Home / Thriller / Asmodeus, Si Pembunuh Berantai / BAB 13 : Rizel dan arah mata angin

Share

BAB 13 : Rizel dan arah mata angin

Author: Astaroth Devagone
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
"Maaf Pak Komisaris, aku Brigadir Darius"

"Brigadir Darius? kalau tidak salah kamu bertugas di kantor pusat kan?"

"Betul Pak"

"Ada apa memangnya?"

"Aku di perintahkan untuk melaporkan mawar besi yang tertancap di kepala Jenderal Vares"

"Di perintahkan? bukankah itu berada di wilayah kantor pusat?"

"Betul Pak, tapi Pak Edmund mempercayakan kasus ini kepada Pak Rizel"

"Kalau begitu aku terima, besok akan aku selidiki lebih lanjut"

"Siap Pak, terima kasih" Panggilan pun berakhir.

"Siapa itu sayang?" Tanya Delista.

"Brigadir Darius, anggota kepolisian di kantor pusat"

"Darius? memangnya ada apa Pak?" Timpal Steiner.

"Pak Kadiv memerintahkan ku untuk melanjutkan memecahkan kasus ini, sekaligus memintaku untuk menyelidiki mawar besi yang tertancap di Jenderal Vares"

"Ayah, kenapa tidak cuti saja? istirahatlah, dari sepulang liburan, Ayah belum juga rehat di rumah" Pinta Genia.

"Ayah kan sudah cuti sayang, tapi mungkin itu bisa saja, namun tidak sekarang yah" Rizel membalasny
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 14 : Pasukan Kegelapan

    Media sosial menjadi khalayak ramai oleh penggemar fanatik Asmodeus. Sekumpulan remaja tanggung membentuk sebuah komunitas bernama "Asmonism". Berawal dari puluhan pengikut, hingga menembus puluhan ribu orang. Asmodeus adalah dewa, keadilan yang di tunggu oleh masyarakat yang telah muak dengan sistem negara yang telah ada. Tetapi, manusia tidak selamanya sama dalam sudut pandang. Ada siang, pastilah akan ada malam. Tidak sedikit masyarakat yang meminta Asmodeus untuk di tangkap. Aksi hukum rimba dan keji tidak lagi berlaku di jaman era modern. Aksi unjuk rasa terbagi menjadi dua kubu. Asmonism dan Anti-Asmodeus, saling bentrok satu sama lain. Kericuhan yang semakin terjadi, membuat Rizel bekerja siang dan malam. Duduk di depan komputer, melacak keberadaan Asmodeus. Meja kantornya terpenuhi oleh gelas plastik, sisa kopi yang telah di seduhnya. Menjelang pagi, Rizel mengumpulkan semua barang bukti yang ada, memeriksanya satu persatu. Hingga membaca kembali satu pesan dari mawar besi ya

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 15: Hitam dan putih

    Seorang diri Rizel berpatroli. Mengenakan pakaian biasa, berjalan kaki. Sesekali menggunakan walkie talkie untuk memastikan keadaan, kepada semua anggota yang di perintahkan. Matahari telah terbenam. Rizel beristirahat di sebuah lapangan, tempat bermain anak-anak. Duduk di atas kursi ayunan. Memakan kentang goreng, melihat ke arah jalan yang mulai sepi dari hiruk-pikuk kehidupan manusia. Seorang wanita, turun dari bus bersama kedua anaknya. Berusia sekitar 7 tahun dan 12 tahun. Terdengar selintas, Sang anak yang paling kecil meminta untuk di gendong kepada Ibunya. "Ibu lelah Nak, jalan kaki saja yah" Sebagai seorang kakak, anak yang berusia remaja berjongkok di hadapan nya "Yuk sama kakak gendong" "Hore, aku di gendong sama Kakak" Jawab riang anak kecil itu kepada kakaknya. Hujan turun malam itu. Rizel mencari tempat berteduh, mobilnya terparkir cukup jauh. Coffe shop, tempatnya berteduh, Rizel berdiri di depan Cafe itu. Dari jarak yang cukup jauh, terdengar suara ban mobil ber

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 16 : Dua sisi yang berbeda

    Tidak lama Bruno berkunjung, dari rumah Thomas. Dia pergi ke suatu tempat "Yayasan Harapan Senja" . Seorang wanita dewasa, menyambut kedatangannya dan mengajak Bruno ke ruang tamu. "Bagaimana pengajuan untuk penitipan anakku apakah bisa di proses, Bu Rose?" "Bisa, tapi apa Pak Bruno yakin untuk menitipkannya kepada kami?" "Yakin, jika keadaan sudah aman dan membaik, aku akan mengambilnya kembali" "Kenapa Pak Bruno tidak menitipkan ke sanak saudara saja?" "Demi keamanan Bu, aku harus melakukan hal ini" "Baiklah, tunggu sebentar aku akan membawa kertas formulir untuk Pak Bruno tanda tangani" Bruno dan Elrose telah sepakat. Form formulir telah terisi dan di tanda tangani Bruno. Ada satu hal penting yang di lupakan olehnya. Hingga sampai pulang dari rumah. Bruno mencoba mengingat hal tersebut. Hari terenggutnya nyawa Bruno dan Lucia telah tiba. Razel telah di bawa ke yayasan harapan senja, di jemput oleh Rose Lamia di rumah sakit. Pagi itu, Rizel pergi ke taman kanak-kanak, di ant

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 17 : Penyergapan

    Setelah mengantarkan teman-teman Genia. Razel mengajak keponakannya ke sebuah mall terbesar di kota clayton. Genia yang saat itu asyik melihat jalan, tersadar bahwa arah jalan menuju rumahnya sudah cukup jauh terlewati. "Om, kita mau kemana?" "Kita kesini, Om akan belikan baju untuk kamu, kamu boleh pilih sepuasnya" "Wah beneran Om?" Wajah Genia terlihat senang. Setelah memarkirkan mobil, mereka berdua masuk ke dalam mall yang ramai akan pengunjung. Di lantai dua, Razel mengajak keponakannya itu ke sebuah toko pakaian. "Om jangan kesini deh, disini harganya mahal semua" "Jangan pikirkan soal harga, anggap ini adalah hadiah pertemuan dari Om" Razel menatapnya dalam senyuman. "Aku jadi gak enak" "Tidak usah di pikirkan, masuk saja terus pilih semua yang kamu mau, Om Razel akan tunggu disini" Razel menggiring tangan Genia masuk ke dalam toko. Pelayan toko menghampiri dan melayani Genia dengan sangat ramah. Razel tak terlihat seperti sosok Asmodeus yang kejam dan haus darah. D

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 18 : 10 pilar berbahaya

    Lampu gedung kembali menyala. Sunyi, seperti tak berpenghuni. Menaiki tangga, Rizel naik ke lantai 5. Langkahnya penuh kehati-hatian, setiap akan melewati persimpangan koridor, Rizel mengintip di balik tembok untuk memastikan keadaan. Menggunakan walkie talkie, Rizel mencoba menghubungi rekan-rekannya. "Claudia... Cloud... Gora... Steiner!" Tidak ada satupun yang menjawab. Merasakan ada sesuatu hal yang telah terjadi, Rizel mempercepat langkah pencariannya. Saat melihat ruangan dengan pintu yang terbuka. Rizel melihat Asmodeus tengah menyendera seorang pria, menodongkan pistol ke kepalanya. "Asmodeus! letakkan pistol itu segera!" Pinta Rizel. "Tolong Pak Polisi, dia akan membunuhku" Seseorang yang menjadi sandera adalah Joker. "Letakkan senjata Anda Pak Rizel, atau hewan ini akan saya ledakan kepalanya" Asmodeus balik mengancam. "Jangan... jangan lakukan itu!" Jawab Rizel. Perlahan, Rizel meletakkan senjatanya ke atas lantai. "Geser pistol itu jauh-jauh" Pinta Asmodeus. Mendenga

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 19 : Saudara Angkat

    Paginya, selesai sarapan dan Genia pergi ke sekolah. Delista mencuci piring, Rizel duduk di ruang tamu, menikmati segelas kopi panas. Selesai mencuci piring, Delista menghampiri suaminya, menceritakan tentang kedatangan Razel. "Kemarin, Genia diantar pulang oleh Razel" "Benarkah? tapi tidak terjadi sesuatu kan?" Rizel terkejut, menatap Delista "Tidak terjadi apapun, bahkan Razel membelikan beberapa pakaian untuk Genia" "Apa kalian berbincang?" "Iya sayang, aku ragu dia seorang pembunuh" "Aku pun berpikir sama, di sisi lain dia memang seorang pembunuh, di sisi lain saat aku berbicara dengannya, perasaanku merasakan hal yang berbeda" "Lalu bagaimana dengan kasus ini selanjutnya?" "Asmodeus tidak bergerak sendiri, dia memiliki sebuah organisasi yang bernama death savior" "Death savior? organisasi apa mereka itu?" "Entahlah, aku tidak tau, kasus ini semakin meruncing" "Apa langkahmu selanjutnya?" "Bagaimana pun juga aku harus menemukan tempat persembunyian Razel dan mencari in

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 20 : Darah selanjutnya

    "Ah, kita kedatangan tamu, perkenalkan namaku Astaroth" Pria bertopeng itu melihat ke arah Razel. Tanpa sadar, Razel berlari, menaiki meja dan melompat, melemparkan pukulan telak kepada Astaroth "Aaaaahhhhhh!!!! lepaskan dia!" Teriak Razel. Pukulannya tepat mengenai wajah Astaroth "Hahahaha.... menarik! sangat menarik!" Astaroth tertawa terbahak-bahak. "Lari Razel! cepat pergi dari sini!" Ucap Angelo. Astaroth mencengkram pundak Angelo semakin erat, membuatnya terjatuh dan tak sadarkan diri. "Sekarang apa yang akan kamu lakukan?" Tantang Astaroth. "Membunuhmu pastinya!" Razel mengambil pisau Jagdkommando milik Angelo dan menerjang Astaroth, menyerang lehernya. Astaroth menghindar, lehernya mengelak ke arah berlawanan, tetapi Razel menyadari lebih awal, jika serangannya akan di hindari. Dalam perhitungan sepersekian detik, tangan Razel menggeser, dari tusukan menjadi tebasan, mengarah leher Astaroth dan berhasil melukainya. "Aku menyukaimu!" Ucap Astaroth serta memegang lehernya

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 21: Rizel Vs Asmodeus

    Sekejap saja, semua bangunan menjadi gelap gulita. Semua orang yang berada di club malam itu, panik. Bodyguard pun berdatangan, menjaga Serega dengan ketat. Ancaman Asmodeus beberapa waktu lalu, membuat mereka jauh lebih waspada. Turun dari atap menggunakan jet pack, Asmodeus mengeluarkan sebuah benda berbentuk bulat seperti bola lalu melemparkannya masuk ke dalam. Bola itu mengeluarkan asap putih, satu persatu para pengunjung dan bodyguard Serega berjatuhan. Menyadari hal itu, Serega menahan nafas. Berlari keluar dengan keadaan panik. Sesampainya di luar, Serega melihat sosok berjubah hitam, Asmodeus. Dari dalam saku jasnya, Serega mengeluarkan senjata api, desert eagle. Sejenis pistol dengan daya tembak 2000 joule. "Doorrrrrr! Doorrrrrr! Doorrrrrr!" Serega melepaskan tembakan ke arah Asmodeus. Dua peluru berhasil di hindari oleh Asmodeus, tetapi tidak dengan peluru ketiga. Peluru itu berhasil mengenai bahu Asmodeus, membuat jubahnya robek dan dari kulitnya mengeluarkan darah. "

Latest chapter

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 37 : Serbuan

    Cloningan Asmodeus berdatangan dari hutan untuk menyelamatkan Altema. Mereka bersiap, mengepung, dan menutup jalan dari segala arah. "Pak Rizel, bagaimana ini?" Sarah bertanya dalam keadaan yang panik. "Tenang saja, Si Edward Geezer yang tampan, telah mempersiapkan rencana lain." jawab Edward, "Lihatlah ke atas, ada kejutan untuk kalian pasukan Asmodeus!" Dari langit, muncul banyak Drone dengan persenjataan lengkap. "Tembak mereka!", perintah Edward. Drone itu pun mulai menembak. Menghujamkan ratusan peluru ke arah -- Cloningan Asmodeus. Satu persatu mulai tumbang. Meskipun mencoba menghindar, tetapi pasukan Drone jauh lebih banyak jumlahnya. "Kenapa Drone itu harus datang?" Aruzel tampak kesal, "Padahal aku saja mampu menghabisi mereka semua!" "Sial! Rencanaku gagal!" sahut Altema. Rizel memberikan perintah, "Kita tidak punya banyak waktu, Edward hubungi anggota lainnya, tangkap Altema dan bawa ke kantor polisi." "

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 36 : Penyergapan Altema

    Sarah memberikan informasi, lokasi terakhir Altema berada. Rizel pun memanggil anggota yang lainnya untuk datang dan berdiskusi. Tim forensik yang Rizel perintahkan pun telah memberikan laporan. "Apa kita akan ada rapat dadakan hari ini?" tanya Edward. "Iya, kita kumpulkan semua informasi yang telah kita dapatkan. Aku yakin, malam ini kita akan mengetahui lokasi keberadaan Altema, sosok yang telah membantu Asmodeus selama ini" jawab Rizel. Mengirim pesan kepada seluruh anggota khusus yang berada di luar, untuk segera datang ke kantor. "Baiklah kalau begitu, aku harus membuat kopi hitam. Supaya lebih fokus" Edward mengambil gelas, menuangkan bubuk kopi. Kastil Astaroth. "Sepertinya ada seseorang yang mencoba melacak keberadaanku" ucap Altema kepada Asmodeus. "Anggota kepolisian" jawab Asmodeus. "Sepertinya mereka sudah menyadari, siapa yang membantumu di belakang layar, Asmodeus" "Mungkin waktu sudah tiba untuk mengalahkan mereka dan memberikan mereka pelajaran" "Aku yakin, sa

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 35 : Pemantauan

    Rizel pergi ke suatu tempat yang jauh. Mercusuar, tempat pertama kalinya pertarungan sengit melawan Asmodeus dilakukan. Tidak ada polisi yang berjaga, hanya tersisa garis kuning yang menutup jalan masuk ke dalam mercusuar. Penyelidikan pun di mulai. Rizel terus menundukkan kepala, menyalakan lampu senter dan melihat ke lantai. Tepat di ruangan terjadinya pertarungan dengan Asmodeus, Rizel berjongkok, mengeluarkan plastik kecil. Memungut sesuatu dan memasukkan ke dalamnya plastik yang dibawanya. Penyamaran Sarah Erlandi masih berlanjut. Menyusup ke dalam anggota simpatisan Asmodeus. Sarah mencoba untuk mendekati seorang pendiri, salah satu komunitas yang menjadi simpatisan Asmodeus dia adalah Rugel Seron, pendiri dari Asmonism. Parasnya yang sangat cantik, Sarah memanfaatkan kelebihannya itu untuk mendekati Rugel dan mengajaknya bertemu di sebuah restoran untuk makan malam bersama. Rugel Seron, kurus, berkulit putih dan cukup tinggi. Terlihat masi

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 34 : Perburuan

    Mereka berlima berpencar, menjadi peran mereka masing-masing dalam menjalankan tugasnya. Rizel dibantu oleh Steiner, mengumpulkan informasi tentang para pejabat dan pengusaha yang pernah memiliki rumor negatif. Sementara itu, di laboratorium Flamingo. Tabung-tabung yang berisi cairan biru itu surut satu persatu. Sang Profesor menekan satu tombol di mesin komputer. Kaca tabung terbuka dengan sendirinya. Dari dalam, keluar sesosok manusia dewasa. Melangkah keluar tanpa mengenakan sehelai pakaian Asmodeus berdiri diantara mereka. Semuanya tertunduk kepadanya. Seperti prajurit yang menyembah Sang raja. "Cobalah berikan perintah kepada mereka Asmodeus" ucap Flamingo dari tempat lain, berbeda lantai dan memiliki kaca yang besar. "Berdirilah!" perintah Asmodeus, para serdadu itu pun berdiri. "Percobaan terakhir sudah selesai, saat ini mereka adalah pasukanmu Asmodeus, mereka siap untuk mati demi tuannya" Flamingo terlihat sangat puas. Mer

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 33 : Menyusun Rencana

    Professor Flamingo berada di laboratorium bersama Asmodeus. Banyak tabung-tabung setinggi dua meter lebih, berisikan cairan kimia berwarna biru. Semuanya adalah hasil penelitian Flamingo. "Lucifer pasti akan puas dengan semua ini!" ucap Flamingo. "Semuanya apakah sudah selesai Prof?" tanya Asmodeus. Melihat salah satu tabung. "Besok, semuanya akan segera terselesaikan, jangan khawatir" Flamingo menekan beberapa tombol keyboard di komputer. "Saya harap besok benar-benar selesai, karena kita tidak mempunyai banyak waktu lagi" "Tenang saja, kita akan menggemparkan negara ini!" Flamingo tertawa mengerikan. "Saya harus pergi, saya serahkan pekerjaan ini kepada Anda" "Kamu akan pergi menghabisi menteri busuk itu kan?" "Iya, sudah saatnya dia mati sekarang" Tengah malam. Asmodeus tiba di perumahan elit, berjajar rumah-rumah mewah kelas atas. Dari atap ke atap rumah, menggunakan jet pack miliknya, Asmodeus berhen

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 32 : Devil Savior

    Esoknya, Rizel kembali bertugas. Steiner menyambut kedatangan atasannya itu dengan wajah bahagia. "Selamat datang kembali Pak Brigjen Rizel" Steiner memberi hormat. "Selamat siang juga Steiner, maaf sudah merepotkanmu selama ini" Rizel tersenyum. "Aku sudah mencari Pak Brigjen kemana-mana tetapi hasilnya nihil" "Aku pergi ke suatu tempat yang jauh dari keramaian kota untuk menenangkan pikiran dan berlatih" mereka bedua berbincang seraya berjalan menuju kantor pribadi Rizel. Steiner terheran "Berlatih? Memangnya berlatih apa Pak?" tanya Steiner. "Berlatih kemampuanku dalam beladiri, yang pertama aku ingin lebih kuat untuk melawan para penjahat dan yang kedua, bagaimana pun juga, aku harus menangkap suadara kembarku, Razel Arghas sebelum dia bertindak lebih jauh" Rizel duduk di kursi kantornya. "Apa hari ini Pak Brigjen siap untuk bertugas?" "Tentu saja Steiner, maka dari itu aku datang kesini" "Kalau begitu

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 31 : Kembalinya Rizel

    Berlanjut, Muha melakukan tendangan dan tertahan oleh Asmodeus dengan tendangan yang sama. Kaki mereka beradu. Setiap gerakan Muha selalu ditahan oleh Asmodeus. Kaki oleh kaki, tangan oleh tangan. Sepertinya benar, Asmodeus sengaja mengadu kekuatan fisiknya dengan Muha. "Dengan ini, awal dari kekalahan Anda akan di mulai" ucap Asmodeus. Kepalan tangan Asmodeus dan Muha kembali beradu. "Buuughh!!!" suara tinju mereka yang beradu. Mereka berdua saling menatap. "Krreekkkkk" pergelangan tangan dari Muha terdengar patah. Menjalar seperti api, tulang-tulang tangannya yang beradu dengan tinjuan Asmodeus tak kuat menahan serangannya. Tulang tangan Muha kian patah. Tak menyerah, Muha memberikan pukulan dengan tangannya yang lain. "Belum menyerah juga?" sahut Asmodeus, menahan kembali serangan Muha dengan tinjuan. "Krrrreeeekkkkkl!!!" suara tulang tangan Muha yang patah, terdengar lebih keras. "Hahahaha!!! ini menyenangkan Asmodeu

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 30 : Asmodeus VS Master Bela Diri

    "Apa ini Kadiv?" tanya Alfred. "Ini berkas prestasi beliau, sebelum Pak Alfred menjabat sebagai menteri" jawab Edmund. Alfred pun membaca berkas-berkas itu. "Angelo Rustam, pahlawan perang yang keberadaannya menghilang dan tidak diketahui" ucap Alfred. "Salah satu anggota kami telah mengetahui keberadaanya Pak" "Lantas bagaimana, apa dia mau bergabung dan membantu kita?" "Tentu saja Pak, aku sudah berhasil membujuknya" jawab Edmund dengan menceritakan. Berdasarkan laporan dari Rizel Arghas, Edmund Darmunte pergi untuk mengunjungi kediaman Angelo. Mengetahui bahwa Edmund mengenakan seragam kepolisian, Angelo menyambutnya dengan bersikap dingin. "Ada urusan apa seorang polisi seperti Anda mengunjungi saya?" sahut Angelo yang saat itu tengah latihan menembak. "Maaf Angelo, bisakah kita berbicara sebentar?" ucap Edmund dengan halus. "Baiklah, tapi jangan lama-lama" ketus Angelo. Dihalaman rumah, Angelo dan Edmund berbicara. Wajahnya tampak tidak senang dengan kehadiran seorang po

  • Asmodeus, Si Pembunuh Berantai   BAB 29 : Sarah, Polwan berdarah dingin

    Kembali kepada perbincangan antara Alfred Wallace dan Edmund Darmunte untuk menyusun pasukan khusus yang telah direncanakan sebelumnya. "Siapa selanjutnya yang akan kamu rekomendasikan Edmund?" "Berikutnya adalah Sarah Erlandi, wanita berbakat. Cepat, tangkas dan selalu berhasil menjadi seorang mata-mata" "Sarah Erlandi? Kalau tidak salah dia adalah anak seorang pengusaha yang memilih masuk menjadi anggota kepolisian bukan?" "Benar sekali Pak Alfred, dia bisa diandalkan" Sarah Erlandi, seorang wanita berusia 25 tahun. Mendaftar dan berhasil diterima masuk ke akademi kepolisian saat berusia 19 tahun. Selain cantik dan menjadi incaran lelaki seangkatannya, bela dirinya tidak bisa dianggap remeh. Sarah selalu berhasil melumpuhkan lawan-lawannya. Kecantikan dan kepiawaiannya dalam bertarung, Sarah selalu menjadi salah satu andalan pihak kepolisian untuk meringkus kriminal yang berlalu lalang di jalanan dan anggota-anggota mafia yang menjadi sasarannya. Binzo Youger, pemimpin mafia B

DMCA.com Protection Status