hal itu. “Kalian harus belajar membiasakan diri dengan hal seperti ini. Lagi pula, itu akan sering terjadi nanti.”Anak buah Dayton tercengang. Apa artinya itu? Tuan Muda akan sering muntah darah nanti? Dayton bersandar di sofa di belakangnya dan memejamkan mata. Dia tidak punya tenaga untuk bicara lagi. Yvonne tidak ingin menghukumnya setelah melihat kondisinya saat ini. Dia jelas tahu bahwa dia telah menyerah pada dirinya sendiri sejak lama. Dia hanya menunggu kematiannya sendiri. Karena itu, dia tidak buru-buru untuk melakukan pengobatan akupuntur pada dirinya. Grhhhh…Grrrhhrh…Grrrrhhhh…. Gemuruh suara keras terdengar dari luar. Dayton segera membuka matanya. Kedengarannya seperti sebuah pesawat terbang?Dia segera memberi ta
Quincy sangat marah hingga wajahnya memerah. Jika dia tidak ditahan oleh pengawalnya, dia pasti akan mencekiknya sampai mati sekarang!Yvonne, yang mengawasi mereka di samping, tidak bisa memaksa dirinya untuk terus menonton mereka lagi. Dia merasa sangat canggung sebagai orang luar. Karena itu, dia bangkit dan berkata, "Kalian harus makan pelan-pelan." Dia meninggalkan ruangan setelah berbicara.Dia benar-benar tidak bisa memahami seseorang seperti Dayton Night. Mengapa dia begitu gigih mendapatkan Quincy Lane?Sebenarnya, dia memang pria yang gigih. Namun, dia pasti malah sebuah mimpi buruk bagi Quincy.Dia bisa tahu betapa Quincy membencinya. Kalau tidak, dia tidak akan menyandera Lennon. Dia ingin meninggalkan pulau ini.Mungkin cinta bukan hanya tentang memberi. Beberapa jenis cinta didefinisikan oleh belenggu dan pemenjaraan juga. Dayton tidak hanya menjebak Quincy, tetapi dia juga melakukannya pada dirinya sendiri. Namun, mungkin ini adalah keinginan terakhirnya dalam h
Yvonne menatapnya. Dia tiba-tiba kehilangan kata-kata.Quincy didorong kembali ke kamarnya. Pintu kamarnya kemudian ditutup rapat. Dia mendengar suara kunci terkunci di luar. Sialan, Dayton Night. Dia menyuruh anak buahnya untuk menguncinya. Dia benar-benar kehilangan kebebasannya. Quincy tidak punya ide lagi. Dia hanya bisa berpuasa. Dia lebih baik mati daripada dipenjara olehnya.Dia mulai berpuasa.Anak buah Dayton segera melaporkan situasi ini kepadanya. Dia ingin pergi untuk melihatnya, tetapi dia benar-benar tidak punya energi sekarang.“Bawa dia.” Dia tidak punya pilihan selain meminta mereka membawa Quincy ke kamarnya. Sebelum Quincy tiba, dia meminta Yvonne untuk membantunya ke sofa agar dia bisa duduk. Dia tidak bisa membiarkan Quincy melihatnya terbaring di tempat tidur dengan begitu sakit. Yvonne mau tidak mau bertanya, “Kenapa kamu harus melakukan ini? kamu berusaha keras untuk pura-pura baik-baik aja di depan dia. Nggak bisa apa kamu kasih tahu dia soal penyak
Quincy mau tidak mau merasa terkejut setelah melihat penampilan Dayton. Dia menatapnya dengan tatapan yang membuatnya tampak seperti akan memakannya hidup-hidup!"Kamu di pulau?" dia bertanya padanya. Mengapa anak buahnya menipunya? "Apa kamu coba sandera anak buah aku untuk kaburi karena kamu ngira aku nggak ada di sini?" Dayton dipenuhi amarah. "Dayton Night, apa yang kasih kamu hak untuk menjebak aku di sini?" Seharusnya dia yang marah padanya.Saat itu, Yvonne mengejarnya.“Kamu harus kembali.” Dia mengingatkan Dayton setelah berjalan ke sisinya. Namun, pikiran Dayton hanya dipenuhi dengan pikiran tentang Quincy. Seolah-olah dia tidak mendengar apa yang dikatakan Yvonne.Kilatan mengejek muncul di tatapan Quincy ketika dia melihat Yvonne juga ada di pulau itu. Tidak heran anak buahnya tidak mau memberitahunya bahwa dia sudah berada di pulau itu. Dia telah membawa wanita lain. Mustahil baginya untuk tidak mengenali wanita ini. Dia adalah wanita yang dia permainkan di rum
Saat itu, Lennon mendeteksi nada mengejek dalam suaranya. Dia sama sekali tidak peduli apakah mereka lelah atau tidak.Dia menundukkan kepalanya dan mengupas apel dengan saksama. Dia tidak berniat untuk terus berbicara dengannya lagi. “Biarin aku kupas sendiri. Tangan kamu nggak bersih.” Quincy secara alami meraih pisau itu. Lennon tidak terlalu memikirkannya. Dia hanya merasa sedikit ketakutan. Dia menyerahkan pisau dan apelnya sekaligus. Namun demikian, Quincy hanya mengambil pisau buah itu. Dia tidak mengambil apel darinya. Sementara dia bertanya-tanya apakah dia pikir tangannya kotor, dia memegang pisau buah dan mendekatinya. Dia segera meletakkan pisau di lehernya. “Nyonya Muda, kamu…” Lennon akhirnya menyadari apa yang sedang terjadi. Ini adalah tujuan sebenarnya. Quincy menatapnya dengan dingin dan berteriak dengan dingin, “Jalan!"Lennon tidak punya pilihan selain mematuhinya dan berjalan keluar.Orang-orang yang berdiri di dekat pintu terkejut ketika mereka meli