"Bagaimana?!" Suara khas wanita serak itu membuat Vasya tersenyum, babak ini dia sungguh pasti menang. Jaden masih saja membaca surah surah yang ia hafal sementara itu Andri tetap mengucapkan nama Allah bersama dengan beberapa tim SAR yang ikut nyasar. "Lepaskan kami." Mata Ratu itu membulat dan kini semakin merah seperti darah. Ia jengkel dengan sifat manusia yang tak tahu di untung, sudah jelas jelas Vasya berutang budi padanya tapi anak manusia sialan itu malah sekarang mengancamnya dengan Jaden. "Tidak semudah itu!" "Suruh dia Stop!" Vasya menggeleng, ia senang sekali melihat Ratu itu tampak gelisah. Sungguh rasanya menyenangkan juga bisa mendengar calon suaminya ternyata hafiz Al-quran padahal dulunya Jaden fanatic bible loh. "Stop Vasya!!!!!" Suaranya makin menggila dan Jaden tambah mengencangkan lantunan Surga yang ia coba tunjukkan, semua mahkluk rasanya sangat terusik, mereka bahkan tak berani mendekat. Hanya gestur mereka dan energi mereka yang berubah marah, mereka
Kain merah putih yang Vasya bawa ada di bawah handuk pink mandinya. Tadi kata pak ustad semua energi negatif sudah di alihkan pada selembar kain yang tadinya suci itu."Itu apa Sya?""Hah?""Ini kan bulan September bukan Agustus?"Vasya hanya tersenyum menjawab Kalan sementara Viola masih menunggu jawaban Vasya akan siapa sosok ular yang meneror mereka beberapa jam lalu."Siapa ia Sya, Kenapa aku berasumsi bahwa kalian sudah lama mengenal, bukan berarti aku menganggap kamu musyrik lo ya."Vasya Sangat paham dengan apa yang barusan Viola omongkan, ia memang mengenal sosok ular itu jauh jauh tahun sebelumnya bahkan Andri yang baru berumur setahunpun sudah kenal dengan sosok Ular yang dulunya selalu menempel pada tubuh Vasya."Dia ular siluman yang suka mengganggu keluargaku turun temurun."Andri yang menjawab dan kedua temannya tampak saling pandang."Begitu Sya?"Tentu Vasya hanya bisa mengangguk, secara garis besar memang begitu. Ular itu memang parasit di keluarga Vasya yang sama sek
Dalam hati Vasya berdoa, ia tak ingin mendengar nama Amanda di sebutkan, pokoknya kalau sampai iya maka setelah ini Vasya lebih baik pergi lalu berlanjut mencaci maki Jaden untuk membuang sakit hatinya. Mana bisa Armin dipercaya kalau ia saja masih berhubungan dengan Amanda walaupun hanya sekedar bertukar kabar. "Amanda?" Armin agak terkejut mendengar nama itu disebut tapi anehnya lelaki itu tak menggeleng tapi juga tak mengangguk. "Bukan." "Lalu siapa?" Lelaki itu melihat amarah di mata Vasya yang berkilat kilat dan entah kenapa itu menenangkan, harusnya dari dulu ia mempercayai nalurinya saja bukannya malah menuruti perjodohan yang disiapkan orangtuanya. Samar Armin sedikit tersenyum ia senang dengan fakta Vasya marah gara gara Amanda. "Jaden, ia yang meminta tolong untuk menurunkan kapilot handal agar bisa mencarimu via udara." Deg. Segitunya Jaden melakukannya! " Iya itu Jaden!" Kemudian Vasya terdiam seribu bahasa, ia tak tahu harus menjawab yang bagaimana. Da
Setelah mengucapkannya Armin memeluk Vasya tanpa permisi sementara itu Vasya terpaku menatap siluet seseorang di pojokan yang sedang mengawasi mereka. Kostum mereka sudah pasti kalau mereka itu demitnya Ratu Pandan Wangi."Nggak apa apa kok.""Beneran?"Vasya lagi lagi tak bisa mengatakan sejujurnya, yang ia sayangkan kenapa Ratu itu masih di sekitarnya padahal harusnya mereka tak ada urusan lagi sedikitpun. "Hey, lihat sini?""Hmmm."Mau tak mau Vasya kini memerhatikan Armin sambil berusaha menyunggingkan senyum termanisnya. Ia sungguh berusaha untuk terlihat antusias dengan apa yang sedang lelaki itu kini bicarakan. Dan kemudian ada kata yang sepertinya ambigu bagi Vasya.Benar, Amanda pasti masih terlibat dengannya, Armin masih sering bertukar kabar dengan Amanda walaupun videonya viral. Lagi lagi Vasya tak habis pikir. Ia hanya bisa geleng geleng sambil menyilangkan tangannya. Tapi Armin masih belum sadar jika Vasya dalam mode jengkel setengah mati."Stop!""Kamu bilang Amanda ya
Demit itu tersenyum ke arah Jaden dengan seringai jahat. Sementara Vasya langsung memeluk ibunya dan pak Ustad segera keluar ruangan begitu melihat Vasya datang dengan Armin. "Kamu tak apa apa nduk?" Vasya mengangguk dan bilang bahwa ia baik baik saja. Lalu ia mengenalkan lelaki yang berada di sampingnya kepada sang ibu yang memang kepo dari tadi. Karena Jaden jelas berkata bahwa Vasya sedang bersama adiknya bukan lelaki lain."Ini Armin ma.""Temen kamu?"Vasya mengangguk lagi, ia tak tahu kalau mamanya kesini dan lebih canggung lagi Jaden terus terusan menatapnya yang membuat Vasya merasa bersalah juga berdosa."Kenapa nomormu tak aktif?!" Lagi lagi sisi posesifnya kembali. Vasya memandangnya sesaat lalu bilang baterai ponselnya mati."Jangan salah paham, kami bertemu di atap karena aku kesini dengan jet pribadi lalu tak sengaja bertemu." "Urus urusanmu kalau begitu!" "Sedang aku urus!" Jaden memincingkan matanya dan Armin juga tak mau kalah. Mereka seolah saling mengirimkan l
Andri tak terima penjelasan dengan cengiran lebar macam itu. Ia lebih bingung lagi sedang sosok yang ia maksud. Sebenarnya kakaknya itu membawa pria dari mana, kenapa trendi sekali."Darimana dan dengan siapa?"Adik galak itu mulai mengonggong, ia melirik Jaden sebentar meminta penjelasan tapi Jaden sendiri angkat bahu karena ia tak menyukai Armin sama sekali."Aku Armin!"Andri masih berpikir Armin yang mana, tentu ia tak mengira Armin yang dulunya mirip seniman jalanan itu bisa sekinclong itu."Armin prindavan Dri."Seketika lelaki itu melotot ke arah kakaknya, ia lalu melirik Armin yang kakaknya maksud, sungguh perbedaan yang luar biasa. Mulutnya sampai menganga, sebenarnya ini mukjizat macam apa. Kenapa tiba tiba.Salah kenapa tidak dari dulu."Aku tak sengaja bertemu Vasya di atap.""Kak Vasya di atap ngapain?"Armin mengangkat bahu lalu menjelaskan bahwa Vasya sedang badmood makanya cari angin malam. Seketika Andri menoleh ke arah Jaden dan Jadenpun menoleh ke arah lain, ia tahu
Vasya melotot mana bisa ia di ruqyah kembali, gadis itu langsung menyanggah bahwa ia sudah bersih, ular ular itu takkan kembali lagi padanya."Jangan debat mama!""Serius ma, Ratu Ular itu sudah lenyap kembali ke hutan.""Vasya ini demi kebaikanmu."Andri yang merasa kasihan hanya bisa menepuk pundak Vasya, ia mengatakan bahwa mereka harus mengulang prosesi ruqyah lagi agar mamanya puas."Andri!""Demi kebaikan kita."Vasya makin ngomel, ia kekeh tak mau pak Syahrul membacakan ayat ayat suci yang jelas akan membuat ia kesetanan lagi, terakhir kali ia sampai mutah darah karena bacaan pak Syahrul yang katanya membuang hal negatif tapi yang Vasya rasa malah hanya membuat badannya remuk semua.Di tengah Vasya yang melakukan penolakan dengan jelas tiba tiba pintu terbuka dan sosok pak Syahrul kembali ke dalam ruangan kamar, di tangannya masih ada bendera yang merupakan kenang kenangan dari pak Ustad yang sebelumnya."Nak Vasya sudah ketemu?"Vasya menoleh ke arah pintu, ia nelangsa melihat
Pak Ustad masih membacakan ayat ayat tanpa jeda, Vasya masih meraung raung dengan Andri yang masih setia menyaut omongan demit jahanam itu. "Pergi!" "Tidak, ini bayaran kami dan kamu juga akan bernasib sama." "Dasar setan!" Lah kan dia memang setan. Vasya yang kerasukan terdiam, matanya memincing tajam nampaknya ia tak suka sebutan setan di sematkan padanya. "Aku Ratu!" "Ratu apa, kau itu Setan!" Lagi lagi mereka adu argumen dan parahnya Andri memang sengaja untuk membuatnya marah. Lelaki itu tak tahu takut, dengan bermodalkan mulutnya yang rombeng ia terus terusan bersikap kurang ajar dengan Ratu Pandan Wangi. "Kau Setan, mau sampai kapanpu rupamu akan tetap setan!" "Dasar anak manusia tak tahu di untung!" Chaos sudah, Vasya lepas kendali, ia berhasil melepaskan diri lalu menerjang ke arah adiknya yang dengan bodohnya hanya diam saja karena syok, ia tak menyangkan akan jadi begini jadinya. Kalau tahu sekuat ini dia lebih memilih mengunci mulutnya rapat rapat. "