Share

08. Pasangan Hari Ini

Author: Diosa
last update Last Updated: 2023-10-25 12:36:34

Sudah satu jam lamanya, Arsen menemani Leina jalan-jalan di pertokoan sekitar. Sudah ada sepuluh kantong belanja yang dia bawa.

Dan, Leina masih belum puas. Tampaknya dia ingin balas dendam kepada Arsen dengan membelanjakan semua bayaran dari Serena kemarin.

Dia berhenti di depan kaca toko baju yang memajang gaun cantik. "Wah, ini bagus banget."

Arsen sampai bersadar di tembok toko itu, terlalu capek. Dia menaruh kantong belanja di sekitar kakinya.

"Awas jangan sampai kantong belanjaanku jatuh, awas saja kalau baju-bajuku kotor." Leina masih betah memandangi gaun yang dipajang di manekin.

"Kamu belum puas juga belanja? Kamu sudah belanja banyak sekali ini ..."

"Sampai pembayaran dari Serena belum habis, aku tidak akan berhenti belanja."

Arsen menggerutu lirih, "Sampai segitunya kamu tidak suka Serena. Dasar pencemburu."

Leina meliriknya tajam. "Mmm? Ngomong apa barusan?"

Arsen agak takut dengan lirikan itu. Dia mengalah, "oke, oke, maaf— uangnya milikmu. Kamu boleh belanja apapun yang kamu mau."

"Kamu janji akan menemaniku hari ini. Jadi, jangan mengeluh terus."

Arsen hanya bisa menghela napas panjang. Dia sadar kalau memang Leina tidak punya pengalaman dalam hal percintaan sama sekali. Dia tak berharap mereka akan pergi jalan-jalan sambil makan-makan dan menonton film.

"Ya sudah, lanjutkan belanjanya, aku akan menunggu," katanya kemudian.

Leina masuk ke dalam toko baju tersebut dengan hati riang gembira.

Dia mendekati salah satu rak baju. Seleranya dalam memilih baju sedikit buruk. Pakain yang selalu dia pakai selalu memiliki ciri yang sama, atasan kemeja atau blus biasa dipadu dengan celana panjang atau rok biasa.

Semua serba biasa.

Bisa dibilang gaya berpakaiannya agak membosankan untuk ukuran wanita muda. Serena saja— yang berusia hampir sepuluh tahun lebih tua darinya memiliki style yang jauh lebih baik.

"Serena ..." Leina teringat foto-foto di album milik adik Serena waktu itu. Dia iri dengan kebersamaannya dengan Arsen.

Pandangan matanya sedikit sedih. Dia berbalik badan, melihat diri sendiri di depan cermin berdiri.

Di situ, dia bisa melihat penampilan dirinya sendiri. Dia sadar diri kalau tak pernah menggunakan make-up, hanya sekedar basic skincare— seperti tabir surya, lipbalm, dan semacamnya.

Dia bergumam sendiri, "apa aku membosankan? Arsen sepertinya tidak tertarik menemaniku— apa dia tidak selera denganku karena aku kelihatan sangat biasa, aku terlalu muda untuknya?"

Arsen selalu memandangnya seperti gadis remaja, bukan wanita dewasa. Leina sangat iri dengan Serena yang selalu berpenampilan menarik serta menggunakan make up.

Leina menyentuh pipinya. Dia tersenyum tipis. "Mungkin aku harus mulai belajar make up, Arsen tidak akan pernah melihatku sebagai wanita dewasa kalau aku tidak merias diriku."

Dia tidak sadar kalau sedari tadi Arsen berada di belakang rak baju itu. Jadi, pria itu mendengar apapun yang dikatakan Leina.

Dia mendekati wanita itu sambil bertanya, "kenapa lama sekali?"

"Ah!" Leina balik badan, kaget mengetahui tahu-tahu Arsen sudah ada di sini. Pipi memerah, takut kalau perkataannya didengar. "Kamu— kamu sejak kapan ada di sini?"

"Barusan."

"Kamu tidak dengar apa-apa 'kan?"

"Dengar apa?"

Leina lega. "Bukan apa-apa."

Arsen tersenyum kecil. Meskipun tahu apa yang barusan diucapkan Leina, dia sama sekali tidak mengomentarinya. Dia memilih pura-pura tidak mendengar apapun.

Malahan, dia menggodanya, "kenapa? kamu barusan kentut? Sampai takut didengar orang lain?"

"Enak saja!" sergah Leina cepat. "S-siapa yang kentut! Kamu ini selalu saja menghinaku!"

"Aku cuma bercanda, jangan selalu marah."

"Aku tidak marah!"

"Sudah, sudah." Arsen mengelus rambut Leina layaknya sedang menenangkan anak-anak yang mengamuk.

Leina kesal. Dia menepis tangan Arsen dari kepalanya. "Jangan perlakukan aku seperti anak-anak!"

Arsen menahan tawa. Dia menggoda terus, "apa, sih? Aku reflek mengelus kepalamu karena kamu pendek sekali."

"Apa katamu!"

"Harusnya kamu pakai hak tinggi hari ini. Orang pasti berpikir aku adalah pamanmu jika kita jalan berdua."

"Arsen!" Leina meremas kedua pipi Arsen dengan perasaan kesal. "Kamu ini sebenarnya tidak mau 'kan menemaniku hari ini!"

Arsen menurunkan kedua tangan Leina dari pipinya. Dia berkata, "maaf, maaf, kamu sudah selesai belum? Aku lelah menemanimu belanja saja dari tadi."

Mendengar itu, suasana hati Leina menjadi gundah. Dia kepikiran lagi dengan tadi— sudah dia duga, dia adalah orang yang membosankan. Dia sama sekali tidak berpengalaman kencan, tidak tahu harus apa.

Apa kencannya akan berakhir seperti ini? Tidak berkesan sama sekali?

Setelah tiga tahun, ini kesempatannya dekat dengan Arsen. Mana mungkin disia-siakan?

Apa harusnya pergi menonton film? Apa makan-makan di mall?, Leina tidak tahu harus apa sekarang.

Dia tidak tahu juga apa yang disukai Arsen. Memangnya pria itu mau diajak nonton film di bioskop?

Arsen bukan tipikal orang yang akan duduk diam lebih dari sejam di tengah banyak orang. Pria itu seperti serigala penyendiri— dan tidak suka menonton apapun.

Arsen bisa mengetahui jalan pikiran Leina hanya dengan melihat raut wajahnya saja.

Dia meraih telapak tangan wanita itu. Sambil memberikan senyuman manis, dia mengajak, "Mau menonton film di bioskop denganku tidak? Ada film bagus yang sedang tayang hari ini."

Leina terperanjat. Dia merasa Arsen seakan membaca pikirannya. "Kamu mau kita nonton?"

"Iya."

"Aku kira kamu tidak betah duduk berjam-jam di tempat begituan."

"Kalau duduk di sampingmu, kurasa itu bukan masalah walaupun berjam-jam."

Napas Leina tertahan. Detak jantungnya berdebar.

Tidak mungkin.

Apa barusan Arsen berkata semanis itu?

Ada apa ini? Kenapa dia lembut dan baik sekali hari ini? Apa memang murni ingin minta maaf padanya karena menerima tawaran pekerjaan dari Serena diam-diam kemarin?

Senyuman di bibir Arsen semakin mengembang. Dia mengangkat tangan Leina, lalu mengecupnya sesaat.

"Hah ..." Leina main terkejut dan salah tingkah. Dia menarik tangannya dengan cepat. Telinga dan wajahnya memerah bak kulit udang rebus— ini sudah sangat aneh.

Dia mengerutkan dahi, curiga mungkin Arsen sedang sakit atau melakukan sesuatu.

Arsen bingung. "Ada apa? Kenapa kamu melihatku begitu?"

Tatapan mata Leina meruncing ke pria itu, curiga berat. "Aneh. Kamu baik banget hari ini— sampai mencium tanganku?"

"Kita 'kan kencan, artinya kita pasangan untuk hari ini. Memangnya salah aku mencium tanganmu?"

Debaran di jantung Leina makin tidak terkendali. Mendengar Arsen mengatakan hal yang sangat manis adalah sebuah kebahagiaan tertinggi untuknya. Dia dibuat melayang hanya karena kata 'pasangan' barusan.

Bibirnya pun ikut mengembang, membentuk sebuah senyuman gembira. Dalam sekejap, dia merasa di dunia ini hanya ada dirinya dan Arsen.

Dia merangkul lengan pria itu, lalu berkata dengan semangat, "oke, ayo pergi nonton film!"

Arsen tersenyum.

***

Related chapters

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   09. Bayi Misterius (a)

    Leina sangat bersemangat sehingga tak terasa seharian jalan-jalan dengan Arsen. Dia benar-benar tidak ingin hari ini berakhir. Hari ini— dia bisa merasakan rasanya menjadi pasangan Arsen.Tetapi, Arsen sudah sangat letih. Dia merasa sudah seperti mengasuh anak yang aktif. Untuk seorang pria yang hobinya duduk dan minum kopi, dia tidak betah berlama-lama berada di luar.Dia sudah ingin sekali pulang, tapi tak tega melihat Leina yang semangatnya minta ampun. Beruntung, matahari akhirnya sudah tenggelam. Mau tidak mau— kencan hari ini harus berakhir.Begitu membuka pintu rumah, dia bergumam, "akhirnya ... penderitaanku berakhir."Leina yang berdiri di belakang pria itu mendengar. Dia meliriknya. "Hah? Bicara apa kamu?“"Tidak. Tidak ada. Aku capek—” balas Arsen buru-buru, lalu masuk ke dalam. Daripada diomeli lagi, mending melarikan diri.Dia menaruh seluruh kantong belanja Leina di atas meja ruang tamu. Baru setelah itu, dia berkata, “aku mau mandi, lalu tidur.”"Kamu tidak may kubuatk

    Last Updated : 2023-10-26
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   10. Bayi Misterius (b)

    Leina merasa dadanya sesak, otot tubuh seakan tegang seketika. Dia tidak bisa membayangkan Arsen melakukan hal itu dengan wanita lain.Dia melirik pria itu. "Kenapa kamu menyingkir dariku?""Tidak apa.""Cepat jujur, Arsen, kamu ... kamu punya anak?""Sebentar— tenang dulu, Leina," pinta Arsen mundur lagi, menjaga jarak dari wanita itu. Dia buru-buru menjelaskan, "Ini tidak beres, pasti ini ulah Hans. Dia yang menaruh anak ini di sini, dia bisa masuk ke rumah kita.""Kenapa juga ditaruh di kamar kamu!""Mana kutahu!""Pantas kamu baik sekali padaku hari ini! Kamu menyembunyikan anak dariku!""Maksudmu apa? Kamu serius percaya tulisan orang tidak jelas begini?"Leina mendekatinya. Lalu, dia menyambar kemeja yang dipakai Arsen, mengoyaknya.Dia mengomel, "tega sekali kamu! Saat aku di rumah mengkhawatirkanmu kalau pulang telat, kamu malah di luaran sana buat anak?""Hei ... jangan bodoh, kapan aku buat anaknya? Aku selalu di rumah sebelum jam sepuluh— kamu memberikanku jam malam!""Iya j

    Last Updated : 2023-10-27
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   11. Perasaannya Kepadaku

    Keesokan harinya ...Leina terbangun pagi-pagi buta karena mendengar suara tangisan bayi. Dia baru ingat kalau sekarang di rumah mereka ada anak yang harus diurus.Anak perempuan itu tidur di kamar Arsen. Tangisannya yang makin menggila membuat Leina khawatir.Wanita itu pun turun ranjang, dan keluar kamar. Dia berjalan menghampiri kamar tidur Arsen yang hanya terpisah dua ruangan kosong dari kamarnya.Dia mengetuk pintu. "Arsen? Vera menangis itu— periksa popoknya!“Tidak ada jawaban, kecuali tangisan bayi saja."Aku masuk!" Leina membuka pintu kamar itu, lalu melihat di ranjang cuma ada bayi, sementara Arsen tidak ada di manapun. "Arsen!"Dia mendekati bayi itu, lalu memeriksa popoknya— dan ternyata memang sudah penuh.”Kemana dia itu!“ Leina jengkel. Dia menggendong bayi tersebut, lalu pergi ke kamar mandi untuk mengganti popok. "Teganya meninggalkan bayi sendiri di kamar!"Namun, tangisan bayi perempuan itu tidak berhenti juga meskipun popoknya sudah kering lagi. "UWAAH~ UWAAH~~”

    Last Updated : 2023-10-29
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   12. Klien Misterius

    Nicholas.Itulah nama pria yang merupakan CEO perusahaan makanan beku, calon klien. Dia tengah duduk di sofa tepat di berseberangan meja dengan Arsen.Mereka duduk berhadapan, jadi bisa saling memperhatikan. Ketika bertemu calon klien, Arsen selalu memperhatikan gerak-geriknya.Dan, yang paling penting untuk diperhatikan adalah pandangan mata. Orang yang sedang berbohong, pasti ketahuan lewat situ."Tolong." Nicholas menyudahi penjelasannya sambil menyerahkan sebuah foto wanita muda di atas meja. "Ini foto wanita itu, Miranda. Saya hanya punya fotonya dua tahunan yang lalu."Miranda?Leina teringat nama dari bayi yang dititipkan di rumah mereka. Bukankah tertulis di surat kalau namanya Miranda?Wanita itu sedari tadi berdiri di sebelah sofa tempat Arsen duduk sambil memeluk nampan. Kopi dan teh sudah disajikan di atas meja untuk Arsen dan tamu mereka.Arsen menatap foto itu. "Anda ini kami mencari wanita ini diam-diam agar tak menimbulkan skandal?""Iya, sebisa mungkin jangan sampai s

    Last Updated : 2023-10-30
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   13. Hubungan Dekat dengan Serena

    Arsen menjemput Serena di rumahnya. Dia sudah memastikan kalau Leina tidak mungkin bisa memata-matainya sekarang. Iya, wanita itu sibuk dengan baby Vera di rumah. Jadi, dia bisa tenang.Serena masuk ke dalam mobilnya. Penampilannya begitu anggun dengan balutan gaun malam berwarna hitam. Elegan mempesona sekaligus seksi. Aura wanita dewasa terpancar kuat dari dirinya.Baik Serena ataupun Arsen tidak berbicara selama di perjalanan. Mereka fokus ke depan, hingga pada akhirnya sampai di lokasi tujuan.Sebuah gedung yang menjadi acara amal berlangsung. Arsen memarkirkan mobilnya di parkiran depan gedung, lalu keluar lebih dahulu."Johann, pemilik kantor berita Dai-News, penyelanggara acara amal ini 'kan?" Arsen memandangi gedung tinggi itu. Banyak sekali orang penting berpakaian formal masuk ke dalamnya.Serena baru keluar dari mobil. Dia tersenyum mendengar ucapan Arsen. "Cepat sekali kamu dapat informasi.""Aku harus tahu kemana aku diajak ... mengingat kamu selalu memanfaatkanku," balas

    Last Updated : 2023-10-31
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   14. Membantu Serena

    Arsen selalu bersikap tidak peduli. Tetapi, dia sebenarnya selalu mengawasi kondisi sekitar. Sejak Serena pergi bersama pria bernama Johann, dia berkeliling untuk melihat keadaan.Dia pergi keluar gedung, dan tak sengaja menguping pembicaraan dari seorang pria penjaga dengan seorang wanita muda di area parkiran. Serena menyamar menjadi wanita itu, seorang wanita panggilan."Ini mustahil, wanita bernama Tamara harusnya sudah ada bersama Pak Johann sekarang," kata si pria penjaga.Wanita berpakaian seksi itu keheranan. Dia menjawab, "Tapi, aku diminta datang setengah jam setelah acara amal selesai.""Siapa yang menyuruh?""Pak Johann.""Tunggu sebentar di sini, ada yang tidak beres." Penjaga itu menyadari kalau wanita panggilan yang pertama adalah palsu. Dia segera pergi menuju ke belakang gedung.Arsen diam-diam berlari mengikutinya. Dia mengawasi sekitar, dan tepat ketika sudah sampai di belakang pintu belakang— dia menyentuh pundak orang itu."Apa?" Penjaga itu terperanjat, lalu berb

    Last Updated : 2023-11-02
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   15. Perasaan Cinta

    Arsen dan Serena terpaksa menginap di satu kamar hotel. Bukan tanpa alasan, memang tidak ada kamar yang tersedia kecuali itu.Arsen tidak berencana tidur. Dia memilih berdiri di dekat jendela, memandangi jalanan ramai dari lantai lima belas itu, sambil menikmati segelas wine.Mendadak, dia kepikiran Leina dan Baby Vera, apakah mereka baik-baik saja? Tetapi, jika alarm rumah yang tersambung di ponselnya tidak berbunyi, maka berarti tidak ada masalah."Memikirkan Leina?" Serena menghampirinya.Arsen enggan menjawab itu. Dia mengotak-atik ponselnya, dan mengirim beberapa berkas rekaman serta potret bukti yang dia dapat dari Tamara tadi.Dia berkata, "aku sudah kirim beberapa bukti aliran dari acara amal pria itu ke e-mail kamu."Serena membuka pesan elektronik tersebut. Dia terkejut melihat potret bukti-bukti transfer dana ke rumah bordir. "Oh, kamu dapat ini? Darimana?""Dari wanita panggilan yang seharusnya bersama pria itu tadi.""Wah, kamu benar-benar hebat, Arsen.""Aku bosan diam t

    Last Updated : 2023-11-02
  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   16. Asisten atau Pembantu?

    Leina lelah dengan kegiatan barunya, mengurus bayi perempuan bernama Vera itu. Dia berharap Miranda segera ditemukan sehingga tak harus melalui ini.Tetapi, meskipun demikian, dia selalu tersenyum ketika Baby Vera sudah anteng. Dia terpesona dengan kelucuan wajah anak itu.Dia mendudukkan anak itu di atas sofa panjang ruang tengah. Lalu, mulai menyuapinya bubur.Baby Vera terlihat anteng memainkan boneka kelinci kecil. Dia juga tidak rewel disuapi oleh Leina.Arsen terlihat turun dari lantai atas sambil menguap. Dia baru saja bangun. Rambut poni di keningnya berantakan sekali, tetapi itu malah membuat dirinya tampak seksi."Leina, buatkan kopi ..." pintanya dengan nada malas."Buat saja sendiri, tidak lihat aku sedang mengurus bayimu?"Arsen menghempaskan dirinya di sofa lain, tepat berhadapan dengan Leina dan Baby Vera. Kelopak matanya tampak setengah terbuka, kelihatan sekali kalau malas bangun.Dia berpendapat, "bayi itu sudah akrab denganmu, ya?"Leina tersenyum bangga. Dia berkat

    Last Updated : 2023-11-02

Latest chapter

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   99. Ulang Tahun [TAMAT]

    Leina menuruti permintaan Arsen untuk menginap di rumah Dokter Tony. Dialah yang menyiapkan makan malam untuk mereka semua.Dokter Tony sampai takjub dengan makanan yang ada di meja. Dia melihat Arsen dan Leina yang sudah duduk di kursi masing-masing."Rasanya seperti punya putra dan menantu yang baik," katanya sesekali tersenyum pada Arsen.Arsen fokus makan saja, tak mau menanggapi ucapan bermakna ganda dari pria itu. Iya, dia tahu kalau kemungkinan Dokter Tony sudah menduga niatnya mengajak Leina bermalam di situ."Ngomong-ngomong Leina, kamu harusnya tidak perlu memasak sebanyak ini, kamu pasti lelah—“ kata Dokter Tony.Leina tersenyum. "Tidak masalah, Dok. Aku suka masak, kok ... Lagian ..." Ucapannya terhenti, mana mungkin dia mengatakan kalau dia memang masak banyak untuk memperingati ulang tahunnya besok. "Tidak apa, pokoknya aku senang masak banyak.”Tidak ada yang bicara setelah itu. Baik Arsen maupun Leina sama-sama diam. Iya, apalagi Arsen yang sedikit gugup. Bagaimana tid

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   98. Ingatan Arsen

    Leina mengunjungi Arsen di tempat Dokter beberapa hari sekali. Itupun dia hanya datang untuk mengantarkan sesuatu, entah itu masakannya atau barang-barang yang mungkin bisa membuat Arsen ingat. Dia jarang berinteraksi dengan Arsen sendiri.Arsen merasa jaraknya menjadi lebih jauh dari Leina. Akan tetapi, itu malah membuatnya merasa kalau wanita itu memang dekat dengannya. Dia ingin mengobrol dengannya.Hari ini, Leina datang hanya untuk mengantarkan saus daging buatannya karena Arsen menyukainya. Setelah itu, dia berpamitan pulang.Akan tetapi, saat berjalan menuju gerbang keluar dari rumah tersebut, dia langsung dihadang oleh Arsen. Leina kaget, kenapa pria itu ada di luar rumah?"Pulang lebih cepat tanpa menemuiku dulu?" tanya Arsen dengan suara datar. Dia sepertinya kecewa karena Leina seolah menjaga jarak.Leina menoleh ke arah rumah, lalu kembali menatap Arsen. Dia bertanya, "kenapa kamu malah di sini? Kamu 'kan lagi pengobatan? Cepat masuk— lagian kalau ada kenal sama kamu giman

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   97. Cincin?

    Hans membuka mata.Untuk sesaat, dia masih memproses apa yang terjadi. Dia melihat langit-langit. Kemudian, dia melihat dirinya sendiri yang terbaring di atas ranjang— di dalam kamar yang tidak asing.Pandangannya mengarah ke luar jendela yang tengah terbuka. Udara pagi terasa sejuk dan menenangkan.Tak lama kemudian, pintu kamar itu terbuka, dan seseorang masuk. Dia adalah Ritta— yang langsung kaget melihat pria itu sudah bangun."Hans!“ panggilnya cepat. Dia buru-buru mendekati ranjang. ”Kamu sudah siuman?“Hans bangun dari ranjang. Tubuhnya masih sakit semua, tapi setidaknya sudah baik-baik saja. Dia menatap Ritta, lalu tersenyum. Dia tidak terlalu ingat apa yang terjadi sebelum dia tak sadarkan diri, tapi setidaknya dia berhasil membuat Ritta aman dan Tino ditangkap."Syukurlah kamu baik-baik saja,” katanya.Ritta ingin menangis melihat pria itu. Kedua matanya berair, benar-benar lega. Dia duduk di tepian ranjang, lalu tanpa mengatakan apapun, dia memeluk pria itu dengan seerat mu

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   96. Bersama Leina

    Arsen hanya diam saat disuguhi oleh pasta saus daging buatan Leina. Dia masih melihat makanan di atas meja makan depannya itu. Pandangannya menjadi lebih tenang.Entah kenapa— rasanya seperti nostalgia, dan dia sadar akan hal tersebut.Aroma saus yang ada di atas pasta itu menggugah selera, tapi juga membuat sekilas ingatan muncul di kepala. Walaupun, tetap saja— dia masih belum ingat apapun.Dia menatap Leina yang duduk di kursi yang berseberangan meja dengannya. Wanita itu duduk manis sambil memandangi dia. Senyum hangat tampak menghiasi bibirinya.Aneh.Kenapa wanita itu tidak takut? Kenapa masih bisa tersenyum padanya? Kenapa tidak menunjukkan niat membunuh?Padahal tadi dia sudah berbuat kasar, melukainya, membuatnya hampir mati tercekik. Tetapi, senyum hangat tanlepas dari bibirnya.Aneh.Leina heran karena dipandangi terus. Dia bertanya dengan ragu, "ada apa? Kamu ... Kamu tidak suka?“Nasibnya bergantung dari suasana hati Arsen sekarang. Kalau pria itu tidak suka, maka dia sun

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   95. Sebuah Tes

    Ciuman yang diberikan oleh Leina sangat mengejutkan diri Arsen. Dia tidak mampu bertindak apapun, tidak sanggup melakukan apapun, tidak menolak juga. Bibir wanita itu terasa lembut dan mampu menghangatkan bibirnya yang dingin.Selama beberapa detik, dia hanya terdiam dengan napas yang tertahan. Arsen benar-benar diluluhkan oleh ciuman itu. Untuk sekejap, dia seperti lupa siapa dirinya dan untuk apa di sini. Yang dia pikirkan hanyalah— kenapa rasa ciuman ini begitu hangat?Leina ...Nama itu terlintas di pikiran Arsen. Dia masih betah dengan merasakan ciuman Leina. Dia seperti tertawan oleh bibir wanita itu, seakan tidak sanggup untuk berhenti. Bahkan, dia bak rela kehabisan napas jika itu bisa terus berciuman seperti ini.Segala pemikiran buruknya menjadi sirna untuk sesaat. Hatinya menjadi damai. Dia merasa hidup. Perasaan hangat yang belum pernah dirasakan—Atau ... dia lupakan?Tetapi, dia kemudian tersadar, lalu menjauh dari Leina sehingga ciuman mereka terlepas. Dia menarik napas

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   94. Aku Leina ...

    Para anak buah Tino membawa pergi Ritta pergi keluar rumah. Ini memaksa Hans untuk berlari mengejarnya. Dia khawatir juga pada Leina, tapi situasinya sangat sulit.Leina sendiri masih berada dalam cengkraman sang kekasih. Dia makin sedih— tidak pernah membayangkan kalau Arsen akan kehilangan ingatannya tentang mereka semua.Butir demi butir air mata mengalir keluar dari kedua matanya. Hanya kesedihan yang menerpanya sekarang."Arsen ... tolong sadarlah!“ pintanya.Dia sama sekali tidak peduli dengan cekikan Arsen yang makin erat. Napasnya sudah sangat terbatas. Ini membuat dada sesak dan pandangan mulai kabur karena pasokan oksigen ke otak menipis.Arsen masih memandangi wajah Leina, berusaha mengingat wanita itu, tapi masih ada kabut hitam yang menyelimutinya. "Aku tidak kenal siapa kamu, tapi kamu memang sepertinya—"Ucapannya terhenti kala merasakan sakit kepala lagi. Entah mengapa, tatapan Leina yang dibanjiri air mata membuatnya tidak nyaman.Ada apa ini?Dia merasa dadanya ikuta

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   93. Upaya Pembunuhan Serena

    "KELUARKAN AKU DARI SINI!"Teriakan kencang keluar dari mulut Serena berulang kali. Dia sangat panik, takut dan juga gelisah berada di tabung kaca yang perlahan memasukkan air ke dalam.Iya. Dia dikurung di dalam situ dari beberapa jam yang lalu. Sekarang air yang merendam di bawah sudah sampai pinggang. Tinggal menunggu waktulagi sebelum dia benar-benar akan tenggelam.Dia berusaha keras menggebrak - gebrak kaca tabung itu, tapi sekuat apapun pukulannya, tak berhasil juga meretakkan kaca tersebut. Iya, rasanya dia sudah terjebak di dalam permainan sulap, dimana dia tak bisa keluar.Yang lebih memuakkan adalah sejak tadi sudah ada orang yang duduk di kursi tepat di depan tabung. Orang itu bagaikan penonton sulap yang menanti kapan Serena akan mati terendam di dalam tabung."KELUARKAN AKU, WANITA BODOH!" teriak Serena yang muak dan makin panik. Dia tidak terima dengan semua ini. "KENAPA KAMU DIAM SAJA! HARUSNYA KALIAN MEMBAWAKU PERGI MENEMUI ARSEN! MANA ARSEN-KU!""Berisik sekali, sih?

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   92. Bunuh Leina (c)

    Melawan Arsen dengan kekuatan sendiri itu mustahil, Hans sadar akan hal itu. Karena itulah, dia menjelaskan trik yang bisa dipakai untuk melawannya.Berhubung mereka juga tidak memiliki waktu untuk mengumpulkan rekan, jadi mau tidak mau harus mengandalkan kemampuan diri sendiri.Sesuai dugaannya, ternyata Tino menemukan tempat persembunyian mereka di keesokan harinya. Mereka tidak ragu-ragu langsung masuk ke dalam kawasan perumahan ini. Dia memanfaatkan kondisi perumahan yang sedang sepi untuk menyusup. Dia memerintahkan banyak anak buahnya untuk mengintai di sekitar rumah target."Bagus, sesuai keinginan kita, tetangga kanan, kiri dan depan sedang pergi," ucap Tino saat melihat rumah persinggahan Ritta di seberang jalan. Dia berdiri tepat di bawah pohon rindang, ditemani oleh Nathan.Nathan melihat suasana perumahan yang sepi padahal sudah siang. "Tempat ini sepi sekali ... tapi pasti ada yang masih di rumah 'kan? Bagaimana kalau ada yang mendengar?""Tenang saja, itulah gunanya aku

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   91. Bunuh Leina (b)

    Leina dan Ritta berhasil sampai di rumah persinggahan darurat dengan aman. Saat mereka sampai, hari sudah gelap.Mereka beruntung tidak ada yang mengikuti. Akan tetapi, Ritta terus menyibukkan diri dengan mengaktifkan keamanan rumah. Dia juga masuk ke ruang monitor. Sebelumnya, Hans meretas kamera pengawas jalan dan disambungkan ke ruang tersebut. Dengan begini, dia bisa tahu kalau ada orang mencurigakan sedang mengawasi rumah.Bangunan itu sendiri berada di dalam perumahan, tidak terlalu padat penduduk. Iya, itu karena lokasinya berada di wilayah di mana kebanyakan penghuni adalah pebisnis yang jarang pulang. Sekalipun tetangga kanan dan kiri rumah singgah itu sudah ada dihuni, tapi penghuninya jarang pulang. Tak heran, kawasan itu sangat sepi.Saat Ritta sibuk dengan semua itu, Leina membuatkan makan malam untuk mereka. Mereka makan malam tak lama kemudian. Tidak ada yang dibicarakan setelah itu karena keduanya sangat lelah.Karena hal itulah, mereka berdua langsung memutuskan un

DMCA.com Protection Status