Hallo semua Terima kasih sudah mampir di buku Nisa. Semoga suka ya. Jangan lupa tinggalkan komentar dan berikan gem yang banyak. Salam sayang Althafunnisa
"Di mana Theo? Kenapa dia tidak ada di ruangannya?" Wira menutup kembali pintu ruangan Theo ketika tidak mendapati sahabat sekaligus atasannya di sana.Lelaki itu menghubungi ponsel Theo, tapi sampai berapa kali deringan, Theo tak kunjung menerima panggilannya. Hal itu membuat Wira semakin gelisah."Di saat genting seperti ini, dia malah menghilang." Wira duduk di kursi kebesarannya. Ia membaca email yang masuk di laptopnya."Aku akan datang hari ini untuk membicarakan tentang investasi yang aku tanam di sana." Email itu membuat kepala Wira rasanya hendak pecah. Ia harus segera memberitahukan kepada Theo tentang rencana kedatangan Bella yang akan mendatangi perusahaan mereka."Nah. Kirani. Yah sepertinya aku bisa menghubungi Kirani untuk menanyakan dimana keberadaan Theo," ujar Wira seraya menjentikkan jari jempol dan jari tengahnya. Ia langsung mencari nama Kirani di kontak teleponnya dan segera melakukan panggilan telepon pada asisten pribadi sahabatnya itu.Kirani menggeliat kecil
"Theo, Dari mana saja kamu?" Wira menghampiri Theo yang sedang menggendong Kirani menuju mobilnya."Aku harus membawa Kirani pergi. Dia sakit," sahut Theo dengan wajah cemas.Wira mengikuti langkah lebar Theo dan ingin memberitahukan tentang kedatangan Bella hari ini."Theo, tunggu! Ada hal penting yang mau aku bicarakan," ujar Wira menahan langkah Theo."Ada apa? Aku buru-buru. Nanti sajalah.""Bella akan datang ke sini hari ini. Dia ingin membicarakan tentang investasi yang ditanamnya di perusahaan kita," ujar Wira.Langkah Theo seketika terhenti. Lelaki itu menatap Wira sambil mengerutkan keningnya. "Sejak kapan aku menyetujui Bella investasi di perusahaan kita?" Tanya Theo."Dua bulan yang lalu. Bukankah kita sudah sepakat untuk menerima investasi dari perusahaan Mega.""Benar. Aku memang ingin menerima investasi dari perusahaan Mega, tapi kenapa ada Bella?" "Karena sekarang Bella adalah CEO dari perusahaan itu. Dan hari ini dia ingin bertemu denganmu untuk membicarakan investasi
Theo yang sedang mengusap pipi Kirani terkejut ketika tiba-tiba Bella berada di belakangnya. "Untuk apa kamu ke sini?" Theo berdiri dari tempat duduknya dan menggenggam erat tangan Kirani. Tatapan matanya tajam penuh kebencian pada Bella yang mulai mendekatinya. "Aku datang ke sini untuk membicarakan tentang investasi yang aku tanam di perusahaan kalian," sahut Bella dengan santainya. Perempuan itu menatap Kirani yang hanya tertunduk dan tidak berbicara apa-apa. Theo menyunggingkan senyum. Ia membantu Kirani berdiri dan menggandeng perempuan itu dengan merangkul pinggangnya. "Aku sudah mengatakan kepada Wira kalau aku tidak akan pernah menerima investasi dari perusahaanmu." Theo menatap orang-orang yang saat ini menoleh ke arah mereka bertiga. Lelaki itu membawa Kirani keluar dari cafe setelah membayar bill. Ia tidak ingin keributan itu dilihat oleh banyak orang dan orang-orang akan berpikiran buruk kepada mereka. "Theo. aku belum selesai bicara," ujar Bella seraya menghadang l
"Theo. Apa kamu tidak punya telinga sampai tidak mendengarkan ucapan Mama?" Mamanya Theo kembali berteriak dengan lantang ketika putranya itu tidak menggubris ucapannya.Theo memang sengaja tidak menggubris perkataan mamanya. Ia tetap melangkahkan kaki menuju anak tangga. "Theo, berhenti!" Suara bariton yang mulai serak terdengar cukup lantang dari lantai bawah.Theo menghentikan langkahnya demi menghargai suara tersebut. Ia akhirnya turun dari tangga dan berdiri tegap di hadapan kedua orang tuanya."Bella datang ke sini untuk meminta maaf pada kita semua. Dia sudah mengakui kesalahannya. Seharusnya kamu bisa melihat penyesalan Bella dan memaafkan kesalahannya," ujar Tuan Alfonso.Theo hanya menyunggingkan senyum mendengar perkataan Papanya. Ia menatap tajam pada Bella yang sejak tadi santai duduk di sofa tanpa merasa bersalah sedikitpun. Tatapan mata Theo masih dipenuhi rasa benci karena tidak bisa melupakan apa yang sudah dilakukan oleh Bella di masa lalu."Aku benar-benar minta ma
Kirani meraba kening Theo yang terasa panas. Ia benar-benar kelabakan karena ternyata Theo mengalami demam dan sedang menggigil hebat di bawah selimut. "Bos, Bos kenapa?" Kirani menepuk-nepuk pipi Theo agar lelaki itu membuka mata. "Bos bangun." Kirani juga menyibak selimut yang membungkus tubuh Theo yang sedang menggigil kedinginan agar Theo menyadari keberadaannya. Theo membuka matanya perlahan. Lelaki itu tersenyum ketika melihat Kirani yang berada di atas ranjang. Ia langsung menarik Kirani ke dalam dekapannya. "Peluk aku. Aku kedinginan," bisik Theo di telinga Kirani. Kirani menuruti permintaan Theo. Ia segera mensejajarkan tubuhnya dengan berbaring di atas ranjang. Tangannya memeluk Theo dan membelai kepala Bosnya itu dengan lembut. "Boleh aku tidur di dadamu?" Theo menatap Kirani dengan wajah sayu. Kirani mengangguk. Ia menarik Theo agar berbaring di atas dadanya. Posisi seperti ketika Kirani sedang sakit dan Theo lah yang merawatnya. Kirani memeluk Theo dengan erat kare
"Ibu kenapa seperti itu? Apa Ibu ada kerjaan mendadak di kantor?" Tanya Kevin di seberang telepon.Kirani merasa lega karena Kevin memiliki berbagai pemikiran kalau dirinya saat ini sedang ada pekerjaan mendadak di kantor. Ia pun akan menggunakan alasan itu untuk Kevin agar mengizinkannya pulang malam seperti kemarin."Iya nih, sayang. Ibu sebenarnya nggak enak mau ngasih tahu Kevin. Takut Kevin kecewa," sahut Kirani. Perempuan itu menarik napas dalam-dalam karena merasa bersalah sudah membohongi putra kesayangannya.Kevin yang sedang berbaring di sofa depan televisi hanya tersenyum mendengar ucapan ibunya. Ia tahu ibunya bekerja keras untuk membiayai pengobatannya dan memberikan kebahagiaan kepadanya."Ibu tenang saja. Kevin nggak kecewa kok. Kevin tahu kalau orang-orang bekerja di kantor itu tidak bisa pulang seperti keinginannya." Sahut Kevin di seberang telepon seakan memberikan angin surga bagi Kirani.Ia merasa lega karena putranya itu sudah mulai memahami pekerjaan ibunya yang
"Ciuman.""Bos.""Aku berani jamin kalau aku akan langsung sembuh jika menciummu sepanjang." Theo tersenyum sambil meyakinkan Kirani.Kirani menggeleng perlahan. Ia tidak bisa membiarkan dirinya berciuman dengan Bosnya itu sepanjang malam. Selain karena tidak bisa menahan gairah jika Theo sudah mulai memperdalam ciumannya, dia juga harus segera pulang karena tidak mau keluarganya khawatir."Kirani.""Bos. Aku mau pulang."Theo menarik napas berat melihat Kirani yang teguh pada pendiriannya. Ia tidak bisa memaksa Kirani untuk menuruti keinginannya. "Oke." Theo akhirnya kembali berbaring di atas ranjang. Ia menarik, lalu memejamkan mata. Sementara itu, Kirani merasa bersalah karena tidak bisa menuruti permintaan Theo kali ini. Ia tidak ingin kebablasan seperti tadi.Kirani mengambil tas jinjingnya di atas meja rias. Matanya terbelalak sempurna ketika melihat bekas tanda kepemilikan di lehernya. "Bos." Kirani duduk di tepian ranjang, lalu menepuk-nepuk bahu Theo dengan kuat."Ada apa?
"Bella," desis Kirani. Ia mengurungkan niatnya untuk membuka pintu tersebut karena harus memberitahu Theo terlebih dahulu.Kirani berjalan menuju dapur dan menemui Theo. "Bos, ada Bella," ujar Kirani.Theo yang hendak minum air mineral menoleh ke arah Kirani. Ia mengerutkan kening dan berdiri dari tempat duduknya."Dengan siapa?" "Sendiri.""Biarkan saja!" Theo duduk di samping Kirani dan bersandar di bahu perempuan itu. Ia memain-mainkan punggung tangan Kirani dengan jari telunjuk dan jari tengahnya. Jari-jari itu dia bentuk seperti kaki yang tengah berjalan. Berjalan dari punggung tangan Kirani menuju leher jenjang perempuan itu."Aku kasih tanda lagi, ya." Theo berbisik ketika jari-jarinya sudah sampai di leher jenjang Kirani.Kirani terlonjak kaget dan hendak berdiri dari kursi tersebut. Namun Theo menahan tubuhnya, sehingga ia kembali duduk dan tidak bisa menghindari gerakan Theo yang mengunci tubuhnya dengan kedua kakinya."Bos. Turunkan kakimu!" Kirani menunjuk ke arah kedua k