Share

Kecewa Masa Lalu

Penulis: LinDaVin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Duda Itu Mantan Pacarku

Part 32

Oleh : LinDaVin

“Rania?” ulang Ibunya Mas Satria saat mendengar aku menyebutkan namaku. Mata wanita paruh baya itu menyipit dengan kening berkerut, dia lalu menoleh pada Mas Satria. “Ra … Rania.”

“Iya Rania,” jawab Mas Satria disertai anggukan kemudian melihat ke arahku dengan raut wajah yang terlihat tegang.

Aku tidak bisa berpikir apapun dan detak jantung ini kian cepat saja sepertinya. Debarannya semakin mengencang membuat perasaanku semakin tegang. Telapak tanganku terasa semakin dingin, napasku tertahan untuk sesaat.

“Rania yang dari Jogja?” tanya wanita itu lagi seperti ingin memastikan apa yang dia maksud itu adalah orang yang sama.

Mas Satria mengangguk pelan mengiyakan apa yang Ibunya maksud. Raut wajah wanita paruh baya yang tadi terlihat penuh tanya itu kini berubah. Aku menelan saliva melihat perubahan wajah wanita itu, merasa takut dan tidak nyaman. Yah … pasti dia mulai menginggatku dengan segala hal yang pernah aku lakukan dulu pada Mas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Belenggu Masa Lalu

    “Ibu tidak menyukaimu sebagai gadis yang Satria sukai, tapi, Ibu menyukaimu sebagai gadis yang Ibu kenal sewaktu di taman.” Ibu kembali melanjutkan kata-katanya.Apa yang ibu sampaikan membuatku semakin menjadi semakin bingung, dia tidak menyukaiku, tapi, dia juga menyukaiku. Lalu apa maksud dari perkataannya, aku tidak mengerti apa yang ibu maksud dan yang dia inginkan sebenarnya. Mas Satria juga terlihat mengernyitkan dahi seperti sedang mencari pemahaman atas apa yang Ibunya sampaikan.“Maksud Ibu?” tanya Mas Satria kemudian.“Maksud ibu? Maksud Ibu agar Rania tau ibu kecewa padanya dan belum bisa lupa atas apa yang pernah dia lakukan dulu.” Ibu menjawab pertanyaan dari Mas Satria. “Lalu?” tanya Mas Satria lagi.“Lalu apa?” Ibu balik bertanya pada anak laki-lakinya itu.“Satria dan Rania?” “Kalian kenapa? Kan tadi sudah ibu bilang, andai pun ibu melarang kalian berhubungan, apa itu akan lantas membuatmu mengakhiri hubungan dengan Rania, tidak kan?” Ibu terdengar menarik napas dal

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Sebuah Harapan

    “Bawa apa itu?” tanya Ibu lagi sambil berjalan mendekat. Aleya memindahkan tote bag dari tangan kananya ke kiri dan kemudian meraih tangan Ibu untuk salim.“Ada deh … Leya yang bikin loh, Leya bawa ke belakang ya, Bu.” Aleya tersenyum pada wanita paruh baya yang juga mantan ibu mertuanya itu.“Mbak,” sapa Aleya padaku, aku mengangguk dan memaksa senyum meski terasa canggung dan kikuk. “Ayra … sini sama Bunda.” Aleya memanggil Ayra yang masih duduk di pangkuanku.“Ayra nggak salim Bunda,” bisikku pada Ayra kemudian. Bocah kecil menggemaskan itu turun dari pangkuanku dan berjalan menuju ke Aleya.Aleya mengulurkan tangannya yang disambut oleh Ayra. Perempuan dengan setelan biru itu menunduk untuk mencium pipi Ayra. Terlihat Aleya menurunkan badannya kemudian berdiri dengan lututnya untuk menyamakan tingginya dengan Aleya.“Ayuk ke belakang sama Bunda,” ajak Aleya, sosok kecil itu mengangguk. Dengan tangan kanannya dia mengendong Aleya dan k

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Merasa Bersalah

    “Mama Ayra?” aku mengulang kata- kata Mas Satria untuk memastikan kalau aku tidak salah dengar. Mas Satria memintaku menjadi mama-nya Ayra, itu berarti dia ingin aku menikah dengannya.“Iya, mamanya Ayra.” Mas Satria mengangguk menegaskan.“Mas sedang tidak menggodaku kan?” tanyaku kembali memastikan.“Dih … nggak, Sayang.” Mas Satria menarik hidungku dengan gemas. “Aku serius, mau ya .. ya .. mau kan?” Sepasang alis itu terangkat berulang dengan senyum jahil.“Ish … tuh kan becanda,” ucapku dengan memanyunkan bibir. Melihatku Mas Satria malah tertawa, tawanya terdengar lepas seperti ada baban yang hilang.“Aku serius, Sayang. Aku tidak ingin menunggu lebih lama, aku butuh kamu dalam hidupku. Kamu mau … menikah denganku kan?” Mas Satria meraih tanganku dan kemudian menciumnya. Aku terdiam tidak kaget juga sebenarya, tapi, tidak mengira juga akan secepat ini. Tapi, Mas Satria benar aku juga tidak ingin menunggu lebih lama lagi.

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Ada Apa dengan Aleya

    “Meski nggak lapar ya kudu tetap makan, Sayang. Aku yang mengajakmu kemana-mana hari ini dan aku juga yang harus bertanggung jawab atas semuanya kan?! Termasuk juga dengan urusan perut.” “Aku nggak bisa makan,” ucapku lagi mengulang maksud penolakanku. “Aku suapin?” goda mas Satria.“Ish … beneran belum pengen makan,” ucapku lagi menegaskan.“Ya udah minum dulu.” Mas Satria meraih cangkir keramik dengan warna krem itu dan kemudian memberikan padaku. Dengan tangan kanan aku menyambut cangkir yang berisi teh itu dari Mas Satria. Tangan pria itu masih ikut memeganggi sampai aku menegak sebagian dari isi cengkir tersebut. Mas Satria mengembalikan cangkir berisi teh yang sebagian telah aku minum itu di atas meja.“Sedikit lebih baik?” tanyanya padaku, aku menggeleng dan kemudian mengangkat bahu.“Maaf, bukannya aku ingin merusak suasana,” uangkapku lagi.Aku juga tidak tau kenapa perasaanku jadi kacau seperti i

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Ini Cinta

    “Kita ke dokter saja, ya?!” Ibu masih terlihat cemas, terlihat jelas dari gurat wajahnya. “Nggak usah, Bu. Hanya pusing … sepertinya tekanan darah rendah lagi.” Aleya menolak, masih dengan mata terpejam bibirnya terlihat mencoba tersenyum.“Kamu yakin?” tanya Mas Satria kemudian, Aleya mengangguk.Wajah ayu Aleya masih nampak pucat meski dia terlihat memaksa untuk tersenyum dan meyakinkan yang lain kalau dia dalam kondisi baik. Sekilas mata itu terbuka dan dia melihat ke arahku, senyum samar kembali dia ulas. Tapi, kenapa rasanya tidak nyaman ya, terbaca olehku ada perih yang coba ia tahan dan tidak ingin dia tunjukkan pada siapapun.Sungguh ini bukanlah situasi ataupun keadaan yang aku ingginkan. Saat aku bahagia menemukan cintaku kenapa harus ada sisi hati yang lain yang harus terluka. Mas Satria benar kita tidak bisa membuat semua orang bahagia, tapi, saat melihat perempuan sebaik Aleya terluka. Hatiku seakan bisa merasakan kesakitan yang sama

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 49

    “Sabar.” Dengan telapak tangan kanan aku menutup cepat bibirku, hingga bibir Mas Satria menyentuh punggung tanganku. Meski begitu tetap saja wajah kami saling bersentuhan satu dengan yang lainnya. “Maaf,” ucap Mas Satria kemudian, tapi, wajah itu belum juga beralih. “Aku mencintaimu sungguh.” “Iya tau,” jawabku masih dengan tangan kanan membekap bibirku sendiri.Dengan tangan kiri aku mendorong dada Mas Satria, tapi, percuma tubuh itu sama sekali tak bergerak. Perasaanku campur aduk jadinya, debaran di dada belum juga mereda meski aku bisa sedikit mengendalikan diriku. Sebuah kecupan mas Satria daratkan cepat di keningku sebelum dia akhirnya melangkah mundur untuk memberiku ruang gerak.“Ish … curang,” ucapku sedikit manyun.“Mau dibalikin? Sini aja.” Mas Satria malah tertawa dan menunjuk pipi kanannya.“Apaan.” Aku memukul pelan lengan pria yang masih saja tertawa itu. Tetap saja kecolongan meski aku berusaha menolak atau memang aku yang memberinya kesempatan. Entahlah … aku belum

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 50

    "Dih ... napsu amat minta di culik," celetukku dan lagi-lagi pria itu terkekeh.Sebuah jalan setapak dengan lebar sekitar satu meter aku lewati bersama Mas Satria, relatif sepi karena jalan berbatasan dengan tembok belakang rumah beberapa blok. Obrolan tak jelas mewarnai perjalanan kami yang tidak sampai sepuluh menit. Sepanjang jalan tangan Mas Satria tidak melepas genggamannya dari tanganku.Berjalan berdua seperti ini seperti sedang mengingat masa lalu dimana kami sering berjalan ke depan gang kost-kostan untuk membeli makanan atau sekedar jalan melepas bosan. Sedekat inilah kami dulu bahkan lebih dekat karena kami terbiasa melakukan hal bersama. Aku juga masih cukup manja saat itu, sesuai dengan umurku yang memang masih belasan.“Kok jalan kaki?” Baru saja aku akan mengucap salam saat mama tiba-tiba menyapaku ketika aku selesai membuka pagar.“Ish … mama bikin kaget, Assalamualaikum.” Aku menghampiri mama yang terlihat sedang menyirami tanama

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 51

    “Antar mama ke RSI … ta-tadi kata Ronan temannya Arya di bawa kesana,” jawab mama dengan berlinang air mata.“i … iya … tunggu, tunggu … mama tenang sebentar. Sebentar yah ….” Aku mencoba untuk sedikit tenang agar bisa berpikir. “Aku ambil sweater dulu.” Tanpa menunggu jawaban mama aku bergegas keluar kamar dan kembali ke kamarku untuk mengambil sweater. Ponselku yang masih mengisi daya langsung aku ambil beserta chargher nya sekalian dan memasukkan ke dalam tas. Sejenak menarik napas untuk mengingat apa saja yang perlu aku bawa. Aku melihat kembali isi tasku dan memastikan dompet sudah ada di dalamnya. Setelah memastikan cukup aku langsung keluar dari kamar. Terlihat mama sudah menungguku di ruang tamu.“Ma … kunci mobil dimana?” tanyaku saat tidak menemukan kunci mobil yang biasanya di letakkan di samping meja tv di ruang tengah. Tidak ada sahutan dari mama aku kemudian mencari di sekitar ruang tengah. Ya Tuhan … saat panik dan terburu-buru seperti ini kenapa harus pake acara nye

Bab terbaru

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 105 END

    Segelas kopi aku siapkan untuk Mas Danta selepas aku membersihkan diri tadi, aku mandi terlebih dahulu karena Mas Danta masih menerima panggilan telepon dari rekannya. Aroma harum kopi menguar dari gelas yang sedang aku bawa ke ruang tengah. Aku menunggu Mas Danta selesai membersihkan diri dan sudah siap untuk menceritakan semua yang tadi terjadi.Aku berharap tidak akan terjadi kesalah pahaman antara aku dan mas Danta nantinya. Dalam perjalanan pulang tadi, aku sudah memilih kata-kata dan merangkainya menjadi kalimat-kalimat yang akan aku sampaikan kepada Mas Danta. Bicara masalah hati memang bukan yang mudah apalagi Mas Danta juga tau bagaimana aku dan Mas Satria dulu.“Humm … wanginya,” ucapku saat indra penciumanku menghidu aroma wangi yang hadir bersama Mas Danta yang berdiri di belakangku.Aku duduk bersandar di sofa saat Mas Danta datang dan kemudian melingkarkan ke dua tangannya di leherku. Kepalaku mendongak dan sebuah kecupan suamiku itu berika

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 104

    “Sangat bahagia,” jawabku tanpa melepas pandanganku darinya. Rasanya sesak saat aku harus mengatakan ini semua.“Bukankah aku harusnya bahagia?” ucap Mas Satria memaksakan senyumnya, tapi, air matanya malah semakin deras. “Tapi, kenapa sakit sekali rasanya,” lanjutnya kemudian.“Semua sudah berlalu, aku tidak akan mencari siapa yang benar dan siapa yang salah. Mas sudah mengambil jalan mas sendiri dan aku menerima semuanya meski semua itu tidak mudah. Sekarang aku juga sudah menentukan jalanku sendiri. Kita boleh bermimpi, memiliki rencana ini dan itu, akan tetapi, tetap semua kembali ke kehendak Tuhan. Itu dulu yang aku sematkan dalam pikiran saat terpuruk atas semuanya. Sekarang aku sudah bahagia dengan apa yang Tuhan pilihkan untukku, aku berharap mas juga mendapatkan kebahagiaan yang sama. Apa yang pernah terjadi dan yang sudah kita lewati biarkan menjadi bagian dari sebuah kenangan. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah berjalan kedepan meski kita

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 103

    “Duh, pengantin baru basah terus rambutnya.” Aku langsung nyengir mendengar ucapan Kak Regina yang berdiri di depan pintu kamarku.Sore ini memang aku pulang ke mama untuk mengambil beberapa pakaian untuk aku bawa ke rumah Mas Danta, yah rumah baruku juga. Juga beberapa barang yang ssekiranya aku perlukan, tidak semua aku bawa karena Mas Danta sudah menyiapkan semuanya lengkap. Mas Danta sedang mengobrol di depan dengan Arya, Mama dan Abang Iparku.“Mana ada basah,” kilahku kemudian, sebelum berangkat tadi aku sudah lebih dulu mengeringkan rambutku dibantu Mas Danta.“Iya tapi, bekas keramas ini.” Kak Sisil mendekatiku dan membaui rambutku. “Bau shampoo,” godanya lagi sambil tertawa, lagi-lagi aku hanya nyengir.“Gimana?” Kak Sisil mengangkat alis dan matanya naik turun, sudah kayak orang cacingan. “Seru kan?!” siku Kakak perempuanku itu menyikut pinggangku pelan.“Apanya?” tanyaku pura-pura tidah paham, padahal aku tahu apa yang dimaks

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 102

    Aku meminta Mas Danta terlebih dahulu untuk keluar menemui keluarganya yang barusan datang, aku menyusul setelah kembali membersihkan diri dan merapikan keadaanku.*Kegiatan hari ini memang cukup padat dan melelahkan aku tidak bisa membayangkan saat pesta resepsi nanti akan seperti apa heboh dan capeknya. Rangkaian acara demi acara hampir selesai di gelar hingga akhirnya semua selesai jam 10 malam. Mama dan Papa meminta aku dan Mas Danta istirahat terlebih dahulu karena sepertinya mereka melihat aku yang sudah cukup kelelahan.“Danta pulang ke rumah aja, ya Mah,” pamit Mas Danta kemudian.“Iya sudah kaliah terlihat lelah sekali, iya disana lebih tenang, di sini masih banyak kerabat.” Mama mengangguk dan mengiyakan. Rumah Mas Danta dan rumah Mama hanya berselang beberapa rumah saja, kami berjalan kaki dari rumaah mama setelah berpamitan dengan keluarga. Bisa dipastikan beberapa keluarga mencandai Mas Danta saat berpamitan dasar Mas Danta buka

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 101

    “Mas … aku merinding,” ucapku lalu sedikit melangkah mundur. “Aku bisa sendiri, ntar bantu narik pelan-pelan aja.” Kembali aku melanjutkan, baju ganti yang aku bawa aku letakkan di atas sebuah meja yang berada di dalam kamar.Aku mulai membuka pelan kebaya yang aku kenakan, masih merasa tenang sebenarnya karena aku mengenakan dalaman yang senada dengan warna kulit. Hanya saja kalau tetap dibantu, sentuhan tangan dari mas Danta justru membuatku bergidik karena memang belum terbiasa. Setelah membuka seluruh kancing aku berdiri membelakangi suamiku itu dan memintanya membantu menarik kebayaku dari belakang.“Aku taruk di ranjang ya?” tanya Mas Danta dan akupun mengangguk.“Makasih, aku ke kamar mandi dulu,” ucapku kemudian saat Mas Danta meletakkan kebayaku di ranjang.“Mas nggak usah ikut, disitu saja dulu,” lanjutku kembali saat melihat mas Danta mengikutiku.“Aku nggak akan ngapa-ngapain, Sayang. Tenang aja, lagian kan di luar masih banya

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 100

    “Terima kasih suamiku tercinta semoga mas kawin yang diberikan memberikan manfaat dan saya mohon jadilah suami yang bertanggung jawab baik lahir maupun batin, terima kasih.” Sama seperti Mas Danta dengan suara sedikit parau karena menahan haru aku mengikuti apa yang penghulu ucapkan dan menerima mas kawin yang diberikan oleh suamiku itu. Untuk kali pertama setelah resmi menjadi nyonya Danta aku mencium punggung tangan suamiku itu dan sebuah ciuman di kening Mas danta berikan sebagai balasannya.Ini bukan yang pertama untukku menjalani prosesi seperti ini, hanya saja kali ini terasa berbeda. Sebuah moment penuh drama … Ah, itu sudah menjadi masa lalu dan sekarang aku sudah membuka sebuah lembaran baru dalam kehidupanku. Penghulu meminta kami duduk karena kami harus menandatangani buku nikah dan juga berkas lainnya. “Sesudah akad nikah saya Danta Pramudya Khalik berjanji dengan sesungguh hati, bahwa saya akan mempergauli isteri saya bernama Rania

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 99

    “Bukan mas Satria, tapi, tentang Ibunya dan juga bapak mertuanya,” jelasku memulai cerita.Aku kemudian mulai menceritakan tentang apa yang terjadi dengan mas Satria berdasarkan kabar yang aku terima dari teman-temanku. Juga tentang apa yang aku lihat sewaktu di mall tadi, dimana aku melihat bapak Aleya dan juga melihat Ibu Mas Satria menjual perhiasan. Aku juga mendengar kalau uang itu akan diberikam kepada bapak Aleya sebagai modal untuk usaha. Aku juga menceritakan kecurigaanku atas kecurangan bapak Aleya kepada Mas Danta.“Apa sebaiknya aku memberi tahu Mas Satria tentang hal ini, agar bisa mencegah ibunya memberikan uang itu kepada bapak Aleya?” tanyaku bingung. “Tapi, aku sudah tidak ingin ikut campur dalam hal apapun lagi sebenarnya,” lanjutku.“Sayang, bukan aku melarang kamu untuk memberitahukan hal itu kepada Satria atau membantunya. Tapi, kamu juga harus punya bukti yang kuat, bukan sekedar dugaan atau pun kecurigaan semata. Apa kamu punya bukti

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 98

    “Sini?” tunjukku kemudian dengan dagu.Mas Danta berhenti di sebuah toko perhiasan yang berda di lantai 1.“Pak titip belanjaan, ya.” Mas Danta berbicara dengan seseorang yang berjaga di depan toko perhiasan.“Baik, Pak.” Pria yang berjaga itu kemudian membantu mendorong troli dan meminggirkan tepat di belakang pria itu berjaga-jaga.Mas Danta kemudian mengandengku masuk ke dalam toko perhiasan yang paling terkenal di kota ini. Pelayan dengan seragam batik menyambut kami dengan ucapan selamat datang dan menanyakan tentang perhiasan apa yang kami cari.“Yang satu set, Mbak,” jawab Mas Danta kemudian.“Silahkan di sebelah sini, Pak.” Dengan tangan kanan pelayan berkulit putih itu menunjuk sebuah etalase.“Buat siapa?” tanyaku pada Mas Danta setengah berbisik.“Buat calon istriku,” jawab Mas Danta, aku menunjuk diriku sendiri dengan jari telunjuk dan pria itu mengangguk.“Kan sudah dapat dari mama,” ucapk

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 97

    “Tunggu sebentar ya, Sayang. Ini sudah selesai kok, dari rumah sakit aku langsung nyusul kesana.”Sebuah pesan masuk di ke ponselku, pesan dari Mas Danta. Aku sedang keluar ke sebuah mall di tengah kota guna berbelanja beberapa barang untuk di kafe. Mas Danta memintaku untuk naik taksi online karena dia yang akan menjemputku nanti. Sudah hampir dua jam aku berada di sini dan sudah mendapatkan barang-barang yan aku cari.Sebuah coffe shop di lantai tiga menjadi tempatku untuk menyandarkan tubuh lelahku. Sewaktu berkeliling tadi sama sekali tidak terasa capeknya, akan tetapi, setelah selesai baru aku rasakan kaki rasanya pegal meski aku tidak mengunakan alas kaki dengan hak tinggi. Mungkin saking asiknya melihat barang-barang sampai lupa capek tadi sewaktu di toko.“Silahkan milk shake coklatnya, Kak.” Seorang pelayan dengan seragam pink fanta menghampiri mejaku untuk mengantarkan minuman pesananku.“Oh … makasih,” jawabku kemudian.“Untuk

DMCA.com Protection Status