Beranda / Urban / Asisten Pribadi Tuan Muda / 84. Gara-gara Bunga

Share

84. Gara-gara Bunga

Penulis: Apri April
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-03 15:40:36

Rencana awal ketika baru masuk setelah di bukakan gerbang oleh Mang Joko adalah Mita akan menuntut Vano dengan menyusul ke ruang gim. Biasanya laki-laki itu baru akan selesai berolahraga setiap kali Mita datang.

Namun ketika baru masuk, gadis itu malah mendapati sebuah mobil asing yang terparkir dengan cantik di halaman. Dia mengernyit heran dan mencoba melihat jarum jam di lengan kirinya. Mita nggak salah, apakah ada tamu jam enam pagi.

"Apa ada tamu, Mang?" tanya Mita nggak bisa menahan rasa penasarannya.

"Ada Non Bunga, Mamang juga baru datang sudah ada Non Bunga."

Hah? Bunga? Sepagi ini?

Mita langsung terburu masuk nggak sempat mengatakan apa-apa lagi dengan sopir bosnya itu. Seketika dia merasa was-was akan berita kedatangan perempuan yang menjadi obyek tugasnya. Terakhir Mita berhubungan dengan Bunga beberapa minggu yang lalu. Pada saat itulah Vano mengeluhkan akan ketidak becusannya dalam menjalankan tugas sebab Bunga masih saja mengehubungi

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nina Samsimah
suka ama mita..tahan banting
goodnovel comment avatar
Nana Ratnasih
aq tunggu up nya kak...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   85. Bukan seperti manusia

    Suara dentingan sendok beradu dengan piring meramaikan suasana makan yang sunyi. Tiga orang sedang menikmati sarapan pagi agak kaku. Vano yang merupakan tuan rumah serta laki-laki sendiri, duduk di sebuah bangku ujung. Sedangkan pada sisi kanan dan kirinya ada dua sosok perempuan yang tak terlihat akrab. Sisi kanannya ada Mita, sedangkan sisi kirinya ada Bunga. Jika orang lain yang tak kenal mereka pasti akan menyangka jika Vano merupakan kepala keluarga dengan dua istri. "Hari ini aku off kerja, aku bisa ke kantor temani kamu, kak," ucap Bunga memecahkan keterdiaman diantara mereka. Sorot matanya hanya terfokus dengan Vano, Dia nggak sama sekali melihat Mita. Gadis bermata sipit itu tentu mengerti maksud Bunga yang tak menganggapnya ada. Tapi itu bukan masalah, dia bisa diam tanpa berkata apapun sembari menikmati sarapan keduanya. Vano menyeretnya untuk ikut sarapan, padahal sebelumnya bosnya itu nggak pernah repot-repot menawari sarapan. Namun seaka

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   86. Tolong bantu

    Vano memang nggak nyangka akan seperti ini. Kepalanya sungguh pusing memikirkan hal lain di luar urusan pekerjaan. Sejak kecil dia nggak begini. Hidupnya selalu terfokus dengan satu hal, yaitu sesuatu yang sedang dia kerjakan. Namun kali ini sungguh di luar batas kemampuan seorang Vano. Laki-laki berperawakan tegap itu memasuki ruangannya dengan langkah lebar. Setelah bertemu dengan jajaran direksi lalu mengunjungi pabrik, tubuhnya seketika begitu lelah nggak seperti biasa. Dia menjatuhkan dirinya di sofa, memijit pelipisnya pelan. Kekacauan dirinya telah diejek oleh Billy sejak tadi. Sebab nggak terlihat biasa kalau seorang Vano menampilkan ekspresi wajah terbebani dan sangat stres. Vano terkenal dengan dedikasinya dalam berbisnis. Hal-hal yang memusingkan kepala dalam pekerjaan nggak pernah membuatnya frustasi seperti sekarang. "Mau makan apa, bos? kasian banget gue liatnya," ucap laki-laki berambut klimis di depan pintu menatap Vano dengan penuh simpati. D

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   87. Menjadi sangat cantik

    Duduk berdua dengan tenang nggak pernah terpikirkan bisa terjadi oleh Mita. Biasanya dia dan bosnya akan mengeluarkan aura permusuhan yang nggak bisa membuat mereka dekat. Namun kini Mita tampak diam, merasa simpati dengan perubahan drastis bosnya yang sedang menceritakan sesuatu yang nggak diduga Mita bisa mendengarnya. Laki-laki itu mengatakan jika nggak ada yang bisa dia selesaikan selain pekerjaan. Hal-hal yang membuatnya frustasi selama ini, yaitu nggak bisa melakukan sesuatu yang mudah. Dan seketika itu Mita mendapatkan sebuah ide. Sehabis istirahat, Vano nggak memiliki jadwal yang sangat penting dan mendesak. Gadis bermata sipit itu langsung menatap bosnya dengan sorot yang berbinar-binar. Nggak pernah Mita melakukan itu sebelumnya, namun sekarang dia menganggap bosnya sebagai teman bukan lagi musuh yang menyebalkan. "Apa?" tanya Vano karena terus mendapati pandangan itu. "Hari ini Pak Vano pakai dasi biasa kan? Bukan yang instan? Coba Bapak pa

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-18
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   88. Mengkhawatirkan bos

    Malam hari yang cukup cerah, angin sepoi menerbangkan helaian-helaian rambut Mita yang tergerai. Dia menikmati makan malam sehabis pulang kerja di sebuah kedai pinggir jalan bersama Bianca. Sahabatnya itu tiba-tiba ingin bertemu karena sudah lama nggak menghabiskan waktu bersama seperti dulu. Sebab kini mereka sudah sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing. “Capek juga Bi jadi kacung,” kata Mita setelah meminum jus buahnya. “Bukan kacung tapi kampret.” “Kamu yang kampret, aku cukup kacung aja,” ujar Mita membalas. “Tapi bagaimanapun, sebutan babu lebih cocok sama aku.” Bianca terkekeh atas ucapan Mita. Salah satu hal yang Bianca rindukan adalah mendengar secara langsung celotehan sahabatnya itu. “Masih waras apa udah gila?” tanya Bianca santai. Gurat wajahnya tak terlalu lelah seperti tadi. Baik Bianca dan Mita, mereka bertemu pas sehabis pulang kerja. Belum berganti pakaian ataupun mandi, bahkan belum sempat membasuh muka. Alhasil nggak ada lak

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-25
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   89. Biang kerok

    Mita sampai rumah tepat pukul sembilan malam. Gadis itu sudah bersih-bersih dan mulai merebahkan dirinya saat jarum jam menunjuk angka sepuluh. Suasana di dalam rumahnya sangat sunyi senyap sebab para keluarganya sudah mulai memasuki kamar masing-masing. Mita seketika menerawang langit-langit kamarnya. Dia semakin menaikkan selimut bergambar mickey mouse hingga batas dada. Dinginnya malam apalagi dirinya belum lama selesai mandi membuat tubuhnya butuh penghangatan. Selimut tebal sudah lebih dari cukup bisa menghangatkan kembali tubuh gadis berata sipit itu. "Gimana ya jadi Kak Vano? Kak Billy sering cerita soal Kak Vano, jadi agak kerasa gimana gitu aku liat berita ini apalagi liat komentar-komentarnya." Semakin melihat langit-langit kamar, pikiran-pikiran Mita kian melayang-layang. Dia kembali mengingat ucapan Bianca setelah dirinya selesai berbicara dengan Gilang lewat telepon. "Bunga tuh orangnya gimana ya, dia polos tapi ingin

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-25
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   90. Mertua idaman

    Siang hari yang cukup cerah nan panas membakar kulit. Mita berjalan dengan flat shoes yang sangat nyaman di kakinya untuk menyebrang jalan. Dia sehabis membeli tiga cup kopi untuk dirinya, Vano dan Billy. Kedua laki-laki itu saat Mita tinggal sedang melakukan diskusi serius, dan rasa-rasanya dirinya nggak begitu penting untuk ikut dalam diskusi tersebut, sehingga Mita lebih memilih untuk keluar dengan alibi membeli kopi walau pada sesungguhnya dirinya hanya menghindar. Langkah kakinya kian mendekati perusahaan. Pagi tadi saat berangkat beberapa wartawan berkumpul di depan gerbang dengan Billy yang mencoba menengahi. Mita merasa simpatik dengan pacar sahabatnya itu. Laki-laki itu sungguh bekerja sangat keras. Dedikasinya dalam membantu Vano harus diacungi jempol. Ia begitu serius dan menyelesaikan masalah yang terjadi yang ditimbulkan oleh Vano. Atas hal itu Mita jadi berharap agar Billy berani mengomeli si bos yang suka membuat ricuh atas ketidakdewasaa

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-27
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   91. Disalahkan

    "Saya pusing kenapa harus ada masalah lagi," keluh Vano memijit pelipisnya yang terasa pusing. Sehabis di marahi sang Papa, lalu mendapat pukulan kuat dan kemudian berdebat dengan Mita soal mertua dan suami idaman. Ia kembali mendesah lelah. Sungguh perdebatan yang nggak ada faedahnya dan malah semakin membuat kepala Vano semakin berdenyut pusing. Sedangkan Mita tampak merasa simpati dengan keadaan bosnya. Gadis bermata sipit itu menyenderkan punggungnya ke sandaran sofa. "Nggak ada cara lain, bapak harus bicara sama Bunga," kata Mita kemudian. Dia begitu tau watak bosnya yang keras dan suka nyinyir, namun ketika melihat bosnya yang berbeda seperti beberapa hari terakhir yang seolah nggak berdaya, membuat sisi kemanusiaan gadis itu terpanggil. Apalagi gadis itu memang bekerja untuk mengurus Vano. "Apa yang harus dibicarakan? Lagian kenapa Bunga malah mempermalukan dirinya sendiri dengan seperti itu," ucap laki-laki itu nyinyir. Dia menyandarka

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-30
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   92. Hal yang menakutkan

    Jarum jam di arloji merk Daniel Wellingtonmenunjuk pada garis yang sama dengan angka tujuh, sedangkan hari sudah petang dan angin pun tampak stabil berhembus. Nampaknya suasana yang telah berganti malam nggak membuat masyarakat berhenti antusias menikmati kesejukan yang terpancar di sebuah taman kota.Lampu-lampu yang terang dan warna-warni menambah ketenangan saat berjalan-jalan. Beberapa anak kecil pun nampak senang berlarian bersama dengan anggota keluarganya. Ada yang hanya sendiri, bersama keluarga dan ada juga yang bersama teman maupun pasangan.Satu hal yang sangat terasa di lubuk hati terdalam, yaitu rasa sepi saat melihat kebahagian terpancar beberapa orang yang melewatinya dengan gelak canda tawa. Nggak ada yang mengenalnya, sebab Bunga sudah bertransformasi menjadi sesosok manusia biasa yang hanya tampil dengan kaos dan celana jeans panjang tanpa make up yang super heboh. Gaya yang sangat sederhana nggak seperti biasanya.Sebab perempua

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-02

Bab terbaru

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   Ucapan

    Terimakasih untuk yang telah meluangkan waktu mengikuti kisah Mita dan Vano. Seperti halnya dalam hidup yang tak pernah ada akhir hingga kematian datang. Begitu pula kisah ini, yang sebenarnya belum berakhir. Bahkan Vano dan Mita baru mengawali kisahnya ketika ini berakhir. Maka dari itu, biarkan mereka melaluinya sendiri. Merajut kisah selanjutnya dengan hanya ada mereka sendiri. Sekali lagi, terimakasih untuk semuanya. Maaf jika sang pencipta cerita ini banyak mengulur waktu dan berakhir dengan cara yang mungkin membuat kalian kurang puas. Tetapi dengan cerita yang kurang sempurna ini saya berharap kalian semua bisa menikmati. Terlepas dengan saya yang memang suka ngaret update :) Terimakasih banyak. Salam hormat dari Mita, Vano dan author.****

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   124. Ikuti Kata Hati

    "Ikuti kata hati, jangan menyangkalnya." Mita baru tau jika Ibunya bisa menasehati dengan baik. Ia pikir hanya Bapak yang bijak dalam menasehati. Saat itu setelah selesai acara makan siang bersama, Ibu berkata dengan kalimat itu sebelum keluar. Mita bingung tentang maksud perkataan Ibunya. Namun ketika dipikir lagi, ternyata memang masih ada problem dalam dirinya. Persis yang dikatakan Ibu, bahwa dia terus-terusan menyangkal perasaannya sendiri. Bukan tanpa alasan, sebab ia tak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Yaitu menyakiti orang lain. Dulu ia benar-benar menyakiti orang yang sangat baik kepadanya. Atas dasar kelabilannya lah jadi banyak orang yang dia repotkan. Mita nggak ingin itu terjadi, maka dengan membohongi dan menyangkal dirinya sendiri adalah senjata untuk itu. Tetapi semakin menyangkal, semakin pula ia tak bebas dengan dirinya. Ada perasaan cemas dan juga khawatir. Tetapi atas dasar menghukum diri sendiri pula, Mita memantapkan diri untuk tetap baik-baik saja.

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   123. Tak Ingin Memaksa Lagi

    Siang hari kali ini panas menyengat membakar kulit. Di jalanan komplek tak ada orang yang bersenang hati berjalan di bawah teriknya matahari, bahkan di dalam rumah pun terasa sekali gerahnya kalau nggak ada kipas angin. Lebih bagusnya ac, namun rumah Mita bukanlah rumah mewah dengan adanya ac di setiap ruangan. Mereka mengandalkan angin dari kipas angin. Bukan hanya satu atau dua saja kipas terpasang, bahkan di ruang tamu ada, di ruang tengah dan di setiap kamar juga ada. Namun karena hari ini sangat panas, jadi gadis itu menyeret salah satu koleksi kipas berdiri menuju ruang makan. Nggak berat sama sekali, dia bisa santai tanpa perlu bantuan, namun karena seruan Ibu yang menyuruhnya untuk cepat membuat langkah kaki gadis itu semakin cepat. "Ayo duduk Van." Ibu Sri mempersilahkan si tamu untuk duduk di salah satu kursi makan. Sedangkan Mita hanya diam sembari menyalakan kipas angin yang tadi dia bawa. "Karena hari ini cuman buat satu pesanan jadi nggak begitu banyak masaknya," kata

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   122. Datang

    Malam semakin berlalu, jam yang berdetak di ruang keluarga pun hingga terdengar jelas. Sedangkan itu di satu kamar nampak remang hanya diterangi lampu tidur. Keranjang berdecit kala seseorang di atasnya merubah posisi. Kembali berdecit saat lagi-lagi berganti posisi. Mita seketika menendang selimut yang menutupi setengah tubuhnya. Merasa kesal akibat matanya yang tak kunjung tertutup. Dia mengambil bantal dan menutup wajahnya. Lagi-lagi nggak bisa tertidur. Dia frustasi dan mengembalikan bantalnya ke tempat semula. Sorot matanya seketika menerawang langit-langit kamar tak bisa tenang. Pikirannya berkelana pada satu momen siang tadi. "Tolong buka hati untuk saya." "Jangan menghindari saya." Argh! Rasanya Mita ingin berteriak kuat-kuat. Seketika jantungnya kembali berdegup nggak normal saat mengingat lagi momen itu. Dia memandang langit-langit kamar dengan menerawang. Tapi sesaat kemudian bibirnya terangkat ke atas secara otomatis. Mita tersenyum, namun kala tersadar ia memukul k

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   121. Dua permintaan

    "Kok bisa salah kirim?" tanya laki-laki itu yang berkali-kali lipat tampan dibanding yang dulu. Mita menjadi gugup. Dia berdehem dan menyesap minumannya sedikit. "Nggak tau, saya mau kirim pesan ke Farhan," ucapnya berusaha tampak biasa saja. Dia sempat memperhatikan mantan bosnya yang sedang berbicara kepada salah satu pelayan yang lewat. Memesan kopi dan cemilan, lalu setelahnya kembali memperhatikan gadis di depannya. Dan secepat kilat Mita beralih, dia nggak ingin tertangkap basah sedang memperhatikan mantan bosnya. "Memang nama kontak saya pakai huruf F sampai ketuker seperti itu?" "Enggak," Mita lantas menggelengkan kepalanya. "Mungkin lagi kurang fokus," ujarnya kemudian tampak acuh. Sudah terlanjur kejadian juga. Mau nggak mau Mita harus menghadapinya. Berhadapan dengan mantan bosnya dan juga berbincang memang bukan rencana awalnya. Namun bagaimana lagi. Sebenarnya sih malu karena bisa salah kirim pesan. Tapi ya sudah. Mita kembali menghela nafasnya. Beruntung Vano ngga

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   120. Salah Kirim

    Waktu kian berlalu. Pagi hari terasa cepat sekali datang. Setiap jam dan menit kian berjalan bagai jarum detik yang cepat. Setidaknya itu yang dirasakan Mita. Entah orang lain merasakan gimana, namun dia merasa waktu cepat sekali berlalu.Hari-harinya dilalui dengan kegiatan yang membosankan. Pagi hari berberes membantu Ibu, siang hari jika hanya ingin di rumah ya tetap di rumah atau jika ingin keluar ya keluar jalan-jalan sendirian, lalu sore hari Mita beberapa kali berjalan-jalan di area komplek, menyapa tetangga yang berpapasan atau hanya menikmati udara segar di taman.Mita belum bekerja, ia kembali menjadi pengangguran dan sedang mencari pekerjaan. Rasanya dia kembali ke awal setelah semuanya terjadi, seperti menjadi pengangguran dan mencari pekerjaan. Jika sudah mendapatkan pekerjaan dia akan bekerja dan entah bagaimana kehidupan selanjutnya, apa dia akan mendapat rasa sakit lagi atau malah mendapatkan kebahagiaan. Sepertinya itu hanya Tuhan yang tau. Yang jelas dirinya sudah me

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   119. Semakin gemas

    "Tapi emang sekarang kamu cantik banget loh," ucap seorang wanita anggun dengan senyuman mengembang. Ia menggoda gadis muda yang ada di hadapannya. Kini mereka sedang duduk menikmati hidangan yang di sediakan. Sebab siang terus menjelang. Saat ini saja sudah akan menjelang pukul dua belas. "Tante jangan begitu, aku jadi malu loh," balas gadis itu dengan pura-pura menutup sebagian wajahnya. Tak ayal Tante Gina terkekeh merespon. "Apa kamu bisa malu Mit?" "Aih," Mita segera menoleh pada Om Iskandar. "Gini-gini banyak yang bilang aku pemalu kok Om." "Masa sih?" "Iya loh bener," balas Mita mencoba meyakinkan. Namun ia tersenyum ketika ia mendapat sorot mencurigakan dari Om Iskandar. Akhirnya mereka terkekeh bersama membuat dua orang yang menyaksikan interaksi mereka hanya bisa menggelengkan kepala. Vano nggak bisa berkata-kata lagi jika Mita sudah bergabung dengan papanya. Gadis itu sejak awal memang sudah nyambung dengan papahnya yang kerap receh. "Dengar ya Mit, kamu pasti seben

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   118. Menggemaskan

    Pagi yang penuh haru dengan berjalannya ijab kobul yang sakral telah berlalu. Kini para tamu sedang menikmati jalannya acara hiburan yang dibawakan oleh mc. Mita hanya duduk di salah satu kursi, senyum merekah tak henti-hentinya terbit di bibirnya. Ia menyapa dan sempat berbincang dengan beberapa kenalan kuliahnya dulu. Yang tak di sangka-sangka bahwa salah satu teman sekelas Bianca yang dia kenal dulu cupu, ternyata telah memiliki suami dan anak. Gadis itu sedikit kaget, namun begitulah roda kehidupan. Nggak ada yang tau pasti jalan hidup, nasib dan juga takdir. "Jadi, lo sendiri Mit?" tanya Farhan. Mita sudah berganti tempat duduk dan berkumpul dengan rombongan geng nya saat bekerja di Miyora dulu. Ada Bang Cakra dan istrinya, Mbak Amira dengan anaknya dan juga Farhan dengan pacarnya. Hanya Mita yang nggak memiliki gandengan. Ia jadi menyesal telah menyapa dan ikut duduk. "Gue paham lo lagi nyindir gue." "Dih, sensi amat lo, jomblo sih," ejek Farhan yang kemudian mendapat tepu

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   117. Hari Pernikahan

    "Bu, pantas nggak?" Mita masuk ke dapur sembari menenteng slingbag hitam miliknya. Ia sudah berdandan rapih dan menata rambutnya. Dengan sentuhan make up serta pakaian kebaya kekinian, gadis itu menghadap Ibu Sri yang sedang memberesi meja makan. "Pantas," balas wanita Jawa tulen itu. "Emang mau berangkat jam berapa?" Ia melirik sekilas pada anak sulungnya, kemudian kembali sibuk mengangkat masakan sore yang masih bisa di hangatkan. "Jam 6, sekalian nanti nunggu ijab," balas Mita. Dia memperhatikan jarum jam di arloji yang dia kenakan. Masih pukul lima lewat tiga puluh menit dan dia sudah serapih ini. Mita memang sudah mempersiapkan dengan matang. Bangun pagi buta dan berdandan, nanti jam enam dia akan berangkat menuju sebuah hotel yang digunakan untuk acara pernikahan sahabatnya yaitu Bianca. Ah mengingat Bianca jadi Mita ingat obrolan mereka semalam. Sahabatnya itu mengatakan sangat gerogi dan nggak bisa tidur. Segala keluh kesah Bianca telah Mita dengarkan. Bahkan sahabatnya i

DMCA.com Protection Status