Share

91. Disalahkan

Author: Apri April
last update Last Updated: 2022-03-30 17:00:03

"Saya pusing kenapa harus ada masalah lagi," keluh Vano memijit pelipisnya yang terasa pusing. Sehabis di marahi sang Papa, lalu mendapat pukulan kuat dan kemudian berdebat dengan Mita soal mertua dan suami idaman. Ia kembali mendesah lelah.

Sungguh perdebatan yang nggak ada faedahnya dan malah semakin membuat kepala Vano semakin berdenyut pusing.

Sedangkan Mita tampak merasa simpati dengan keadaan bosnya. Gadis bermata sipit itu menyenderkan punggungnya ke sandaran sofa.

"Nggak ada cara lain, bapak harus bicara sama Bunga," kata Mita kemudian.

Dia begitu tau watak bosnya yang keras dan suka nyinyir, namun ketika melihat bosnya yang berbeda seperti beberapa hari terakhir yang seolah nggak berdaya, membuat sisi kemanusiaan gadis itu terpanggil. Apalagi gadis itu memang bekerja untuk mengurus Vano.

"Apa yang harus dibicarakan? Lagian kenapa Bunga malah mempermalukan dirinya sendiri dengan seperti itu," ucap laki-laki itu nyinyir. Dia menyandarka

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Husain
mantaaap, tpi tambahin yaa
goodnovel comment avatar
Naily Mahmuda
buat vano merasa sangat nyaman dengan mita,dan sebaliknya mita,selalu mendampingi vano
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   92. Hal yang menakutkan

    Jarum jam di arloji merk Daniel Wellingtonmenunjuk pada garis yang sama dengan angka tujuh, sedangkan hari sudah petang dan angin pun tampak stabil berhembus. Nampaknya suasana yang telah berganti malam nggak membuat masyarakat berhenti antusias menikmati kesejukan yang terpancar di sebuah taman kota.Lampu-lampu yang terang dan warna-warni menambah ketenangan saat berjalan-jalan. Beberapa anak kecil pun nampak senang berlarian bersama dengan anggota keluarganya. Ada yang hanya sendiri, bersama keluarga dan ada juga yang bersama teman maupun pasangan.Satu hal yang sangat terasa di lubuk hati terdalam, yaitu rasa sepi saat melihat kebahagian terpancar beberapa orang yang melewatinya dengan gelak canda tawa. Nggak ada yang mengenalnya, sebab Bunga sudah bertransformasi menjadi sesosok manusia biasa yang hanya tampil dengan kaos dan celana jeans panjang tanpa make up yang super heboh. Gaya yang sangat sederhana nggak seperti biasanya.Sebab perempua

    Last Updated : 2022-04-02
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   93. Emang mau?

    Akhir-akhir ini banyak sekali ingatan-ingatan terdahulu yang muncul. Seperti ingatan tentang bagaimana bisa Mita pada akhirnya terperangkap di sebuah perusahaan besar dengan Bos yang begitu unik dan mengesalkan. Hal-hal tersebut menjadikan gadis itu kerap diam dan melamun sekarang-sekarang ini. Nggak seperti Mita biasanya. Dulu, gadis bermata sipit yang memiliki ambisi itu riang dan lucu dengan celotehan-celotehannya yang membuat orang lain tertawa. Ya walaupun beberapa saat sempat terlihat diam dan sangat lelah, tetapi Mita bisa kembali riang lagi. Sepertinya memang karakter Mita yang memiliki mood swing yang suka berubah-ubah. Namun tetap saja bagi Farhan, temannya itu nggak seperti biasanya dan membuatnya selalu terganggu saat melihat Mita melamun. Seperti saat ini. Dia sempat memperhatikan gadis itu mengaduk kopi di pantri dapur dengan sorot mata yang menerawang jauh lewat pintu masuk dan keluar. Dan segera laki-laki berpakaian kemeja yang mulai kusut itu

    Last Updated : 2022-04-08
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   94. Kembali berulah

    Vano harusnya nggak perlu heran kalau Mita mampu mendatangkan Bunga di depannya. Namun walaupun dia percaya, tetap saja ada keterkejutan saat seorang perempuan dengan jaket kulitnya bak rocker itu mengambil duduk di depannya.Bahkan Bunga terlihat santai membuka kacamata hitamnya, mencoba acuh kepada sosok laki-laki yang terus menatapnya.Dan bagaimana bisa Vano melepaskan pandangan. Sebab apa yang dia lihat nggak seperti Bunga yang dia kenal. Biasanya perempuan itu selalu bergaya feminim dan terlihat manis maupun sok manis.Namun sesaat Vano tertegun. Bunga sudah berubah. Perempuan itu tampak lebih kuat juga acuh dari Bunga yang dia kenal sebelumnya. Hal itu tentu membuat Vano sedikit tertohok sekaligus merasa simpati akan perubahan Bunga yang nggak biasanya.Kan mungkin saja diakibatkan karenanya.Kendati Vano masih kaget, Mita malah menyambut kedatangan Bunga dengan wajah yang sumringah. Dia menampilkan senyumnya dan memberikan salam ba

    Last Updated : 2022-04-08
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   95. Akan menjadi lebih brengsek

    Seperti kasus Bunga, mungkin orang lain yang mengenalnya akan tetap mengira dia tetap Bunga yang menyebalkan dan suka membanggakan dirinya sendiri. Nggak banyak orang yang ingin mengerti mengapa Bunga memiliki sikap seperti itu. Mita memang nggak mengenal akrab, atau mengenal lama seperti Bianca yang mengenal Bunga. Tetapi rasa empati itu melebihi dari orang yang tau Bunga sejak lama. Mita memang menganggap Bunga sebagai orang yang menyebalkan dan nggak asik, sukanya membanggakan dirinya sendiri juga egois. Namun dibalik itu, Mita merasa kasihan atas kehidupan yang menyedihkan perempuan yang dia kenal sebagai pacar bosnya itu. Bagaimana enggak. Bunga begitu plin-plan dulu. Sejak awal Bunga memang nggak pernah melihatnya dengan sinis. Tetapi selalu saja mengajaknya berbincang walau kendali penuh obrolan di pegang oleh Bunga. Perempuan itu menyombongkan diri, bahwa dirinya memiliki banyak teman, memiliki pengalaman, gaul dan lebih plus-plus sosialnya ketimbang

    Last Updated : 2022-04-16
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   96. Masalah selesai

    [Flashback] "Van, sudah punya pasangan?" tanya laki-laki dewasa yang sering Vano panggil Papa. Ia sedang duduk di ruang tengah sembari menonton acara televisi saat Vano lewat akan menuju kamarnya. "Kok tiba-tiba?" tanya Vano mengernyit bingung sendiri. Dia nggak jadi menuju kamarnya dan mengambil duduk di samping Papanya. "Tiba-tiba gimana? Emang umur kamu berapa coba?" "Masih dua puluh enam, Pah." "Masih?" Pak Iskandar menoleh dramatis. "Dua puluh enam itu sudah tua, Van." "Tua apanya?" Vano nggak terima. Jelas saja, baginya usianya sekarang masih tergolong muda bukan tua seperti yang dikatakan sang papa. "Ya tua, apalagi kamu belum pernah punya pasangan kan?" "Kata siapa?" "Loh, emang ada?" "Enggak sih," balas Vano membuat sang papa mendengus. "Di usia kamu Van, harusnya sudah menggandeng perempuan, ya minimal kenalkan lah dulu sama mama dan papa," timpal sosok wanita anggun yang tiba-

    Last Updated : 2022-04-16
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   97. Untuk pertama kali

    “Gimana? Selesai, Pak?” tanya Mita setelah mendapati seorang laki-laki masuk ke dalam mobil Mercedes-Benz GLB-Class. Raut wajahnya datar seperti biasa, sehingga membuat Mita kesulitan menebak apakah semua baik-baik saja atau malah kebalikannya. “Hemm.” Hem kali ini, iya. Tetapi gadis bermata sipit itu belum puas atas jawaban bosnya. Ada perasaan was-was karena dirinya masih menebak-nebak tentang apa yang telah terjadi. “Semua baik-baik kan, Pak?” “Hem,” guman Vano sekali lagi. Kemudian laki-laki itu menyuruh Mang Joko untuk pergi dari parkiran restoran yang menjadi pertemuannya dengan Bunga. Ia masih acuh dengan asistennya, membuat Mita mendengus karena mendapat jawaban hem lagi. Walaupun hem yang ini juga bermaksud iya. “Bunga gimana?” “Apanya yang gimana?” Mita kian berdecak. Semakin nggak jelas saja obrolan dengan bosnya. Lagipula mengapa bosnya sangat menyebalkan di saat yang nggak memungkinkan. Mita bertanya dengan baik-ba

    Last Updated : 2022-04-24
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   98. Mendapat restu

    Hari sudah sore dan mulai akan datang malam, namun jalanan ibu kota nggak ada tanda-tanda sepi dari kendaraan. Kemacetan sudah mereda beberapa saat yang lalu. Jalanan yang sudah normal pun mulai dijadikan patokan syukur untuk pengendara yang akan pulang ke rumah masing-masing. Setelah bekerja, setelah berkutat dengan tugas pekerjaan serta harus menghadapi kemacetan disaat tubuh hanya memiliki sisa-sisa energi itu rasanya nggak mudah. Emosi sering tersulut hanya karena hal-hal sepele, sehingga saat mendapati jalanan yang mulai sedikit longgar, sudah cukup untuk dijadikan rasa syukur di hari yang melelahkan. Motor scoopy fi sporty yang di tumpangi oleh Mita dengan helm nya yang bergambar minions itu mulai masuk ke sebuah gang rumahnya. Lampu-lampu di setiap rumah sudah menyala menerangi kedatangan malam. Dia menekan klakson serta membuat gestur anggukan kepada seorang satpam yang melambai padanya. Lelah, ingin cepat-cepat istirahat. Dalam bayangan gadis

    Last Updated : 2022-04-24
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   99. Bualan Hansel

    Angin malam berhembus menerpa wajah baby face milik Mita. Bibirnya menampilkan senyum sembari melambaikan tangan ke arah laki-laki yang kini sudah menunggangi motornya. Malam mulai larut, tiba waktunya untuk Mita beristirahat di atas kasur. "Kapan-kapan main balik ya?" ucap Gilang setelah mengancingkan helm nya. "Kalau di undang," balas gadis itu yang tetap menghantarkan Galang menuju luar halaman rumahnya. "Jelas di undang dong, cuman butuh jadwal kosong mu aja." "Aku belum ada jadwal kosong," timpal Mita kembali. "Sibuk?" "Sok sibuk," balas Mita terkekeh. "Nanti lah, bisa diatur jadwalnya." Gilang hanya menampilkan senyum manisnyanya. "Nanti di kabarin lagi," katanya kemudian "Iya dong, tadi loh nggak ngabarin." Mita tiba-tiba berseru. Namun sadar akan kesunyian malam dia pun mulai kembali menormalkan suaranya. "Jangan bikin kaget tiba-tiba lah Lang, nanti jantungan gimana?" "Nanti di kasih nafas

    Last Updated : 2022-04-29

Latest chapter

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   Ucapan

    Terimakasih untuk yang telah meluangkan waktu mengikuti kisah Mita dan Vano. Seperti halnya dalam hidup yang tak pernah ada akhir hingga kematian datang. Begitu pula kisah ini, yang sebenarnya belum berakhir. Bahkan Vano dan Mita baru mengawali kisahnya ketika ini berakhir. Maka dari itu, biarkan mereka melaluinya sendiri. Merajut kisah selanjutnya dengan hanya ada mereka sendiri. Sekali lagi, terimakasih untuk semuanya. Maaf jika sang pencipta cerita ini banyak mengulur waktu dan berakhir dengan cara yang mungkin membuat kalian kurang puas. Tetapi dengan cerita yang kurang sempurna ini saya berharap kalian semua bisa menikmati. Terlepas dengan saya yang memang suka ngaret update :) Terimakasih banyak. Salam hormat dari Mita, Vano dan author.****

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   124. Ikuti Kata Hati

    "Ikuti kata hati, jangan menyangkalnya." Mita baru tau jika Ibunya bisa menasehati dengan baik. Ia pikir hanya Bapak yang bijak dalam menasehati. Saat itu setelah selesai acara makan siang bersama, Ibu berkata dengan kalimat itu sebelum keluar. Mita bingung tentang maksud perkataan Ibunya. Namun ketika dipikir lagi, ternyata memang masih ada problem dalam dirinya. Persis yang dikatakan Ibu, bahwa dia terus-terusan menyangkal perasaannya sendiri. Bukan tanpa alasan, sebab ia tak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Yaitu menyakiti orang lain. Dulu ia benar-benar menyakiti orang yang sangat baik kepadanya. Atas dasar kelabilannya lah jadi banyak orang yang dia repotkan. Mita nggak ingin itu terjadi, maka dengan membohongi dan menyangkal dirinya sendiri adalah senjata untuk itu. Tetapi semakin menyangkal, semakin pula ia tak bebas dengan dirinya. Ada perasaan cemas dan juga khawatir. Tetapi atas dasar menghukum diri sendiri pula, Mita memantapkan diri untuk tetap baik-baik saja.

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   123. Tak Ingin Memaksa Lagi

    Siang hari kali ini panas menyengat membakar kulit. Di jalanan komplek tak ada orang yang bersenang hati berjalan di bawah teriknya matahari, bahkan di dalam rumah pun terasa sekali gerahnya kalau nggak ada kipas angin. Lebih bagusnya ac, namun rumah Mita bukanlah rumah mewah dengan adanya ac di setiap ruangan. Mereka mengandalkan angin dari kipas angin. Bukan hanya satu atau dua saja kipas terpasang, bahkan di ruang tamu ada, di ruang tengah dan di setiap kamar juga ada. Namun karena hari ini sangat panas, jadi gadis itu menyeret salah satu koleksi kipas berdiri menuju ruang makan. Nggak berat sama sekali, dia bisa santai tanpa perlu bantuan, namun karena seruan Ibu yang menyuruhnya untuk cepat membuat langkah kaki gadis itu semakin cepat. "Ayo duduk Van." Ibu Sri mempersilahkan si tamu untuk duduk di salah satu kursi makan. Sedangkan Mita hanya diam sembari menyalakan kipas angin yang tadi dia bawa. "Karena hari ini cuman buat satu pesanan jadi nggak begitu banyak masaknya," kata

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   122. Datang

    Malam semakin berlalu, jam yang berdetak di ruang keluarga pun hingga terdengar jelas. Sedangkan itu di satu kamar nampak remang hanya diterangi lampu tidur. Keranjang berdecit kala seseorang di atasnya merubah posisi. Kembali berdecit saat lagi-lagi berganti posisi. Mita seketika menendang selimut yang menutupi setengah tubuhnya. Merasa kesal akibat matanya yang tak kunjung tertutup. Dia mengambil bantal dan menutup wajahnya. Lagi-lagi nggak bisa tertidur. Dia frustasi dan mengembalikan bantalnya ke tempat semula. Sorot matanya seketika menerawang langit-langit kamar tak bisa tenang. Pikirannya berkelana pada satu momen siang tadi. "Tolong buka hati untuk saya." "Jangan menghindari saya." Argh! Rasanya Mita ingin berteriak kuat-kuat. Seketika jantungnya kembali berdegup nggak normal saat mengingat lagi momen itu. Dia memandang langit-langit kamar dengan menerawang. Tapi sesaat kemudian bibirnya terangkat ke atas secara otomatis. Mita tersenyum, namun kala tersadar ia memukul k

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   121. Dua permintaan

    "Kok bisa salah kirim?" tanya laki-laki itu yang berkali-kali lipat tampan dibanding yang dulu. Mita menjadi gugup. Dia berdehem dan menyesap minumannya sedikit. "Nggak tau, saya mau kirim pesan ke Farhan," ucapnya berusaha tampak biasa saja. Dia sempat memperhatikan mantan bosnya yang sedang berbicara kepada salah satu pelayan yang lewat. Memesan kopi dan cemilan, lalu setelahnya kembali memperhatikan gadis di depannya. Dan secepat kilat Mita beralih, dia nggak ingin tertangkap basah sedang memperhatikan mantan bosnya. "Memang nama kontak saya pakai huruf F sampai ketuker seperti itu?" "Enggak," Mita lantas menggelengkan kepalanya. "Mungkin lagi kurang fokus," ujarnya kemudian tampak acuh. Sudah terlanjur kejadian juga. Mau nggak mau Mita harus menghadapinya. Berhadapan dengan mantan bosnya dan juga berbincang memang bukan rencana awalnya. Namun bagaimana lagi. Sebenarnya sih malu karena bisa salah kirim pesan. Tapi ya sudah. Mita kembali menghela nafasnya. Beruntung Vano ngga

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   120. Salah Kirim

    Waktu kian berlalu. Pagi hari terasa cepat sekali datang. Setiap jam dan menit kian berjalan bagai jarum detik yang cepat. Setidaknya itu yang dirasakan Mita. Entah orang lain merasakan gimana, namun dia merasa waktu cepat sekali berlalu.Hari-harinya dilalui dengan kegiatan yang membosankan. Pagi hari berberes membantu Ibu, siang hari jika hanya ingin di rumah ya tetap di rumah atau jika ingin keluar ya keluar jalan-jalan sendirian, lalu sore hari Mita beberapa kali berjalan-jalan di area komplek, menyapa tetangga yang berpapasan atau hanya menikmati udara segar di taman.Mita belum bekerja, ia kembali menjadi pengangguran dan sedang mencari pekerjaan. Rasanya dia kembali ke awal setelah semuanya terjadi, seperti menjadi pengangguran dan mencari pekerjaan. Jika sudah mendapatkan pekerjaan dia akan bekerja dan entah bagaimana kehidupan selanjutnya, apa dia akan mendapat rasa sakit lagi atau malah mendapatkan kebahagiaan. Sepertinya itu hanya Tuhan yang tau. Yang jelas dirinya sudah me

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   119. Semakin gemas

    "Tapi emang sekarang kamu cantik banget loh," ucap seorang wanita anggun dengan senyuman mengembang. Ia menggoda gadis muda yang ada di hadapannya. Kini mereka sedang duduk menikmati hidangan yang di sediakan. Sebab siang terus menjelang. Saat ini saja sudah akan menjelang pukul dua belas. "Tante jangan begitu, aku jadi malu loh," balas gadis itu dengan pura-pura menutup sebagian wajahnya. Tak ayal Tante Gina terkekeh merespon. "Apa kamu bisa malu Mit?" "Aih," Mita segera menoleh pada Om Iskandar. "Gini-gini banyak yang bilang aku pemalu kok Om." "Masa sih?" "Iya loh bener," balas Mita mencoba meyakinkan. Namun ia tersenyum ketika ia mendapat sorot mencurigakan dari Om Iskandar. Akhirnya mereka terkekeh bersama membuat dua orang yang menyaksikan interaksi mereka hanya bisa menggelengkan kepala. Vano nggak bisa berkata-kata lagi jika Mita sudah bergabung dengan papanya. Gadis itu sejak awal memang sudah nyambung dengan papahnya yang kerap receh. "Dengar ya Mit, kamu pasti seben

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   118. Menggemaskan

    Pagi yang penuh haru dengan berjalannya ijab kobul yang sakral telah berlalu. Kini para tamu sedang menikmati jalannya acara hiburan yang dibawakan oleh mc. Mita hanya duduk di salah satu kursi, senyum merekah tak henti-hentinya terbit di bibirnya. Ia menyapa dan sempat berbincang dengan beberapa kenalan kuliahnya dulu. Yang tak di sangka-sangka bahwa salah satu teman sekelas Bianca yang dia kenal dulu cupu, ternyata telah memiliki suami dan anak. Gadis itu sedikit kaget, namun begitulah roda kehidupan. Nggak ada yang tau pasti jalan hidup, nasib dan juga takdir. "Jadi, lo sendiri Mit?" tanya Farhan. Mita sudah berganti tempat duduk dan berkumpul dengan rombongan geng nya saat bekerja di Miyora dulu. Ada Bang Cakra dan istrinya, Mbak Amira dengan anaknya dan juga Farhan dengan pacarnya. Hanya Mita yang nggak memiliki gandengan. Ia jadi menyesal telah menyapa dan ikut duduk. "Gue paham lo lagi nyindir gue." "Dih, sensi amat lo, jomblo sih," ejek Farhan yang kemudian mendapat tepu

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   117. Hari Pernikahan

    "Bu, pantas nggak?" Mita masuk ke dapur sembari menenteng slingbag hitam miliknya. Ia sudah berdandan rapih dan menata rambutnya. Dengan sentuhan make up serta pakaian kebaya kekinian, gadis itu menghadap Ibu Sri yang sedang memberesi meja makan. "Pantas," balas wanita Jawa tulen itu. "Emang mau berangkat jam berapa?" Ia melirik sekilas pada anak sulungnya, kemudian kembali sibuk mengangkat masakan sore yang masih bisa di hangatkan. "Jam 6, sekalian nanti nunggu ijab," balas Mita. Dia memperhatikan jarum jam di arloji yang dia kenakan. Masih pukul lima lewat tiga puluh menit dan dia sudah serapih ini. Mita memang sudah mempersiapkan dengan matang. Bangun pagi buta dan berdandan, nanti jam enam dia akan berangkat menuju sebuah hotel yang digunakan untuk acara pernikahan sahabatnya yaitu Bianca. Ah mengingat Bianca jadi Mita ingat obrolan mereka semalam. Sahabatnya itu mengatakan sangat gerogi dan nggak bisa tidur. Segala keluh kesah Bianca telah Mita dengarkan. Bahkan sahabatnya i

DMCA.com Protection Status