Share

107. Takut

Penulis: Apri April
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-23 07:38:42

Setelah sekian lama purnama sejak kelulusan kuliah. Mita belum lagi menginap di kosan sang sahabat yaitu Bianca. Berbeda dengan dulu, dia kerap menginap dan menjadikan kosan Bianca sebagai rumah kedua. Dan saat mereka sama-sama bekerja, baik Bianca dan juga Mita jarang berbagi kasur lagi. Itu karena kesibukan non stop yang mereka hadapi.

Karena semakin beranjak dewasa, semakin jarang pula untuk sekedar kumpul bersama teman baik yang dulu selalu ada.

"Mau makan apa kita?" Sosok perempuan sehabis mandi muncul dari pintu kamar. Bianca melepaskan handuk di kepalanya dan segera menuju meja rias kecil untuk mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.

Sedangkan yang diajak bicara yaitu Mita hanya malas-malasan memainkan ponselnya di atas kasur milik sang sahabat.

"Mau makan di luar?" tanya balik gadis itu. Dia masih berpakaian lengkap sehabis pulang bekerja. Belum ada tanda-tanda dirinya akan beranjak untuk mandi.

"Nggak lah, pesan aja, lagi males keluar."

Mita mengangguk setuju atas jawaban B
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
aryapenangsang7101
Lanjutnya mana, kok lama yaaa, apa cuma perasaanku aj
goodnovel comment avatar
Akhmad Fajari
lama bener nih lanjutannya
goodnovel comment avatar
eddy hadarian
Mita sukanya sama Bos Bi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   108. Janji Gilang

    Mita pov :Perkara suka dan mencintai seseorang ku pikir akan sangat mudah melakukannya. Suka dan merasa senang saat bersama dengan orang tersebut, nyaman juga nyambung obrolan, ku pikir itu sudah termasuk sayang dan cinta.Namun aku nggak pernah menyangkan jika cinta lebih dari semua yang awalnya ku pikirkan. Bahkan di luar itu, cinta lebih dari segalanya. Tanpa bosan dan tanpa hilang rasa suka hingga selama-lamanya.Cinta sungguh sesuatu yang sangat berat, bukan hal simpel yang dapat ku kategorikan saat merasa cocok dan melebelinya bahwa aku mencintai orang itu.Selama ini aku salah. Terlalu dini menyimpulkan apa yang aku rasakan. Hanya karena merasa nyaman dan juga cocok sehingga aku sanggup memikul tawaran rencana hubungan yang serius.Jika sudah seperti ini, rasa sadar yang ku rasakan terasa hambar dan terlambat. Aku akan mengecewakan banyak orang. Tingkah kekanakan ku dalam memahami hubungan begitu fatal. Aku sudah sangat terlambat bahkan saat sadar jika rasa suka ku kepada Gila

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-28
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   109. Saatnya berjuang

    3 Bulan kemudian.Mentari pagi cerah menerangi kota sibuk Jakarta. Jam di arloji Rolex GMT-MASTER II Everose Oystersteel sudah menunjuk titik sesudah angka enam. Seperti biasa Vano di jam tujuh pagi masih dalam perjalanan untuk menuju ke tempat kerja. Laki-laki itu memakai kaca mata hitamnya, agar nggak langsung terkena silau matahari pagi. Dia menyetir sendiri.Sudah lama dia melakukannya. Mang Joko mulai hanya bertugas di rumah, berjaga dan membantu memberesi taman saat Vano mengambil alih mengemudi.Dia juga sudah terbiasa memilih pakaiannya sendiri. Memakai dasi dan menyiapkan keperluannya sendiri. Hanya saja di saat sibuk seperti akan ke luar kota, dia masih di bantu menyiapkan keperluannya oleh Bik Muti.Vano, laki-laki yang menjabat CEO muda yang tampan itu mulai menampilkan keramahannya pada karyawan. Dia membalas sapaan karyawannya saat berpapasan. Dia juga tampak lebih manusiawi dengan nggak seperfeksionis serta seworkaholic seperti sebelumnya.Vano dalam tiga bulan telah me

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-28
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   110. Masa pelarian

    Matahari sudah naik ke atas dan gagah dominan memberikan panas yang menyengat. Puluhan orang sibuk berlalu-lalang serta menyebrangi jalan untuk menuju ke ruko-ruko lainnya. Sedangkan seorang gadis berambut pendek dengan poni tipis itu kuwalahan membawa beberapa kantong belanja di tangannya. Dia menepi di ruko yang tutup kemudian meletakkan barang belanjaan di sampingnya. Nggak sabar untuk mengambil ponsel dari tas punggung ukuran kecil yang dia gunakan."Hoi, dimana?" suaranya keras setelah panggilan yang dia lakukan di terima oleh pemilik nomor.["Lagi di jalan,"] balas suara di telepon dengan santai."Otw nya sejam yang lalu, masih aja di jalan," cibir gadis itu nggak bisa menahan lagi. Dia menoleh pada jalanan yang padat. Karena sudah jauh dari tempat parkir pertokoan, mau nggak mau dia harus menyebrang jalan agar memudahkan penjemputannya.Sebab jika dia masih berada di tempatnya menepi kini, temannya yang akan menjemput harus putar arah lumayan jauh."Gue nunggu di halte."["Loh?

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   111. Akan kembali

    ~Flashback~ Lagi-lagi tak terasa siang telah berganti malam. Setelah membasuh muka, Mita menatap pantulan dirinya di cermin nakas. Matanya loyo dan kosong. Dia menghela nafas, kemudian segera lompat merebahkan dirinya di atas kasur. Mungkin dia akan kembali melewatkan makan malam. Gadis itu sudah terlihat kurusan. Wajahnya tak setembem sebelumnya. Bahkan pergelangan di tangannya terlihat tulang yang menonjol. Mita sakit, namun bukan sakit raganya melainkan sakit pikiran dan jiwanya. Saat dia akan mengambil ponsel, terdengar ketukan pintu kamarnya. "Mbak, lo nggak makan apa?" suara Hansel terdengar dari luar. Mita menatap pintunya yang tertutup, awalnya dia nggak ingin membukakannya namun karena nggak ingin memperjelas bahwa dia sedang nggak baik-baik saja, maka gadis itu pun melangkah untuk membuka pintu. "Di depan ada tukang bakso, mau enggak?" tanya Hansel sekali lagi setelah dia berhadapan dengan kakaknya. "Bayarin ya?" "Bapak yang mau bayarin." "Yaudah oke," balas Mita m

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-21
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   112. Tragedi yang nggak diinginkan

    [Pak, dimana? katanya mau jemput?] [Aku udah sampe, tiga puluh menit yang lalu. Aku cari-cari kok nggak ada, bahkan aku udah keluar di area penjemputan] Pesan yang di ketik dengan sangat cepat itu terkirim dengan sempurna. Namun karena Mita semakin tak sabar dibuatnya karena tak kunjung mendapatkan balasan, akhirnya dia menelpon kontak Bapak yang sudah berjanji akan menjemputnya. "Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi." Mita mendesah lelah mendengar suara operator dari ponselnya. Sedangkan dirinya sedari tadi menunggu orang yang menjemputnya nggak kunjung datang. Kalau saja Bapaknya nggak berkata tadi malam akan menjemputnya, pasti sudah sedari tadi gadis itu memesan taxi online. Kalau seperti ini jadi dirinya yang bingung sendiri. Tetapi gadis bermata sipit itu mencoba tetap berpositif sangka, mungkin Bapaknya masih di perjalanan. Sehingga dirinya pun kembali sabar menunggu sembari memainkan ponsel. Dia membuka media sosialnya yang sudah lama ng

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   113. Merasa di bantu

    "Hansel bangun!" Seseorang menarik paksa selimut yang menutupi tubuh remaja yang sedang tertidur pulas. Dia juga menarik bantal supaya remaja itu cepat bangun. "Bentar lagi, Bang." "Nggak ada bentar-bentar, salah siapa nggak bawa pakaian sekolah kalau mau nginap." Dia terus saja merecoki Hansel yang masih malas-malasan bangun. Di luar memang masih gelap karena jam masih menunjuk pukul empat pagi. Namun bukan berarti dia akan luluh dengan racauan remaja yang itu yang bilang masih mengantuk. "Bang, nanti aku di antar Mang Joko aja." "Terus biarin kamu bolos gitu?" "Hais ..." keluh Hansel pada akhirnya. Dia pun mulai memposisikan duduk sembari berdecak kesal, mengacak rambut tampak frustasi dan melihat laki-laki tampan berusia dewasa di hadapannya. "Bang Vano lama-lama kayak Mbak Mita aja," omelnya yang kemudian terpaksa bangun dan berjalan sempoyongan menuju kamar mandi. Sedangkan laki-laki itu nggak menampilkan ekspresi berlebih, malah segera keluar dari salah satu kamar

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-27
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   114. Sedang menghindar

    Ting Bunyi notifikasi masuk terdengar dari ponsel Mita. Gadis itu yang tengah menyantap soto pesanannya segera menyambar secepat kilat. Dia sedang menunggu jemputannya jadi memiliki harapan tinggi tiap kali ada notifikasi masuk. +628578975xxxx : Dimana? Nomor nggak di kenal menghubunginya. Mungkin ini adalah orang yang menjemputnya. Sehingga sembari melahap makanannya, Mita segera membalas. Di kantin Ini yang jemput saya kan? Lima detik, sepuluh detik, lima belas detik dan baru berganti ceklis biru. Nggak ada balasan, mungkin memang benar itu adalah orang yang menjemputnya. Jadi Mita meletakkan kembali ponselnya lalu melanjutkan makan dengan rasa tenang tak sekesal tadi. Sejujurnya ada perasaan lega juga bisa kembali berada di tanah Jakarta. Ibu kota dengan huru-hara dan pesona yang membekas. Mita akan membuka lembaran baru. Mewujudkan apa yang diinginkan orang baik kepadanya untuk bahagia. Dia tentu saja akan menebus rasa bersalah itu dan menepati keinginan Gilang. Lalu bag

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-29
  • Asisten Pribadi Tuan Muda   115. Jika Tuhan berkehendak

    "Lo beneran nggak mau keluar?" Pertanyaan yang sama dan kesekian kalinya Farhan layangkan kepada Mita. Ia telah sampai di parkiran depan kantornya beberapa menit yang lalu. Dan berdebat dengan Mita untuk menghampiri bos besarnya terlebih dahulu ke dalam. Sebab Farhan di suruh Vano untuk membawa Mita ke kantor dan laki-laki itulah yang akan mengantarnya sendiri ke rumah setelah selesai dengan pertemuannya. "Jawaban yang sama, enggak," balas gadis itu dengan ketus bercampur kesal. "Lo tau nggak sih Han, gimana gue mau masuk? Yang ada malu dan pasti mereka pada bertanya-tanya ada apa gue masuk dan tiba-tiba ketemu big bos, lo nggak mikir itu?" Mita emosi. Dia sejak dalam perjalanan dan tau bahwa Farhan akan mengantarkannya ke kantor Miyora terlebih dahulu membuatnya semakin kesal. Sepanjang perjalanan mereka berdebat nggak selesai-selesai dan berujung keterdiaman Mita menahan kesal sendiri. Gadis itu nggak mau bertemu dengan mantan bosnya. Namun alasan itu nggak terucap saat berdeba

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03

Bab terbaru

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   Ucapan

    Terimakasih untuk yang telah meluangkan waktu mengikuti kisah Mita dan Vano. Seperti halnya dalam hidup yang tak pernah ada akhir hingga kematian datang. Begitu pula kisah ini, yang sebenarnya belum berakhir. Bahkan Vano dan Mita baru mengawali kisahnya ketika ini berakhir. Maka dari itu, biarkan mereka melaluinya sendiri. Merajut kisah selanjutnya dengan hanya ada mereka sendiri. Sekali lagi, terimakasih untuk semuanya. Maaf jika sang pencipta cerita ini banyak mengulur waktu dan berakhir dengan cara yang mungkin membuat kalian kurang puas. Tetapi dengan cerita yang kurang sempurna ini saya berharap kalian semua bisa menikmati. Terlepas dengan saya yang memang suka ngaret update :) Terimakasih banyak. Salam hormat dari Mita, Vano dan author.****

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   124. Ikuti Kata Hati

    "Ikuti kata hati, jangan menyangkalnya." Mita baru tau jika Ibunya bisa menasehati dengan baik. Ia pikir hanya Bapak yang bijak dalam menasehati. Saat itu setelah selesai acara makan siang bersama, Ibu berkata dengan kalimat itu sebelum keluar. Mita bingung tentang maksud perkataan Ibunya. Namun ketika dipikir lagi, ternyata memang masih ada problem dalam dirinya. Persis yang dikatakan Ibu, bahwa dia terus-terusan menyangkal perasaannya sendiri. Bukan tanpa alasan, sebab ia tak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Yaitu menyakiti orang lain. Dulu ia benar-benar menyakiti orang yang sangat baik kepadanya. Atas dasar kelabilannya lah jadi banyak orang yang dia repotkan. Mita nggak ingin itu terjadi, maka dengan membohongi dan menyangkal dirinya sendiri adalah senjata untuk itu. Tetapi semakin menyangkal, semakin pula ia tak bebas dengan dirinya. Ada perasaan cemas dan juga khawatir. Tetapi atas dasar menghukum diri sendiri pula, Mita memantapkan diri untuk tetap baik-baik saja.

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   123. Tak Ingin Memaksa Lagi

    Siang hari kali ini panas menyengat membakar kulit. Di jalanan komplek tak ada orang yang bersenang hati berjalan di bawah teriknya matahari, bahkan di dalam rumah pun terasa sekali gerahnya kalau nggak ada kipas angin. Lebih bagusnya ac, namun rumah Mita bukanlah rumah mewah dengan adanya ac di setiap ruangan. Mereka mengandalkan angin dari kipas angin. Bukan hanya satu atau dua saja kipas terpasang, bahkan di ruang tamu ada, di ruang tengah dan di setiap kamar juga ada. Namun karena hari ini sangat panas, jadi gadis itu menyeret salah satu koleksi kipas berdiri menuju ruang makan. Nggak berat sama sekali, dia bisa santai tanpa perlu bantuan, namun karena seruan Ibu yang menyuruhnya untuk cepat membuat langkah kaki gadis itu semakin cepat. "Ayo duduk Van." Ibu Sri mempersilahkan si tamu untuk duduk di salah satu kursi makan. Sedangkan Mita hanya diam sembari menyalakan kipas angin yang tadi dia bawa. "Karena hari ini cuman buat satu pesanan jadi nggak begitu banyak masaknya," kata

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   122. Datang

    Malam semakin berlalu, jam yang berdetak di ruang keluarga pun hingga terdengar jelas. Sedangkan itu di satu kamar nampak remang hanya diterangi lampu tidur. Keranjang berdecit kala seseorang di atasnya merubah posisi. Kembali berdecit saat lagi-lagi berganti posisi. Mita seketika menendang selimut yang menutupi setengah tubuhnya. Merasa kesal akibat matanya yang tak kunjung tertutup. Dia mengambil bantal dan menutup wajahnya. Lagi-lagi nggak bisa tertidur. Dia frustasi dan mengembalikan bantalnya ke tempat semula. Sorot matanya seketika menerawang langit-langit kamar tak bisa tenang. Pikirannya berkelana pada satu momen siang tadi. "Tolong buka hati untuk saya." "Jangan menghindari saya." Argh! Rasanya Mita ingin berteriak kuat-kuat. Seketika jantungnya kembali berdegup nggak normal saat mengingat lagi momen itu. Dia memandang langit-langit kamar dengan menerawang. Tapi sesaat kemudian bibirnya terangkat ke atas secara otomatis. Mita tersenyum, namun kala tersadar ia memukul k

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   121. Dua permintaan

    "Kok bisa salah kirim?" tanya laki-laki itu yang berkali-kali lipat tampan dibanding yang dulu. Mita menjadi gugup. Dia berdehem dan menyesap minumannya sedikit. "Nggak tau, saya mau kirim pesan ke Farhan," ucapnya berusaha tampak biasa saja. Dia sempat memperhatikan mantan bosnya yang sedang berbicara kepada salah satu pelayan yang lewat. Memesan kopi dan cemilan, lalu setelahnya kembali memperhatikan gadis di depannya. Dan secepat kilat Mita beralih, dia nggak ingin tertangkap basah sedang memperhatikan mantan bosnya. "Memang nama kontak saya pakai huruf F sampai ketuker seperti itu?" "Enggak," Mita lantas menggelengkan kepalanya. "Mungkin lagi kurang fokus," ujarnya kemudian tampak acuh. Sudah terlanjur kejadian juga. Mau nggak mau Mita harus menghadapinya. Berhadapan dengan mantan bosnya dan juga berbincang memang bukan rencana awalnya. Namun bagaimana lagi. Sebenarnya sih malu karena bisa salah kirim pesan. Tapi ya sudah. Mita kembali menghela nafasnya. Beruntung Vano ngga

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   120. Salah Kirim

    Waktu kian berlalu. Pagi hari terasa cepat sekali datang. Setiap jam dan menit kian berjalan bagai jarum detik yang cepat. Setidaknya itu yang dirasakan Mita. Entah orang lain merasakan gimana, namun dia merasa waktu cepat sekali berlalu.Hari-harinya dilalui dengan kegiatan yang membosankan. Pagi hari berberes membantu Ibu, siang hari jika hanya ingin di rumah ya tetap di rumah atau jika ingin keluar ya keluar jalan-jalan sendirian, lalu sore hari Mita beberapa kali berjalan-jalan di area komplek, menyapa tetangga yang berpapasan atau hanya menikmati udara segar di taman.Mita belum bekerja, ia kembali menjadi pengangguran dan sedang mencari pekerjaan. Rasanya dia kembali ke awal setelah semuanya terjadi, seperti menjadi pengangguran dan mencari pekerjaan. Jika sudah mendapatkan pekerjaan dia akan bekerja dan entah bagaimana kehidupan selanjutnya, apa dia akan mendapat rasa sakit lagi atau malah mendapatkan kebahagiaan. Sepertinya itu hanya Tuhan yang tau. Yang jelas dirinya sudah me

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   119. Semakin gemas

    "Tapi emang sekarang kamu cantik banget loh," ucap seorang wanita anggun dengan senyuman mengembang. Ia menggoda gadis muda yang ada di hadapannya. Kini mereka sedang duduk menikmati hidangan yang di sediakan. Sebab siang terus menjelang. Saat ini saja sudah akan menjelang pukul dua belas. "Tante jangan begitu, aku jadi malu loh," balas gadis itu dengan pura-pura menutup sebagian wajahnya. Tak ayal Tante Gina terkekeh merespon. "Apa kamu bisa malu Mit?" "Aih," Mita segera menoleh pada Om Iskandar. "Gini-gini banyak yang bilang aku pemalu kok Om." "Masa sih?" "Iya loh bener," balas Mita mencoba meyakinkan. Namun ia tersenyum ketika ia mendapat sorot mencurigakan dari Om Iskandar. Akhirnya mereka terkekeh bersama membuat dua orang yang menyaksikan interaksi mereka hanya bisa menggelengkan kepala. Vano nggak bisa berkata-kata lagi jika Mita sudah bergabung dengan papanya. Gadis itu sejak awal memang sudah nyambung dengan papahnya yang kerap receh. "Dengar ya Mit, kamu pasti seben

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   118. Menggemaskan

    Pagi yang penuh haru dengan berjalannya ijab kobul yang sakral telah berlalu. Kini para tamu sedang menikmati jalannya acara hiburan yang dibawakan oleh mc. Mita hanya duduk di salah satu kursi, senyum merekah tak henti-hentinya terbit di bibirnya. Ia menyapa dan sempat berbincang dengan beberapa kenalan kuliahnya dulu. Yang tak di sangka-sangka bahwa salah satu teman sekelas Bianca yang dia kenal dulu cupu, ternyata telah memiliki suami dan anak. Gadis itu sedikit kaget, namun begitulah roda kehidupan. Nggak ada yang tau pasti jalan hidup, nasib dan juga takdir. "Jadi, lo sendiri Mit?" tanya Farhan. Mita sudah berganti tempat duduk dan berkumpul dengan rombongan geng nya saat bekerja di Miyora dulu. Ada Bang Cakra dan istrinya, Mbak Amira dengan anaknya dan juga Farhan dengan pacarnya. Hanya Mita yang nggak memiliki gandengan. Ia jadi menyesal telah menyapa dan ikut duduk. "Gue paham lo lagi nyindir gue." "Dih, sensi amat lo, jomblo sih," ejek Farhan yang kemudian mendapat tepu

  • Asisten Pribadi Tuan Muda   117. Hari Pernikahan

    "Bu, pantas nggak?" Mita masuk ke dapur sembari menenteng slingbag hitam miliknya. Ia sudah berdandan rapih dan menata rambutnya. Dengan sentuhan make up serta pakaian kebaya kekinian, gadis itu menghadap Ibu Sri yang sedang memberesi meja makan. "Pantas," balas wanita Jawa tulen itu. "Emang mau berangkat jam berapa?" Ia melirik sekilas pada anak sulungnya, kemudian kembali sibuk mengangkat masakan sore yang masih bisa di hangatkan. "Jam 6, sekalian nanti nunggu ijab," balas Mita. Dia memperhatikan jarum jam di arloji yang dia kenakan. Masih pukul lima lewat tiga puluh menit dan dia sudah serapih ini. Mita memang sudah mempersiapkan dengan matang. Bangun pagi buta dan berdandan, nanti jam enam dia akan berangkat menuju sebuah hotel yang digunakan untuk acara pernikahan sahabatnya yaitu Bianca. Ah mengingat Bianca jadi Mita ingat obrolan mereka semalam. Sahabatnya itu mengatakan sangat gerogi dan nggak bisa tidur. Segala keluh kesah Bianca telah Mita dengarkan. Bahkan sahabatnya i

DMCA.com Protection Status