Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak membalas, "Omong kosong! Kamu tadi itu menghina saya dan memaksa dekat dekat!" Ia memandang Penelope dan menambahkan, "Kalau ga ada yang percaya, bisa lihat CCTV!"Ada kamera pengintai di mana-mana di rumah Zachary, termasuk garasi. Kebohongan Howard akan terlihat begitu mereka memeriksa rekaman pengawasan."Brengsek! Kamu memarahi ibuku lagi!" Sebastian keluar dari pelukan ibunya dan berlari untuk memukul Howard ketika ia mendengar apa yang dikatakan ibunya."Sebastian, sini sama Kakek." Douglas takut mereka akan mempengaruhi anak itu dengan buruk."Kakek, kamu harus menghukum dia. Dia memarahi ibuku," kata Sebastian sambil menunjuk Howard dengan marah."Aku akan hukum kalau dia bersalah. Sini yuk."“Aku mau sama Ibu." Sebastian berlari kembali ke ibunya.Penelope menatap Howard lagi, tapi kali ini lebih tegas. "Howard, coba jelaskan sekarang!" Ia mengenal Simon. Ia tidak akan menyerang keponakannya kecuali Howard telah melakukan kesalahan.Tatap
"Tunggu. Siapa bilang kamu bisa bawa anak itu?" tanya Douglas tiba-tiba.Hati Sharon sedikit bergetar. Sebelum ia bisa bereaksi, Douglas mengeluarkan perintah, "Bawa anak itu kembali ke kamarnya."Beberapa pelayan segera mendekatinya dan mengambil anak itu darinya.Sharon terkejut. "Mau apa kalian? Pergi. Jauhkan tangan kalian dari anakku!"Sebastian juga menolak pendekatan pelayan itu. "Pergi. Aku ingin tinggal bersama Ibu!"Simon membanting meja dan melompat berdiri. "Berhenti! Aku akan patahkan tangan siapa pun yang berani sentuh mereka!"Para pelayan terlalu takut untuk bergerak dan hanya saling memandang.Simon berjalan mendekat dan mengangkat anak itu. "Sebastian, tinggallah sma kakekmu ya sementara ibumu dan aku pergi beberapa hari."Simon membawa anak itu ke Douglas. "Ayah, jaga anak itu. Aku akan pindah sama Sharon."Mata Sharon melebar. 'Apa dia sudah gila? Saya nggak bisa meninggalkan anak di rumah Zachary!'"Sebastian..." Sharon ingin mengambil putranya kembali.Simon mengh
Dia dengan paksa menarik kembali tangannya, mencoba menahan rasa sakit di matanya saat dia menolak untuk menangis di depannya dan menatap Simon dengan mata merah. "Howard menggertakku di kantor dan di rumah. Kamu juga mencurigai aku berselingkuh dengannya. Kakakmu tidak menyukaiku dan ingin menyingkirkanku. Oke, aku bakal pergi. Tapi kenapa ayahmu mau ambil anakku? Kamu bahkan bantu mereka ambil anakku! Kembalikan anakku! Kembalikan dia!"Dia mencoba untuk tidak menangis pada awalnya, tetapi tidak bisa tahan saat dia berbicara. Semua keluhan dan kesedihannya keluar semua. Dia mengepalkan tinjunya dan meninju dada Simon, menangis, "Kembalikan dia. Kembalikan Sebastian padaku!"Simon mengerutkan kening dalam-dalam dan membiarkan tinjunya memukulnya saat dia berdiri diam. Ketika dia melihatnya menangis dengan air mata meleleh di pipinya dan terlihat seperti gadis kecil yang dianiaya, hatinya bergetar.Sharon mengalami depresi akhir-akhir ini karena dia terus-menerus merasa seperti bergant
Simon memandangnya hingga Sharon berpikir keras, Ia bertanya dengan tenang, "Menurut kamu berapa lama anak itu bisa dipisahkan dari kamu?"Sharon terkejut; Ia dan Sebastian tidak pernah berpisah. Dia tidak bisa tinggal jauh darinya dan dia pasti tidak bisa hidup tanpanya.Sebastian akan buat keributan kalau dia tidak melihatnya dan dia tidak bisa memprediksi seberapa jauh dia akan pergi.Dia tiba-tiba paham kenapa Simon bilang mereka akan pergi selama beberapa hari. Kalau ingat betapa Douglas sangat menyayangi Sebastian, Douglas pasti akan mengalah kalau Sebastian terus-menerus berteriak memanggil ibunya.Ia melihat ke samping pada pria yang tenang itu. Ia telah memikirkan semua ini sebelumnya. Tidak heran ia membawanya keluar tanpa melakukan perlawanan."Haruskah aku tinggal dengan temanku selama beberapa hari?" Meskipun ia bilang ini, ia enggan untuk menjauh dari putranya untuk jangka waktu sementara ini. Ia berulang kali melihat keluar di rumah Zachary melalui jendela. 'Apa dia akan
Hati Sharon menegang. "Kita kan cuma pura pura suami istri. Nggak ada seorang pun dari keluarga Zachary di sini, jadi kita tidak perlu berpura-pura mencintai, kan?"'Apa dia harus serius begitu?'"Ya, kita memang kawin kontrak, tetapi surat nikah itu nyata. Baik secara nominal atau... secara fisik, kita benar-benar pasangan." Dia membawa Sharon ke dalam pelukannya. Suaranya yang dalam diucapkan tepat di telinganya dan Sharon segera merasakan telinganya terbakar.Tidak cuma telinga Sharon yang terbakar, jantungnya juga berdetak lebih cepat. Simon benar dan ia tidak bisa membantahnya sama sekali.Pipinya mulai memanas dan ia berkata dengan malu, "Kontraknya bilang kita cuma berpura-pura jadi suami dan istri. Bisa gak kamu stop, jangan malu-maluin begini!" Keheningannya selama tidak berarti dia membiarkan Simon terlalu intim dengannya berulang kali!"Kontraknya nggak bilang kamu bisa cium aku. Tolong jangan seenaknya cium ..." Di tengah kalimatnya, pria itu menundukkan kepalanya dan menci
Sharon akhirnya paham setelah mendengar penjelasan itu. Oke, itu karena kakaknya. Ia khawatir kakaknya akan tahu..Ia menggigit bibirnya. "Paham."Cara Simon menatapnya membebani pikirannya: "Sudah malam. Mandi dan tidur gih."Sharon merasa lelah setelah malam panjang ini dan tidak menyangka bahwa setelah diusir dari rumah tangga Zachary, ia akan tinggal dengan Simon di kamar hanya dengan mereka berdua. Ia terus merasa sedikit gelisah.Sharon dengan cepat menyelesaikan mandinya tetapi tidak melihat pria itu ketika ia kembali ke kamar tidur. Ia hanya mendengar suara Simon sedang mengangkat telepon di ruang tamu.Ia tidak punya niat untuk mendengarkan percakapannya. Ia melirik ke tempat tidur pria itu. 'Apa aku akan tidur di sini?'Ia bilang kakaknya bisa datang kapan saja. Akan sulit untuk dijelaskan, jadi ia terpaksa harus tidur di sini. Karena ada kontrak pernikahan jadi Simon mungkin tidak akan berperilaku buruk.Di rumah Zachary, putra mereka selalu tidur di tengah saat mereka berti
Melihat istrinya heboh begitu, pria itu menggoda, "Kamu itu udah melahirkan seorang anak untuk aku. Apalagi yang harus malu?"Sharon menutupi matanya dengan tangannya, tidak berani melihat lagi. "Itu beda!"Ia tidak mendapat jawaban dari pria itu, tetapi bagian tempat tidur di sebelahnya bergerak. Kemudian pria itu mengulurkan tangan dan menariknya ke dalam pelukannya. Ia membuka matanya karena terkejut. Ia sudah berganti pakaian tidur dan berbaring di tempat tidur dengan lengannya yang kuat melingkari badan Sharon."Bagaimana kamu bisa tidur kalau aku dipeluk begini?" Sharon ingin lepas dari pelukan itu. Ia tidak terbiasa dipeluk saat tidur karena biasanya yang dipeluk saat tidur adalah Sebastian."Bukannya kamu bilang kamu takut tidur sendirian? Harusnya kamu baik-baik saja kan sekarang suamimu melukin kamu supaya bisa tidur?" Suara merdu pria itu jatuh.Sharon menegang... ‘ Su…suami?'"Yah, aku sedikit takut, tapi sekarang udah nggak. Jadi lepasin dong," katanya dengan senyum kering
Howard mencibir. Sharon harus dipecat kali ini.Simon terdiam beberapa saat. Ia samar-samar melirik tangan Sharon yang terbakar dan diperban dan berkata dengan nada monoton, "Kamu nggak perlu lagi mengerjakan proyek Mountain Linguistic City. Kerjakan proyek lain dengan orang lain dulu."Ia menatap mata Howard. Suaranya semakin dingin. "Sebagai direktur desain, kamu juga harus disalahkan atas apa yang terjadi. Kamu nggak perlu menjadi direktur lagi. Laporkan ke departemen logistik dan biasakan diri Kamu dengan aturan dan peraturan perusahaan terlebih dahulu."Ekspresi Howard tenggelam. 'Apa saya diturunkan pangkatnya?'Sharon menatap kosong ke arah Simon. 'Dia nggak memecatku?'Bukan ini yang diinginkan Penelope. Ia segera berkata, "Simon ..."Simon tiba-tiba bangkit. "Baiklah, itu saja untuk saat ini. Saya harus pergi, ada klien penting, dan kamu bisa balik kerja." Dengan itu, ia menyuruh sekretarisnya untuk mengikutinya keluar.Hati Penelope terbakar amarah ketika ia diinterupsi. Ia s