Andri tak terima penjelasan dengan cengiran lebar macam itu. Ia lebih bingung lagi sedang sosok yang ia maksud. Sebenarnya kakaknya itu membawa pria dari mana, kenapa trendi sekali."Darimana dan dengan siapa?"Adik galak itu mulai mengonggong, ia melirik Jaden sebentar meminta penjelasan tapi Jaden sendiri angkat bahu karena ia tak menyukai Armin sama sekali."Aku Armin!"Andri masih berpikir Armin yang mana, tentu ia tak mengira Armin yang dulunya mirip seniman jalanan itu bisa sekinclong itu."Armin prindavan Dri."Seketika lelaki itu melotot ke arah kakaknya, ia lalu melirik Armin yang kakaknya maksud, sungguh perbedaan yang luar biasa. Mulutnya sampai menganga, sebenarnya ini mukjizat macam apa. Kenapa tiba tiba.Salah kenapa tidak dari dulu."Aku tak sengaja bertemu Vasya di atap.""Kak Vasya di atap ngapain?"Armin mengangkat bahu lalu menjelaskan bahwa Vasya sedang badmood makanya cari angin malam. Seketika Andri menoleh ke arah Jaden dan Jadenpun menoleh ke arah lain, ia tahu
Vasya melotot mana bisa ia di ruqyah kembali, gadis itu langsung menyanggah bahwa ia sudah bersih, ular ular itu takkan kembali lagi padanya."Jangan debat mama!""Serius ma, Ratu Ular itu sudah lenyap kembali ke hutan.""Vasya ini demi kebaikanmu."Andri yang merasa kasihan hanya bisa menepuk pundak Vasya, ia mengatakan bahwa mereka harus mengulang prosesi ruqyah lagi agar mamanya puas."Andri!""Demi kebaikan kita."Vasya makin ngomel, ia kekeh tak mau pak Syahrul membacakan ayat ayat suci yang jelas akan membuat ia kesetanan lagi, terakhir kali ia sampai mutah darah karena bacaan pak Syahrul yang katanya membuang hal negatif tapi yang Vasya rasa malah hanya membuat badannya remuk semua.Di tengah Vasya yang melakukan penolakan dengan jelas tiba tiba pintu terbuka dan sosok pak Syahrul kembali ke dalam ruangan kamar, di tangannya masih ada bendera yang merupakan kenang kenangan dari pak Ustad yang sebelumnya."Nak Vasya sudah ketemu?"Vasya menoleh ke arah pintu, ia nelangsa melihat
Pak Ustad masih membacakan ayat ayat tanpa jeda, Vasya masih meraung raung dengan Andri yang masih setia menyaut omongan demit jahanam itu. "Pergi!" "Tidak, ini bayaran kami dan kamu juga akan bernasib sama." "Dasar setan!" Lah kan dia memang setan. Vasya yang kerasukan terdiam, matanya memincing tajam nampaknya ia tak suka sebutan setan di sematkan padanya. "Aku Ratu!" "Ratu apa, kau itu Setan!" Lagi lagi mereka adu argumen dan parahnya Andri memang sengaja untuk membuatnya marah. Lelaki itu tak tahu takut, dengan bermodalkan mulutnya yang rombeng ia terus terusan bersikap kurang ajar dengan Ratu Pandan Wangi. "Kau Setan, mau sampai kapanpu rupamu akan tetap setan!" "Dasar anak manusia tak tahu di untung!" Chaos sudah, Vasya lepas kendali, ia berhasil melepaskan diri lalu menerjang ke arah adiknya yang dengan bodohnya hanya diam saja karena syok, ia tak menyangkan akan jadi begini jadinya. Kalau tahu sekuat ini dia lebih memilih mengunci mulutnya rapat rapat. "
"Percuma!" Gadis kerasukan itu masih saja menjawab dengan ketus, padahal ia terlihat amat kesakitan tapi kenapa masih tahan begitu. Pak ustad masih terus membacakan ayat ayat suci dengan kusyuk, Jaden sendiri sekarang fokus untuk membuat Vasya sadar. Ia yakin seyakin yakinnya bahwa Vasya bisa melawannya hanya saja gadis itu masih jengkel perihal sushi yang tadi ia makan. Masalahnya ia salah Vasya tak sedangkal itu, pekara sushi tak kan membuatnya rela tubuhnya di ambil alih oleh Ratu Pandan Wangi. Ratu itu menuntut balas, ia berkata bahwa Herry bisa di tangkap karena bantuannya, ia jelas bilang bahwa Herry ada di tangannya dan ia bisa kapan saja membuat lelaki itu sadar kembali. Gondok kan! Vasya sama sekali tak meminta bantuan tapi kenapa harus membayar, kenapa ia di jebak begini. Tapi bukan ular namanya kalau tidak licik. "Ayo Sya, ayo sayang jangan begini." Sungguh jika Vasya bisa maka ia akan bangun sekarang Jaden tapi masalahnya bukan itu, ia terpaksa tertahan sekarang. Se
Setelahnya suara pak Ustad tampak berbeda, ia berhenti dan batuk tak karuan. Jaden merasa was was sementara itu Vasya tersenyum seram sambil memijit mijit kepalanya. Tenaganya sudah pulih, Vasya bahkan melepaskan diri dari Andri dan Kalan yang langsung terpental ke belakang. "Akhirnya berhenti juga." Detik selanjutnya Pak syahrul memutahkan darah yang sangat banyak dari mulutnya, nafasnya tersengal sambil memerhatikan Ratu ular yang meliuk liuk di dalam diri Vasya. "Menyerahlah, kamu sudah tua!" Andri yang melihat pak Syahrul begitu langsung segera menghampiri pak Syahrul dan memberikan pertolongan. "Panggil dokter nak!" Andri serta Kalan saling pandang, mana bisa mereka memanggil dokter di saat exorsist begini. Bisa bisa meraka dimasukkan ke rumah sakit jiwa, apalagi kondisi Vasya. Pasti akan langsung di ikat di kasur. "Serius?" Viola menatap semua orang disana dengan sangsi, kalau di pikir secara logis bisa bisa mereka yang di kira memukul pak ustad tersebut. Tapi bagaimana
Akhirnya Ratu itu mengalah karena melihat para dayangnya sekarat, Pak Syahrul segera mendiskusikan negosiasi agar Ular itu tak menggangu lagi."Kamu minta apa untuk pemutusan ini?"Dengan sikap malu malu Ratu itu menggeleng, sungguh munafik bukan. Setelah kalah baru dia bersikap bosa basi."Minta apa yang sepadan dengan pelepasan satu keluarga ini.""Aku tak minta apa apa."Bodoh jika Pak Syahrul percaya karena ia sudah pernah begini sebelumnya. Terakhir mereka menyediakan kepala kerbau untuk pelesan Vasya dahulu tapi nyatanya Ular licik itu tetap kembali."Minta apa?"Sambil meliuk meliuk ular itu menggeleng."Sungguh?"Lagi lagi Ratu Pandan Wangi mengangguk patuh, tapi rasanya ada yang janggal. "Aku tak minta apa apa tapi jangan usir aku dari sisi anak ini."Ye sama saja bohong itu namanya."Dunia kalian berbeda dan tak ada hubungannya sama sekali.""Tapi aku mengenal darahnya."Pak Syahrul tetap menggeleng dengan tegas. Kini Ibu Vasya yang bertanya dengan sungguh sungguh apa mau R
Andri melongo mendengar apa yang Vasya tanyakan, ia lantas berbohong bahwa Vasya yang memenangkannya."Serius?""Iya, kakak yang menang!"Tapi kenapa Vasya tak senang ya, kenapa ia tak merasa bahwa ia yang melakukannya ya. Rasanya ada yang aneh tapi Vasya tak tahu apa."Perasaan tadi ada pak Syahrul kan, dia kemana?""Sudah pulang, ia capet tadi."Detik selanjutnya Vasya hanya mengangguk, dan anehnya rasanya hatinya tak enak sekali seperti sedang kehilangan sesuatu yang berharga tapi apa. Seperti ada ikatan yang terputus padahal ia tak mau memutuskannya begitu saja."Sudahlah jangan tanya pak Syahrul, sekarang kamu baik kan nduk?""Baik."Jam menunjukkan jam 3 malam, ini sudah sangat larut bahkan sudah pagi. Waktunya semua manusia itu tidur. Ibunya segera menutup semua jendelanya lalu menyuruh mereka semua untuk terlelap karena akan ada pemeriksaan pagi.Dan yang selanjutnya terjadi sungguh melegakan karena semua orang termasuk Vasya langsung tepar begitu saja tanpa drama. Seolah olah
Vasya meringis, ia dalam mode memanggil teman untuk Andri yang tak sengaja ia lihat nangkring di pohon."Noh di pohon banyak yang mau temenan sama kamu!"Andri melotot lalu memandang ibunya yang juga kaget dengan apa yang barusan Vasya omongkan.Jangan jangan!Lagi lagi Vasya meringis ia menambahkan bahwa di sekitaran rumah sakit ini banyak sekali orang yang bukan manusia. Kali ini ibunya langsung memegangi tangan Vasya kembali."Kita ke pak Syahrul besok ya nduk!""Ngapain?"Tapi mamanya terdiam sambil memerhatikan Vasya yang nampak normal, ia tak tantrum atau merasa terganggu. Di ingatan ibunya dulu Vasya amat sangat terganggu dengan matanya yang cukup peka, gadis belia itu kerap menangis dan kerap di ganggu makanya terpaksa pak Syahrul tutup pintu batin itu.Dan sekarang kelihatannya terbuka kembali. Vasya memerhatikan ibunya, ia hanya tersenyum."Aku baik baik saja, sekarang aku sudah besar bukan anak kecil lagi.""Yakin?"Andri tak percaya, ia sungguh tak bisa percaya kakaknya ya
"Brukk!!!"Tubuh wanita paruh baya itu terpental jauh karena ditabrak kontainer yang sedang mengantarkan makanan ringan. Mamanya Vasya langsung tak sadarkan diri karena saking syok juga sakit tak karuan. Baju warna peach yang ia pakai bersimbah darah apalagi bagian kepalanya yang nampaknya menghantam pinggiran jalan. Semua oranh berusaha mendekat dengan kepo dan ada yang lain menelpon ambulance segera*Di kamarnya yang nyaman Andri masih tertidur pulas, di sore itu ia sama sekali tak ingin melakukan apa apa bahkan ponselnya sudah berjauhan darinya sejak 2 jam yang lalu. Tentu saat pihak rumah sakit menelponnya ia tak kunjung merespon karena Andri pikir itu telepon iseng. Tapi untung rasa lapar membangunkannya dan membuatnya menatap layar ponselnya dengan seksama.Disitu ia langsung panik tentu saja, Vasya tak ada di dekatnya dan sekarang ibunya malah masuk rumah sakit. Dengan dandanan ala kadarnya ia langsung pergi ke rumah sakit tanpa angan angan apa apa, yang ia tahu mungkin penyak
Dan mamanyapun langsung bangun dari mimpinya, ia melihat sekeliling kamarnya dengan mata lesu, Mimpi barusan membuatnya berkeringat dengan jantung yang masih berpacu liar sampai sekarang. Vasya kamu dimana? Seketika telponnya berbunyi dan mamanya merasa seperti dejavu, dia melihat layar ponselnya untuk memastikan bahwa itu nomor yang tidak dikenal. Tapi ternyata bukan, nomor itu milik ibu Romiah. "Halo?" Dan intinya adahal ibu Romiah hendak mengembalikan uang, ia meminta ketemuan dengan mamanya Vasya nanti jam 1 di suatu taman. Dengan sumringah tentu mamanya Vasya menyetujuinya, siapa yang tak setuju uangnya mau kembali tentu saja ia sangat antusias. Mamanya bahkan lupa dengan mimpi barusan, ia tetap menyangkal bunga tidur tersebut dan mengatakan kepada Andri supaya ia mau mencari kakak perempuannya karena mamanya hendak bertemu dengan seseorang. "Sama siapa?" "Ibu Romiah" "Ngapain?" "Katanya ia mau membayar hutang" Andri mengangguk angguk tapi ia tak sepenuhnya set
Awalnya dikira dia akan membeli guk guk atau kucing yang lucu lucu tak tahunya sampai sana malah ia kembali lagi, tak jadi ia melihat lihat kesana setelah penjaganya keluar, ternyata mas mas yang dulu kerap bertukar sapa dengannya sudah mengundurkan diri. Sayang sekali. Padahal seingat Vasya mas mas tersebut bekerja hampir 10 tahunan tapi kenapa resign segala. Vasya pindah haluan lagi, ia kini berjalan di samping trotoar sambil mengecek ponselnya. Kira kira ia mau ngapain apakah benar harus ke jogja atau ada opsi yang lain. Ponsel Vasya berbunyi dan itu adalah ibunya. Vasya melengos lalu mengantongi ponselnya, paling juga ibunya mau nitip sesuatu. Ogah ma, jangan nitap nitip! Selanjutnya Vasya berjalan kembali, ia kemudian terduduk di halte bis, tak lama bis arah luar kota mendekat dan tanpa sadar ia juga merasa takut, ia hanya ikut naik saja tanpa tujuan dan rencana yang memadai. Gadis konyol itu sekarang terduduk di kursi belakang sambil menghidupkan earphonenya. * Har
Vasya angkat tangan percuma memarahi ibunya, mending dia pergi, masa bodoh ibunya mau ngomong apa pokoknya ia masa bodoh. Mau dikatakan marah ya jelas marah tapi ia mau marah ke siapa. Entahlah Vasya badmood sekali pagi ini, dihari libur itu ia sudah membuat rencana dan berhubung ibunya kebangetan jadi ia hendak pergi sejak pagi. Lebih baik begitu timbang ia menelan ibunya bulat bulat. "Mau kemana?" "Pergi!" Sudah begitu saja dan Vasya benar benar bablas tanpa kata yang berarti. Andri yang tahu kakaknya sedang marah hanya melirik ibunya sebentar dan sang ibu tiada rasa penyesalan sama sekali. "Mama keterlaluan!" Ibunya rada kaget melihat ekspresi Andri yang menyeramkan dan kemudian Jaden duduk di meja makan. ia menanyakan Vasya yang tak kelihatan batang hidungnya. "Kakak sudah pergi" "Kemana kan ini hari libur?" Andri mengiyakan bahwa ini hari libur tapi bukan untuk Vasya. Ada aja yang mau ia lakukan di akhir pekan ini. "Entahlah kelihatannya dia ngemall hari ini"
Halo apa kabar?Ini nyasar atau bagaimana?Kok tumben amat atau salah kirim?Pesan yang sama sekali tak ingin dia baca tapi malah kebuka karena tangannya yang tak sengaja, yang selalu ia pikirkan namanya kini sudah berubah hendaknya ia segera sadar. Vasyapun langsung menghapus nomornya, baiknya memang begini.Ini yang namanya merelakan.Sudah diputuskan bahwa ia tak ikut campur lagi urusan mantan sahabatnya lagi. Semoga saja mereka bahagia, urusan Vasya hanya berusaha bangkit lagi dan hidup kembali seperti biasa.Dan akhirnya Vasyapun mencoba menutup matanya walaupun batinnya bergejolak tak karuan. Rasanya ia ingin menelpon kembali Armin. Hmmm lagi lagi ia berubah bodoh lagi perasaan beberapa menit yang lalu ia pintar dalam menghadapi pesan nyasar tersebut.Hingga yang terbaik sekarang adalah minum pill disebut solusi baginya agar ia bisa tidur tentu saja.*Siang tadi ia mimpi buruk dan malam ini ia tidak bermimpi sama sekali hanya saja ia mengorok dengan lantang di sela sela tidurny
Rasanya Jaden sedang memaksa Vasya dengan apa yang terjadi pada ibunya, seolah ia tahu segalanya."Jangan konyol!"Nada bicara Vasya langsung membuat Jaden meremang, ia langsung tahu kalau Vasya sedang badmood sekarang ini."Kenapa selalu membahas penyakit ibuku?"Jaden menggeleng, ia hanya khilaf saja dan kampretnya itu berulang kali, orang gila mana yang percaya begitu saja."Tenang Sya semua bisa di pertanggung jawabkan!"Halah setan!Vasya langsung hendak memiting kepala Jaden yang sedang enak enak menyetir, lelaki itu langsung panik sementara Vasya gemas setengah mati."Sya tenang sya tenang!"Tapi Vasya tak bisa tenang, ia malas kalau harus tenang menghadapi Jaden yang pendusta berat."Maafkan aku please!"Ngimpi ya kamu?*Sialnya Vasya karena saat Jaden mengantarkan dirinya pulang delalah di rumah beliau sedang berkunjung dan Andri kebetulan sedang pergi sebentar. Alhasil melihat Jaden begitu iapu menawari Jaden untuk masuk rumah dulu."Ngapain sih ma!"Vasya ini sangat buruk
"Jangan, beli sendiri"Karyawab pelit itu melindungi steaknya dengan sepenuh tenaga dan Jaden hanya bisa melongo saat melihat wanita ninja itu benar benar perhitungan dengannya."Murah lo pak, bqpak mending beli sendiri jangan malah minta jatah untuk perut kami yang kelaparan"Hmmm memang paling bisa membuat keadaan jadi menyudutkan begini. Dan akhirnya Jaden mendatangi kedai steaknya lalu memesannya secara manual sementara Vasya dari kejauhan sudah membuat ancang ancang untuk segera pergi ke kedai kebab di sebelah pintu masuk tadi.Rasanya ia sama sekali tak ingin melewatkan makanan khas turki tersebut apalagi kelihatannya adiknya bakal menyukai kebab yang ia beli kali ini.*"Vasyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!"Bos besar itu terpaksa untuk mengurung Vasya di sebuah warung telepon karena saking kesalnya ia di tinggal tinggal melulu. Pokoknya dengan di kurung begitu ia jadi anteng dan Jaden tidak susah mencarinya wkwkwk.Vasya menggedor gedor warung telepon itu dengan penuh arti, ia
Vasya melirik Jaden, ia tak bisa kalau tak kepo. Jadenpun memandangi Vasya dengan sendu seolah sedang mengenang sesuatu."Aku pernah seperti ini dengan seseorang!""Siapa? Ranita?"Hening.Keheningan ini membuat Vasya yakin bahwa wanita itu adalah Ranita dan mungkin waktu itu si Ranita itu sedang di perebutkan dengan Jaden juga Armin. "Bukan."Entah kenapa tapi mendengarnya membuat perasaan Vasya lega kan harusnya dia tidak terpengaruh."Kamu tak ingat?"Apa lagi? Ingat siapa?Oh sebentar, apakah mungkin mantan Jaden waktu SMA tapi yang mana, cewek yang mana kan dia banyak yang suka.Hening.Vasya memerhatikan Jaden seolah menelusuri masa lalunya tapi ia tak menemukan seseorang. Mana ia tahu kan masalah pacaran itu privasi Jaden, bukan urusannya. Perasaan Vasya saat mengingat kembali masa lalu kenapa amburadul begini."Aku tak ingat, mantanmu yang mana?"Jaden tersenyum samar, Vasya tambah pusing jika main tebak tebakan tak mutu begini."Memang mantanmu itu kenapa?""Dia sekarang men
Tapi berkat itu Vasya akhirnya siuman kembali. Akhirnya Vasya bisa melihat dunia nyata kembali sembari ia bersantai di dalam mobil. "Mimpi apa tadi?" Tangan Vasya sibuk mengusak ngasik rambutnya, kalau begini ia sungguh sangat takut, ia harus berpikir dua kali saat menyuruh Jaden dan lain sebagainya takutnya lelaki itu beneran berdarah satanis. Tapi apakah benar, apakah itu bukan karena bunga tidur. Jaden yang menoleh langsung terkejut melihat perempuan di sebelahnya sudah bangun dari tidurnya yang pulas. Vasya terlihat agak seram karena diam seribu bahasa. "Alhamdulillah ku kira kamu mati!" Kata Jaden dengan spontan. Ia dengan santai bilang bahwa wajah Vasya pucat sekali dan sepertinya Vasya sedang gelisah. "Aku mimpi aneh loh!" "Mimpi apa?" "Satanis gitu!" Jaden menepuk jidatnya, ia sungguh tak bisa mengerti kenapa Vasya mengatakan satanis saat ini karena memang tak ada hubungannya sama sekali, random. "Kamu keturunan German kan bukan brazil?" "Apa sih Sya?? Dar