Bab 2 Setelah Pernikahan
"Lupakan saja. Karena lebih baik kamu tidak mengetahuinya," sahut Yoongi. Lalu berlalu begitu saja. Naira menatap kepergian Yoongi dengan penuh tanda tanya. Apa maksud perkataannya barusan? Apa jangan-jangan pernikahan ini terjadi bukan hanya untuk pengobatan ibu Naira saja? Singkat cerita resepsi pernikahan Naira dan bos dari kakaknya itu pun selesai digelar. Akan tetapi ada hal yang membuat gadis berhijab itu terus bertanya-tanya dari sejak awal acara dimulai hingga sekarang ini. Yaitu keberadaan Arhan, kakaknya, yang sama sekali tak terlihat olehnya. "Kak Arhan ke mana?" tanya Naira pada Yoongi, pria yang kini betul-betul telah menjadi suaminya. "Dia sudah pergi," balas Yoongi tanpa menoleh ke arah Naira. "Pergi? pergi kemana?" Tiba-tiba Yoongi mengalihkan pandangannya ke arah Naira dengan tatapan dingin. "Sudah ku katakan sebelumnya, lebih baik kamu gak usah mengetahui apapun yang berkaitan dengan kakakmu. Cukup diam dan ikuti saja alurnya," tegasnya. Naira mengalihkan wajahnya ke arah lain dengan menahan kesal. Mendengar ucapan Yoongi dengan tatapannya yang mengerikan itu membuat Naira merasa terintimidasi. Yoongi pun berlalu meninggalkan Naira begitu saja. Sementara itu, gadis berwajah ayu itu masih tak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa pasrah di tempat dan mencoba menerima apa yang seperti dikatakan Yoongi, mengikuti alur. "Liat aja nanti, setelah kak Arhan pulang dan ibu sembuh, akan ku gugat laki-laki itu!" batin Naira tegas. *** Di malam harinya saat Naira hendak beristirahat, tiba-tiba Yoongi masuk ke dalam kamar yang sama dengan Naira berada. "Aku gak akan menyentuhmu. Tenang saja." "Iya," jawab Naira singkat. "Lagian, siapa juga yang mau disentuh," batin Naira. Dengan sikap yang dingin, Yoongi lantas berjalan ke arah sisi lain tempat tidur. Lalu dengan sedikit ragu Naira kembali bertanya pada Yoongi. "Boleh aku tanya sesuatu?" "Apa?" Yoongi menoleh ke arah Naira dengan tatapan dinginnya. "Selain karena kesepakatan dengan kakak ku, kenapa ... kamu mau menikahi ku?" Yoongi tersenyum tipis seraya memalingkan wajahnya. "Apa karena kamu menyukaiku? lalu kamu memanfaatkan keadaan ku supaya bisa menikah dengan mu?" cetus Naira cepat. Yoongi menggelengkan pelan kepalanya seolah tak terima dengan perkataan Naira barusan. "Gak usah terlalu percaya diri. Aku menikahi mu karena kesepakatan dengan kakakmu. Itu saja." "Jadi, untuk sekarang, daripada terus-terusan bertanya lebih baik kamu lakukan saja tugas mu sebagai istri," ujar Yoongi. "Tunggu, berarti kalau kak Arhan kembali, aku bisa bercerai dengan mu, kan?" tanya Naira. Yoongi terdiam sejenak seraya menatap tajam ke arah Naira. "Sudahlah, lebih baik kamu tidur sekarang karena besok pagi aku harus sarapan sebelum jam tujuh." Yoongi lantas merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa menunggu respon dari wanita yang kini menjadi istrinya itu. "Jawab dulu!" seru Naira, tapi sama sekali tak digubris oleh pria yang tidur membelakanginya itu. "Dasar menyebalkan!" umpat Naira saking kesalnya. Waktu terus berlalu. Hingga memasuki tengah malam Naira masih saja tak bisa memejamkan matanya. Sedangkan Yoongi, ia bahkan masih bisa berada di posisinya dengan aman. "Arrgh!" kesal Naira. Wanita berambut panjang itu betul-betul tak habis pikir dengan apa yang terjadi dengannya hari ini. Terlebih dengan kesepakatan macam apa yang dilakukan kakaknya dengan bosnya itu yang membuatnya tidak bisa hadir dalam acara resepsinya tadi pagi. *** Pagi pun tiba ... Setelah salat subuh Naira bergegas menuju dapur untuk membuat sarapan. Sementara Yoongi sendiri masih sibuk di dalam kamar mandi yang berada di dalam ruang tidur mereka. Entah, ia melakukan kewajiban sebagi seorang muslim atau tidak, Naira tak peduli soal itu. Singkat cerita urusan perdapuran pun selesai. Naira lantas menata masakan yang sebelumnya ia masak ke atas meja makan. Di tengah-tengah akivitas pagi itu, tiba-tiba Naira dikejutkan dengan keberadaan Yoongi yang sudah mematung tak jauh dari tempatnya berada. "Sarapannya udah siap," kata Naira yang membuat Yoongi tersadar. "Terima kasih," balas Yoongi datar. Yoongi lantas berjalan ke arah meja makan dengan sesekali melirik ke arah Naira yang membuat wanita itu kebingungan. "Kenapa?" "Ada yang salah sama aku?" tanya Naira. Yoongi pun duduk di bangkunya. "Setelah ini cepat ganti pakakan mu dan pakai jilbab mu. Sekertarisku akan datang dan aku gak mau dia melihat mu tanpa penutup kepalamu itu," ujar Yoongi seraya mengambil nasi goreng buatan Naira. Nairan mengangguk pelan. Ia pun mengerti mengapa Yoongi memperhatikannya seperti tadi. Di momen itu juga lah Naira sedikit merasa tersipu lantaran pria yang menikahinya kemarin itu rupanya peduli soal auratnya. "Iya," jawab Naira. Setelah menyelesaikan sarapannya, sesuai dengan perintah pria yang telah sah menjadi suaminya itu, Naira lantas pergi ke kamar guna mengganti pakaian serta mengenakan hijab. "Aku gak nyangka di balik sifat dinginnya itu ternyata dia peduli juga soal aurat," ucap Naira di depan cermin seraya membenarkan hijabnya. Setelah selesai dengan urusan berganti pakaian, Naira pun kembali ke luar dan menghampiri Yoongi yang berada di ruang tengah. Terlihat dari posisinya berada, pria berwajah tampan dan memiliki tatapan dingin itu tengah sibuk dengan benda pipihnya. Di waktu yang bersamaan ketika Naira sampai di hadapan Yoongi, datanglah seorang pria yang sebelumnya pernah ia lihat di kantor suaminya itu. Pria yang tadinya disebut Yoongi sebagai sekertasinya, Namu. "Selamat pagi Pak Yoongi," sapa Namu lalu menoleh sebentar ke arah Naira dan mengatakan hal yang sama padanya. Naira hanya mengangguk kecil disertai senyuman tipis sebagai balasan dari sapaan pria berpostur tinggi yang berdiri tak jauh darinya itu. "Dia sudah datang Pak dan sedang menunggu Anda di kantor," ujar Namu yang membuat Yoongi mengalihkan pandangannya dari ponselnya. "Bagus," jawab Yoongi. "Dia siapa, sih?" tanya Naira seraya duduk di sofa sebelah Yoongi. "Kamu ikut ke kantor hari ini," ujar Yoongi pada ku. "Ngapain?" tanya Naira keheranan. "Bukannya tugas istri itu di rumah?" sanggahnya. Yoongi menghela napas kasar dan melihat ke arah Naira. "Ternyata kamu lebih cerewet dari yang aku kira ya," ujar Yoongi. Naira pun hanya tersenyum kecut mendengar ucapan Yoongi barusan. "Kalau kamu pengen tau siapa yang dimaksud Namu, ikut ke kantor." "Gak ah!" Naira memasang wajah cuek. "Gak tau juga gak papa." "Lagian kamu sendiri kan yang bilang, lakukan aja tugas ku sebagai istri. Tugas istri itu di rumah," dalih Naira tak mau kalah. Yoongi pun terdiam sejenak. Lalu tiba-tiba mendekatkan pandangannya ke arah istrinya itu dengan tatapan tajam yang membuat Naira tak berkutik. "Aku bilang ikut, ya ikut!" "Mengikuti perintah suami selagi bukan hal yang dilarang agama, itu harus kamu taati!" tegas Yoongi lalu beranjak dari tempatnya. Entah, Naira pun semakin kesal dibuatnya, sekalipun yang dikatakannya itu benar adanya. Ditambah, dengan jelas ia melihat Namu tersenyum menahan tawa ketika dirinya diperlakukan Yoongi barusan. Namu pun melangkah pergi menyusul Yoongi. "Aissh, menyebalkan memang mereka itu!" kesal Naira. Dengan terpaksa dan menahan kesal, Naira lantas beranjak dari tempatnya. "Lagian siapa sih yang dia maksud? kenapa juga aku harus ikut?" gerutu Naira seraya terus berjalan menyusul langkah Yoongi. Bersambung ...Bab 3 Benda Terlarang Dengan terpaksa Naira lantas beranjak dari tempat ku. "Lagian siapa sih yang dia maksud? kenapa juga aku harus ikut?" gerutu Naira seraya terus berjalan menyusul langkah Yoongi. Singkat cerita Naira sudah sampai di kantor milik Yoongi. Kedatangannya untuk pertama kalinya ke tempat kerja pria berstatus suaminya itu betul-betul disambut dengan senyuman ramah dari setiap orang yang ia temui. Sebuah sambutan yang sebelumnya tak pernah ia terima selama hidupnya. Naira dan Yoongi terus berjalan beriringan yang menuju satu ruangan. Sementara itu, Namu tetap mengikuti mereka dari belakang. "Kita mau ke mana?" tanya Naira saat ia dan Yoongi akan memasuki sebuah lift. "Ruang kerja ku," balas Yoongi tanpa menoleh ke wanita berhijab itu. Naira hanya mangut-mangut dan memilih tak bertanya lagi. Walaupun sebenarnya isi kepalanya begitu berisik lantaran dipenuhi berbagai pertanyaan terkait keikutsertaannya ke kantor milik Yoongi hari itu. Ting! Begitu terdeng
Bab 4 Terkuaknya Tugas yang Diberikan? Arhan terus berjalan dengan sesekali menoleh ke arah Naira. Dari raut wajahnya, ia begitu berat untuk meninggalkan adiknya itu. Namun di sisi lain, karena kesepakatan yang ia buat dengan bosnya lah yang membuatnya terpaksa melangkah pergi dengan membawa tujuan yang masih menjadi misteri. *** Seperginya Arhan, Yoongi lantas meminta Namu untuk mengantar Naira kembali ke ruang pribadinya. "Apa kamu tau ke mana perginya kakakku?" tanya Naira yang berjalan hampir beriringan dengan sekertaris suaminya itu. Sayangnya, Namu tak menjawab dan terus berjalan tanpa menoleh sedikit pun ke arah Naira. Mendapati sikap Namu yang demikian, Naira hanya menghela napas kasar. Kali ini pikirannya kembali berisik dan tak lagi bisa berpikir positif. Bahkan pikirannya itu terus saja berlangsung hingga ia sampai di ruang pribadi Yoongi. "Kalau Nona membutuhkan sesuatu, Nona bisa menghubungi saya," kata Namu, ia lalu pergi. "Kak ... kenapa kamu bawa barang i
Bab 5 Usaha Mengubah Keputusan"Mulai sekarang jangan bicara apapun sama aku sebelum kamu menarik tugas yang kamu berikan ke kakakku!" ancam Naira. Mendapati sikap Naira yang demikian, Yoongi, yang tadinya bersikap lembut mendadak kembali memperlihatkan sikap dinginnya. Ia menatap Naira dengan tajam yang membuat Naira merasa ketakutan. "Kemarahanmu tidak akan mengubah apapun. Kakakmu sudah pergi dan sekarang harusnya dia sudah sampai di tempat tujuannya," ujar Yoongi. "Jadi ... benar—""Ya. Demi kamu dan pengobatan ibumu, Arhan mengambil pekerjaan ini," tukas Yoongi. Ia lantas melangkahkan kakinya meninggalkan Naira. Naira kembali menangis yang bahkan kali ini semakin menjadi-jadi. Ia berteriak histeris dan mempertanyakan mengapa kakaknya semudah itu mengambil pekerjaan kotor hanya demi uang, demi dirinya yang Naira sendiri merasa kalau ia baik-baik saja. "Kenapa, kak? kenapa?" racau Naira sambil terisak. Beberapa saat kemudian, di saat Naira sudah mulai agak tenang, ia pun memi
Bunga Di Balik Pernikahan Bab 1 Mendadak Menikah "Ijab kabul?!" Naira terkejut mendengar apa yang barusan disampaikan Arhan, kakak kandungnya. Di mana Arhan mengatakan kalau dirinya baru saja melakukan ijab kabul dengan atasannya, alias menikahkan Naira dengan bosnya sendiri. "Jadi tujuan Kakak bawa aku tempat ini karena ...." Arhan mengangguk tak berdaya. "Astaghfirullah, Kak ... kenapa?" mendadak kedua mata Naira mulai berair mendapati kenyataan yang ... bagaimana bisa kakaknya berbuat demikian tanpa persetujuan darinya terlebih dahulu. Arhan masih bergeming tak bersuara. "Jawab aku, Kak!" sentak Naira. Naira betul-betul merasa syok. Tak habis pikir rasanya dengan perbuatan kakak kandungnya yang dimana hal tersebut adalah sesuatu yang penting dan sakral. Terlebih Arhan sendiri tidak pernah mengatakannya pada Naira sebelumnya. "Maafkan Kakak Naira, Kakak terpaksa melakukan semua ini," jelas Arhan dengan wajah tak berdayanya. Naira menggeleng tak percaya. "Bisa-bis
Bab 5 Usaha Mengubah Keputusan"Mulai sekarang jangan bicara apapun sama aku sebelum kamu menarik tugas yang kamu berikan ke kakakku!" ancam Naira. Mendapati sikap Naira yang demikian, Yoongi, yang tadinya bersikap lembut mendadak kembali memperlihatkan sikap dinginnya. Ia menatap Naira dengan tajam yang membuat Naira merasa ketakutan. "Kemarahanmu tidak akan mengubah apapun. Kakakmu sudah pergi dan sekarang harusnya dia sudah sampai di tempat tujuannya," ujar Yoongi. "Jadi ... benar—""Ya. Demi kamu dan pengobatan ibumu, Arhan mengambil pekerjaan ini," tukas Yoongi. Ia lantas melangkahkan kakinya meninggalkan Naira. Naira kembali menangis yang bahkan kali ini semakin menjadi-jadi. Ia berteriak histeris dan mempertanyakan mengapa kakaknya semudah itu mengambil pekerjaan kotor hanya demi uang, demi dirinya yang Naira sendiri merasa kalau ia baik-baik saja. "Kenapa, kak? kenapa?" racau Naira sambil terisak. Beberapa saat kemudian, di saat Naira sudah mulai agak tenang, ia pun memi
Bab 4 Terkuaknya Tugas yang Diberikan? Arhan terus berjalan dengan sesekali menoleh ke arah Naira. Dari raut wajahnya, ia begitu berat untuk meninggalkan adiknya itu. Namun di sisi lain, karena kesepakatan yang ia buat dengan bosnya lah yang membuatnya terpaksa melangkah pergi dengan membawa tujuan yang masih menjadi misteri. *** Seperginya Arhan, Yoongi lantas meminta Namu untuk mengantar Naira kembali ke ruang pribadinya. "Apa kamu tau ke mana perginya kakakku?" tanya Naira yang berjalan hampir beriringan dengan sekertaris suaminya itu. Sayangnya, Namu tak menjawab dan terus berjalan tanpa menoleh sedikit pun ke arah Naira. Mendapati sikap Namu yang demikian, Naira hanya menghela napas kasar. Kali ini pikirannya kembali berisik dan tak lagi bisa berpikir positif. Bahkan pikirannya itu terus saja berlangsung hingga ia sampai di ruang pribadi Yoongi. "Kalau Nona membutuhkan sesuatu, Nona bisa menghubungi saya," kata Namu, ia lalu pergi. "Kak ... kenapa kamu bawa barang i
Bab 3 Benda Terlarang Dengan terpaksa Naira lantas beranjak dari tempat ku. "Lagian siapa sih yang dia maksud? kenapa juga aku harus ikut?" gerutu Naira seraya terus berjalan menyusul langkah Yoongi. Singkat cerita Naira sudah sampai di kantor milik Yoongi. Kedatangannya untuk pertama kalinya ke tempat kerja pria berstatus suaminya itu betul-betul disambut dengan senyuman ramah dari setiap orang yang ia temui. Sebuah sambutan yang sebelumnya tak pernah ia terima selama hidupnya. Naira dan Yoongi terus berjalan beriringan yang menuju satu ruangan. Sementara itu, Namu tetap mengikuti mereka dari belakang. "Kita mau ke mana?" tanya Naira saat ia dan Yoongi akan memasuki sebuah lift. "Ruang kerja ku," balas Yoongi tanpa menoleh ke wanita berhijab itu. Naira hanya mangut-mangut dan memilih tak bertanya lagi. Walaupun sebenarnya isi kepalanya begitu berisik lantaran dipenuhi berbagai pertanyaan terkait keikutsertaannya ke kantor milik Yoongi hari itu. Ting! Begitu terdeng
Bab 2 Setelah Pernikahan "Lupakan saja. Karena lebih baik kamu tidak mengetahuinya," sahut Yoongi. Lalu berlalu begitu saja. Naira menatap kepergian Yoongi dengan penuh tanda tanya. Apa maksud perkataannya barusan? Apa jangan-jangan pernikahan ini terjadi bukan hanya untuk pengobatan ibu Naira saja? Singkat cerita resepsi pernikahan Naira dan bos dari kakaknya itu pun selesai digelar. Akan tetapi ada hal yang membuat gadis berhijab itu terus bertanya-tanya dari sejak awal acara dimulai hingga sekarang ini. Yaitu keberadaan Arhan, kakaknya, yang sama sekali tak terlihat olehnya. "Kak Arhan ke mana?" tanya Naira pada Yoongi, pria yang kini betul-betul telah menjadi suaminya. "Dia sudah pergi," balas Yoongi tanpa menoleh ke arah Naira. "Pergi? pergi kemana?" Tiba-tiba Yoongi mengalihkan pandangannya ke arah Naira dengan tatapan dingin. "Sudah ku katakan sebelumnya, lebih baik kamu gak usah mengetahui apapun yang berkaitan dengan kakakmu. Cukup diam dan ikuti saja alur
Bunga Di Balik Pernikahan Bab 1 Mendadak Menikah "Ijab kabul?!" Naira terkejut mendengar apa yang barusan disampaikan Arhan, kakak kandungnya. Di mana Arhan mengatakan kalau dirinya baru saja melakukan ijab kabul dengan atasannya, alias menikahkan Naira dengan bosnya sendiri. "Jadi tujuan Kakak bawa aku tempat ini karena ...." Arhan mengangguk tak berdaya. "Astaghfirullah, Kak ... kenapa?" mendadak kedua mata Naira mulai berair mendapati kenyataan yang ... bagaimana bisa kakaknya berbuat demikian tanpa persetujuan darinya terlebih dahulu. Arhan masih bergeming tak bersuara. "Jawab aku, Kak!" sentak Naira. Naira betul-betul merasa syok. Tak habis pikir rasanya dengan perbuatan kakak kandungnya yang dimana hal tersebut adalah sesuatu yang penting dan sakral. Terlebih Arhan sendiri tidak pernah mengatakannya pada Naira sebelumnya. "Maafkan Kakak Naira, Kakak terpaksa melakukan semua ini," jelas Arhan dengan wajah tak berdayanya. Naira menggeleng tak percaya. "Bisa-bis