Bunga Di Balik Pernikahan
Bab 1 Mendadak Menikah "Ijab kabul?!" Naira terkejut mendengar apa yang barusan disampaikan Arhan, kakak kandungnya. Di mana Arhan mengatakan kalau dirinya baru saja melakukan ijab kabul dengan atasannya, alias menikahkan Naira dengan bosnya sendiri. "Jadi tujuan Kakak bawa aku tempat ini karena ...." Arhan mengangguk tak berdaya. "Astaghfirullah, Kak ... kenapa?" mendadak kedua mata Naira mulai berair mendapati kenyataan yang ... bagaimana bisa kakaknya berbuat demikian tanpa persetujuan darinya terlebih dahulu. Arhan masih bergeming tak bersuara. "Jawab aku, Kak!" sentak Naira. Naira betul-betul merasa syok. Tak habis pikir rasanya dengan perbuatan kakak kandungnya yang dimana hal tersebut adalah sesuatu yang penting dan sakral. Terlebih Arhan sendiri tidak pernah mengatakannya pada Naira sebelumnya. "Maafkan Kakak Naira, Kakak terpaksa melakukan semua ini," jelas Arhan dengan wajah tak berdayanya. Naira menggeleng tak percaya. "Bisa-bisanya Kakak ngejual aku." Naira tak sanggup lagi menahan tangisnya. Arhan terkejut. "Astaghfirullah, Naira tolong jangan ngomong kayak gitu." "Kakak gak ngejual kamu. Ini semua Kakak lakuin demi kebaikan kamu dan ibu," imbuh Arhan. "Kalau emang kayak gitu, harusnya Kakak bilang dari awal. Bukan kayak gini caranya!" "Pernikahan itu hal yang sakral, Kak! gak seharusnya dijadiin permainan seperti ini," ujar Naira seraya menahan amarah di dada. "Kalau Kakak bilang dari awal kamu pasti gak akan mau," sanggah pria di hadapan Naira itu. Air mata Naira benar-benar tak lagi bisa ia bendung. Satu per satu buliran bening kini mulai deras berjatuhan membasahi kedua pipinya. Pecah sudah tangisan gadis berjilbab itu. Ia menangisi nasib yang entah ini sebuah keberuntungan atau sebuah awal malapetaka. Naira tak tahu apa yang harus ia perbuat. Perasaan kecewa, kesal hingga benci mendadak menumpuk di hatinya karena keputusan Arhan yang mendadak menikahkannya tanpa persetujuannya itu. Terlebih ia menikahkannya dengan atasannya yang Naira sendiri sama sekali tak mengenalnya. Bahkan sekedar tahu nama apalagi wajahnya saja ia tak tahu. Jahat? iya, Naira merasa kakaknya itu begitu jahat dengan mengorbankan dirinya. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Sekarang ini status Naira sudah terlanjur berganti menjadi istri pria yang sangat asing baginya. Lantas, akan Naira sanggup menjalani alur kehidupannya selanjutnya? Arhan mendekati ku dengan wajah sedihnya. "Maafkan Kakak, Dek." Naira mengusap sisa air mata di kedua pipinya. "Ibu tau soal ini?" tanyanya. "Enggak." "Kak—" "Karena ibu harus ke luar negeri hari ini," tukas Arhan. Naira mengernyit tak mengerti. "Maksud Kakak?" "Bos Kakak akan menanggung semua biaya pengobatan ibu." Naira terperangah. Sekarang ia mulai mengerti mengapa kakaknya itu menikahkan dirinya dengan atasannya tanpa sepengetahuannya. "Jadi bener kan Kakak ngejual aku buat pengobatan ibu?" tuduh Naira. "Kakak gak ngejual kamu, Dek." Arhan masih bersikukuh dengan jawabannya sebelumnya. "Terus apa pernikahan ini? pengobatan ibu? Kakak bisa jelasin?" Naira menatap serius ke arah pria yang sudah menggantikan sosok ayahnya selama bertahun-tahun itu. Arhan mengatur napasnya. Lalu ia mulai menceritakan bahwa sebenarnya ia mempunyai kesepakatan dengan bosnya yang pada akhirnya dengan terpaksa ia menikahkan adik kandung satu-satunya itu dengan atasannya sendiri. "Aku kecewa sama kamu, Kak!" dengan cepat Naira beranjak dari tempat duduknya. "Dek! dengerin Kakak dulu, Dek!" balas Arhan yang mencoba menahan kepergian Naira. Tapi sayang, gadis itu tak mengindahkannya. Naira terus berjalan meninggalkan Arhan dengan perasaan kecewa. Sampai tiba-tiba ketika Naira baru saja membuka pintu ruangan, ia dikejutkan oleh seseorang yang berpenampilan rapi, bertubuh tinggi dan berwajah datar. "Permisi Nona, tolong ikut saya," ucap seorang yang berdiri di hadapan Naira itu yang ternyata bernama Namu. Naira tahu dari name tag yang terpasang di jas yang ia kenakan. "Pak Namu." Tiba-tiba Arhan muncul. Naira menoleh ke arah Arhan dengan raut wajah tanda tanya. "Dia sekertaris pak Yoongi," ucap Arhan yang seolah mengerti dengan maksud adiknya itu. Tanpa bersuara dan dengan ekspresi tak mengerti masih Naira tunjukkan pada kakaknya. "Bos Kakak, suami kamu," ucap Arhan yang seketika pandangan Naira teralihkan ke arah Namu. "Di mana bos mu?" tanya Naira ketus. Ingin sekali ia amuk pria itu sekalipun kini ia sudah menjadi suaminya. Mendengar pertanyaan Naira yang begitu ketus membuat Namu seketika menatapnya dengan tajam. Namum sedetik kemudian ia pun merubah ekspresi wajahnya itu. "Mari ikuti saya," ucap Namu ramah. Naira pun mengikuti Namu dari belakang. Terus berjalan hingga akhirnya mereka berhenti di sebuah ruangan yang Naira sendiri tak tahu itu ruangan apa. Terlebih tak ada papan nama yang terlihat yang membuatnya semakin bertanya-tanya. Namu berdiri di samping Naira dan mulai membuka pintu. Dan tepat ketika pintu dibuka, di momen itu lah gadis berusia dua puluh lima tahun itu kembali dikejutkan dengan sosok pria yang sedang terduduk di tengah sofa yang menghadap ke arahnya yang seolah memang sedang menunggu kehadiran Naira. "Itu Pak Yoongi, silakan masuk, Nona." Namu mempersilakan Naira masuk. Dengan ragu Naira mulai melangkah masuk dan berhenti di jarak sekitar dua meter-an dari pria yang terlihat dingin di hadapannya itu. "Mulai sekarang kamu milik ku." Seketika pandangan Naira pun tertuju pada Yoongi, pria berdarah campuran indonesia – korea selatan, yang kini menjadi suaminya itu. Yoongi beranjak dari tempatnya dan berjalan mendekati Naira. "Ganti pakaian mu dengan gaun yang ada di sana." Yoongi menggerakkan kepalanya sekilas ke arah gaun pengantin berwarna putih yang berada tak jauh darinya. Naira menoleh dan menatap gaun yang ia akui memang terlihat indah nan menawan. "Namu?" ujar Yoongi pada Namu yang masih berada di dekat pintu. "Baik, Pak," jawab Namu yang seolah mengerti ke mana arah tujuan bosnya itu. Lalu ia pun menoleh ke arah luar ruangan. Sedetik kemudian masuklah dua orang wanita yang langsung menuju ke arah Naira. "Hari ini adalah hari pernikahan kita. Dan semua orang harus tau soal itu," ucap Yoongi dengan wajah dinginnya. "Aku yakin kakak mu sudah memberitahukan semuanya. Jadi sekarang lebih baik kamu ikuti saja alurnya." Naira menatap Yoongi dengan penuh kebencian. Tak hanya merasa dijebak oleh kakaknya sendiri tapi Naira juga merasa dilempar ke dalam kandang singa yang terlihat begitu dingin dan mengerikan. Yoongi menghela napasnya dengan tetap menatap lurus ke depan. "Tenang saja, tak hanya keselamatan ibumu tapi juga keselamatan kakakmu sudah aku jaminkan." "Keselamatan? maksudnya?" Yoongi menoleh ke arah Naira dengan tatapan dinginnya. "Kakakmu gak cerita?" Perlahan Naira pun memalingkan wajahnya. Ia mengingat-ingat kejadian sebelumnya yang mana Arhan sempat ingin menjelaskan sesuatu namun karena saking emosinya ia lantas pergi begitu saja yang akhirnya malah bertemu Namu. "Sebenarnya apa yang mau kakak jelaskan tadi? apa mungkin berkaitan dengan keselamatan yang dia maksud?" gumam Naira, yang ternyata Yoongi mendengarnya. "Lupakan saja. Karena lebih baik kamu tidak mengetahuinya," sahut Yoongi. Lalu berlalu begitu saja. Naira menatap kepergian Yoongi dengan penuh tanda tanya. Apa maksud perkataannya barusan? Apa jangan-jangan pernikahan ini terjadi bukan hanya untuk pengobatan ibu Naira saja? Bersambung ...Bab 2 Setelah Pernikahan "Lupakan saja. Karena lebih baik kamu tidak mengetahuinya," sahut Yoongi. Lalu berlalu begitu saja. Naira menatap kepergian Yoongi dengan penuh tanda tanya. Apa maksud perkataannya barusan? Apa jangan-jangan pernikahan ini terjadi bukan hanya untuk pengobatan ibu Naira saja? Singkat cerita resepsi pernikahan Naira dan bos dari kakaknya itu pun selesai digelar. Akan tetapi ada hal yang membuat gadis berhijab itu terus bertanya-tanya dari sejak awal acara dimulai hingga sekarang ini. Yaitu keberadaan Arhan, kakaknya, yang sama sekali tak terlihat olehnya. "Kak Arhan ke mana?" tanya Naira pada Yoongi, pria yang kini betul-betul telah menjadi suaminya. "Dia sudah pergi," balas Yoongi tanpa menoleh ke arah Naira. "Pergi? pergi kemana?" Tiba-tiba Yoongi mengalihkan pandangannya ke arah Naira dengan tatapan dingin. "Sudah ku katakan sebelumnya, lebih baik kamu gak usah mengetahui apapun yang berkaitan dengan kakakmu. Cukup diam dan ikuti saja alur
Bab 3 Benda Terlarang Dengan terpaksa Naira lantas beranjak dari tempat ku. "Lagian siapa sih yang dia maksud? kenapa juga aku harus ikut?" gerutu Naira seraya terus berjalan menyusul langkah Yoongi. Singkat cerita Naira sudah sampai di kantor milik Yoongi. Kedatangannya untuk pertama kalinya ke tempat kerja pria berstatus suaminya itu betul-betul disambut dengan senyuman ramah dari setiap orang yang ia temui. Sebuah sambutan yang sebelumnya tak pernah ia terima selama hidupnya. Naira dan Yoongi terus berjalan beriringan yang menuju satu ruangan. Sementara itu, Namu tetap mengikuti mereka dari belakang. "Kita mau ke mana?" tanya Naira saat ia dan Yoongi akan memasuki sebuah lift. "Ruang kerja ku," balas Yoongi tanpa menoleh ke wanita berhijab itu. Naira hanya mangut-mangut dan memilih tak bertanya lagi. Walaupun sebenarnya isi kepalanya begitu berisik lantaran dipenuhi berbagai pertanyaan terkait keikutsertaannya ke kantor milik Yoongi hari itu. Ting! Begitu terdeng
Bab 4 Terkuaknya Tugas yang Diberikan? Arhan terus berjalan dengan sesekali menoleh ke arah Naira. Dari raut wajahnya, ia begitu berat untuk meninggalkan adiknya itu. Namun di sisi lain, karena kesepakatan yang ia buat dengan bosnya lah yang membuatnya terpaksa melangkah pergi dengan membawa tujuan yang masih menjadi misteri. *** Seperginya Arhan, Yoongi lantas meminta Namu untuk mengantar Naira kembali ke ruang pribadinya. "Apa kamu tau ke mana perginya kakakku?" tanya Naira yang berjalan hampir beriringan dengan sekertaris suaminya itu. Sayangnya, Namu tak menjawab dan terus berjalan tanpa menoleh sedikit pun ke arah Naira. Mendapati sikap Namu yang demikian, Naira hanya menghela napas kasar. Kali ini pikirannya kembali berisik dan tak lagi bisa berpikir positif. Bahkan pikirannya itu terus saja berlangsung hingga ia sampai di ruang pribadi Yoongi. "Kalau Nona membutuhkan sesuatu, Nona bisa menghubungi saya," kata Namu, ia lalu pergi. "Kak ... kenapa kamu bawa barang i
Bab 5 Usaha Mengubah Keputusan"Mulai sekarang jangan bicara apapun sama aku sebelum kamu menarik tugas yang kamu berikan ke kakakku!" ancam Naira. Mendapati sikap Naira yang demikian, Yoongi, yang tadinya bersikap lembut mendadak kembali memperlihatkan sikap dinginnya. Ia menatap Naira dengan tajam yang membuat Naira merasa ketakutan. "Kemarahanmu tidak akan mengubah apapun. Kakakmu sudah pergi dan sekarang harusnya dia sudah sampai di tempat tujuannya," ujar Yoongi. "Jadi ... benar—""Ya. Demi kamu dan pengobatan ibumu, Arhan mengambil pekerjaan ini," tukas Yoongi. Ia lantas melangkahkan kakinya meninggalkan Naira. Naira kembali menangis yang bahkan kali ini semakin menjadi-jadi. Ia berteriak histeris dan mempertanyakan mengapa kakaknya semudah itu mengambil pekerjaan kotor hanya demi uang, demi dirinya yang Naira sendiri merasa kalau ia baik-baik saja. "Kenapa, kak? kenapa?" racau Naira sambil terisak. Beberapa saat kemudian, di saat Naira sudah mulai agak tenang, ia pun memi
Bab 5 Usaha Mengubah Keputusan"Mulai sekarang jangan bicara apapun sama aku sebelum kamu menarik tugas yang kamu berikan ke kakakku!" ancam Naira. Mendapati sikap Naira yang demikian, Yoongi, yang tadinya bersikap lembut mendadak kembali memperlihatkan sikap dinginnya. Ia menatap Naira dengan tajam yang membuat Naira merasa ketakutan. "Kemarahanmu tidak akan mengubah apapun. Kakakmu sudah pergi dan sekarang harusnya dia sudah sampai di tempat tujuannya," ujar Yoongi. "Jadi ... benar—""Ya. Demi kamu dan pengobatan ibumu, Arhan mengambil pekerjaan ini," tukas Yoongi. Ia lantas melangkahkan kakinya meninggalkan Naira. Naira kembali menangis yang bahkan kali ini semakin menjadi-jadi. Ia berteriak histeris dan mempertanyakan mengapa kakaknya semudah itu mengambil pekerjaan kotor hanya demi uang, demi dirinya yang Naira sendiri merasa kalau ia baik-baik saja. "Kenapa, kak? kenapa?" racau Naira sambil terisak. Beberapa saat kemudian, di saat Naira sudah mulai agak tenang, ia pun memi
Bab 4 Terkuaknya Tugas yang Diberikan? Arhan terus berjalan dengan sesekali menoleh ke arah Naira. Dari raut wajahnya, ia begitu berat untuk meninggalkan adiknya itu. Namun di sisi lain, karena kesepakatan yang ia buat dengan bosnya lah yang membuatnya terpaksa melangkah pergi dengan membawa tujuan yang masih menjadi misteri. *** Seperginya Arhan, Yoongi lantas meminta Namu untuk mengantar Naira kembali ke ruang pribadinya. "Apa kamu tau ke mana perginya kakakku?" tanya Naira yang berjalan hampir beriringan dengan sekertaris suaminya itu. Sayangnya, Namu tak menjawab dan terus berjalan tanpa menoleh sedikit pun ke arah Naira. Mendapati sikap Namu yang demikian, Naira hanya menghela napas kasar. Kali ini pikirannya kembali berisik dan tak lagi bisa berpikir positif. Bahkan pikirannya itu terus saja berlangsung hingga ia sampai di ruang pribadi Yoongi. "Kalau Nona membutuhkan sesuatu, Nona bisa menghubungi saya," kata Namu, ia lalu pergi. "Kak ... kenapa kamu bawa barang i
Bab 3 Benda Terlarang Dengan terpaksa Naira lantas beranjak dari tempat ku. "Lagian siapa sih yang dia maksud? kenapa juga aku harus ikut?" gerutu Naira seraya terus berjalan menyusul langkah Yoongi. Singkat cerita Naira sudah sampai di kantor milik Yoongi. Kedatangannya untuk pertama kalinya ke tempat kerja pria berstatus suaminya itu betul-betul disambut dengan senyuman ramah dari setiap orang yang ia temui. Sebuah sambutan yang sebelumnya tak pernah ia terima selama hidupnya. Naira dan Yoongi terus berjalan beriringan yang menuju satu ruangan. Sementara itu, Namu tetap mengikuti mereka dari belakang. "Kita mau ke mana?" tanya Naira saat ia dan Yoongi akan memasuki sebuah lift. "Ruang kerja ku," balas Yoongi tanpa menoleh ke wanita berhijab itu. Naira hanya mangut-mangut dan memilih tak bertanya lagi. Walaupun sebenarnya isi kepalanya begitu berisik lantaran dipenuhi berbagai pertanyaan terkait keikutsertaannya ke kantor milik Yoongi hari itu. Ting! Begitu terdeng
Bab 2 Setelah Pernikahan "Lupakan saja. Karena lebih baik kamu tidak mengetahuinya," sahut Yoongi. Lalu berlalu begitu saja. Naira menatap kepergian Yoongi dengan penuh tanda tanya. Apa maksud perkataannya barusan? Apa jangan-jangan pernikahan ini terjadi bukan hanya untuk pengobatan ibu Naira saja? Singkat cerita resepsi pernikahan Naira dan bos dari kakaknya itu pun selesai digelar. Akan tetapi ada hal yang membuat gadis berhijab itu terus bertanya-tanya dari sejak awal acara dimulai hingga sekarang ini. Yaitu keberadaan Arhan, kakaknya, yang sama sekali tak terlihat olehnya. "Kak Arhan ke mana?" tanya Naira pada Yoongi, pria yang kini betul-betul telah menjadi suaminya. "Dia sudah pergi," balas Yoongi tanpa menoleh ke arah Naira. "Pergi? pergi kemana?" Tiba-tiba Yoongi mengalihkan pandangannya ke arah Naira dengan tatapan dingin. "Sudah ku katakan sebelumnya, lebih baik kamu gak usah mengetahui apapun yang berkaitan dengan kakakmu. Cukup diam dan ikuti saja alur
Bunga Di Balik Pernikahan Bab 1 Mendadak Menikah "Ijab kabul?!" Naira terkejut mendengar apa yang barusan disampaikan Arhan, kakak kandungnya. Di mana Arhan mengatakan kalau dirinya baru saja melakukan ijab kabul dengan atasannya, alias menikahkan Naira dengan bosnya sendiri. "Jadi tujuan Kakak bawa aku tempat ini karena ...." Arhan mengangguk tak berdaya. "Astaghfirullah, Kak ... kenapa?" mendadak kedua mata Naira mulai berair mendapati kenyataan yang ... bagaimana bisa kakaknya berbuat demikian tanpa persetujuan darinya terlebih dahulu. Arhan masih bergeming tak bersuara. "Jawab aku, Kak!" sentak Naira. Naira betul-betul merasa syok. Tak habis pikir rasanya dengan perbuatan kakak kandungnya yang dimana hal tersebut adalah sesuatu yang penting dan sakral. Terlebih Arhan sendiri tidak pernah mengatakannya pada Naira sebelumnya. "Maafkan Kakak Naira, Kakak terpaksa melakukan semua ini," jelas Arhan dengan wajah tak berdayanya. Naira menggeleng tak percaya. "Bisa-bis