Suara dahan yang terkena angin membuat suasana makin horor. Vasya tak bisa seperti ini, ia harus berani. Bagaimanapun ia harus survive juga bisa menolong temannya walaupun kondisinya seolah mau pingsan saja."Aku akan kembali dan mencari pak Jaden, kalian disini dulu ya."Kalan dengan tegas menggeleng, ia menyuruh Vasya agar berada di atas saja, pokoknya lelaki itu sangat eman dengan Vasya, ia tak mau terjadi sesuatu yang lebih buruk dari ini."Jangan Sya, kami akan keluar.""Bagaimana caranya????"Vasya sudah hampir menangis, mulutnya tercekat sambil memerhatikan kedua temannya yang kotornya bukan main."Pasti ada jalan dan lagian pak Jaden pasti nyariin kamu tenang saja.""Sudah duduk saja di atas."Mana bisa oneng!"Kalan ini serius lo.""Iya tahu tapi kita pasti bisa kok.""Bayangin aja kamu seorang diri kesana ntar ada apa apa gimana?"Vasya kekeh menggeleng dan kini Viola juga menimpali bahwa lebih baik Vasya duduk saja diatas."Bantu doa saja sudah cukup."Iya doa memang yang p
Vasya berdiri dan terus mengamati gerak geriknya. Dengan cerdik sesosok itu mulai merambat ke arahnya tanpa permisi ataupun rasa takut bertemu manusia."Pergi! Pergi!""Siapa Sya?""Piton!"Viola heran, ia baru mendengar ada nama orang yang bunyinya begitu."Hah?"Kalan juga heran, lelaki itu menyuruh Vasya tenang padahal arah ular itu kelihatan hendak mendekat ke arah lubang."Ular Piton!""Beneran Sya?!"Yang di bawah ketar ketir yang di atas juga berjuang setengah mati supaya ular itu tak masuk kedalam lubang yang Kalan serta Viola sedang tempati. Vasya dengan nekad mengalihkan perhatiannya dengan tongkat pendaki yang ia bawa. Ia terus terusan mengecohnya supaya ular itu tak jadi ke lubang tersebut.Sungguh aslinya Vasya serem lihat uler yang lumayan besar begitu, iapun jujur gemetaran sekarang tapi mau bagaimana, bisa bisa temannya di mangsa oleh predator melata itu."Jangan gegabah Sya!"Gundulmu justru kalau tidak gegabah malah kalian yang akan dimangsa!.Tapi Vasya tak bergemin
"Bangun nduk ini bukan alammu." Deg. Jatungnya berdebar hebat, raganya terasa ringan dan rasanya syaraf syarafnya menuruti kehendaknya kembali. Vasya kembali lagi ke scene awal, ia disambut dengan pepohonan rindang serta suara Viola yang sedang berusaha menyemangati dirinya yang sedang memanjat. Dengan perasaan tak karuan, ia masih mengingat ngingat scene ambigu dan suara lelaki yang memanggilnya barusan tapi di sekitarnya tak ada manusia, Kalan masih di dalam sana sedang berusaha menyangga tubuh Viola agar tak terjatuh karena Viola sekarang sedang berusaha memanjat. Mimpi apa aku? Vasya langsung terduduk, ia merapikan rambutnya lalu menoleh ke arah beringin yang rindang sekali. feelingnya mengatakan bahwa penari tadi dari sana asalnya. Astagfirullah. Ia terus istigfar sambil melihat Viola yang hampir sampai puncak setelah berusaha setengah mati. "Ayo, Ayo." "Sya, Sya pegang tangan aku." Seketika Vasya bangun dan langsung menggenggam tangan Viola, ia menarik Viol
Ular itu terlihat bergejolak tak tenang, selepasnya ular itu langsung pergi begitu saja meninggalkan mereka bertiga. Kalan serta Viola saling pandang mereka jelas masih merasa bahwa barusan itu cuma ilusi. Logika mereka tak bisa mengerti dengan ular yang mirip di film film tersebut.Dan baiknya alhamdulillah mereka tidak kenapa napa baik Kalan maupun Viola. Vasya malah lebih takut kalau Kalan ngompol di celana karena saking takutnya timbang penampakan ular tersebut."Tadi itu beneran?"Vasya mengangguk, ia menambahkan bahwa itu penunggu pohon beringin yang tadi ada di sekitar mereka."Kok serem Sya, ini bukan Amazon loh!"Lagi lagi Vasya tak mau berdebat dengan logika Kalan. Ia sekarang sibuk melepas mukenanya lalu melempitnya kembali."Ayo kita mulai perjalanan kembali. Harus fokus!!"Mereka bertiga kembali berjalan sambil berdoa. Kalan meminta pada Yesusnya supaya diberi pertolongan tangannya sementara Viola yang muslim KTP juga ikut ikutan mengucap istigfar sepanjang jalan.Dari wa
"Herry ada disana?????" Vasya sudah tak menggubris omongan Andri lagi, ia sibuk lari tunggang langgang kembali. Pokoknya ia harus lurus kedepan siapa tahu ia akan beruntung lalu bertemu dengan Jaden. "Vasyaaa..." Orang gila mana yang akan menyahut jika ada di posisi Vasya. Kalan sudah tak di pikirkan Vasya, ia harus memikirkan hidupnya sendiri. Bahkan Violapun tak terdengar bunyinya. Gadis itu hanya bisa berdoa sambil berlari, semoga teman temannya selamat dan dengan cepat di temukan. Herry masih terdengar di belakang, lelaki itu ikutan mengejar dengan kecepatan tinggi. Rasanya Vasya benar benar di ujung tanduk, mau kemanapun ia lari pasti Herry dengan gampang bisa mengejarnya. Atau ia mau memanjat pohon saja. Tapi pohon mana? Orang gila mana yang memanjat pohon disaat di buru begini. Bisikan bisikan mulai terdengar, mereka menyuruh Vasya untuk memanggil Ratu. Panggil Gusti Ratu Ular Pandan Wangi. Ogah! Vasya tak bisa memanggil entitas ular yang menyerupai badarawuhi
Sewaktu kecil Vasya terus terusan menangis karena ia selalu di ganggu sosok ular yang entah darimana datangnya. Sampai sampai Vasya kecil harus selalu memakai kalung pemberian pak ustad dan tak boleh di lepas dengan alasan apapun. Dalam ingatan Andri semua masih teringat dengan jelas oleh sebab itu ia ketakutan sekali. Kakinya terus mengarah ke hutan tanpa ragu, ia benar benar memiliki firasat buruk. "Kakak!!!" Suara lantangnya hanya disambut kesunyian yang makin membuatnya frustasi. Lalu kemudian dari belakang ia mendengar suara Jaden yang menyusulnya. "Kita harus menemukan kakak segera!" Pikiran Andri tak karuan, ia merasa bahwa alam gaib sedang menyembunyikan kakaknya seperti yang sudah sudah. Kalau tahu begini harusnya ia juga membawa pak ustad sekalian. "Kita pasti menemukannya." Setelah Jaden mengatakannya mereka di kejutkan dengan suara lantang seorang perempuan yang langsung membuat mereka saling pandang. Tak lama mereka segera berlari ke depan kembali saking ta
Dia melihat ada sesosok ular yang berdiri di samping Herry dengan raut muka yang benar benar marah, sekilas ular itu merubah dirinya sebagai Ratu yang sempat Vasya kenali. Benar lagi lagi Ratu Pandan Wangi yang ikut campur disini. Herry masih melihat sekitar pasalnya angin terasa makin dingin dan kencang sekali menerjang ke segala penjuru. Nampaknya ia juga merasakan ada keanehan disini."Ayo!"Vasya masih memerhatikan Ratu yang sibuk memandangi Herry. Apa yang terjadi sebenarnya, apa yang hendak Ratu itu perbuat."Pak.."Duaaarrrrrrr!!!!!!!Pertir menyambar pohon yang ada di seberang. Melihatnya Herry hanya bisa terdiam lalu menyuruh Vasya terus terusan melangkahkan kakinya."Siska sudah menunggu!"Wait!Sungguh Vasya tak ada hubungannya dengan Siska, ia benar benar tak tahu siapa itu Siska karena mereka belum pernah berkenalan lebih dalam. Ia bukan pelakor dan Siska harusnya tak begini padanya."Ayo, sebentar lagi hujan!"Disela sela perkataannya petir masih menyambar nyambar membu
"Tenang bruh" "Gggrgrgrggrrrrr" Harimau itu mendekat perlahan, Andri hanya bisa menelan ludahnya bulat bulat. Posisinya sekarang terpojok dan tak bisa apa apa. Tapi jika begini caranya maka ia memang akan jadi santapan lezat untuk si raja hutan yang sedang lapar. Perlahan Andri menggeser tubuhnya, ia perlahan melangkah ke arah kanan dengan waspada. "Gggrrrrrrgegrgrgrrr" Sosok itu tampak tak menyukai pergerakan Andri, pelan pelan Harimau itu mengikutinya dengan sudut matanya yang bengis. Bukan Andri kalau tak berani bahkan kegelapan saja di terjang padahal kalau lampu mati ia ketakutan setengah mati. Dia sudah sampai sejauh ini untuk melawan traumanya demi Vasya, seekor harimau takkan bisa membuatnya ketakutan. Semoga Tuhan tidak sedang cosplay menjadi buta. * Pak Herry tergeletak di samping Vasya dengan mata tertutup sementara Vasya terpejam sambil terus menggenggam telapak tangannya, dalam hatinya ia terus melantunkan nama Allah supaya ia masih sadar akan kebesarannya.