Share

Dia Lagi

Author: LinDaVin
last update Last Updated: 2023-10-06 09:24:20

"Nomor pesanan 129." 

Panggilan di pengeras suara sementara menyelamatkanku. Karena pesanan kami beberapa kosong tadi sehingga tidak bisa langsung kami bawa ke meja.

"Tuh … bentar." Aku langsung berdiri sambil menunjukkan struk pesanan kepada kedua kakak perempuanku itu.

"Silahkan Kakak, mohon maaf dan terima kasih sudah menunggu," sambut pegawai resto dengan seragam berwarna kuning ketika aku sampai di meja pemesanan.

"Makasih," balasku dengan senyum dan langsung mengangkat  nampan berisi pesananku dari meja kemudian beranjak. 

"Makan … makan," ucapku pada kedua keponakanku yang pandangannya sudah mengarah padaku.

"Nasinya dulu baru es krim," ucap Kak Sisil menjauhkan tiga cup es krim dari anak-anak.

"Dikit aja, Bunda." Rey terdengar merayu Kak Sisil yang langsung dijawab dengan gelengan.

"Cuci tangan dulu yuk," ajakku kepada kedua ponakanku itu. Keduanya langsung turun dari kursi dan aku mengiring mereka ke wastafel yang berada di bagian samping.

"Aunty es klimnya," rengek Rey sambil mencuci tangannya.

"Iya, Aunty. El, juga mau." Al yang berada di sisi lain menambahkan.

"Iya … iya, makan dulu nasi sama ayamnya. Abis itu baru es krimnya. Dari pada Aunty diomelin sama Bunda kalian. Mau Aunty diomelin?" ocehku pada kedua keponakanku itu. 

"Enggak," jawab Al yang diamini Rey dengan gelengan.

"Sana duluan." Aku meminta keduanya untuk lebih dulu kembali ke meja. "Nggak boleh lari! pelan aja jalannya," ingatku lagi saat melihat gelagat keduanya yang tengah bersiap mengambil ancang-ancang.

Aku menahan tawa saat keduanya sepintas melihat ke arahku dan kemudian beranjak dengan langkah yang sengaja dibuat sangat lambat. Gemas sekali rasanya melihat polah tingkah kedua bocah itu.

"Enggak gitu juga kali, Dek." Aku menggelengkan kepala yang disambut cekikikan keduanya, dan dalam sekejap langsung 'Wus' berlari ke meja. Beruntung selamat sampai tujuan kalau menabrak pelanggan lain atau meja kan bisa lain urusannya.

Fokus Kepada kedua bocah itu pecah saat aku merasakan ada yang menarik ujung bajuku. Pandanganku beralih pada sosok kecil yang berada di bawahku. Seorang gadis kecil berdiri dan mendongak bicara padaku.

"Hei, ada apa sayang?" Aku langsung jongkok menurunkan badanku demi menyamakan tinggi kami dan mendengar apa yang anak perempuan itu katakan.

"Iya ada apa?" tanyaku kemudian dengan senyum terkembang.

"Uci angan," ucap gadis kecil itu sambil menunjukkan telapak tangannya padaku. Aku baru ingat kalau dia sosok kecil yang aku lihat di arena bermain tadi.

"Cuci tangan?!" Aku mengulang ucapannya dan gadis kecil itu mengangguk.

Aku menoleh ke kanan dan ke kiri dan tidak mendapati baby sitter yang tadi bersamanya. Ceroboh sekali bagaimana bisa anak sekecil ini dibiarkan berjalan sendirian. 

"Alhamdulilah Ayra." Aku baru selesai membantu gadis kecil itu mencuci tangannya saat Baby Sitter yang bersamanya tadi datang dengan wajah memerah.

Wanita itu langsung mengambil gadis kecil yang dipanggilnya Ayra tersebut dariku lalu menggendongnya. Terlihat sekali wajah cemas dengan mata yang basah. 

"Bu, lain kali hati-hati," ucapku pelan pada wanita itu.Aku tidak tega ingin bicara lebih dari itu, saat melihat wanita itu menangis. 

Entah dengan alasan apapun tapi, dia sudah sangat ceroboh. Beruntung dia berjalan ke wastafel untuk cuci tangan. Tidak bisa aku bayangkan kalau gadis kecil itu berjalan keluar. Apalagi kalau sampai ke eskalator. Aku bergidik membayangkan apa jadinya kalau hal itu sampai benar-benar terjadi.

"Astaga." 

Seketika aku langsung menoleh saat mendengar suara yang pria yang cukup akrab di telinga itu. Bergantian aku melihat ke arah Mas Satria dan Ayra yang digendong baby sitter. Wajah pria itu terlihat begitu cemas.

"Mbak terima kasih," ucap baby sitter itu kepadaku.

"I-iya … sama-sama. Permisi." Aku mengangguk pelan dan kemudian beranjak.

Aku melirik sekilas ke arah wajah Mas Satria saat melewatinya. Akan tetapi, pria itu membuang mukanya ke arah lain. Berarti gadis kecil berbaju pink dalam gendongan wanita itu anaknya Mas Satria. Ada yang sedikit menggigit di hatiku. Ah … apalah aku ini, toh semua adalah kesalahanku sendiri.

Berita di kantor mengabarkan bahwa Mas Satria sudah bercerai dengan istrinya. Sebuah hal yang pastinya menggelitik rasa ingin tahuku. Apalagi dengan adanya sosok gadis kecil berbaju pink tadi. Ada apa dengan rumah tangga Mas Satria sebenarnya.

"Kamu kenapa?" tanya Kak Regina saat aku menarik kursi untuk kembali duduk.

"Nggak, emangnya kenapa?" tanyaku balik.

"Kayak orang bingung gitu, mikir apaan?" tambah Kak Regina kemudian.

"Nggak ada," jawabku sambil meraih minuman dingin di meja.

Sepanjang makan aku memilih banyak diam dan hanya mendengarkan obrolan Kak Sisil dan Kak Regina yang tetap saja menjadikanku topik pembicaraan mereka. Umur kami memang tidak selisih begitu jauh, dan diusia seperti aku sekarang mereka sudah menikah.

Mereka cukup beruntung dalam kisah percintaan. Menikah dengan pria yang dicintai dan hidup bahagia. Memiliki anak yang lucu dan pintar, meski kadang membuat kepala sedikit pusing. Kedua iparku juga terlihat cukup bertanggung jawab.

Kami sebuah keluarga yang memiliki kedekatan antara satu dengan lainnya. Sengaja kedua kakakku membeli rumah yang berada di depan dan juga samping rumah utama. Aku sendiri masih numpang di rumah orang tua bersama adik bungsuku Arya. Papa sudah meninggal beberapa tahun yang lalu saat aku masih kuliah.

Tidak seperti kedua kakak perempuanku, kisah percintaanku bisa dibilang yang paling tidak beruntung. Setelah gagal menikah aku memilih untuk fokus pada diriku sendiri. Apalagi setelah aku tidak bisa menemukan jejak cinta pertamaku. 

•••

Kembali berjumpa dengan hari senin bagi sebagian orang terkadang sangat berat. Bagiku tidak sebelum kedatangan pria menyebalkan itu. Dulu aku selalu bersemangat kembali bergelut dengan kertas dan juga berkas-berkas lainnya. Sikap dingin dan juteknya padaku seringkali membuat moodku tidak bagus.

"Kamu ketik ulang dan ganti namanya dengan daftar yang sudah aku tulis!" Sebuah panggilan dari telepon ruangan membawaku ke ruangan wakil kepala cabang. Pria itu menyodorkan dua lembar kertas yang berisi sebuah perjanjian kerja sama dan juga daftar nama.

"Maaf, Pak. Ini di luar job desk saya sebagai finance." Aku menyodorkan kembali kertas yang Mas Satria berikan.

"Aku mau kamu yang kerjakan, aku sudah bilang pada Bu Fitri tadi. Kerjakan saja!" 

Bu Fitri adalah atasanku di divisi finance. Aku tidak mengerti dengan maksud pria ini. Jelas-jelas pekerjaan yang dia berikan adalah pekerjaan divisi marketing. Bagaimana bisa aku yang harus mengerjakan.

"Mana bisa, Pak." Aku tetap bersikeras menolak.

"Kenapa?" tanya pria itu dengan songongnya. Masih menanyakan kenapa? Jelas-jelas dia sudah menyalahgunakan jabatannya.

"Kamu pindah ke divisi marketing mulai besok, menggantikan salah satu staf yang cuti melahirkan. Tidak usah membantah lagi, itu perintah Pak Agus."  

Comments (1)
goodnovel comment avatar
PiMary
Ahh kamu gak profesional mas Satria xixixixi.....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Berubah

    "Ya enggak bisa dong, Mas." Kembali aku membantah perintah yang bagiku tidak berdasar itu."Pak, panggil aku Pak. Bukankah aku atasanmu di kantor ini." Mas Satria meninggikan intonasi suaranya."Astaga kesambet apaan, sih. Salah makan palingan, makanya sarapan itu pake nasi bukan petasan cabe." Sengaja suaraku aku pelankan sehingga yang terdengar hanya seperti ngedumel saja."Apa? Bicara yang jelas. Jangan kayak orang kumur-kumur," bentaknya padaku.Tanpa sadar kertas yang berada di tangan aku remas-remas hingga tak berbentuk lagi. Aku bukanlah orang yang pandai mengontrol emosi. Bukan dengan kata-kata atau makian. Aku terbiasa melampiaskan dengan cara meremas apa saja."Hei … kamu, ya." Pria itu mengambil kertas yang sudah menyerupai bola tanpa bentuk itu dari tanganku.Aku hanya melihatnya dengan tatapan malas dan kesal. Masih terlalu pagi untuk merusak mood seseorang. Aku merasa dia ingin membuatku tidak betah dan hengkang dari kantor ini. Oh … tidak bisa, aku yang lebih dulu berad

    Last Updated : 2023-10-06
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Jurus Sabar

    Jawaban yang sama aku peroleh dari Bu Fitri dan Pak Agus, keduanya sudah menyetujui rotasiku ke divisi marketing. Meski kesal, tapi, aku bisa apa selain menerima. Orang aku juga hanya staf biasa tanpa power apapun. Seperti yang Tika duga, karena aku dari divisi marketing sebelum di pindah ke finance.Sebenarnya aku tidak mempermasalahkan di mana saja aku ditempatkan. Hanya semua terkesan mendadak, sama sekali tidak ada pemberitahuan. Dan lagi kenapa harus duda menyebalkan itu yang menyuruhku."Kalau boleh digantikan aku mau loh," ucap Wina disela makan dan istirahat siang kami. Tika sepertinya sudah bercerita lebih dulu sebelum aku menceritakan pada Wina."Kamu mah modus," celetuk Tika, yang disambut Tawa oleh Wina."Kan lumayan sering ketemu sama si Bapak ganteng." Wina menambahkan, kedua sahabatku itu kembali tertawa. Aku hanya nyengir malas melihat keduanya.Andai saja mereka tau apa yang terjadi sebenarnya antara aku dan sesebapak yang mereka bicarakan itu. Tapi, aku malas berceri

    Last Updated : 2023-10-06
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Masih Cinta

    Aku memejamkan mata menikmati sensasi rasa yang tercipta. Aku tidak tau apa ini namanya, dan seperti apa aku menguraikannya. Rasa yang pernah ada dalam dada, dulu. Apakah memang sebenarnya rasa itu tidak pernah pergi."Kamu sudah baikan?" tanyanya kemudian. Aku masih belum bisa bicara hanya mengangguk pelan. Tapi, aku yakin dia bisa mengartikannya."Mbak Rania …."Dari luar ruangan aku mendengar ada seseorang yang memanggil namaku. Itu suara Ahmad security yang berjaga malam ini. Pijar cahaya juga nampak dari arah pintu, bergerak mendekat. Bersamaan dengan itu aku merasakan tubuh Mas Satria yang menjauh."Mbak … oh, Pak." Ahmad terlihat berhenti di dekat pintu saat melihat Mas Satria bersamaku."Kenapa gensetnya tidak dinyalakan?" tanya Mas Satria sambil berjalan ke arah depan mejaku."Iya, Pak Satria. Rudi sedang menyalakannya, mesinnya agak ngadat lama tidak digunakan," jelas Ahmad kemudian."Tapi, bisa kan?" tanya Mas Satria lagi."Biasanya bisa, Pak. Saya permisi tadi saya kepiki

    Last Updated : 2023-10-23
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Fakta yang Terkuak

    "Eh … nyangkut, dasar motor nakal, nggak ada akhlak," celetukku sambil meringis dan memukul pelan ke badan motor. Wajahku terasa panas karena malu. Dasar motor tidak ada akhlak, bisa-bisanya ngerjain dan membuat aku malu seperti ini. Terlihat Mas Satria hanya menghela napas dan bergeleng samar. Buru-buru aku kembali berbalik dan kemudian berjalan cepat ke arah motorku. Daripada semakin panjang urusannya nanti.Baru saja aku naik ke atas motor, saat terasa ponselku bergetar. Terdengar suara panggilan ponsel dari dalam tas selempang yang aku kenakan. Paling mama yang menelepon, menanyakan keberadaanku.Ternyata dugaanku salah, Kak Regina yang menelepon. "Assalamualaikum," salamku setelah menggeser ke atas tombol hijau di layar."Waalaikumsalam, kamu dimana?" tanya kak Regina di ujung telepon."Masih di parkiran kantor, ini dah mau pulang. Titip apa?" tanyaku tanpa basa-basi karena sudah tau kebiasaan kakak perempuanku itu. Mendengarku Kak Regina langsung tertawa."Rey mau terang bulan

    Last Updated : 2023-10-23
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Kacau

    "Itu yang ingin aku jelaskan," ucapku kemudian. Akan lebih baik bila semua aku jelaskan secepatnya. Untuk apa, yang jelas untuk ketenangan hatiku. Rasa bersalah masih mendekapku, lebih-lebih saat kami kembali dipertemukan. "Kak …." Pembicaraan terhenti saat Arya datang. Adik laki-lakiku itu datang bersama dengan temannya. Terlihat sebuah botol berisi bensin berada di tangannya."Malam," sapa Arya kepada Mas Satria yang dibalas dengan anggukan.Arya membuka jok motorku dan menuangkan bensin ke dalam tangki. Mas Satria masih berdiri dan hanya melihat ke arah Arya. Aku masih bingung harus mulai cerita dari mana. Dan tidak mungkin kami mengobrol disini."Besok saja dilanjutkan. Sekarang sudah malam," ucapku lirih pada Mas Satria. "Terima kasih bantuannya.""Terima kasih," ucap Arya menimpali. Kembali Mas Satria hanya mengangguk samar. Pria itu kemudian beranjak dan kembali ke mobilnya. Tidak berapa lama mobil itu menyala dan bergerak menjauh.•Dari ponsel Arya aku mendapatkan nomor te

    Last Updated : 2023-10-23
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Salah Paham

    "Pak Satrianya dimana?" tanyaku kemudian. Pak Agus mengangkat alisnya saat mendengar pertanyaanku. "Pak Satria ijin tidak ke kantor, ibunya yang baru datang dari Bengkulu tiba-tiba pingsan tadi pagi. Sepertinya ini di rumah sakit, belum kasih kabar lagi soalnya," cerita Pak Agus."Oh." Aku hanya mengangguk pelan."Ada apa memangnya? Kamu naksir juga," goda Pak Agus. Sebagai kepala cabang Pak Agus memang cukup dekat dengan semua karyawan. "Nggak, Pak. Permisi …." Aku menggeleng kemudian beranjak keluar dari ruangan kepala cabang.Setelah tau keberadaan Mas Satria, pikiranku bukannya semakin tenang, tapi, sebaliknya. Pikiranku malah semakin kacau. Ada denganku sebenarnya, tapi, aku merasa ada hal yang belum selesai antara aku dan Mas Satria.•Jam tujuh malam aku masih duduk di depan komputer. Bukan karena laporanku belum selesai. Hari ini sistem berjalan cukup bersahabat. Semua laporan sudah aku emailkan sedari tadi. Tidak seperti yang lain, yang di tunggu oleh anak atau suaminya di

    Last Updated : 2023-10-23
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Harus Bicara

    "Kok pacar?" tanyaku bingung."Kan kamu sendiri yang bilang," jawab Mas Satria. Aku masih melihatnya dengan tatapan bingung."Kapan?" tanyaku sambil mencoba mengingat, apa aku ada salah bicara. Aku rasa tidak ada."Barusan," jawab Mas Satria yang membuatku semakin bingung."Mana ada," bantahku kemudian."Ada." Pria itu bersikeras."Terserah Mas, sajalah." "Kok jadi aku," ketusnya kemudian. Aku terdiam tidak menimpali apapun lagi."Mas nggak capek apa, marah-marah terus?" tanyaku kemudian. "Apa pedulimu?" Mas Satria balik bertanya padaku."Ya iyalah, marahnya ke aku doang." Akhirnya aku mempunyai kesempatan untuk bicara. "Kamu pantas dimarahi," balas Mas Satria lagi."Aku minta maaf," ucapku kemudian. Rasanya seperti anak kecil kalau dimarahi seperti ini, seperti bocah yang baru saja memecahkan gelas atau apalah."Kamu berhutang banyak penjelasan padaku." Suara Mas Satria terdengar kesal."Aku antar kamu pulang," lanjut Mas Satria kemudian."Ta-tapi aku dijemput Arya," jawabku.Mas

    Last Updated : 2023-10-25
  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Pengakuan

    Pertanyaan macam apa itu, apa yang terjadi dengan otakku. Seharusnya tidak aku tanyakan pertanyaan yang konyol, benar-benar konyol. Aku tak berani melihat ke arah Mas Satria dan menjatuhkan pandanganku di atas meja."Maaf, tak perlu dijawab," imbuhku kemudian.Sejenak aku terdiam dan kembali mengatur perasaanku. Menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan. Memberi jalan oksigen ke dalam otak agar tidak tercetus pertanyaan konyol seperti tadi."Semua sudah disiapkan oleh seluruh keluarga. Pernikahan itu hanya menunggu hitungan hari saja. Bahkan undangan pernikahan sudah disebar." Aku tersenyum miris. Menatap kosong ke arah gelas di depanku."Rupanya dia seorang pejuang cinta, demi menolak pernikahan dia menghamili pacarnya." Aku tertawa hambar, "Seperti karma, yang dengan cepat aku dapatkan. Semua berbalik padaku. Di sisi lain aku senang, tapi, di sisi lainnya aku hancur."Rasa malu yang ditanggung oleh keluarga besar dan aku sendiri masih bisa aku rasakan. Dua rasa yang bertentangan

    Last Updated : 2023-10-25

Latest chapter

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 15

    “Mama? kalau mama nyerahin sepenuhnya sama aku. Intinya yang penting aku bisa bahagia dan yang aku pilih juga harus pria baik-baik. Mama tidak netapin kriteria tertentu yang harus gimana-gimana gitu,” jelas AlethaSebuah kabar baik tentunya buat aku saat tidak ada kendalq baik di keluargaku maupun keluarga Aletha. Besar harapan niat baik ini akan berjalam sesuai dengan harapan.“ Mmm ... Apa siang nanti bisa keluar,? aku jemput. Setidaknya kita butuh bicara lagi untuk membahas lebih banyak hal tentang hal ini.”Ini sebuah hal yang perlu pembahasan lebih dalam karena kami akan melangkah ke jenjang yang serius. Akan banyak orang pula yang dilibatkan nantinya teritama keluarga. Perlu juga membangun komitmen lebih jauh antara aku dan Aletha.“Bisa, nggak usah dijemput, sekalian nanti aku ada keperluan keluar jadi Om mau ketemuan dimana?” tanya Aletha.“Di mana?” tanyaku membalikkan pertanyaan karena aku tidak terlalu tahu kafe-kafe

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 14

    "Menikah?” tanya ibu kemudian.“Iya,” jawabku sambil mengangguk.“Rania?” tanya Ibu ragu.“Bukan, Dia sudah bahagia dengan kehidupannya. Mungkin sekarang waktunya aku untuk bisa menata kembali kehidupanku. Ibu pernah meminta aku untuk kembali mendapatkan hati Rania karena dia tidak tahu kalau Rania sudah menikah. Aku mengatakan pada Ibu kalau Rania sudah menikah dengan pria lain dan hal itu membuat Ibu merasa semakin bersalah padaku dan juga Rania.“Kamu yakin bisa mencintai perempuan lain?” tanya Ibu kemudian. Sebuah pertanyaan yang wajar karena Ibu tahu aku sangat mencintai Rania dan betapa terpuruknya aku karena patah hati.“Aku harus bisa meski semua membutuhkan waktu. Rania … sampai saat ini aku masih mencintainya, tetapi, aku juga harus melanjutkan kehidupanku. Dia juga sudah bahagia dengan kehidupannya dan tidak seharusnya aku masih berharap untuk dapat bersamanya.”Aku lega melihat Rania bahagia dengan

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 13

    “Kamu serius?” tanyaku yang sedikit merasa kaget dengan pertanyaan Aletha. “Nggak,” jawab gadis itu enteng. “Ya seriuslah, Om.”“Beneran?” tanyaku lagi, padahal aku yang membuat pembicaraan ini dan aku sendiri pula yang masih merasa belum percaya.“Iya, ada beberapa point yang aku sepakat dengan pemikiran, Om. Karena dunia akan tetap berjalan bagaimanapun keadaan kita. Tidak akan ada yang peduli pada diri kita selain diri kita sendiri dan hidup juga sebuah pilihan bukan? apakah kita akan tetap berdiam membenamkan diri dalam kesakitan atau kita mulai berusaha membebaskan diri dari sebuah belenggu luka.” Aletha terlihat serius dengan bicaranya.“Sebuah hal baik katanya harus disegerakan, setidaknya untuk menghindari fitnah dan membuang waktu hanya untuk sekedar pengenalan. Setidaknya kita memiliki niat yang sama, sama-sama ingin lepas dari masa lalu dan melangkah ke depan untuk kehidupan baru. Aku berharap ini sebuah keputusan yang tepat dan aku ha

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 12

    “Nggak suka becandanya, bisa bahas hal lainnya.” Raut wajah Aletha berubah.Wajar saja dia berpikir demikian sedangkan kami memang belum lama saling mengenal, apalagi aku selalu bersikap ketus padanya selama ini. Aku juga belum yakin denga napa yang aku katakana, tetapi, ada sebuah dorongan yang tidak aku mengerti untuk aku mengatakan hal ini padanya. Aku merasa tidak ada yang buruk dengan pemikiran dari Pak Agus meski aku tidak tahu dia sedang serius atau hanya mencandaiku.Kami sama-sama terluka oleh masa lalu dan kami butuh seseorang untuk saling menguatkan. Tetapi, aku tidak yakin juga apa dia bisa menerimaku. Tetapi, akan lebih baik aku ungkapkan apa yang menjadi keinginanku masalah diterima atau ditolak itu urusan nanti. Setidaknya aku sudah berusaha keluar dari kubangan nestapa masa lalu yang selalu membayangi perjalanan hidupku. “Aku serius,” jawabku kemudian.“Tapi kenapa?” tanya Aletha, kedua tangannya mengenggam gelas minumnya dengan p

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   xtra 11

    Aku belum menjawab pertanyaan Aletha saat terdengar suara panggilan di ponselnya.“Assalamualaikum, Ma.” Terdengar gadis itu mengucapkan salam kepada penelepon yang dipanggilnya dengan sebutan Ma. Mungkin itu telepon dari mamanya.“Iya ditutup nggak bisa lewat, ini aku sama teman pulangnya.” Aku memelankan laju mobilku mengikuti pergerakan kendaraan lainnya yang juga merayap dan mengambil ke arah lurus kanan.“Belakang di tutup juga? Berarti semua di tutup kalau begitu. Ya sudah deh mah, aku nunggu sampai kelar. Paling jam sebelasan ya? Ya sudah nanti aku kabari lagi. Assalamualaikum.” Aletha mengakhiri panggilan dan kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas.“Kadang jalur belakang yang lewat kampung bisa, tapi, kata mama ditutup juga.” Aletha menoleh ke arahku.Rumah kami memang beda kompleks, tapi, arah kami sama saja. Aku juga tidak bisa pulang kalau jalan itu ditutup karena itu akses jalan utama untuk aku sampai di

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 10

    pov SatriaDari sebelum berangkat tadi sebenarnya aku sudah mempersiapkan diri, bagaimanapun kemungkinan bertemu dengan Rania pasti lebih besar mengingat dia bekerja di sini. Akan tetapi, tetap saja ada rasa perih yang menyeruak dalam hatiku. Entah mengapa sulit sekali untuk menghempas rasa yang sudah tidak ada artinya ini. Rania terlihat bahagia dengan kehidupannya yang sekarang, harusnya aku ikut bahagia melihatnya. Hanya saja itu tidak semudah seperti harapanku, aku terluka dengan rasaku sendiri.Waktu terasa panjang malam ini dan aku hanya banyak berdiam sambil menunggu acara makan malam selesai. Sesekali tersenyum atau menimpali satu dua patah kata saja atas obrolan yang terjadi selama acara mala mini. Aku sama sekali tidak bisa menikmati baik makanan maupun suasana di tengah atmosfer yang membuat hatiku kacau. “Om sakit?” tanya Aletha yang berada di dekatku.“Kenapa?” tanyaku kemudian sambil menoleh ke arah gadis itu.“Enggak, kok diam saja dari tadi. Ya, biasanya sih memang di

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   xtra 9

    Rania POV•••“Rania.”Suara panggilan membuatku menoleh mencari sumber suara, senyumku langsung terkembang saat melihat sosok yang cukup aku kenal. Namanya Titan, dia teman sewaktu aku bekerja di kantor dulu. Hanya saja sewaktu aku keluar dia sedang ditempatkan di RO Batu seingetku. Aku langsung melangkah mendekati Titan yang terlihat datang bersama tetan-temannya itu.“Hai, apa kabar?” sapaku kemudian dengan mengulurkan tangan untuk bersalaman.“Baik, kamu kerja disini?” tanya pria dengan kulit sawo matang itu.“Huum aku kerja di sini,” jawabku sembari mengangguk dan tersenyum. Tangan kananku berganti menyalami semua teman Titan yang berdiri di sampingnya.“Padahal aku sering kesini, kok nggak pernah ketemu ya?” “Oh, yah. Padahal aku biasa juga keluar-keluar ruangan buat cek,” balasku kemudian. “Oh yah … silahkan, mau di sini atau mau di rooftop?” “Nggak kuat angin di sana saja.” Titan menunjuk sudut rua

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 8

    ** Aletha tidak segera menimpali ucapanku sehingga aku menekan tangannya yang tengah aku pegang. Terlihat ketiga orang di depanku itu masih melihat ke arahku dengan tatapan tidak percaya atau curiga entah. Yang jelas bukan tatapan dan ekspresi yang enak untuk dilihat. “I-Iya, tapi, untuk apa ini tidak ada hubungannya dengan mereka, bukan? Tapi, ya sudah berhubung bertemu di sini sekalian saja ini Mas Satria calon suamiku.” Aletha melihatku dengan senyum sedikit canggung. “Bulan depan kami akan menikah,” imbuh Aletha yang membuat aku sedikit kaget juga, mendengar kata pernikahan entah kenapa rasanya tidak enak. “Iya kan, Sayang?!” Aletha sedikit memiringkan kepala melihat ke arahku masih dengan senyum yang sekarang lebih natural. “Apa kita perlu mengundang mereka?” tanya Aletha lagi dan dia sudah mulai masuk dalam perannya dengan cukup baik. Ini hanya sandiwara dan aku yang memulai,

  • Atasan Duda Itu Mantan Pacarku   Xtra 7

    xtra 7“Ya sudah, ngapain masih disini. Jalan ke atas,” ucapku lagi saat mendapati gadis itu belum beranjak.“Itu punya saya kan?” Aletha menunjuk Name Tag yang tadi aku keluarkan dari saku kemeja.“Iya,” jawabku sambil mengulurkan name tag yang aku bawa dan langsung diraih oleh Aletha. “Lain kali jangan sembarangan taruh, masih muda sudah pikun.”“Iya,” jawab Aletha kemudian memutar sedikit tubuhnya akan beranjak. “Terima kasih,” ucapnya lagi kemudian berjalan cepat meninggalkan aku yang masih berdiri di tempat yang sama.Aku bergegas mengayun langkah mengikuti Aletha yang sudah berjalan terlebih dahulu. Satu jam lagi acara akan dimulai aku harus memastikan semua sudah dipersiapkan dengan baik. Setelah menaiki tangga eskalator aku tiba di tempat acara. Kursi dengan cover kuning dan putih terlihat berjajar rapi, sebuah panggung berukuran sedang juga sudah di dekorasi dengan beberapa ornamen hiasan. Banner yang didominasi warna kuning menj

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status