Home / Romansa / Asisten Tersayang Detektif Tampan / 01. Asisten Detektif Pencemburu

Share

Asisten Tersayang Detektif Tampan
Asisten Tersayang Detektif Tampan
Author: Diosa

01. Asisten Detektif Pencemburu

Author: Diosa
last update Last Updated: 2023-10-16 21:45:49

"Kenapa kamu tidak mau membantuku?"

"Kamu lihat sendiri. Aku sibuk."

"Sibuk apanya? Kamu cuma baca koran sejak pagi!"

Tidak ada jawaban.

Kerutan di kening Leina makin banyak, membuktikan betapa kesal dia melihat Arsen, pria tiga puluh tahunan yang duduk santai membaca koran di balik meja kerjanya.

Leina sudah setengah jam berdiri di hadapan pria itu, mengomel tanpa henti. Akan tetapi, dia masih tak dipedulikan.

"Arsen! Kamu beneran tidak mau membantu sekalipun aku yang minta tolong!" teriaknya.

"Tidak."

"Keterlaluan!" Leina mengamuk sampai menggebrak meja. Gebrakan tersembut sampai membuat tumpukan buku di pinggir meja berjatuhan.

Arsen menghela napas panjang, lalu melipat korannya dan ditaruh di meja. Dia mengangkat wajah sehingga bisa melihat raut wajah marah sang asisten itu.

Seperti biasa, dia selalu memperlihatkan sorot mata acuh dan datar. Tidak ada seorang pun yang paham apa yang dia pikirkan.

"Kamu benar-benar tidak punya hati, aku kecewa padamu!" lanjut Leina dipenuhi perasaan murka. Dia menuding pria itu, lalu menuduh, "aku tahu kenapa kamu tidak mau membantuku ... Kamu diam-diam menerima permintaan kasus dari Serena, iya 'kan?"

"Memang iya."

"Kenapa kamu mau menerima permintaannya?"

"Kamu sendiri yang bilang kita tidak boleh pilih kasih klien, Serena menyewa jasaku, jadi apa salahnya?"

"Dia 'kan juga detektif, kenapa selalu saja minta tolong kamu yang menyelesaikan kasusnya? Kalian itu bukan rekan kerja!"

"Kali ini dia bukan ingin menyelesaikan kasus orang lain, tapi dia yang dalam masalah. Karena itulah dia menyewaku jadi bodyguard."

"Dalam bahaya apanya! Kamu cuma mau berdekatan dengannya saja!"

"Sudahlah, jangan mengomel terus. Lebih baik kamu buatkan aku kopi, oke?"

Leina seperti ingin menangis. Dia marah, cemburu, semuanya jadi satu. Kepalanya menggeleng tidak percaya— ternyata Arsen lebih memilih membantu saingan bisnis mereka ketimbang dirinya sekarang.

Arsen bertanya, "kenapa kamu melihatku seperti itu?"

"Padahal aku yang meminta tolong, aku asistenmu 'kan? Tapi kamu selalu mementingkan detektif wanita itu."

"Apa ini sikapmu kalau meminta tolong? Barusan menggebrak meja, lalu mengomeliku?"

Tak ada sahutan dari mulut Leina. Rasa cemburu terhadap Serena terlalu memenuhi hati dan pikirannya.

Arsen berdiri dari tempatnya duduk. Setelahnya, dia memutari meja, mendekati sang asisten itu.

Dia menyentuh dagu Leina, dipaksa agar menatap wajahnya. Dengan suara pelan, dia berkata, "oke. kamu bilang kamu mau minta tolong? Kalau begitu coba minta tolong dengan lebih lembut."

Napas Leina tertahan. Berdekatan dengan Arsen sangat mendebarkan jantung. Jarang sekali pria ini memperlakukannya begini. Di posisi begitu, wajah mereka begitu berdekatan.

Wajah tampan mempesona, sorot mata yang begitu menawan. Itulah yang dipikirkan oleh Leina saat menatap Arsen. Sudah tiga tahun dia bekerja untuk pria itu, dan selama itu pula— dia mencintainya.

Arsen tersenyum. Dia berkata lagi, "Kenapa diam saja? Apa lidahmu mendadak kaku? Sesekali kalau mau minta tolong itu jangan berteriak-teriak ini, coba dekati aku, lalu rayu aku ... aku akan membantumu."

Untuk sesaat, Leina merasa terbang mendengar kata manis itu. Terlebih senyuman Arsen begitu membiusnya.

Apa Arsen menggodanya? Apa pria ini menyukainya?, Itulah yang terlintas di pikirannya

Tetapi, kemudian dia sadar— Arsen memang perayu handal. Dia tidak merayu orang lain karena menyukainya, melainkan untuk mendapatkan informasi atau menenangkan orang yang sedang marah.

Iya, seperti dirinya yang tengah emosi sekarang, tentu saja Arsen akan merayu.

Leina mendorong dada Arsen, enggan melihat wajahnya. "Jangan menggodaku!"

"Sudah kuduga, kamu tidak bisa berkata manis."

"Bagaimana bisa aku berkata manis? Kamu saja tidak mau membantuku. Tapi, kalau urusan Serena selalu nomer satu."

"Kerjasama dengan Serena itu penting, dia punya akses informasi di kepolisian."

"Jangan bohong, bilang saja kalau kamu memang suka padanya! Akui sekarang!"

"Kenapa pembicaraan kita jadi melebar begini?"

"Pasti sebentar lagi kamu akan ke rumahnya. Iya 'kan?"

"Apapun yang kulakukan, itu adalah urusan pekerjaan."

Leina menahan emosi. Perasaan cemburunya semakin besar dan besar saja. Dia memang tidak punya hak melarang Arsen kemanapun, tapi tetap saja— dia tidak terima.

Dia menatap mata pria itu dengan serius. "Sekarang jawab saja, apa kamu mau membantuku atau tetap memilih menangani kasus Serena?"

"Serena sedang dalam bahaya, dia diincar oleh pembunuh bayaran. Aku harus melindunginya sementara."

"Intinya kalau dia yang dalam bahaya, kamu lebih mementingkannya? Bagaimana kalau aku yang dalam bahaya?"

"Bahaya apa? Kamu cuma mau buang-buang waktu saja 'kan?"

"Aku mau menyelamatkan anak mendiang temanku yang diculik. Bagaimana kalau dia dibunuh? Sampai hati kamu bilang aku buang-buang waktu?"

"Penculikan itu kasusnya polisi, laporkan saja sana. Kita tidak mengurus kasus beginian."

"Jadi, kamu tidak mau membantu?"

"Tidak mau."

Dada Leina sangat sakit mendengar penolakan itu. Dia merasa sangat kecewa sekaligus marah.

"Sudah cukup! Aku tidak akan meminta bantuanmu lagi!" Dia segera pergi dari ruangan itu, lalu membanting pintu dengan keras.

Setelah beberapa saat wanita itu pergi, pintu toilet di ruangan itu terbuka. Terlihatlah, seorang pria seumuran dengannya berjaket hitam keluar.

Dia berkata, "wah, Leina kalau mengomel seram sekali. Aku sampai tidak berani keluar toilet dari tadi."

Arsen melihat ke pintu yang barusan dibanting Leina. Sorot matanya berubah sedih.

"Tapi, Arsen, tega sekali kamu. Kenapa tidak membantunya saja?"

"Apanya yang dibantu? Leina itu bohong, cuma mengarang saja untuk cari perhatian. Dia selalu begitu kalau aku membantu Serena."

"Sudah jelas 'kan alasannya? Dia cemburu, loh. Jangan jahat-jahat begini. Kenapa kamu tidak mau perhatian sedikit padanya? Apa nunggu dia pergi dulu baru kamu sadar?"

"Hans, jangan dibahas." Arsen menoleh. Dia enggan membahas Leina, jadi bertanya, "jadi, bagaimana penyelidikanmu? Siapa yang mengincar Serena?"

"Aku sudah kirim berkasnya ke alamat e-mail-mu. Coba lihat."

Arsen mengambil ponselnya dari dalam saku celana. Dia melihat kiriman e-mail dari Hans. Ada foto seorang pria misterius di dalam berkas itu.

"Mereka sampai berani menyewa pembunuh bayaran seperti ini, Serena serius dalam masalah," katanya.

***

Related chapters

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   02. Debat dengan Saingan Bisnis

    "Serena dalam bahaya? Lalu bagaimana denganku? Apa aku tidak perlu bantuan kalau dalam bahaya?" Leina menggerutu di sepanjang jalan.Dia sudah lima belas menit berjalan di trotoar. Pikirannya kemana-mana sehingga tak bisa fokus ke jalanan. Kedua matanya mulai sembab, tapi dia sanggup menahan diri agar tak menangis.Dia menggerutu lagi, "lagipula siapa yang butuh bantuannya? Detektif apanya? ... dia itu 'kan cuma pria brengsek yang tergila-gila dengan wanita penggoda itu!"Karena melamun itulah, dia tak sadar sedang berpapasan dengan seodang wanita cantik berambut panjang.Wanita itu berpenampilan begitu menarik, blazer hitam dengan rok span dengan belahan di paha kiri.Ia menyapa, "Leina?"Suaranya sontak membangkitkan amarah dalam diri Leina. Dia berhenti berjalan, lalu menoleh.Iya, itu adalah Serena. Wanita yang paling membuatnya cemburu berat.Serena tersenyum. "Ada apa denganmu? Kamu kelihatan marah? Ada masalah dengan Arsen?""Bukan urusanmu.""Kamu mau ke mana? Belanja untuk ma

    Last Updated : 2023-10-16
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   03. Pergi dari Rumah

    Gedung Arsen memiliki tiga tingkat. Dasarnya adalah kantor detektif, sementara, dua tingkat di atas merupakan tempat tinggalnya bersama Leina selama ini.Sudah tiga tahun mereka hidup bersama. Saat itu— Leina masih berusia tujuh belas tahun, baru lulus SMA. Dia dititipkan setelah ayahnya, Dokter Gio, meninggal dunia akibat kecelakaan. Karena tak punya sanak saudara lain, Arsen menerimanya tinggal bersama.Arsen menganggap Leina seperti adik sendiri atau malah anak sendiri. Tetapi, dia sadar perasaan di hatinya tidak demikian.Hari sudah malam, tapi ternyata suasana di dalam rumah sangat sepi. Dia lantas menuju ke dapur. Terlihat, meja makan masih kosong."Leina tidak pulang ...“ Arsen sudah bisa menduga kalau wanita itu ngambek perkara tadi pagi. Dia mengambil ponselnya, lalu memeriksa aplikasi GPS khusus. Selama ini, dia selalu merasa aman karena memasang alat pelacak di ponsel Leina.Akan tetapi, saat ini alat pelacaknya tak terdeteksi. Sontak saja, dia menjadi panik. "Ponselnya mat

    Last Updated : 2023-10-16
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   04. Teman Playboy

    Leina sebenarnya tidak suka berada di rumah Liam. Bagaimana pun, ini adalah rumah dari adiknya Serena, saingannya dalam hal cinta. Tetapi, dia sengaja datang ke sini juga demi mencari informasi.Liam adalah seorang pemuda dua puluh tahunan yang memiliki paras tampan. Saat ini, statusnya adalah dokter magang di salah satu rumah sakit ternama.Dia sudah mengenal Leina sejak lama juga. Dahulu, Dokter Gio, ayah dari Leina adalah dosen yang pernah mengajarnya dulu.Pria itu membukakan pintu kamar tamu, lalu berkata, "ini kamarnya. Bilang saja kalau butuh sesuatu.""Aku tidak berencana menginap. Aku ke sini cuma ingin tahu tentang kakakmu," kata Leina yang enggan masuk."Sekarang sudah malam. Kamu mau ke mana memangnya? Kata kakakku, kamu sedang marahan dengan Arsen, jadi tidak mau pulang. Jadi, lebih baik istirahat saja di sini.""Jangan terus mengubah topik obrolan ya—" "Apa, sih?""Jelaskan padaku dahulu tentang bahaya apa yang menimpa kakakmu? Itu cuma bohongan 'kan? Dia ngarang cerita

    Last Updated : 2023-10-17
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   05. Asisten Tersayang

    Leina duduk di pinggiran ranjang sambil melihat albm foto lawas. Satu per satu halaman dia buka. Terlihat jelas kalau dahulu— Arsen, Hans dan Serena adalah teman baik."Arsen, kamu tidak pernah bercerita tentang masa lalumu, aku bahkan tidak tahu kapan ulang tahunmu, kamu tidak pernah mau merayakannya denganku ..." Leina bergumam sendiri. Suaranya begitu lirih nan sedih. Dia semakin terpukul karena menyadari kalau kemungkinan Arsen tidak pernah menganggapnya sebagai asisten.Dia bergumam lagi, "jangan-jangan benar kata Serena ... kamu cuma mengasuhku saja untuk balas budi ke papa, kamu menerimaku di rumahmu cuma karena kasihan ... kamu tidak mau aku hadir di hidupmu. Kamu pasti sudah tahu aku mencintaimu, tapi kamu selalu menghindariku."Air mata menetes di pipinya. Sudah jam sepuluh malam, dan tidak ada tanda-tanda kalau Arsen mencarinya. ... Arsen tidak peduli? ... Arsen sama sekali tidak peduli?... Bahkan, setelah pergi sampai malam pun, pria itu tidak mencarinya?Itulah seder

    Last Updated : 2023-10-18
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   06. Kembali Pulang

    Keesokan harinya ...Leina terbangun. Untuk satu menit pertama, dia masih bengong, melihat sekitarnya. Aneh, semalam— dia merasa bermimpi sedang digendong oleh Arsen.Mimpi— cuma mimpi."Mimpi 'kan ..." Leina akhirnya tersadar kalau sudah berada di kamar tidur sendiri. "Loh?"Dia segera turun dari ranjangnya, lalu membuka tirai jendela. Suasana pagi jalanan depan gedung kantor detektif milik Arsen langsung terlihat.Kamarnya dan kamar tidur Arsen berada di lantai teratas. Dari situ, dia bisa melihat kondisi sekitar jalanan depan gedung ini dengan jelas..Banyak gedung-gedung pertokoan di luar. Tepat di seberang jalan, ada deretan toko baju. Berhubung sekarang masih jam tujuh pagi, jadi belum ada toko yang buka."Kenapa aku di sini? Aku di rumah Liam 'kan? Arsen ... apa mimpi itu beneran ..." Leina ingin memastikannya dengan pergi keluar kamar.Dia menuruni anak tangga, menuju ke ruang makan yang ada di lantai dua. Biasanya, setiap pagi— dia akan menyiapkan sarapan serta membuatkan kop

    Last Updated : 2023-10-18
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   07. Ajakan Kencan

    Pintu dibuka.Leina tidak melihat siapapun ada di dalam. Suasana kamar tidur Arsen masih rapi seperti biasa. Tetapi, dia bisa mencium aroma parfum khas dari Serena."Serena, keluar kamu!" teriaknya.Arsen berhenti di ambang pintu, lalu bersandar di sekitar situ. Dia menahan tawa melihat Leina yang mencari-cari Serena.Dia berkata, "Dia sudah pergi dari semalam, dia ada di rumah Hans sekarang.""Apa yang kamu lakukan dengannya?""Lakukan apa?""Jangan bohong kamu." Leina mendadak menyesal karena kemarin malah pergi dari rumah. Coba saja dia tetap di sini, pasti dia bisa menjauhan Arsen dari Serena.Dia mendekati pria itu, lalu berjinjit agar bisa menyambar kerah kemeja tidurnya. "Katakan padaku, Arsenio! Apa yang kalian lakukan semalam?""Entahlah.""Arsen!""Untuk apa aku menjelaskannya padamu, ini salahmu sendiri karena minggat dari rumah, jadi kamu tidak tahu."Leina mencekik pria itu dengan emosi tinggi. Dia marah besar. "Katakan apa yang sudah kalian lakukan atau aku akan berhenti

    Last Updated : 2023-10-18
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   08. Pasangan Hari Ini

    Sudah satu jam lamanya, Arsen menemani Leina jalan-jalan di pertokoan sekitar. Sudah ada sepuluh kantong belanja yang dia bawa.Dan, Leina masih belum puas. Tampaknya dia ingin balas dendam kepada Arsen dengan membelanjakan semua bayaran dari Serena kemarin. Dia berhenti di depan kaca toko baju yang memajang gaun cantik. "Wah, ini bagus banget."Arsen sampai bersadar di tembok toko itu, terlalu capek. Dia menaruh kantong belanja di sekitar kakinya."Awas jangan sampai kantong belanjaanku jatuh, awas saja kalau baju-bajuku kotor." Leina masih betah memandangi gaun yang dipajang di manekin. "Kamu belum puas juga belanja? Kamu sudah belanja banyak sekali ini ...""Sampai pembayaran dari Serena belum habis, aku tidak akan berhenti belanja."Arsen menggerutu lirih, "Sampai segitunya kamu tidak suka Serena. Dasar pencemburu."Leina meliriknya tajam. "Mmm? Ngomong apa barusan?"Arsen agak takut dengan lirikan itu. Dia mengalah, "oke, oke, maaf— uangnya milikmu. Kamu boleh belanja apapun ya

    Last Updated : 2023-10-25
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   09. Bayi Misterius (a)

    Leina sangat bersemangat sehingga tak terasa seharian jalan-jalan dengan Arsen. Dia benar-benar tidak ingin hari ini berakhir. Hari ini— dia bisa merasakan rasanya menjadi pasangan Arsen.Tetapi, Arsen sudah sangat letih. Dia merasa sudah seperti mengasuh anak yang aktif. Untuk seorang pria yang hobinya duduk dan minum kopi, dia tidak betah berlama-lama berada di luar.Dia sudah ingin sekali pulang, tapi tak tega melihat Leina yang semangatnya minta ampun. Beruntung, matahari akhirnya sudah tenggelam. Mau tidak mau— kencan hari ini harus berakhir.Begitu membuka pintu rumah, dia bergumam, "akhirnya ... penderitaanku berakhir."Leina yang berdiri di belakang pria itu mendengar. Dia meliriknya. "Hah? Bicara apa kamu?“"Tidak. Tidak ada. Aku capek—” balas Arsen buru-buru, lalu masuk ke dalam. Daripada diomeli lagi, mending melarikan diri.Dia menaruh seluruh kantong belanja Leina di atas meja ruang tamu. Baru setelah itu, dia berkata, “aku mau mandi, lalu tidur.”"Kamu tidak may kubuatk

    Last Updated : 2023-10-26

Latest chapter

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   99. Ulang Tahun [TAMAT]

    Leina menuruti permintaan Arsen untuk menginap di rumah Dokter Tony. Dialah yang menyiapkan makan malam untuk mereka semua.Dokter Tony sampai takjub dengan makanan yang ada di meja. Dia melihat Arsen dan Leina yang sudah duduk di kursi masing-masing."Rasanya seperti punya putra dan menantu yang baik," katanya sesekali tersenyum pada Arsen.Arsen fokus makan saja, tak mau menanggapi ucapan bermakna ganda dari pria itu. Iya, dia tahu kalau kemungkinan Dokter Tony sudah menduga niatnya mengajak Leina bermalam di situ."Ngomong-ngomong Leina, kamu harusnya tidak perlu memasak sebanyak ini, kamu pasti lelah—“ kata Dokter Tony.Leina tersenyum. "Tidak masalah, Dok. Aku suka masak, kok ... Lagian ..." Ucapannya terhenti, mana mungkin dia mengatakan kalau dia memang masak banyak untuk memperingati ulang tahunnya besok. "Tidak apa, pokoknya aku senang masak banyak.”Tidak ada yang bicara setelah itu. Baik Arsen maupun Leina sama-sama diam. Iya, apalagi Arsen yang sedikit gugup. Bagaimana tid

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   98. Ingatan Arsen

    Leina mengunjungi Arsen di tempat Dokter beberapa hari sekali. Itupun dia hanya datang untuk mengantarkan sesuatu, entah itu masakannya atau barang-barang yang mungkin bisa membuat Arsen ingat. Dia jarang berinteraksi dengan Arsen sendiri.Arsen merasa jaraknya menjadi lebih jauh dari Leina. Akan tetapi, itu malah membuatnya merasa kalau wanita itu memang dekat dengannya. Dia ingin mengobrol dengannya.Hari ini, Leina datang hanya untuk mengantarkan saus daging buatannya karena Arsen menyukainya. Setelah itu, dia berpamitan pulang.Akan tetapi, saat berjalan menuju gerbang keluar dari rumah tersebut, dia langsung dihadang oleh Arsen. Leina kaget, kenapa pria itu ada di luar rumah?"Pulang lebih cepat tanpa menemuiku dulu?" tanya Arsen dengan suara datar. Dia sepertinya kecewa karena Leina seolah menjaga jarak.Leina menoleh ke arah rumah, lalu kembali menatap Arsen. Dia bertanya, "kenapa kamu malah di sini? Kamu 'kan lagi pengobatan? Cepat masuk— lagian kalau ada kenal sama kamu giman

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   97. Cincin?

    Hans membuka mata.Untuk sesaat, dia masih memproses apa yang terjadi. Dia melihat langit-langit. Kemudian, dia melihat dirinya sendiri yang terbaring di atas ranjang— di dalam kamar yang tidak asing.Pandangannya mengarah ke luar jendela yang tengah terbuka. Udara pagi terasa sejuk dan menenangkan.Tak lama kemudian, pintu kamar itu terbuka, dan seseorang masuk. Dia adalah Ritta— yang langsung kaget melihat pria itu sudah bangun."Hans!“ panggilnya cepat. Dia buru-buru mendekati ranjang. ”Kamu sudah siuman?“Hans bangun dari ranjang. Tubuhnya masih sakit semua, tapi setidaknya sudah baik-baik saja. Dia menatap Ritta, lalu tersenyum. Dia tidak terlalu ingat apa yang terjadi sebelum dia tak sadarkan diri, tapi setidaknya dia berhasil membuat Ritta aman dan Tino ditangkap."Syukurlah kamu baik-baik saja,” katanya.Ritta ingin menangis melihat pria itu. Kedua matanya berair, benar-benar lega. Dia duduk di tepian ranjang, lalu tanpa mengatakan apapun, dia memeluk pria itu dengan seerat mu

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   96. Bersama Leina

    Arsen hanya diam saat disuguhi oleh pasta saus daging buatan Leina. Dia masih melihat makanan di atas meja makan depannya itu. Pandangannya menjadi lebih tenang.Entah kenapa— rasanya seperti nostalgia, dan dia sadar akan hal tersebut.Aroma saus yang ada di atas pasta itu menggugah selera, tapi juga membuat sekilas ingatan muncul di kepala. Walaupun, tetap saja— dia masih belum ingat apapun.Dia menatap Leina yang duduk di kursi yang berseberangan meja dengannya. Wanita itu duduk manis sambil memandangi dia. Senyum hangat tampak menghiasi bibirinya.Aneh.Kenapa wanita itu tidak takut? Kenapa masih bisa tersenyum padanya? Kenapa tidak menunjukkan niat membunuh?Padahal tadi dia sudah berbuat kasar, melukainya, membuatnya hampir mati tercekik. Tetapi, senyum hangat tanlepas dari bibirnya.Aneh.Leina heran karena dipandangi terus. Dia bertanya dengan ragu, "ada apa? Kamu ... Kamu tidak suka?“Nasibnya bergantung dari suasana hati Arsen sekarang. Kalau pria itu tidak suka, maka dia sun

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   95. Sebuah Tes

    Ciuman yang diberikan oleh Leina sangat mengejutkan diri Arsen. Dia tidak mampu bertindak apapun, tidak sanggup melakukan apapun, tidak menolak juga. Bibir wanita itu terasa lembut dan mampu menghangatkan bibirnya yang dingin.Selama beberapa detik, dia hanya terdiam dengan napas yang tertahan. Arsen benar-benar diluluhkan oleh ciuman itu. Untuk sekejap, dia seperti lupa siapa dirinya dan untuk apa di sini. Yang dia pikirkan hanyalah— kenapa rasa ciuman ini begitu hangat?Leina ...Nama itu terlintas di pikiran Arsen. Dia masih betah dengan merasakan ciuman Leina. Dia seperti tertawan oleh bibir wanita itu, seakan tidak sanggup untuk berhenti. Bahkan, dia bak rela kehabisan napas jika itu bisa terus berciuman seperti ini.Segala pemikiran buruknya menjadi sirna untuk sesaat. Hatinya menjadi damai. Dia merasa hidup. Perasaan hangat yang belum pernah dirasakan—Atau ... dia lupakan?Tetapi, dia kemudian tersadar, lalu menjauh dari Leina sehingga ciuman mereka terlepas. Dia menarik napas

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   94. Aku Leina ...

    Para anak buah Tino membawa pergi Ritta pergi keluar rumah. Ini memaksa Hans untuk berlari mengejarnya. Dia khawatir juga pada Leina, tapi situasinya sangat sulit.Leina sendiri masih berada dalam cengkraman sang kekasih. Dia makin sedih— tidak pernah membayangkan kalau Arsen akan kehilangan ingatannya tentang mereka semua.Butir demi butir air mata mengalir keluar dari kedua matanya. Hanya kesedihan yang menerpanya sekarang."Arsen ... tolong sadarlah!“ pintanya.Dia sama sekali tidak peduli dengan cekikan Arsen yang makin erat. Napasnya sudah sangat terbatas. Ini membuat dada sesak dan pandangan mulai kabur karena pasokan oksigen ke otak menipis.Arsen masih memandangi wajah Leina, berusaha mengingat wanita itu, tapi masih ada kabut hitam yang menyelimutinya. "Aku tidak kenal siapa kamu, tapi kamu memang sepertinya—"Ucapannya terhenti kala merasakan sakit kepala lagi. Entah mengapa, tatapan Leina yang dibanjiri air mata membuatnya tidak nyaman.Ada apa ini?Dia merasa dadanya ikuta

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   93. Upaya Pembunuhan Serena

    "KELUARKAN AKU DARI SINI!"Teriakan kencang keluar dari mulut Serena berulang kali. Dia sangat panik, takut dan juga gelisah berada di tabung kaca yang perlahan memasukkan air ke dalam.Iya. Dia dikurung di dalam situ dari beberapa jam yang lalu. Sekarang air yang merendam di bawah sudah sampai pinggang. Tinggal menunggu waktulagi sebelum dia benar-benar akan tenggelam.Dia berusaha keras menggebrak - gebrak kaca tabung itu, tapi sekuat apapun pukulannya, tak berhasil juga meretakkan kaca tersebut. Iya, rasanya dia sudah terjebak di dalam permainan sulap, dimana dia tak bisa keluar.Yang lebih memuakkan adalah sejak tadi sudah ada orang yang duduk di kursi tepat di depan tabung. Orang itu bagaikan penonton sulap yang menanti kapan Serena akan mati terendam di dalam tabung."KELUARKAN AKU, WANITA BODOH!" teriak Serena yang muak dan makin panik. Dia tidak terima dengan semua ini. "KENAPA KAMU DIAM SAJA! HARUSNYA KALIAN MEMBAWAKU PERGI MENEMUI ARSEN! MANA ARSEN-KU!""Berisik sekali, sih?

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   92. Bunuh Leina (c)

    Melawan Arsen dengan kekuatan sendiri itu mustahil, Hans sadar akan hal itu. Karena itulah, dia menjelaskan trik yang bisa dipakai untuk melawannya.Berhubung mereka juga tidak memiliki waktu untuk mengumpulkan rekan, jadi mau tidak mau harus mengandalkan kemampuan diri sendiri.Sesuai dugaannya, ternyata Tino menemukan tempat persembunyian mereka di keesokan harinya. Mereka tidak ragu-ragu langsung masuk ke dalam kawasan perumahan ini. Dia memanfaatkan kondisi perumahan yang sedang sepi untuk menyusup. Dia memerintahkan banyak anak buahnya untuk mengintai di sekitar rumah target."Bagus, sesuai keinginan kita, tetangga kanan, kiri dan depan sedang pergi," ucap Tino saat melihat rumah persinggahan Ritta di seberang jalan. Dia berdiri tepat di bawah pohon rindang, ditemani oleh Nathan.Nathan melihat suasana perumahan yang sepi padahal sudah siang. "Tempat ini sepi sekali ... tapi pasti ada yang masih di rumah 'kan? Bagaimana kalau ada yang mendengar?""Tenang saja, itulah gunanya aku

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   91. Bunuh Leina (b)

    Leina dan Ritta berhasil sampai di rumah persinggahan darurat dengan aman. Saat mereka sampai, hari sudah gelap.Mereka beruntung tidak ada yang mengikuti. Akan tetapi, Ritta terus menyibukkan diri dengan mengaktifkan keamanan rumah. Dia juga masuk ke ruang monitor. Sebelumnya, Hans meretas kamera pengawas jalan dan disambungkan ke ruang tersebut. Dengan begini, dia bisa tahu kalau ada orang mencurigakan sedang mengawasi rumah.Bangunan itu sendiri berada di dalam perumahan, tidak terlalu padat penduduk. Iya, itu karena lokasinya berada di wilayah di mana kebanyakan penghuni adalah pebisnis yang jarang pulang. Sekalipun tetangga kanan dan kiri rumah singgah itu sudah ada dihuni, tapi penghuninya jarang pulang. Tak heran, kawasan itu sangat sepi.Saat Ritta sibuk dengan semua itu, Leina membuatkan makan malam untuk mereka. Mereka makan malam tak lama kemudian. Tidak ada yang dibicarakan setelah itu karena keduanya sangat lelah.Karena hal itulah, mereka berdua langsung memutuskan un

DMCA.com Protection Status