Share

Undangan yang Tak Bisa Ditolak

Penulis: Bibiefenimmm
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-29 17:26:03

Sesaat, gue kehilangan kata-kata setelah melihat tatapan nyebelin Ines. "Apa, Ines? Lo mau ngomong apa?"

Ines menjilat bibir bawahnya, pandangannya ke mana-mana kecuali ke Alina. Setelah berdeham sebentar, akhirnya dia buka suara. "Jadi, lo ngapain aja selama liburan akhir semester?"

Alina melongo sebentar, bertanya-tanya apakah dia barusan salah dengar. "Maksudnya lo mau ngejek gue kan? Karena gue hidup sebatang kara jadi nggak punya siapa-siapa buat ngabisin waktu liburan?"

Alina udah cukup stres mikirin minggu depan. Dia nggak punya keluarga buat menghabiskan liburan bareng, dan meskipun Arion sempat nawarin buat tinggal di rumahnya, Alina nolak. Arion harus ngabisin waktu sama keluarganya. Kalau dia nggak pulang, pasti bakal memunculkan banyak pertanyaan.

"Nggak, gue—" Ines mendelik sebentar sebelum mendengus. "Gue cuma penasaran, lo bakal pergi ke suatu tempat nggak? Ya lo tahu... sama seseorang."

Dan di sinilah mereka lagi. Balik ke pembicaraan tentang Darren.

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Arion, Pria Paling Heroik Sekaligus Paling Menyebalkan 

    "Ah, masih lama. Dua jam lagi..." gumam Alina sambil melirik jam dinding. Dia lagi rebahan mendengarkan musik di tempat tidur. Tapi dia merasa kayak ada yang salah.. "ASTOGE! JAM DELAPAN YA INI! UDAH JAM SEGINI AJA!" Alina langsung panik. Ini jam delapan yang berarti dua jam lagi dia harus sampai sekolah! Tanpa mikir panjang, dia langsung menyambar handuk dan lari ke kamar mandi. Setelah mandi dan pakai baju dengan kilat, Alina berdiri di depan cermin. Dia mengambil liptint merah muda dan maskara tipis, biar kelihatan fresh tapi nggak menor. Ketika sudah puas dengan penampilannya, dia buru-buru mengunci pintu rumah dan cek peta di ponsel untuk lihat rute ke sekolah. "Serius harus jalan sejauh ini? Duh, kenapa gak ada angkot lewat sih disekitar sini?" Dia menghela napas panjang. Sebenarnya satu kilometer bukan masalah. Tapi siang itu panas banget, matahari terik kayak mengajak duel. Bikin dia jadi mikir dua kali buat jalan. “Dua puluh menit ke sekolah, nembus cuaca kayak ov

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Bertemu Dengan Clarissa Si Ratu Drama

    Mulut Alina ternganga lebar. Jalanan di depan mereka dipenuhi mobil-mobil media dan wartawan yang sibuk banget, siap dengan kamera dan mikrofon. Sepertinya, semua berita lokal sampai nasional lagi ada di sini. Alina langsung ngerasa gugup. Dia gak bisa berhenti memperhatikan sobekan di celananya yang makin gede aja, dan ia buru-buru mengambil jaket Arion buat menutupi pahanya supaya lebih tertutup. “Makasi, ya… Gue gak bakal bisa tenang kalau lo gak ada di sini,” kata Alina pelan, merasa malu tapi juga lega. Di teras kantor sekolah, Direktur Eric udah berdiri bareng istri dan putrinya. Mereka semua senyum-senyum manis dan melambaikan tangan ke kamera. Arion yang mulai gandeng tangan Alina menuntun Alina menaiki tangga. Mereka langsung disambut hangat oleh Direktur Eric. Salah satu wartawan yang lagi sibuk dengan kamera, tiba-tiba melihat mereka berdua dan mengikuti langkah mereka ke tangga. "Nona Alina, apa betul ini Anda? Gadis yang sangat beruntung bisa masuk Horizon Intern

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Tuduhan Clarissa dan Murid Beasiswa Tampan

    Alina tersentak, merasa bingung dan sedikit terluka. "Maksud lo apa? Apa yang dilakukan ayah lo?" Arion menatapnya sejenak, lalu mengalihkan pandangannya. "Duh, Alina, jangan terlalu dipikirin deh," Clarissa memutar bola matanya dengan angkuh. "Dan tolong... jangan ganggu Arion gue lagi." Arion mendesah, memandang Clarissa frustrasi. "Gue benci banget denger lo nyebut gitu, Clarissa. Telinga gue rasanya pengen pecah! Semua ini cuma akting demi nyenengin ayah kita!" Clarissa cuma mendengus. "Lo pergi dulu deh ke kantor. Gue pengen ngomong berdua sama cewek ini." Alina penasaran dan sedikit khawatir, "Apa ya yang bakal dia bilang? Kenapa dia bisa begitu marah sama gue?" Clarissa menghentakkan kakinya ke tanah, tapi entah kenapa, dia tetap bisa menjaga penampilannya. Kuku panjang berwarna pink tua miliknya menusuk-nusuk dada Alina. "Gue nggak tau lo mau ngapain," katanya dingin, "Tapi jangan harap lo bisa main-main sama ayah gue. Gue nggak akan biarin cewek pemeras kayak l

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Pertikaian Arion dan Darren

    "Nama gue Darren. Dan lo... Alina, kan?” Alina mengangguk, merasa sedikit lebih nyaman. “Iya, makasih banget, Darren.” Beberapa saat kemudian, mereka udah keluar dari sana sambil bawa kantung buku. Keduanya nggak ngobrol sambil jalan, tapi Darren sesekali ngecek daftar yang ada di pintu-pintu kelas. Bel berbunyi. "Eh, ternyata kelas lo di sini," kata Darren sambil tiba-tiba menarik lengan Alina dan mereka udah sampai di ruang kelas. Clarissa, Arion, dan beberapa cowok lainnya berdiri di depan. Dua cowok lainnya kelihatan kekar dan berotot. Ketiganya bisa jadi maskot dari brosur sekolah. Tapi ketika Alina lihat Arion lagi fokus ngeliatin dia, jantungnya langsung berdebar kencang. “Setidaknya dua murid pindahan udah kenalan,” kata Arion, rahangnya yang kaku bikin wajahnya yang tegas jadi keliatan makin garang. Dari tiga cowok di sekitarnya, dia yang paling ganteng sejauh ini. “Iya, kami ketemu dan sama-sama butuh buku buat kelas hari ini,” jawab Darren dengan senyum malas

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Kebaikan Alina Menolong Kakek Tua

    "Terima kasih, Nak. Mata ini sudah tak sejelas dulu... rasanya sulit mengurus semuanya sendirian.” Ia berhenti sejenak, tangannya gemetar saat mencoba menyeimbangkan dokumen di pangkuannya. “Sepertinya tangan tua ini sudah tidak sanggup lagi.” Alina menatapnya dengan lembut. Alina biasa memanggilnya Pak Hadi. Ia duduk di sebelahnya sambil mengambil dokumen dari tangannya. “Biar saya yang pegang, Pak Hadi. Anda tidak perlu khawatir, saya akan bantu.” Pak Hadi menatap Alina dengan penuh terima kasih. “Kamu selalu baik, Nak. Padahal kita nggak ada hubungan apa-apa... namun kamu seperti cucu sendiri.” Alina tersenyum kecil, menatap kakek itu dengan mata penuh kasih. “Pak Hadi, Anda nggak perlu mengatakan itu. Saya senang bisa membantu.” “Bagaimana kabar Anda hari ini?” “Sejujurnya, tidak terlalu baik,” kata Pak Hadi dengan suara pelan. “Setiap kali saya menjalani perawatan, rasanya semakin berat. Kadang, saya merasa sendirian di sini.” Alina menatapnya dengan empati. “Saya m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Terjebak Perjodohan Tak Terduga

    Semua orang di ruangan itu terdiam. Arion terkejut, sementara Alina juga terperangah, nggak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Arion ngotot, "Kakek, aku nggak mau! Kita bisa lawan ini! Jangan pikirin soal nikah, ya. Kita bakal lewatin semua ini bareng-bareng." Pak Hadi langsung bangkit dari tidurnya. "Kenapa nggak??!!" "Kamu dan Alina punya ikatan yang kuat... Kakek lihat cara kalian saling peduli. Aku cuma ingin lihat cucuku nikah sebelum aku pergi. Itu harapanku." Arion dan Alina saling pandang dengan mata terbelalak. "Apa?! Kakek, itu nggak—" Arion terhenti, bingung banget sama apa yang baru dibilang kakeknya. "Cukup!" Pak Hadi membentak. "Kalau kamu cinta sama Alina, tunjukin! Nikah sama dia! Lakuin buat kakek. Kakek ingin pergi dengan tenang, aku harus tahu kalau cucuku bakal bahagia..." Pak Hadi ngomong begitu dengan mata penuh semangat. Alina merasa... "Pak Hadi," kata Alina pelan, "Saya... saya nggak tahu apa yang bakal terjadi. Semua ini terlalu cep

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Ruangan Rahasia Arion

    "Nggak, gue nggak bisa kayak gitu dengan mata gue yang sakit. Lu emang bego banget... nggak bisa mikir panjang." Alina mendelik tajam. "Ya, maaf deh gue nggak sepinter lo! Tapi kalau lo emang nggak bisa mikir jernih, jangan nyalahin gue juga dong! Mata lo sakit, tapi mulut lo lancar banget ya buat ngata-ngatain orang!" Arion menghela napas panjang, suaranya mulai melembut, "Oke, gue salah ngomong. Gue nggak mau ribut. Tapi mata gue beneran nggak bisa lihat jelas sekarang." Dia lalu melirik setir sambil mengusap matanya yang masih perih. "Pokoknya sekarang lo harus tanggung jawab. Gue nggak mau mobil ini malah nyemplung ke got gara-gara kita ribut terus." Nada bicaranya terdengar serius, tapi wajahnya sedikit memerah saat mengatakan itu. "Jangan mikir macem-macem. Gue cuma mau kita selamat sampai rumah." "Hmm yaudah, gue lakuin ini cuma biar lo sampai rumah dengan selamat aja ya, habis mata lo sembuh gue pulang?" Arion menyeringai tipis, menatap Alina dengan tatapan isen

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Dituduh Jalang Karena Kesalahpahaman

    "Ah ya… gue bakal ngompres mata lo, terus nyiapin air hangatnya," gumam Alina pelan, mencoba menahan detak jantung yang makin kencang. Alina keluar dari dapur dengan napkin dan mangkuk berisi air hangat. "Sial, pelan-pelan.." Arion mengerang. Alina menggeleng pelan sambil mulai mengusap mata Arion. "Yah, mata lo tertutup. Lo harus buka kalau mau gue bersihin." "Lo ngomong gampang. Coba deh rasain sendiri sakitnya," balas Arion dengan suara tertahan. Dia akhirnya membuka matanya perlahan. Rahangnya mengeras. "Sial. Sakit banget." Alina mengambil beberapa tisu dari tas kecilnya. "Harusnya ini cepat membaik... atau ya, semoga aja." Tatapan Arion tiba-tiba jatuh ke mulut Alina. Dia menjilat bibir bawahnya perlahan. Kepalanya sedikit menunduk, sementara Alina mendekat tanpa sadar. Tangan Alina sempat menyentuh dada Arion. Hangat. Otot dadanya terasa jelas di bawah telapak tangannya. Tapi begitu pandangannya jatuh ke leher Arion yang sedikit basah, dia langsung ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09

Bab terbaru

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Undangan yang Tak Bisa Ditolak

    Sesaat, gue kehilangan kata-kata setelah melihat tatapan nyebelin Ines. "Apa, Ines? Lo mau ngomong apa?" Ines menjilat bibir bawahnya, pandangannya ke mana-mana kecuali ke Alina. Setelah berdeham sebentar, akhirnya dia buka suara. "Jadi, lo ngapain aja selama liburan akhir semester?" Alina melongo sebentar, bertanya-tanya apakah dia barusan salah dengar. "Maksudnya lo mau ngejek gue kan? Karena gue hidup sebatang kara jadi nggak punya siapa-siapa buat ngabisin waktu liburan?" Alina udah cukup stres mikirin minggu depan. Dia nggak punya keluarga buat menghabiskan liburan bareng, dan meskipun Arion sempat nawarin buat tinggal di rumahnya, Alina nolak. Arion harus ngabisin waktu sama keluarganya. Kalau dia nggak pulang, pasti bakal memunculkan banyak pertanyaan. "Nggak, gue—" Ines mendelik sebentar sebelum mendengus. "Gue cuma penasaran, lo bakal pergi ke suatu tempat nggak? Ya lo tahu... sama seseorang." Dan di sinilah mereka lagi. Balik ke pembicaraan tentang Darren.

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Hari Terakhir UAS dan Drama yang Nggak Ada Habisnya

    Alina kacau balau. Dia pengen banget ngebanting gelas wine di meja tadi. Daniel dan Clarissa? Mereka adalah duet maut pengacau yang rasanya emang ditakdirkan buat bikin hidupnya makin berantakan. Tangan Alina sedikit gemetar. Dia udah nggak sanggup berada di pesta itu. Matanya juga mulai memanas saat dia terburu-buru menuju pintu keluar. Namun, langkahnya terhenti begitu saja saat mendengar suara keras di kejauhan. Itu suara Daniel dan Arion. Alina berdiri di sudut ruangan, mengintip Arion yang masih tampak tegang setelah perdebatan panasnya dengan Daniel. Beberapa saat kemudian, Arion melihatnya dan berjalan mendekatinya. Langkahnya cepat, dan aura dinginnya begitu terasa hingga membuat Alina menahan napas. "Lo denger semua tadi?" Alina menggeleng pelan, tapi raut wajahnya jelas penuh tanda tanya. "Gue nggak denger, tapi gue lihat. Kenapa lo sama Daniel selalu ribut kayak gitu?" Arion mengembuskan napas panjang, seolah menimbang-nimbang apakah ia harus menjelaskan ata

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Masalah Keluarga di Pesta

    Arion menghela napas panjang, mencoba menahan emosinya. Mata elangnya fokus ke Clarissa, yang sekarang berdiri dengan seringai menyebalkan, lalu beralih ke Daniel. “Gue bahkan nggak ngerti kenapa lo ada di sini sama Daniel, Clarissa,” ucap Arion dingin, suaranya menusuk. “Lo bahkan bukan bagian dari keluarga kita. Lo cuma…” “Cuma apa?” potong Clarissa sambil melipat tangan, ekspresinya puas. “Cuma seseorang yang lebih paham keluarga lo dibanding lo sendiri? Aduh, jangan terlalu sensi deh Arion sayang.” Clarissa tersenyum tipis, lalu tanpa permisi melingkarkan tangannya ke lengan Arion. "Gue udah dianggap keluarga sama bokap lo. Bahkan Pak Remi bilang, dia sedih banget waktu tau kita putus. Dia selalu bilang gue adalah calon yang sempurna buat jadi istri lo. Bahkan kedua keluarga kita udah setuju soal pernikahan itu, kan?" Nada suara Clarissa penuh rasa percaya diri, tapi Arion menepis tangan Clarissa dengan kasar, wajahnya semakin dingin. Ada sedikit rasa puas di hati Alin

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Mainan Clarissa: Daniel Jadi Senjata

    Setelah mereka masuk, Arion langsung lepasin tangan Alina, dan Loly cabut bergabung sama segerombolan cowok. "Abis ngapain lo bareng Arion?" bisik Lara tiba-tiba, sambil narik lenganku menjauh. Dia melirik Arion yang lagi berdiri jauh, tapi matanya ngikutin Alina kayak elang. Alina jadi salah tingkah. Abis tadi dia sama Arion bermesraan. Tapi Alina cuman senyum tipis, berusaha nyembunyiin mukanya yang pasti udah semerah kepiting rebus. "Ayo main blackjack!" Lara nyengir sambil narik Alina lagi. "Gue bayarin uang mukanya!" "Seriusan?" Lara langsung narik tangan Alina dari genggamannya. "Lo pada beneran main pake duit asli?" Nada Alina nggak yakin, meskipun seharusnya dia nggak perlu kaget. "Ya iyalah!" "Gue nonton aja deh," Alina nyoba menghindar. 'Mana mungkin gue ikut-ikutan ngeluarin duit yang bahkan bukan duit gue.' "Nggak ada cerita nonton doang! Lo juga harus main. Santai aja, uang mukanya cuma 10 ribu kok," katanya santai. "10 ribu?" "100 ribu," poton

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Godaan di Tengah Malam

    Alina bisa merasakan perhatian Arion di punggungnya, kayak ada arus listrik yang mengalir deras di antara mereka. "Alina," suaranya serak dan bikin telinga Alina gatel-gatel. Alina buru-buru balik badan, bahunya nggak sengaja nyentuh dadanya. "Lo cantik banget," Arion bilang, matanya turun ke bibir Alina. Alina mundur selangkah, dan Arion maju selangkah. Jarak di antara mereka makin tipis, napas Alina juga makin nggak beraturan. "Cuma cantik?" Alina pura-pura bercanda, meskipun suaranya terdengar goyah. Arion tiba-tiba nyamber pinggul Alina dan menariknya lebih dekat. "Bukan cuma cantik," katanya, suaranya rendah. "Cantik banget. Seksi banget sampai gue nggak bisa berhenti bayangin bibir merah lo melingkari punya gue di mobil gue." Arion narik Alina untuk pergi ke arah mobilnya di parkiran. Alina nelen ludah, panik campur malu. "Arion, di sini banyak orang..." Dia melirik kanan-kiri, takut ada orang yang ngelihat. Arion malah ketawa kecil, seolah nggak peduli.

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Minum Sampanye dan Curhat di Pesta

    Selama sejam berikutnya, Lara dengan penuh semangat mendandani Alina. Dia menata rambut Alina jadi kuncir kuda tinggi yang ikal, memoles tulang pipinya pakai alat kontur yang Alina bahkan nggak tahu namanya, dan ngasih Alina lipstik merah. "Pakai ini. Trust me, Arion bakal tersiksa kalo lo pake ini. Ini bakal bikin bibir lo jadi super seksi," katanya sambil menyerahkan botol lipstik itu. Alina biasanya nggak suka lipstik—lebih suka liptint atau lipgloss. Tapi kali ini, dia nurut, dan ternyata Lara benar. "Lo cakep banget, Kak!" katanya sambil kami berdiri di depan cermin, mengagumi hasil kerja kerasnya. Alina tersenyum. "Lo juga cantik banget, Ra. Ngomong-ngomong, ada cowok yang lagi lo taksir, nggak, malam ini?" Lara sempat ragu sebelum menjawab. "Nggak ada." Tapi suaranya terdengar melankolis, bikin Alina penasaran. Dan Alina memutuskan untuk nggak nanya lebih jauh. *** Obsidian Chamber ternyata tambang berlian tua di Anyer. Dekat dengan area pegunungan kecil. Dasar

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Memar dan Datang ke Pesta Ulang Tahun

    "Lo ngapain, sih?!" Alina mencicit panik sambil berusaha melepaskan diri dari genggaman Arion. "Turunin gue, babe!" Arion nggak menggubris protesnya dan terus menariknya ke sudut ruang tamu. Sejak pulang sekolah tadi, cowok itu terus maksa Alina buat buka bajunya. Alina jelas nggak mau. Dia takut banget Arion bakal tahu soal memarnya. Kalau Arion tahu, masalahnya pasti bakal melebar, dan ujung-ujungnya Arion malah ribut sama Theo. "Biar gue lihat memar lo," kata Arion tegas sebelum akhirnya menurunkan Alina ke sofa. Seketika, dia menarik ujung kaus Alina ke atas. "Arion, stop!" Alina buru-buru melipat tangannya di dada, mukanya merah padam. "Aneh banget sih kelakuan lo. Tenang dikit, kenapa!" Arion menatap Alina dengan sorot tajam, nggak menggubris omelannya. "Gue udah pernah lihat yang lebih dari ini, Alina. Lo bukan alien." "Ya tapi sekarang beda! Gue nggak setuju, titik." Arion nggak peduli. "Berbalik." "Nggak mau." Dia menghela napas panjang, nadanya terdengar m

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    "Jangan Macam-Macam Sama Dia!"

    Tiba-tiba Alina ingat. Pantesan wajahnya familiar. Dia cowok yang pernah digertak Arion waktu dia mencoba merayunya saat Alina lagi kerja. “Lo gila ya?! Gue bukan jablay kayak yang lo bilang, apalagi buat cowok futsal! Lo ngarang banget! Dan soal di Lumina, itu salah lo sendiri yang norak!” Kemudian Alina nendang cowok itu di selangkangan, terus puter badan buat kabur naik tangga. Dua anak tangga sekaligus. Tapi dia lebih cepet. Setengah jalan ke tangga berikutnya, dia nangkep pergelangan kakinya. Alina langsung terjatuh keras. Lutut, pinggul, dan bahunya langsung nabrak tepi tangga. Rasa sakitnya nggak main-main. "Dasar cewek tolol," katanya sambil ngerangkak di atas Alina. “Lo pikir gue peduli sama omong kosong lo? Lo cuma cewek murahan yang ngandelin anak futsal HIA buat nutupin aib lo! Tapi di sini, Arion nggak ada buat nolongin lo. Sekarang lo bakal tahu apa rasanya ngehina gue di depan orang banyak!” Dia mendekat lebih agresif, seringainya makin lebar. “Gue pastiin

  • Atlet Sekolah Menyebalkan Jadi Suamiku    Melangkah di Tangga Sepi

    Dua setengah minggu berlalu, Alina masih tinggal di rumah Arion. Di rumah, tim perbaikan udah nutup kebocoran, nguras kamar, dan pasang kipas angin juga dehumidifier supaya nggak ada kerusakan lebih parah. Tapi renovasinya makan waktu lama. Pemilik rumah bilang beberapa perlengkapan susah dicari, jadi Alina harus nunggu beberapa minggu lagi sampai kamarnya siap. Arion dan Alina masih nggak banyak ngobrol di sekolah kecuali saat pelajaran kimia atau waktu pertandingan. Semuanya makin awkward tiap harinya, tapi mereka tetap berpura-pura. Karena Clarissa sengaja ninggalin mereka berdua. “Baby, kita berangkat ya!” suara Arion dari bawah tangga bikin Alina tersadar. Hari ini ada pertandingan besar lawan Cendana High School. Alina turun ke bawah dan lihat mereka udah nunggu. “Semangat ya, kalian pasti bisa menang!” Arion senyum sambil menyandar ke dinding. “Nah, gitu dong, baru semangat. Kita nggak butuh yang namanya hoki.” Arion langsung narik Alina ke dadanya dan menci

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status