Share

Ini Cinta

Penulis: LinDaVin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-11 19:00:10

“Kita ke dokter saja, ya?!” Ibu masih terlihat cemas, terlihat jelas dari gurat wajahnya.

“Nggak usah, Bu. Hanya pusing … sepertinya tekanan darah rendah lagi.” Aleya menolak, masih dengan mata terpejam bibirnya terlihat mencoba tersenyum.

“Kamu yakin?” tanya Mas Satria kemudian, Aleya mengangguk.

Wajah ayu Aleya masih nampak pucat meski dia terlihat memaksa untuk tersenyum dan meyakinkan yang lain kalau dia dalam kondisi baik. Sekilas mata itu terbuka dan dia melihat ke arahku, senyum samar kembali dia ulas. Tapi, kenapa rasanya tidak nyaman ya, terbaca olehku ada perih yang coba ia tahan dan tidak ingin dia tunjukkan pada siapapun.

Sungguh ini bukanlah situasi ataupun keadaan yang aku ingginkan. Saat aku bahagia menemukan cintaku kenapa harus ada sisi hati yang lain yang harus terluka. Mas Satria benar kita tidak bisa membuat semua orang bahagia, tapi, saat melihat perempuan sebaik Aleya terluka. Hatiku seakan bisa merasakan kesakitan yang sama
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Semoga apapun keadaan Aleya tidak menjadikan Satria dan Rania membatalkan rencana pernikahan mereka
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
satria sejak berjumpa lagi dgn Rania cinta pertama nya begitu senang banyak senyum dn klo tertawa nya lepas g jutek lagi dinhin kaya es batu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 49

    “Sabar.” Dengan telapak tangan kanan aku menutup cepat bibirku, hingga bibir Mas Satria menyentuh punggung tanganku. Meski begitu tetap saja wajah kami saling bersentuhan satu dengan yang lainnya. “Maaf,” ucap Mas Satria kemudian, tapi, wajah itu belum juga beralih. “Aku mencintaimu sungguh.” “Iya tau,” jawabku masih dengan tangan kanan membekap bibirku sendiri.Dengan tangan kiri aku mendorong dada Mas Satria, tapi, percuma tubuh itu sama sekali tak bergerak. Perasaanku campur aduk jadinya, debaran di dada belum juga mereda meski aku bisa sedikit mengendalikan diriku. Sebuah kecupan mas Satria daratkan cepat di keningku sebelum dia akhirnya melangkah mundur untuk memberiku ruang gerak.“Ish … curang,” ucapku sedikit manyun.“Mau dibalikin? Sini aja.” Mas Satria malah tertawa dan menunjuk pipi kanannya.“Apaan.” Aku memukul pelan lengan pria yang masih saja tertawa itu. Tetap saja kecolongan meski aku berusaha menolak atau memang aku yang memberinya kesempatan. Entahlah … aku belum

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-12
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 50

    "Dih ... napsu amat minta di culik," celetukku dan lagi-lagi pria itu terkekeh.Sebuah jalan setapak dengan lebar sekitar satu meter aku lewati bersama Mas Satria, relatif sepi karena jalan berbatasan dengan tembok belakang rumah beberapa blok. Obrolan tak jelas mewarnai perjalanan kami yang tidak sampai sepuluh menit. Sepanjang jalan tangan Mas Satria tidak melepas genggamannya dari tanganku.Berjalan berdua seperti ini seperti sedang mengingat masa lalu dimana kami sering berjalan ke depan gang kost-kostan untuk membeli makanan atau sekedar jalan melepas bosan. Sedekat inilah kami dulu bahkan lebih dekat karena kami terbiasa melakukan hal bersama. Aku juga masih cukup manja saat itu, sesuai dengan umurku yang memang masih belasan.“Kok jalan kaki?” Baru saja aku akan mengucap salam saat mama tiba-tiba menyapaku ketika aku selesai membuka pagar.“Ish … mama bikin kaget, Assalamualaikum.” Aku menghampiri mama yang terlihat sedang menyirami tanama

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-12
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 51

    “Antar mama ke RSI … ta-tadi kata Ronan temannya Arya di bawa kesana,” jawab mama dengan berlinang air mata.“i … iya … tunggu, tunggu … mama tenang sebentar. Sebentar yah ….” Aku mencoba untuk sedikit tenang agar bisa berpikir. “Aku ambil sweater dulu.” Tanpa menunggu jawaban mama aku bergegas keluar kamar dan kembali ke kamarku untuk mengambil sweater. Ponselku yang masih mengisi daya langsung aku ambil beserta chargher nya sekalian dan memasukkan ke dalam tas. Sejenak menarik napas untuk mengingat apa saja yang perlu aku bawa. Aku melihat kembali isi tasku dan memastikan dompet sudah ada di dalamnya. Setelah memastikan cukup aku langsung keluar dari kamar. Terlihat mama sudah menungguku di ruang tamu.“Ma … kunci mobil dimana?” tanyaku saat tidak menemukan kunci mobil yang biasanya di letakkan di samping meja tv di ruang tengah. Tidak ada sahutan dari mama aku kemudian mencari di sekitar ruang tengah. Ya Tuhan … saat panik dan terburu-buru seperti ini kenapa harus pake acara nye

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-13
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 52

    “Kalau menerut informasi yang aku dapat barusan sepertinya ada patah di bagian lengan tangan kiri. Langsung kita CT Scan saja untuk pastinya. Sekalian untuk mengecek bagian – bagian lainnya. Untuk administrasi kamu isi data Arya dulu, sedangkan hal lainnya nanti aku yang bantu.” Mas Danta memberikan instruksi tentang hal yang harus aku lakukan.“Iya, Mas.” Aku bingung harus menjawab apa selain juga aku banyak pikiran yang berjejal dalam benakku.“Dokter Danta kok di sin” Aku dan Mas Danta masih berdiri dihadapan, saat seorang perempuan dengan kerudung hitam mennyapa Mas Danta.“Dokter Mega, ini ada keluarga yang mengalami kecelakaan. Kebagian jaga?” Kedua dokter itu bterlibat dalam sebuah pembicaraan.“Mas … aku urus administrasinya dulu, ya.” Aku berpamitan pada Mas Danta yang masih terlibat obrolan dengan perempuan berkerudung yang disapanya dengan panggilan dokter Mega itu.“Yau dah, biar tante sama aku.”Mas Danta mengangguk menjawab

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-13
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 53

    Aku sepertinya kehabisan kata-kata atau sebenarnya sedang malas untuk menangapi hal itu. Mencoba untuk abai dan berpikir positif, berpikir hubungan mereka hanya sebatas balas budi atau apalah. Tapi, tetap saja aku tidak bisa untuk tidak berpikir aneh aneh tentang mereka. Mungkin aku berlebihan atau terlalu perasa atas kondisi mereka berdua sekarang. Hanya saja itulah yang aku rasakan sekarang, aku tidak suka.“Kamu, ngapain di sini?” tanya Mas Satria kemudian padaku.“Aku … emm maksudnya Arya kecelakaan dan kondisinya sangat buruk. Mungkin besok akan operasi, tapi, lebih jelasnya belum tau.” Sedikit blepotan aku menjawab efek dari rasa kesal yang sedang coba aku tutupi.“Ditabrak? Terus apa saja yang luka?” Mas Satria terlihat sedikit kaget mendengar jawabanku.“Kenapanya belum tau, mungkin kecelakaan tunggal. Tadi sepintas dengar ada patah di bagian lengan, terus luka-luka di kaki bagian lututnya, dagunya juga tadi dama tangan,” jelasku pada Mas Satria kemudian.Tidak banyak yang bis

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-24
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 54

    Aku raih minuman di depanku dan meneguknya perlahan, ada rasa sebah dan kesal di dada yang tidak tertahan. Tanganku mencengkram gelas kuat kuat membuang energi negatif yang membuat emosi dan perasaan kesal ini membuncah. Aku tidak perduli apa aku berlebihan tentang hal ini, tapi, aku benar-benar sedang kecewa. Apa ini hanya sebuah kecemburuan saja, iya aku cemburu, bukan sekedar cemburu buta. Sebuah pesan masuk di ponselku dari Kak Sisil yang mengatakan kalau Arya sekarang sudah berada di kamar. Kamar VIP berada di lantai tiga, Kak Sisil memintaku untuk segera ke kamar dan meminta di belikan beberapa barang. Aku segera menghabiskan minuman yang sedikit tersisa kemudian beranjak ke toko yang masih di area kantin. Setelah membeli semua item yang Kak Sisil minta aku langsung meninggalkan kantin.Seperti biasa aku harus bertanya-tanya untuk sampai ke ruangan tempay Arya di rawat. Sebuah lift membawaku ke lantai tiga rumah sakit. Sesampainya di lantai tiga aku berjalan lurus setelah kel

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-24
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 55

    Akhirnya sampai juga kami di tempat Bang Chand memarkir mobilnya, aku langsung membuka pintu penumpang. Sementara Abang Chand duduk dibalik kemudi dan Bang Benny duduk di sampingnya. Seorang petugas parkir lengkap dengan tongkat lampunya memberi arahan saat mobil akan keluar ke jalan raya. Terlihat Bang Chand membuka kaca mobil dan mengulurkan selembar uang kertas, karena gelap aku tidak tahu nilainya. Biasanya lima ribu rupiah tarif parkir di sini.Mobil mulai memasuki jalan raya aku memelih mengatur jok mobil sehingga sedikit ke belakang dan menyadarkan tubuhku sembari memejamkan mata. Bukan hanya badan tapi hatiku juga lelah, terasa malas memikirkan semuanya. Berharap kantuk datang dan lelap segera mendekap. Setidaknya aku tidak terus kepikiran tentang Mas Satria dan segala hal yang membuatku kesal.“hp-mu bunyi itu,” ucapan Bang Benny terdengar samar olehku, sepertinya aku setengah sadar. “Iya, biarin,” jawabku kemudian.Terasa dari dalam tasku ada getaran di sertai suara panggil

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-24
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   DIMP 56

    Aku dan Kak Regina saling pandang, siapa tamu malam-malam begini. Sudah lebih dari jam sembilan juga. Jangan-jangan Mas Satria lagi yang datang, bisa saja karena aku malas mengangkat telponnya tadi. Aku langsung beranjak dari tempat tidur dan berjalan keluar dengan langkah cepat. Dan benar ada Mas Satria yang sedang bicara dengan Bang Benny.“Itu Rania.” Tunjuk Bang Benny saat aku berdiri di depan pagar rumahnya. Iya Mas Satria sepertinya langsung dari rumah sakit karena baju yang dia kenakan masih sama dengan yang tadi.“Silahkan.” Bang Benny kemudian mempersilahkan Mas Satria untuk masuk, aku masih terdiam di depan pagar hanya melihatnya tanpa kata.“Itu … Satria, malah bengong.” Kak Regina menyenggol lenganku , aku menolehnya sekilas. “Marahan?” tanya Kak Regina lagi aku hanya mengangkat bahu.“Mari masuk.” Kembali Bang Benny mempersilahkan, kedua pria itu berjalan bersisian. “Saya tinggal dulu, ya.” Bang Benny berpamitan sambil mengapit Kak R

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-24

Bab terbaru

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 15

    “Mama? kalau mama nyerahin sepenuhnya sama aku. Intinya yang penting aku bisa bahagia dan yang aku pilih juga harus pria baik-baik. Mama tidak netapin kriteria tertentu yang harus gimana-gimana gitu,” jelas AlethaSebuah kabar baik tentunya buat aku saat tidak ada kendalq baik di keluargaku maupun keluarga Aletha. Besar harapan niat baik ini akan berjalam sesuai dengan harapan.“ Mmm ... Apa siang nanti bisa keluar,? aku jemput. Setidaknya kita butuh bicara lagi untuk membahas lebih banyak hal tentang hal ini.”Ini sebuah hal yang perlu pembahasan lebih dalam karena kami akan melangkah ke jenjang yang serius. Akan banyak orang pula yang dilibatkan nantinya teritama keluarga. Perlu juga membangun komitmen lebih jauh antara aku dan Aletha.“Bisa, nggak usah dijemput, sekalian nanti aku ada keperluan keluar jadi Om mau ketemuan dimana?” tanya Aletha.“Di mana?” tanyaku membalikkan pertanyaan karena aku tidak terlalu tahu kafe-kafe

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 14

    "Menikah?” tanya ibu kemudian.“Iya,” jawabku sambil mengangguk.“Rania?” tanya Ibu ragu.“Bukan, Dia sudah bahagia dengan kehidupannya. Mungkin sekarang waktunya aku untuk bisa menata kembali kehidupanku. Ibu pernah meminta aku untuk kembali mendapatkan hati Rania karena dia tidak tahu kalau Rania sudah menikah. Aku mengatakan pada Ibu kalau Rania sudah menikah dengan pria lain dan hal itu membuat Ibu merasa semakin bersalah padaku dan juga Rania.“Kamu yakin bisa mencintai perempuan lain?” tanya Ibu kemudian. Sebuah pertanyaan yang wajar karena Ibu tahu aku sangat mencintai Rania dan betapa terpuruknya aku karena patah hati.“Aku harus bisa meski semua membutuhkan waktu. Rania … sampai saat ini aku masih mencintainya, tetapi, aku juga harus melanjutkan kehidupanku. Dia juga sudah bahagia dengan kehidupannya dan tidak seharusnya aku masih berharap untuk dapat bersamanya.”Aku lega melihat Rania bahagia dengan

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 13

    “Kamu serius?” tanyaku yang sedikit merasa kaget dengan pertanyaan Aletha. “Nggak,” jawab gadis itu enteng. “Ya seriuslah, Om.”“Beneran?” tanyaku lagi, padahal aku yang membuat pembicaraan ini dan aku sendiri pula yang masih merasa belum percaya.“Iya, ada beberapa point yang aku sepakat dengan pemikiran, Om. Karena dunia akan tetap berjalan bagaimanapun keadaan kita. Tidak akan ada yang peduli pada diri kita selain diri kita sendiri dan hidup juga sebuah pilihan bukan? apakah kita akan tetap berdiam membenamkan diri dalam kesakitan atau kita mulai berusaha membebaskan diri dari sebuah belenggu luka.” Aletha terlihat serius dengan bicaranya.“Sebuah hal baik katanya harus disegerakan, setidaknya untuk menghindari fitnah dan membuang waktu hanya untuk sekedar pengenalan. Setidaknya kita memiliki niat yang sama, sama-sama ingin lepas dari masa lalu dan melangkah ke depan untuk kehidupan baru. Aku berharap ini sebuah keputusan yang tepat dan aku ha

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 12

    “Nggak suka becandanya, bisa bahas hal lainnya.” Raut wajah Aletha berubah.Wajar saja dia berpikir demikian sedangkan kami memang belum lama saling mengenal, apalagi aku selalu bersikap ketus padanya selama ini. Aku juga belum yakin denga napa yang aku katakana, tetapi, ada sebuah dorongan yang tidak aku mengerti untuk aku mengatakan hal ini padanya. Aku merasa tidak ada yang buruk dengan pemikiran dari Pak Agus meski aku tidak tahu dia sedang serius atau hanya mencandaiku.Kami sama-sama terluka oleh masa lalu dan kami butuh seseorang untuk saling menguatkan. Tetapi, aku tidak yakin juga apa dia bisa menerimaku. Tetapi, akan lebih baik aku ungkapkan apa yang menjadi keinginanku masalah diterima atau ditolak itu urusan nanti. Setidaknya aku sudah berusaha keluar dari kubangan nestapa masa lalu yang selalu membayangi perjalanan hidupku. “Aku serius,” jawabku kemudian.“Tapi kenapa?” tanya Aletha, kedua tangannya mengenggam gelas minumnya dengan p

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   xtra 11

    Aku belum menjawab pertanyaan Aletha saat terdengar suara panggilan di ponselnya.“Assalamualaikum, Ma.” Terdengar gadis itu mengucapkan salam kepada penelepon yang dipanggilnya dengan sebutan Ma. Mungkin itu telepon dari mamanya.“Iya ditutup nggak bisa lewat, ini aku sama teman pulangnya.” Aku memelankan laju mobilku mengikuti pergerakan kendaraan lainnya yang juga merayap dan mengambil ke arah lurus kanan.“Belakang di tutup juga? Berarti semua di tutup kalau begitu. Ya sudah deh mah, aku nunggu sampai kelar. Paling jam sebelasan ya? Ya sudah nanti aku kabari lagi. Assalamualaikum.” Aletha mengakhiri panggilan dan kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas.“Kadang jalur belakang yang lewat kampung bisa, tapi, kata mama ditutup juga.” Aletha menoleh ke arahku.Rumah kami memang beda kompleks, tapi, arah kami sama saja. Aku juga tidak bisa pulang kalau jalan itu ditutup karena itu akses jalan utama untuk aku sampai di

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 10

    pov SatriaDari sebelum berangkat tadi sebenarnya aku sudah mempersiapkan diri, bagaimanapun kemungkinan bertemu dengan Rania pasti lebih besar mengingat dia bekerja di sini. Akan tetapi, tetap saja ada rasa perih yang menyeruak dalam hatiku. Entah mengapa sulit sekali untuk menghempas rasa yang sudah tidak ada artinya ini. Rania terlihat bahagia dengan kehidupannya yang sekarang, harusnya aku ikut bahagia melihatnya. Hanya saja itu tidak semudah seperti harapanku, aku terluka dengan rasaku sendiri.Waktu terasa panjang malam ini dan aku hanya banyak berdiam sambil menunggu acara makan malam selesai. Sesekali tersenyum atau menimpali satu dua patah kata saja atas obrolan yang terjadi selama acara mala mini. Aku sama sekali tidak bisa menikmati baik makanan maupun suasana di tengah atmosfer yang membuat hatiku kacau. “Om sakit?” tanya Aletha yang berada di dekatku.“Kenapa?” tanyaku kemudian sambil menoleh ke arah gadis itu.“Enggak, kok diam saja dari tadi. Ya, biasanya sih memang di

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   xtra 9

    Rania POV•••“Rania.”Suara panggilan membuatku menoleh mencari sumber suara, senyumku langsung terkembang saat melihat sosok yang cukup aku kenal. Namanya Titan, dia teman sewaktu aku bekerja di kantor dulu. Hanya saja sewaktu aku keluar dia sedang ditempatkan di RO Batu seingetku. Aku langsung melangkah mendekati Titan yang terlihat datang bersama tetan-temannya itu.“Hai, apa kabar?” sapaku kemudian dengan mengulurkan tangan untuk bersalaman.“Baik, kamu kerja disini?” tanya pria dengan kulit sawo matang itu.“Huum aku kerja di sini,” jawabku sembari mengangguk dan tersenyum. Tangan kananku berganti menyalami semua teman Titan yang berdiri di sampingnya.“Padahal aku sering kesini, kok nggak pernah ketemu ya?” “Oh, yah. Padahal aku biasa juga keluar-keluar ruangan buat cek,” balasku kemudian. “Oh yah … silahkan, mau di sini atau mau di rooftop?” “Nggak kuat angin di sana saja.” Titan menunjuk sudut rua

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 8

    ** Aletha tidak segera menimpali ucapanku sehingga aku menekan tangannya yang tengah aku pegang. Terlihat ketiga orang di depanku itu masih melihat ke arahku dengan tatapan tidak percaya atau curiga entah. Yang jelas bukan tatapan dan ekspresi yang enak untuk dilihat. “I-Iya, tapi, untuk apa ini tidak ada hubungannya dengan mereka, bukan? Tapi, ya sudah berhubung bertemu di sini sekalian saja ini Mas Satria calon suamiku.” Aletha melihatku dengan senyum sedikit canggung. “Bulan depan kami akan menikah,” imbuh Aletha yang membuat aku sedikit kaget juga, mendengar kata pernikahan entah kenapa rasanya tidak enak. “Iya kan, Sayang?!” Aletha sedikit memiringkan kepala melihat ke arahku masih dengan senyum yang sekarang lebih natural. “Apa kita perlu mengundang mereka?” tanya Aletha lagi dan dia sudah mulai masuk dalam perannya dengan cukup baik. Ini hanya sandiwara dan aku yang memulai,

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 7

    xtra 7“Ya sudah, ngapain masih disini. Jalan ke atas,” ucapku lagi saat mendapati gadis itu belum beranjak.“Itu punya saya kan?” Aletha menunjuk Name Tag yang tadi aku keluarkan dari saku kemeja.“Iya,” jawabku sambil mengulurkan name tag yang aku bawa dan langsung diraih oleh Aletha. “Lain kali jangan sembarangan taruh, masih muda sudah pikun.”“Iya,” jawab Aletha kemudian memutar sedikit tubuhnya akan beranjak. “Terima kasih,” ucapnya lagi kemudian berjalan cepat meninggalkan aku yang masih berdiri di tempat yang sama.Aku bergegas mengayun langkah mengikuti Aletha yang sudah berjalan terlebih dahulu. Satu jam lagi acara akan dimulai aku harus memastikan semua sudah dipersiapkan dengan baik. Setelah menaiki tangga eskalator aku tiba di tempat acara. Kursi dengan cover kuning dan putih terlihat berjajar rapi, sebuah panggung berukuran sedang juga sudah di dekorasi dengan beberapa ornamen hiasan. Banner yang didominasi warna kuning menj

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status