Vasya sendiri syok, ia belum perna berpikir demikian. Baru detik ini ia memikirkan baiknya bagaimana. Dan mungkin akan lebih baik jika ia memberikan kesempatan untuk keduanya agar ia bisa memilah dan memilih lebih selektif.Tak ada salahnya bukan tapi wajah Jaden membuat Vasya juga tak tega mengatakan yang sebenarnya."Menjalani dengan siapa?""Jangan bilang sama Armin begitu?"Hening."Kalian berdua, aku hanya ingin adil saja."Jaden membuang muka, matanya memancarkan kesedihan yang mendalam. Seperti seorang yang kalah telak padahal ia belum berusaha maksimal."Armin tidak mencintaimu Sya!"Lagi lagi kata kata Jaden masuk akal. Vasya jelas tahu Armin menyukai Amanda tapi kenapa ia memilih menyakiti Jaden begini."Kamu menyukai Armin begitu kan maksudnya?"Rasa bersalah mulai mendera hati Vasya yang seolah menciut melihat sorot mata Jaden yang benar benar hancur. Kenapa lelaki itu sehancur ini dan Vasya hanya bisa terdiam, ia tak tega mengangguk atau mengatakan hal lain.Hening.Tapi
Memang kamu bilang apa maemunah?"Bilang apa lagi sih?"Kak Viola malah terdiam, dia mengamati ekspresi Jaden yang dari tadi fokus memerhatikan gerak gerik Vasya."Serius kamu tak sadar?""Halooo aku sadar cuman mau pingsan saja sekarang.""Pak Jaden loh itu.""Iya tahu, Lhaya Pak Jaden kenapa, apa yang ia punya."Mereka saling memandang dan Kak Viola mengatakannya tanpa bersuara, jadi hanya bibirnya yang bergerak menunjukkan suatu kata kerja yang membuat Vasya merinding."Sadar sekarang?"Tapi anehnya Vasya malah terdiam, ia mengamati tanah tempatnya berpijak sekarang.Semua orang jelas paham akan hubungan mereka yang rumit.Dan saat situasi mulai tenang Kalan datang lagi dengan pertanyaan yang memporak porandakan tatanan mood Vasya yang sudah ia antisipasi sedemikian rupa."Ngomong ngomong kontennya viral nih."Seketika Vasya langsung melotot, ia serasa mau memakan Kalan hidup hidup. Sedangkan si ulet bulu yang dari tadi diem aja tak bersuara nampak sedikit kepo dengan omongan Kalan
Padahal tanjakan sudah di depan mata tapi tak terlihat warung maupun posko istirahat yang mereka lihat masih pepohonan hutan yang rindang. Jaden terdiam tak berani mengatakan sesuatu. Vasyapun hanya menelan rasa kecewanya sendiri.Sudah pernah di PHP begini sama Perusahaan.Semua orang nampaknya ingin ngedumel tapi mereka memilih legowo saja timbang buang buang energi. Kalan yang bermulut rombengpun hanya menatap ke depan lalu meminum air mineral sekali teguk karena saking kesalnya."Loo kok ndak ada posko sih?"Semua orang menatap Amanda yang entah kenapa seperti ingin mencetus keributan. Jaden yang mendengarnya hanya bisa garuk garuk kepala karena ia sendiri tak bisa mengadakan warung tanpa sepengetahuan perusahaan."Event apa ini?"Lagi lagi Amanda sibuk mencerca perusahaannya yang sangat pelit dalam hal refreshing."Kaya baru aja kan biasa seperti ini."Kalan memandang Amanda, dia tersenyum seolah mengajak Amanda untuk menertawakan perusahaannya yang menyedihkan."Males banget!"S
Langkahnya terhenti Vasya menoleh dan Viola tak ada dimanapun, ia mendongak mencoba mencari siapa tahu tersangkut akar hidup atau bagaimana tapi pepohonan nampak normal. Apakah Anaconda raksasa?wajah plongak plongoknya masih mencoba berpikir realistis walaupun ia membayangkan mungkin ada sosok hewan buas yang siyap menerkam kapanpun. Seperti film ekspedisi yang pernah ia tonton."Vasya tolong!!!!""Sya disini!""Tolong Sya, aku di bawah!"Suaranya persis di samping kaki Vasya. Gadis itu segera memeriksa tanah di sampingnya dan ternyata itu hanya gundukan rumput yang ditata untuk menutupi sebuah lubang besar yang kini berisi teman temannya. Sialnya lubang besar itu juga dalam, sekitar 3 meter dari permukaan tanah.Siapa sebenarnya yang membuat perangkap begini. Untuk menjerat hewan apa, Vasya sampai heran sendiri. Dia hanya bisa memanggil nama temannya dari atas sambil bertanya apakah mereka baik baik saja."Tak ada yang kesleo atau terbentur kan?""Tidak, kami baik baik saja.""Alha
Suara dahan yang terkena angin membuat suasana makin horor. Vasya tak bisa seperti ini, ia harus berani. Bagaimanapun ia harus survive juga bisa menolong temannya walaupun kondisinya seolah mau pingsan saja."Aku akan kembali dan mencari pak Jaden, kalian disini dulu ya."Kalan dengan tegas menggeleng, ia menyuruh Vasya agar berada di atas saja, pokoknya lelaki itu sangat eman dengan Vasya, ia tak mau terjadi sesuatu yang lebih buruk dari ini."Jangan Sya, kami akan keluar.""Bagaimana caranya????"Vasya sudah hampir menangis, mulutnya tercekat sambil memerhatikan kedua temannya yang kotornya bukan main."Pasti ada jalan dan lagian pak Jaden pasti nyariin kamu tenang saja.""Sudah duduk saja di atas."Mana bisa oneng!"Kalan ini serius lo.""Iya tahu tapi kita pasti bisa kok.""Bayangin aja kamu seorang diri kesana ntar ada apa apa gimana?"Vasya kekeh menggeleng dan kini Viola juga menimpali bahwa lebih baik Vasya duduk saja diatas."Bantu doa saja sudah cukup."Iya doa memang yang p
Vasya berdiri dan terus mengamati gerak geriknya. Dengan cerdik sesosok itu mulai merambat ke arahnya tanpa permisi ataupun rasa takut bertemu manusia."Pergi! Pergi!""Siapa Sya?""Piton!"Viola heran, ia baru mendengar ada nama orang yang bunyinya begitu."Hah?"Kalan juga heran, lelaki itu menyuruh Vasya tenang padahal arah ular itu kelihatan hendak mendekat ke arah lubang."Ular Piton!""Beneran Sya?!"Yang di bawah ketar ketir yang di atas juga berjuang setengah mati supaya ular itu tak masuk kedalam lubang yang Kalan serta Viola sedang tempati. Vasya dengan nekad mengalihkan perhatiannya dengan tongkat pendaki yang ia bawa. Ia terus terusan mengecohnya supaya ular itu tak jadi ke lubang tersebut.Sungguh aslinya Vasya serem lihat uler yang lumayan besar begitu, iapun jujur gemetaran sekarang tapi mau bagaimana, bisa bisa temannya di mangsa oleh predator melata itu."Jangan gegabah Sya!"Gundulmu justru kalau tidak gegabah malah kalian yang akan dimangsa!.Tapi Vasya tak bergemin
"Bangun nduk ini bukan alammu." Deg. Jatungnya berdebar hebat, raganya terasa ringan dan rasanya syaraf syarafnya menuruti kehendaknya kembali. Vasya kembali lagi ke scene awal, ia disambut dengan pepohonan rindang serta suara Viola yang sedang berusaha menyemangati dirinya yang sedang memanjat. Dengan perasaan tak karuan, ia masih mengingat ngingat scene ambigu dan suara lelaki yang memanggilnya barusan tapi di sekitarnya tak ada manusia, Kalan masih di dalam sana sedang berusaha menyangga tubuh Viola agar tak terjatuh karena Viola sekarang sedang berusaha memanjat. Mimpi apa aku? Vasya langsung terduduk, ia merapikan rambutnya lalu menoleh ke arah beringin yang rindang sekali. feelingnya mengatakan bahwa penari tadi dari sana asalnya. Astagfirullah. Ia terus istigfar sambil melihat Viola yang hampir sampai puncak setelah berusaha setengah mati. "Ayo, Ayo." "Sya, Sya pegang tangan aku." Seketika Vasya bangun dan langsung menggenggam tangan Viola, ia menarik Viol
Ular itu terlihat bergejolak tak tenang, selepasnya ular itu langsung pergi begitu saja meninggalkan mereka bertiga. Kalan serta Viola saling pandang mereka jelas masih merasa bahwa barusan itu cuma ilusi. Logika mereka tak bisa mengerti dengan ular yang mirip di film film tersebut.Dan baiknya alhamdulillah mereka tidak kenapa napa baik Kalan maupun Viola. Vasya malah lebih takut kalau Kalan ngompol di celana karena saking takutnya timbang penampakan ular tersebut."Tadi itu beneran?"Vasya mengangguk, ia menambahkan bahwa itu penunggu pohon beringin yang tadi ada di sekitar mereka."Kok serem Sya, ini bukan Amazon loh!"Lagi lagi Vasya tak mau berdebat dengan logika Kalan. Ia sekarang sibuk melepas mukenanya lalu melempitnya kembali."Ayo kita mulai perjalanan kembali. Harus fokus!!"Mereka bertiga kembali berjalan sambil berdoa. Kalan meminta pada Yesusnya supaya diberi pertolongan tangannya sementara Viola yang muslim KTP juga ikut ikutan mengucap istigfar sepanjang jalan.Dari wa
"Brukk!!!"Tubuh wanita paruh baya itu terpental jauh karena ditabrak kontainer yang sedang mengantarkan makanan ringan. Mamanya Vasya langsung tak sadarkan diri karena saking syok juga sakit tak karuan. Baju warna peach yang ia pakai bersimbah darah apalagi bagian kepalanya yang nampaknya menghantam pinggiran jalan. Semua oranh berusaha mendekat dengan kepo dan ada yang lain menelpon ambulance segera*Di kamarnya yang nyaman Andri masih tertidur pulas, di sore itu ia sama sekali tak ingin melakukan apa apa bahkan ponselnya sudah berjauhan darinya sejak 2 jam yang lalu. Tentu saat pihak rumah sakit menelponnya ia tak kunjung merespon karena Andri pikir itu telepon iseng. Tapi untung rasa lapar membangunkannya dan membuatnya menatap layar ponselnya dengan seksama.Disitu ia langsung panik tentu saja, Vasya tak ada di dekatnya dan sekarang ibunya malah masuk rumah sakit. Dengan dandanan ala kadarnya ia langsung pergi ke rumah sakit tanpa angan angan apa apa, yang ia tahu mungkin penyak
Dan mamanyapun langsung bangun dari mimpinya, ia melihat sekeliling kamarnya dengan mata lesu, Mimpi barusan membuatnya berkeringat dengan jantung yang masih berpacu liar sampai sekarang. Vasya kamu dimana? Seketika telponnya berbunyi dan mamanya merasa seperti dejavu, dia melihat layar ponselnya untuk memastikan bahwa itu nomor yang tidak dikenal. Tapi ternyata bukan, nomor itu milik ibu Romiah. "Halo?" Dan intinya adahal ibu Romiah hendak mengembalikan uang, ia meminta ketemuan dengan mamanya Vasya nanti jam 1 di suatu taman. Dengan sumringah tentu mamanya Vasya menyetujuinya, siapa yang tak setuju uangnya mau kembali tentu saja ia sangat antusias. Mamanya bahkan lupa dengan mimpi barusan, ia tetap menyangkal bunga tidur tersebut dan mengatakan kepada Andri supaya ia mau mencari kakak perempuannya karena mamanya hendak bertemu dengan seseorang. "Sama siapa?" "Ibu Romiah" "Ngapain?" "Katanya ia mau membayar hutang" Andri mengangguk angguk tapi ia tak sepenuhnya set
Awalnya dikira dia akan membeli guk guk atau kucing yang lucu lucu tak tahunya sampai sana malah ia kembali lagi, tak jadi ia melihat lihat kesana setelah penjaganya keluar, ternyata mas mas yang dulu kerap bertukar sapa dengannya sudah mengundurkan diri. Sayang sekali. Padahal seingat Vasya mas mas tersebut bekerja hampir 10 tahunan tapi kenapa resign segala. Vasya pindah haluan lagi, ia kini berjalan di samping trotoar sambil mengecek ponselnya. Kira kira ia mau ngapain apakah benar harus ke jogja atau ada opsi yang lain. Ponsel Vasya berbunyi dan itu adalah ibunya. Vasya melengos lalu mengantongi ponselnya, paling juga ibunya mau nitip sesuatu. Ogah ma, jangan nitap nitip! Selanjutnya Vasya berjalan kembali, ia kemudian terduduk di halte bis, tak lama bis arah luar kota mendekat dan tanpa sadar ia juga merasa takut, ia hanya ikut naik saja tanpa tujuan dan rencana yang memadai. Gadis konyol itu sekarang terduduk di kursi belakang sambil menghidupkan earphonenya. * Har
Vasya angkat tangan percuma memarahi ibunya, mending dia pergi, masa bodoh ibunya mau ngomong apa pokoknya ia masa bodoh. Mau dikatakan marah ya jelas marah tapi ia mau marah ke siapa. Entahlah Vasya badmood sekali pagi ini, dihari libur itu ia sudah membuat rencana dan berhubung ibunya kebangetan jadi ia hendak pergi sejak pagi. Lebih baik begitu timbang ia menelan ibunya bulat bulat. "Mau kemana?" "Pergi!" Sudah begitu saja dan Vasya benar benar bablas tanpa kata yang berarti. Andri yang tahu kakaknya sedang marah hanya melirik ibunya sebentar dan sang ibu tiada rasa penyesalan sama sekali. "Mama keterlaluan!" Ibunya rada kaget melihat ekspresi Andri yang menyeramkan dan kemudian Jaden duduk di meja makan. ia menanyakan Vasya yang tak kelihatan batang hidungnya. "Kakak sudah pergi" "Kemana kan ini hari libur?" Andri mengiyakan bahwa ini hari libur tapi bukan untuk Vasya. Ada aja yang mau ia lakukan di akhir pekan ini. "Entahlah kelihatannya dia ngemall hari ini"
Halo apa kabar?Ini nyasar atau bagaimana?Kok tumben amat atau salah kirim?Pesan yang sama sekali tak ingin dia baca tapi malah kebuka karena tangannya yang tak sengaja, yang selalu ia pikirkan namanya kini sudah berubah hendaknya ia segera sadar. Vasyapun langsung menghapus nomornya, baiknya memang begini.Ini yang namanya merelakan.Sudah diputuskan bahwa ia tak ikut campur lagi urusan mantan sahabatnya lagi. Semoga saja mereka bahagia, urusan Vasya hanya berusaha bangkit lagi dan hidup kembali seperti biasa.Dan akhirnya Vasyapun mencoba menutup matanya walaupun batinnya bergejolak tak karuan. Rasanya ia ingin menelpon kembali Armin. Hmmm lagi lagi ia berubah bodoh lagi perasaan beberapa menit yang lalu ia pintar dalam menghadapi pesan nyasar tersebut.Hingga yang terbaik sekarang adalah minum pill disebut solusi baginya agar ia bisa tidur tentu saja.*Siang tadi ia mimpi buruk dan malam ini ia tidak bermimpi sama sekali hanya saja ia mengorok dengan lantang di sela sela tidurny
Rasanya Jaden sedang memaksa Vasya dengan apa yang terjadi pada ibunya, seolah ia tahu segalanya."Jangan konyol!"Nada bicara Vasya langsung membuat Jaden meremang, ia langsung tahu kalau Vasya sedang badmood sekarang ini."Kenapa selalu membahas penyakit ibuku?"Jaden menggeleng, ia hanya khilaf saja dan kampretnya itu berulang kali, orang gila mana yang percaya begitu saja."Tenang Sya semua bisa di pertanggung jawabkan!"Halah setan!Vasya langsung hendak memiting kepala Jaden yang sedang enak enak menyetir, lelaki itu langsung panik sementara Vasya gemas setengah mati."Sya tenang sya tenang!"Tapi Vasya tak bisa tenang, ia malas kalau harus tenang menghadapi Jaden yang pendusta berat."Maafkan aku please!"Ngimpi ya kamu?*Sialnya Vasya karena saat Jaden mengantarkan dirinya pulang delalah di rumah beliau sedang berkunjung dan Andri kebetulan sedang pergi sebentar. Alhasil melihat Jaden begitu iapu menawari Jaden untuk masuk rumah dulu."Ngapain sih ma!"Vasya ini sangat buruk
"Jangan, beli sendiri"Karyawab pelit itu melindungi steaknya dengan sepenuh tenaga dan Jaden hanya bisa melongo saat melihat wanita ninja itu benar benar perhitungan dengannya."Murah lo pak, bqpak mending beli sendiri jangan malah minta jatah untuk perut kami yang kelaparan"Hmmm memang paling bisa membuat keadaan jadi menyudutkan begini. Dan akhirnya Jaden mendatangi kedai steaknya lalu memesannya secara manual sementara Vasya dari kejauhan sudah membuat ancang ancang untuk segera pergi ke kedai kebab di sebelah pintu masuk tadi.Rasanya ia sama sekali tak ingin melewatkan makanan khas turki tersebut apalagi kelihatannya adiknya bakal menyukai kebab yang ia beli kali ini.*"Vasyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!"Bos besar itu terpaksa untuk mengurung Vasya di sebuah warung telepon karena saking kesalnya ia di tinggal tinggal melulu. Pokoknya dengan di kurung begitu ia jadi anteng dan Jaden tidak susah mencarinya wkwkwk.Vasya menggedor gedor warung telepon itu dengan penuh arti, ia
Vasya melirik Jaden, ia tak bisa kalau tak kepo. Jadenpun memandangi Vasya dengan sendu seolah sedang mengenang sesuatu."Aku pernah seperti ini dengan seseorang!""Siapa? Ranita?"Hening.Keheningan ini membuat Vasya yakin bahwa wanita itu adalah Ranita dan mungkin waktu itu si Ranita itu sedang di perebutkan dengan Jaden juga Armin. "Bukan."Entah kenapa tapi mendengarnya membuat perasaan Vasya lega kan harusnya dia tidak terpengaruh."Kamu tak ingat?"Apa lagi? Ingat siapa?Oh sebentar, apakah mungkin mantan Jaden waktu SMA tapi yang mana, cewek yang mana kan dia banyak yang suka.Hening.Vasya memerhatikan Jaden seolah menelusuri masa lalunya tapi ia tak menemukan seseorang. Mana ia tahu kan masalah pacaran itu privasi Jaden, bukan urusannya. Perasaan Vasya saat mengingat kembali masa lalu kenapa amburadul begini."Aku tak ingat, mantanmu yang mana?"Jaden tersenyum samar, Vasya tambah pusing jika main tebak tebakan tak mutu begini."Memang mantanmu itu kenapa?""Dia sekarang men
Tapi berkat itu Vasya akhirnya siuman kembali. Akhirnya Vasya bisa melihat dunia nyata kembali sembari ia bersantai di dalam mobil. "Mimpi apa tadi?" Tangan Vasya sibuk mengusak ngasik rambutnya, kalau begini ia sungguh sangat takut, ia harus berpikir dua kali saat menyuruh Jaden dan lain sebagainya takutnya lelaki itu beneran berdarah satanis. Tapi apakah benar, apakah itu bukan karena bunga tidur. Jaden yang menoleh langsung terkejut melihat perempuan di sebelahnya sudah bangun dari tidurnya yang pulas. Vasya terlihat agak seram karena diam seribu bahasa. "Alhamdulillah ku kira kamu mati!" Kata Jaden dengan spontan. Ia dengan santai bilang bahwa wajah Vasya pucat sekali dan sepertinya Vasya sedang gelisah. "Aku mimpi aneh loh!" "Mimpi apa?" "Satanis gitu!" Jaden menepuk jidatnya, ia sungguh tak bisa mengerti kenapa Vasya mengatakan satanis saat ini karena memang tak ada hubungannya sama sekali, random. "Kamu keturunan German kan bukan brazil?" "Apa sih Sya?? Dar