"Sok kaya kamu!" Jaden menolehnya, ia menatap omongan remeh Vasya dengan kebingungan. Mau marah tapi itu Vasya mau nyolotpun ia memang sudah bukan putra orang kaya lagi. "Aku mampu beli yang kamu mau, sebut saja." Cuihhh Huuuuuu sok banget! Vasya masih memandangi sweternya dengan perasaab tak menentu, sekarang mukanya merah tapi bukan karena marah melainkan karena malu. "Ayo mau yang merk apa?" Sementara itu Andri yang dari tadi was was hanya bisa melongo, ia merasa bersalah tentu saja tapi ia juga merasa ketakutan dengan Ratu ular yang sepertinya masih mengincar kakaknya. Uniknya kedua sejoli itu bukannya panik atau waspada tapi malah mereka sesantai itu untuk membahas sebuah merk tas. "Kak." "Apa!" Vasya melengos menatap ke arah lain dan ia melihat sosok dayang dayang Ratu ular tak jauh dari posisi ia berjalan. "Jangan ributin merk pokoknya kita harus keluar lalu cari Kyai Shahid." Mendengarnya Vasya juga ikutan mengangguk, jelas urusan dengan Ratu ular itu b
"Bagaimana?!" Suara khas wanita serak itu membuat Vasya tersenyum, babak ini dia sungguh pasti menang. Jaden masih saja membaca surah surah yang ia hafal sementara itu Andri tetap mengucapkan nama Allah bersama dengan beberapa tim SAR yang ikut nyasar. "Lepaskan kami." Mata Ratu itu membulat dan kini semakin merah seperti darah. Ia jengkel dengan sifat manusia yang tak tahu di untung, sudah jelas jelas Vasya berutang budi padanya tapi anak manusia sialan itu malah sekarang mengancamnya dengan Jaden. "Tidak semudah itu!" "Suruh dia Stop!" Vasya menggeleng, ia senang sekali melihat Ratu itu tampak gelisah. Sungguh rasanya menyenangkan juga bisa mendengar calon suaminya ternyata hafiz Al-quran padahal dulunya Jaden fanatic bible loh. "Stop Vasya!!!!!" Suaranya makin menggila dan Jaden tambah mengencangkan lantunan Surga yang ia coba tunjukkan, semua mahkluk rasanya sangat terusik, mereka bahkan tak berani mendekat. Hanya gestur mereka dan energi mereka yang berubah marah, mereka
Kain merah putih yang Vasya bawa ada di bawah handuk pink mandinya. Tadi kata pak ustad semua energi negatif sudah di alihkan pada selembar kain yang tadinya suci itu."Itu apa Sya?""Hah?""Ini kan bulan September bukan Agustus?"Vasya hanya tersenyum menjawab Kalan sementara Viola masih menunggu jawaban Vasya akan siapa sosok ular yang meneror mereka beberapa jam lalu."Siapa ia Sya, Kenapa aku berasumsi bahwa kalian sudah lama mengenal, bukan berarti aku menganggap kamu musyrik lo ya."Vasya Sangat paham dengan apa yang barusan Viola omongkan, ia memang mengenal sosok ular itu jauh jauh tahun sebelumnya bahkan Andri yang baru berumur setahunpun sudah kenal dengan sosok Ular yang dulunya selalu menempel pada tubuh Vasya."Dia ular siluman yang suka mengganggu keluargaku turun temurun."Andri yang menjawab dan kedua temannya tampak saling pandang."Begitu Sya?"Tentu Vasya hanya bisa mengangguk, secara garis besar memang begitu. Ular itu memang parasit di keluarga Vasya yang sama sek
Dalam hati Vasya berdoa, ia tak ingin mendengar nama Amanda di sebutkan, pokoknya kalau sampai iya maka setelah ini Vasya lebih baik pergi lalu berlanjut mencaci maki Jaden untuk membuang sakit hatinya. Mana bisa Armin dipercaya kalau ia saja masih berhubungan dengan Amanda walaupun hanya sekedar bertukar kabar. "Amanda?" Armin agak terkejut mendengar nama itu disebut tapi anehnya lelaki itu tak menggeleng tapi juga tak mengangguk. "Bukan." "Lalu siapa?" Lelaki itu melihat amarah di mata Vasya yang berkilat kilat dan entah kenapa itu menenangkan, harusnya dari dulu ia mempercayai nalurinya saja bukannya malah menuruti perjodohan yang disiapkan orangtuanya. Samar Armin sedikit tersenyum ia senang dengan fakta Vasya marah gara gara Amanda. "Jaden, ia yang meminta tolong untuk menurunkan kapilot handal agar bisa mencarimu via udara." Deg. Segitunya Jaden melakukannya! " Iya itu Jaden!" Kemudian Vasya terdiam seribu bahasa, ia tak tahu harus menjawab yang bagaimana. Da
Setelah mengucapkannya Armin memeluk Vasya tanpa permisi sementara itu Vasya terpaku menatap siluet seseorang di pojokan yang sedang mengawasi mereka. Kostum mereka sudah pasti kalau mereka itu demitnya Ratu Pandan Wangi."Nggak apa apa kok.""Beneran?"Vasya lagi lagi tak bisa mengatakan sejujurnya, yang ia sayangkan kenapa Ratu itu masih di sekitarnya padahal harusnya mereka tak ada urusan lagi sedikitpun. "Hey, lihat sini?""Hmmm."Mau tak mau Vasya kini memerhatikan Armin sambil berusaha menyunggingkan senyum termanisnya. Ia sungguh berusaha untuk terlihat antusias dengan apa yang sedang lelaki itu kini bicarakan. Dan kemudian ada kata yang sepertinya ambigu bagi Vasya.Benar, Amanda pasti masih terlibat dengannya, Armin masih sering bertukar kabar dengan Amanda walaupun videonya viral. Lagi lagi Vasya tak habis pikir. Ia hanya bisa geleng geleng sambil menyilangkan tangannya. Tapi Armin masih belum sadar jika Vasya dalam mode jengkel setengah mati."Stop!""Kamu bilang Amanda ya
Demit itu tersenyum ke arah Jaden dengan seringai jahat. Sementara Vasya langsung memeluk ibunya dan pak Ustad segera keluar ruangan begitu melihat Vasya datang dengan Armin. "Kamu tak apa apa nduk?" Vasya mengangguk dan bilang bahwa ia baik baik saja. Lalu ia mengenalkan lelaki yang berada di sampingnya kepada sang ibu yang memang kepo dari tadi. Karena Jaden jelas berkata bahwa Vasya sedang bersama adiknya bukan lelaki lain."Ini Armin ma.""Temen kamu?"Vasya mengangguk lagi, ia tak tahu kalau mamanya kesini dan lebih canggung lagi Jaden terus terusan menatapnya yang membuat Vasya merasa bersalah juga berdosa."Kenapa nomormu tak aktif?!" Lagi lagi sisi posesifnya kembali. Vasya memandangnya sesaat lalu bilang baterai ponselnya mati."Jangan salah paham, kami bertemu di atap karena aku kesini dengan jet pribadi lalu tak sengaja bertemu." "Urus urusanmu kalau begitu!" "Sedang aku urus!" Jaden memincingkan matanya dan Armin juga tak mau kalah. Mereka seolah saling mengirimkan l
Andri tak terima penjelasan dengan cengiran lebar macam itu. Ia lebih bingung lagi sedang sosok yang ia maksud. Sebenarnya kakaknya itu membawa pria dari mana, kenapa trendi sekali."Darimana dan dengan siapa?"Adik galak itu mulai mengonggong, ia melirik Jaden sebentar meminta penjelasan tapi Jaden sendiri angkat bahu karena ia tak menyukai Armin sama sekali."Aku Armin!"Andri masih berpikir Armin yang mana, tentu ia tak mengira Armin yang dulunya mirip seniman jalanan itu bisa sekinclong itu."Armin prindavan Dri."Seketika lelaki itu melotot ke arah kakaknya, ia lalu melirik Armin yang kakaknya maksud, sungguh perbedaan yang luar biasa. Mulutnya sampai menganga, sebenarnya ini mukjizat macam apa. Kenapa tiba tiba.Salah kenapa tidak dari dulu."Aku tak sengaja bertemu Vasya di atap.""Kak Vasya di atap ngapain?"Armin mengangkat bahu lalu menjelaskan bahwa Vasya sedang badmood makanya cari angin malam. Seketika Andri menoleh ke arah Jaden dan Jadenpun menoleh ke arah lain, ia tahu
Vasya melotot mana bisa ia di ruqyah kembali, gadis itu langsung menyanggah bahwa ia sudah bersih, ular ular itu takkan kembali lagi padanya."Jangan debat mama!""Serius ma, Ratu Ular itu sudah lenyap kembali ke hutan.""Vasya ini demi kebaikanmu."Andri yang merasa kasihan hanya bisa menepuk pundak Vasya, ia mengatakan bahwa mereka harus mengulang prosesi ruqyah lagi agar mamanya puas."Andri!""Demi kebaikan kita."Vasya makin ngomel, ia kekeh tak mau pak Syahrul membacakan ayat ayat suci yang jelas akan membuat ia kesetanan lagi, terakhir kali ia sampai mutah darah karena bacaan pak Syahrul yang katanya membuang hal negatif tapi yang Vasya rasa malah hanya membuat badannya remuk semua.Di tengah Vasya yang melakukan penolakan dengan jelas tiba tiba pintu terbuka dan sosok pak Syahrul kembali ke dalam ruangan kamar, di tangannya masih ada bendera yang merupakan kenang kenangan dari pak Ustad yang sebelumnya."Nak Vasya sudah ketemu?"Vasya menoleh ke arah pintu, ia nelangsa melihat
"Brukk!!!"Tubuh wanita paruh baya itu terpental jauh karena ditabrak kontainer yang sedang mengantarkan makanan ringan. Mamanya Vasya langsung tak sadarkan diri karena saking syok juga sakit tak karuan. Baju warna peach yang ia pakai bersimbah darah apalagi bagian kepalanya yang nampaknya menghantam pinggiran jalan. Semua oranh berusaha mendekat dengan kepo dan ada yang lain menelpon ambulance segera*Di kamarnya yang nyaman Andri masih tertidur pulas, di sore itu ia sama sekali tak ingin melakukan apa apa bahkan ponselnya sudah berjauhan darinya sejak 2 jam yang lalu. Tentu saat pihak rumah sakit menelponnya ia tak kunjung merespon karena Andri pikir itu telepon iseng. Tapi untung rasa lapar membangunkannya dan membuatnya menatap layar ponselnya dengan seksama.Disitu ia langsung panik tentu saja, Vasya tak ada di dekatnya dan sekarang ibunya malah masuk rumah sakit. Dengan dandanan ala kadarnya ia langsung pergi ke rumah sakit tanpa angan angan apa apa, yang ia tahu mungkin penyak
Dan mamanyapun langsung bangun dari mimpinya, ia melihat sekeliling kamarnya dengan mata lesu, Mimpi barusan membuatnya berkeringat dengan jantung yang masih berpacu liar sampai sekarang. Vasya kamu dimana? Seketika telponnya berbunyi dan mamanya merasa seperti dejavu, dia melihat layar ponselnya untuk memastikan bahwa itu nomor yang tidak dikenal. Tapi ternyata bukan, nomor itu milik ibu Romiah. "Halo?" Dan intinya adahal ibu Romiah hendak mengembalikan uang, ia meminta ketemuan dengan mamanya Vasya nanti jam 1 di suatu taman. Dengan sumringah tentu mamanya Vasya menyetujuinya, siapa yang tak setuju uangnya mau kembali tentu saja ia sangat antusias. Mamanya bahkan lupa dengan mimpi barusan, ia tetap menyangkal bunga tidur tersebut dan mengatakan kepada Andri supaya ia mau mencari kakak perempuannya karena mamanya hendak bertemu dengan seseorang. "Sama siapa?" "Ibu Romiah" "Ngapain?" "Katanya ia mau membayar hutang" Andri mengangguk angguk tapi ia tak sepenuhnya set
Awalnya dikira dia akan membeli guk guk atau kucing yang lucu lucu tak tahunya sampai sana malah ia kembali lagi, tak jadi ia melihat lihat kesana setelah penjaganya keluar, ternyata mas mas yang dulu kerap bertukar sapa dengannya sudah mengundurkan diri. Sayang sekali. Padahal seingat Vasya mas mas tersebut bekerja hampir 10 tahunan tapi kenapa resign segala. Vasya pindah haluan lagi, ia kini berjalan di samping trotoar sambil mengecek ponselnya. Kira kira ia mau ngapain apakah benar harus ke jogja atau ada opsi yang lain. Ponsel Vasya berbunyi dan itu adalah ibunya. Vasya melengos lalu mengantongi ponselnya, paling juga ibunya mau nitip sesuatu. Ogah ma, jangan nitap nitip! Selanjutnya Vasya berjalan kembali, ia kemudian terduduk di halte bis, tak lama bis arah luar kota mendekat dan tanpa sadar ia juga merasa takut, ia hanya ikut naik saja tanpa tujuan dan rencana yang memadai. Gadis konyol itu sekarang terduduk di kursi belakang sambil menghidupkan earphonenya. * Har
Vasya angkat tangan percuma memarahi ibunya, mending dia pergi, masa bodoh ibunya mau ngomong apa pokoknya ia masa bodoh. Mau dikatakan marah ya jelas marah tapi ia mau marah ke siapa. Entahlah Vasya badmood sekali pagi ini, dihari libur itu ia sudah membuat rencana dan berhubung ibunya kebangetan jadi ia hendak pergi sejak pagi. Lebih baik begitu timbang ia menelan ibunya bulat bulat. "Mau kemana?" "Pergi!" Sudah begitu saja dan Vasya benar benar bablas tanpa kata yang berarti. Andri yang tahu kakaknya sedang marah hanya melirik ibunya sebentar dan sang ibu tiada rasa penyesalan sama sekali. "Mama keterlaluan!" Ibunya rada kaget melihat ekspresi Andri yang menyeramkan dan kemudian Jaden duduk di meja makan. ia menanyakan Vasya yang tak kelihatan batang hidungnya. "Kakak sudah pergi" "Kemana kan ini hari libur?" Andri mengiyakan bahwa ini hari libur tapi bukan untuk Vasya. Ada aja yang mau ia lakukan di akhir pekan ini. "Entahlah kelihatannya dia ngemall hari ini"
Halo apa kabar?Ini nyasar atau bagaimana?Kok tumben amat atau salah kirim?Pesan yang sama sekali tak ingin dia baca tapi malah kebuka karena tangannya yang tak sengaja, yang selalu ia pikirkan namanya kini sudah berubah hendaknya ia segera sadar. Vasyapun langsung menghapus nomornya, baiknya memang begini.Ini yang namanya merelakan.Sudah diputuskan bahwa ia tak ikut campur lagi urusan mantan sahabatnya lagi. Semoga saja mereka bahagia, urusan Vasya hanya berusaha bangkit lagi dan hidup kembali seperti biasa.Dan akhirnya Vasyapun mencoba menutup matanya walaupun batinnya bergejolak tak karuan. Rasanya ia ingin menelpon kembali Armin. Hmmm lagi lagi ia berubah bodoh lagi perasaan beberapa menit yang lalu ia pintar dalam menghadapi pesan nyasar tersebut.Hingga yang terbaik sekarang adalah minum pill disebut solusi baginya agar ia bisa tidur tentu saja.*Siang tadi ia mimpi buruk dan malam ini ia tidak bermimpi sama sekali hanya saja ia mengorok dengan lantang di sela sela tidurny
Rasanya Jaden sedang memaksa Vasya dengan apa yang terjadi pada ibunya, seolah ia tahu segalanya."Jangan konyol!"Nada bicara Vasya langsung membuat Jaden meremang, ia langsung tahu kalau Vasya sedang badmood sekarang ini."Kenapa selalu membahas penyakit ibuku?"Jaden menggeleng, ia hanya khilaf saja dan kampretnya itu berulang kali, orang gila mana yang percaya begitu saja."Tenang Sya semua bisa di pertanggung jawabkan!"Halah setan!Vasya langsung hendak memiting kepala Jaden yang sedang enak enak menyetir, lelaki itu langsung panik sementara Vasya gemas setengah mati."Sya tenang sya tenang!"Tapi Vasya tak bisa tenang, ia malas kalau harus tenang menghadapi Jaden yang pendusta berat."Maafkan aku please!"Ngimpi ya kamu?*Sialnya Vasya karena saat Jaden mengantarkan dirinya pulang delalah di rumah beliau sedang berkunjung dan Andri kebetulan sedang pergi sebentar. Alhasil melihat Jaden begitu iapu menawari Jaden untuk masuk rumah dulu."Ngapain sih ma!"Vasya ini sangat buruk
"Jangan, beli sendiri"Karyawab pelit itu melindungi steaknya dengan sepenuh tenaga dan Jaden hanya bisa melongo saat melihat wanita ninja itu benar benar perhitungan dengannya."Murah lo pak, bqpak mending beli sendiri jangan malah minta jatah untuk perut kami yang kelaparan"Hmmm memang paling bisa membuat keadaan jadi menyudutkan begini. Dan akhirnya Jaden mendatangi kedai steaknya lalu memesannya secara manual sementara Vasya dari kejauhan sudah membuat ancang ancang untuk segera pergi ke kedai kebab di sebelah pintu masuk tadi.Rasanya ia sama sekali tak ingin melewatkan makanan khas turki tersebut apalagi kelihatannya adiknya bakal menyukai kebab yang ia beli kali ini.*"Vasyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!"Bos besar itu terpaksa untuk mengurung Vasya di sebuah warung telepon karena saking kesalnya ia di tinggal tinggal melulu. Pokoknya dengan di kurung begitu ia jadi anteng dan Jaden tidak susah mencarinya wkwkwk.Vasya menggedor gedor warung telepon itu dengan penuh arti, ia
Vasya melirik Jaden, ia tak bisa kalau tak kepo. Jadenpun memandangi Vasya dengan sendu seolah sedang mengenang sesuatu."Aku pernah seperti ini dengan seseorang!""Siapa? Ranita?"Hening.Keheningan ini membuat Vasya yakin bahwa wanita itu adalah Ranita dan mungkin waktu itu si Ranita itu sedang di perebutkan dengan Jaden juga Armin. "Bukan."Entah kenapa tapi mendengarnya membuat perasaan Vasya lega kan harusnya dia tidak terpengaruh."Kamu tak ingat?"Apa lagi? Ingat siapa?Oh sebentar, apakah mungkin mantan Jaden waktu SMA tapi yang mana, cewek yang mana kan dia banyak yang suka.Hening.Vasya memerhatikan Jaden seolah menelusuri masa lalunya tapi ia tak menemukan seseorang. Mana ia tahu kan masalah pacaran itu privasi Jaden, bukan urusannya. Perasaan Vasya saat mengingat kembali masa lalu kenapa amburadul begini."Aku tak ingat, mantanmu yang mana?"Jaden tersenyum samar, Vasya tambah pusing jika main tebak tebakan tak mutu begini."Memang mantanmu itu kenapa?""Dia sekarang men
Tapi berkat itu Vasya akhirnya siuman kembali. Akhirnya Vasya bisa melihat dunia nyata kembali sembari ia bersantai di dalam mobil. "Mimpi apa tadi?" Tangan Vasya sibuk mengusak ngasik rambutnya, kalau begini ia sungguh sangat takut, ia harus berpikir dua kali saat menyuruh Jaden dan lain sebagainya takutnya lelaki itu beneran berdarah satanis. Tapi apakah benar, apakah itu bukan karena bunga tidur. Jaden yang menoleh langsung terkejut melihat perempuan di sebelahnya sudah bangun dari tidurnya yang pulas. Vasya terlihat agak seram karena diam seribu bahasa. "Alhamdulillah ku kira kamu mati!" Kata Jaden dengan spontan. Ia dengan santai bilang bahwa wajah Vasya pucat sekali dan sepertinya Vasya sedang gelisah. "Aku mimpi aneh loh!" "Mimpi apa?" "Satanis gitu!" Jaden menepuk jidatnya, ia sungguh tak bisa mengerti kenapa Vasya mengatakan satanis saat ini karena memang tak ada hubungannya sama sekali, random. "Kamu keturunan German kan bukan brazil?" "Apa sih Sya?? Dar