Home / Urban / Ashraf: Penguasa Terakhir / Penghinaan Luar Biasa

Share

Ashraf: Penguasa Terakhir
Ashraf: Penguasa Terakhir
Author: Shofi Nur Hidayah

Penghinaan Luar Biasa

Author: Shofi Nur Hidayah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Jadi Ashraf menyelamatkan gadis itu? Untuk apa dia melakukannya!” Tukas pria bertubuh gempal dengan wajah garang sambil menggebrak meja, dia kesal.

Pria itu adalah Xiao Lan, pria asli China yang menjadi pemimpin kelompok mafia Blair Fulton.

Salah satu anggota Blair Fulton yang menjadi mata-matanya mengangguk membernarkan. Informasi yang dia berikan itu tidak pernah kaleng-kaleng. Semuanya adalah kebenaran, dan anehnya dari kebenaran itu lah dia justru kena semprot oleh majikannya.

“Saya juga tidak tahu untuk alasan apa tuan Ashraf melakukan hal itu,” jawabnya dengan kepala yang tertunduk.

Seorang gadis cantik dengan penampilan modis yang ada di ruangan itu ikut geram, tapi bukan pada kabar yang dibawa utusan. Melainkan dengan ayahnya yang melampiaskan kekesalannya pada anggotanya sendiri.

“Ayah! Berhentilah memarahi dia, lagi pula bagus dia membawa informasi yang penting. Meskipun ayah tidak suka,” tukas gadis bernama Xiao Jiang dengan cepat, dia bersidekap memandang malas ke arah Xiao Lan yang sedang berdiri memunggunginya.

Pria paruh baya itu tengah menatap kota Kungmin dari ketinggian kediamannya. Tangannya mengepal kuat-kuat, menahan amarahnya yang bisa saja meledak kapan saja.

“Cih! Ashraf bodoh itu malah memperumit situasi. Seharusnya keluarga Henderson sudah habis di lalap api, tapi dia malah menyelamatkan keturunannya. Ashraf itu bodoh atau idiot!” Xiao Lan menggertakan giginya.

“Mungkin saja dia tidak tahu siapa yang dia selamatkan ayah, mana mungkin Ashraf akan bertindak gegabah begitu.” Xiao Jiang membela Ashraf terang-terangan.

Xiao Lan yang akrab di panggil Tuan Lan itu menoleh, dia menatap sang putri tidak mengerti. Ada juga manusia yang bisa berpikir positif dengan mudah sepertinya.

“Otakmu ini terbuat dari apa Xiao Jiang, kenapa isinya hanya hal-hal positif saja!” Tuan Lan mengacak rambutnya frustasi, dia kemudian duduk di samping Xiao Jiang dan menyandarkan tubuhnya di sofa.

Menyadari kalau Tuan Lan sudah jauh lebih terkontrol emosinya, Xiao Jiang memberikan kode pada utusan ayahnya untuk keluar dari ruang kerja sang ayah.

Tanpa perlu di perintahkan dua kali utusan itu sudah pergi terbirit-birit. Dia pasti takut dan tremor membayangkan hukuman apa yang dia dapatkan karena membawa informasi yang dibenci Tuan Lan.

“Bahan dasar otakku dan otak ayah itu sama saja karena selain kita berhubungan darah kita juga makhluk hidup dengan jenis yang sama!” Xiao Jiang menjawabnya asal, dia malah asik menuang minuman dengan kadar alkohol tinggi di gelasnya.

Dengan sekali tenggak Jiang menikmati minuman haram itu masuk membasahi kerongkongannya.

“Kau ini pandai sekali berbicara Jiang,” sindir Tuan Lan. Dia melirik putrinya yang tengah menikmati minumannya.

Jiang mengangguk semangat dan tersenyum lebar. “Karena itu ayah juga harus bisa menirunya!”

Tuan Lan mengerutkan keningnya tidak mengerti, dia mengira Jiang sudah kehilangan kesadaran karena minuman itu.

“Kau mabuk Jiang, kata-kata mu ngawur!” Tuan Lan hendak meraih berkas yang ada di atas nakas. Namun gerakannya terhenti karena Jiang menahannya.

“Aku tidak lemah dengan minuman seperti ini ayah, yang aku katakan juga bukan omong kosong.” Jiang mengatakannya dengan penuh penekanan.

“Apa yang kau maksud Jiang?” Tuan Lan mengalah, dia mengembalikan lagi berkas itu ke tempat semula dan menatap wajah Jiang lebih serius.

Di saat yang sama Jiang bertepuk tangan dua kali, itu adalah kode agar tangan kanan gadis itu masuk ke ruang kerja sang ayah. Tak lama seorang pria muda dengan wajah yang tegas dan tubuh tinggi tegap memasuki ruangan. Pria itu menundukkan kepalanya memberi hormat terlebih dahulu pada Tuan Lan dan Jiang.

"Selamat malam Tuan Lan, Nona Jiang." Pria muda itu memberi hormat.

Kening Tuan Lan berkerut, dia tampak tidak suka dengan kehadirannya. Tapi Jiang menyadari hal itu dan segera menyikut lengan sang ayah.

"Ashraf, jelaskan bagaimana caramu menyelesaikan misi kita. Blair Fulton membutuhkan pemikiran cemerlang mu kali ini," tutur Jiang yang sepenuhnya perintah pada pria bernama lengkap Ashraf Samar Anand itu.

Tuan Lan tak terima, dia berteriak keras. "Untuk apa kita mendengarkan omong kosong dari Tukang Pukul sepertinya? dia tidak lebih dari pekerja rendahan Jiang."

"Di Blair Fulton tidak ada istilah kasta ayah, dan semua orang punya kedudukan yang sama. Mau itu tukang pukul atau pimpinannya, karena kita bekerja di dunia hitam. Dunia mafia, kasta tidak dibutuhkan di sini!" Jiang memberikan penekanan pada ucapannya.

Tuan Lan hanya diam, dia terpojok atas ucapan putrinya sendiri. Di saat itu lah Juang tersenyum dan memberikan kesempatan pada Ashraf menjelaskan apa yang ada di pikirannya.

Ashraf beringsut mendekati Tuan Lan, dia lebih seirus dari sebelumnya.

“Tuan Lan kita harus pandai memainkan kata-kata, kali ini kita akan bermain cantik dengan keluarga Henderson itu,” ucap Ashraf dengan nada yang tenang dan dingin.

Kata 'bermain cantik’ tampaknya terlalu asing bagi Tuan Lan, dia terbiasa bermain dengan brutal pada musuh-musuhnya. Tuan Lan yang sejak muda terbiasa dengan dunia mafia dan segala isinya tentu tidak biasa menghabiskan waktu untuk sebuah tujuan.

“Jangan bertele-tele Ashraf, aku tidak suka dengan caramu bekerja itu!” Tuan Lan blak-blakan.

“Aku tahu Tuan, tapi kali ini kita harus melakukannya. Orang-orang yang licik seperti mereka tentu tidak mudah jika dihadapi dengan kekerasan fisik saja. Kita perlu rencana yang matang dan membuat mereka masuk ke dalam jebakan yang sudah kita perbuat, dengan begitu semua masalah akan selesai hingga ke akar-akarnya!” Ashraf menjelaskannya panjang lebar.

Tuan Lan tampak berpikir sejenak, memang benar orang-orang licik seperti yang dia hadapi sebagai musuh itu perlu di tumpas hingga ke akar-akarnya. Dia sudah sangat jengah menghadapi orang-orang tengik.

“Kalau begitu apa yang akan kau lakukan?” tanya Tuan Lan dengan nada yang serius dan tatapan matanya yang tajam.

Ashraf tersenyum gembira, ini adalah hal baik yang dia tunggu-tunggu. Pemimpin tertinggi Blair Fulton akan memberikan apresiasi yang bagus atas kerja kerasnya. Dengan begitu Ashraf bisa mendapatkan pengakuan dari para anggota Blair Fulton yang lain secara resmi.

“Kita perlu membuat mereka semua terkecoh lebih dulu Tuan, ini mungkin akan terasa membosankan. Tapi Henderson dan sekutunya tidak hanya mati saja, tapi mereka akan mendapatkan hukuman yang menyedihkan di dunia ini.” Ashraf menyeringai.

“Jadi kau akan menyiksa mereka lebih dulu? Kenapa tidak culik saja keluarga itu?” Tuan Lan tidak mengerti rincian rencana Ashraf. Dia hanya paham atas garis besarnya saja.

“Tidak bisa Tuan, itu terlalu mudah. Kita akan membuat mereka membayar apa yang sudah diperbuat dengan adil. Itu memang akan kita lakukan tapi bukan dengan tangan kita,” jelasnya.

Tuan Lan menyeringai, dia mulai paham apa yang direncanakan anak buahnya.

“Jadi kau akan mempermalukan mereka lebih dulu?” tanya Tuan Lan sambil tertawa.

“Ya, benar sekali Tuan!”

Tuan Lan menghela nafasnya berat, ini memang hal yang sepele bagi setiap mafia. Mengganti sistem dan cara penyerangan serta berubah haluan karena pimpinan yang baru. Tapi jujur saja Tuan Lan masih tidak yakin dengan inovasi rencana dari putri dan tangan kanannya.

“Semoga saja rencanamu berhasil Ashraf, aku akan mendukungnya dari belakang,” Ucapnya sambil mengusap-usap lengan panjang milik Ashraf dan berlalu.

Setelahnya dia pergi meninggalkan Ashraf dan Jiang yang masih bergulat dengan pikiran mereka di ruang kerjanya.

Bagi Ashraf ini adalah kasus yang mudah, dia bisa saja membantai habis orang-orang itu tanpa keraguan.

“Terima kasih kau sudah mau memberi ku kesempatan Nona Jiang," ucap Ashraf dengan nada yang ramah.

Jiang hanya mengangguk samar, "Jangan senang dulu Ashraf, karena aku membantumu hanya karena aku membutuhkan otak cerdas mu. Bukan karena aku yang bersimpati padamu!"

Ashraf membulatkan matanya, jadi ini niat sebenarnya dari Xiao Jiang padanya. Padahal Ashraf rela melakukan apa saja demi perempuan itu.

"Tapi nona--"

"Tidak ada kata tapi Ashraf, kau pikir aku akan membalas perasaan dari orang rendahan seperti mu?" Jiang menatap dengan tatapan menilai.

Kata-kata Jiang sangat tajam dan melukai hati Ashraf, hanya karena dia yang menjadi algojo sekaligus eksekutor di kelompok mafia itu. Apa dia tak pantas untuk di hargai, termasuk dengan perasaanya?

Related chapters

  • Ashraf: Penguasa Terakhir    Identitas Ashraf

    Ashraf hanya mematung ditempatnya saat kata-kata menyakitkan itu terlontar begitu saja dari mulut perempuan yang dia cintai. Benar jika dia memiliki perasaan khusus pada Xiao Jiang, anak satu-satunya dari pemimpin Blair Fulton. Sedangkan kedudukannya di tempat itu hanya sebagai tukang pukul, memangnya dia tidak berhak memiliki rasa cinta?"Jangan buang-buang waktu hanya untuk masalah perasaan Ashraf, karena itu tidak penting. Apalagi jika kau berharap dariku," ucap Jiang kemudian pergi meninggalkan Ashraf seorang diri. Sepeninggal Jiang, Ashraf hanya bisa tersenyum getir. Di tempat ini dia justru diperlukan seperti sampah. "Bisa-bisanya mereka bertindak seperti ini padaku?" Ashraf menyunggingkan senyum miring. Setelah itu dia pergi dari ruang kerja Tuan Lan, sepanjang koridor bangunan utama markas Blair Fulton banyak orang yang statusnya lebih tinggi dari Ashraf memandang sinis ke arahnya. Karena memang pekerjaan sebagai Tukang Pukul di kelompok mafia itu merupakan pekerjaan rendah

  • Ashraf: Penguasa Terakhir    Misi Utama Sang Algojo

    Jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari, tapi Ashraf masih juga terjaga. matanya enggan terpejam sejak tadi, dan dia kini duduk di depan kamarnya. masih dalam satu wilayah markas Blair Fulton, karena memang para anak buah kelompok mafia itu harus tinggal di tempat yang sama. Ashraf memikirkan ucapan Yoriko, dia sadar bahwa keberadaannya di tempat ini sangatlah sulit. Para anggota Blair Fulton tidak pernah menghargai dirinya, setiap hari selalu saja ada penghinaan yang dia dapatkan. Meski begitu, Ashraf masih ragu untuk keluar dari sini. Tujuan utamanya belum juga tercapai. "Jika aku keluar dari kelompok ini, waktu dua tahunku akan terbuang sia-sia. Aku sudah menghabiskan waktuku untuk mencari informasi yang aku butuhkan, kedua orangtuaku membutuhkan keadilan." Ashraf bergumam, dia memandang ke langit malam yang gelap gulita. Ashraf kembali mengingat alasan kenapa dia datang jauh-jauh dari Gangnam, Seoul ke kota Kungmin di China. Kedatangannya hingga bagaimana dia bisa masuk ke Bl

  • Ashraf: Penguasa Terakhir    Sandiwara Terakhir

    Ashraf dan Yoriko sama-sama tercengang, mereka membelalakkan matanya sempurna. "Tidak mungkin, mana bisa kau membunuhnya Ashraf?" tanya Yoriko dengan keterkejutan yang amat kentara. Ashraf diam, dia mengusap wajahnya kasar. "Tuan Lan keparat! Mana mungkin aku membunuh adikku sendiri?" Ya benar!Perempuan muda dalam foto itu adalah adik kandung Ashraf satu-satunya. Lizi Baehaqie Anand namanya, gadis cantik yang lembut. Perempuan itu juga satu-satunya anggota keluarga Ashraf yang tersisa, setelah pembantaian massal keluarga besarnya dua tahun silam. "Ba-bagaimana Tuan Lan menjadikan adikmu target misi Ashraf, apa mungkin ada yang membocorkan identitasnya?" Tanya Yoriko yang masih panik. "Tidak mungkin ada yang membocorkan identitas Lizi, dia juga selalu hidup dengan baik. Aku sendiri yang memastikan kalau Lizi tidak bersinggungan dengan mafia manapun. Tapi bisa-bisanya Tuan Lan menjadikannya target?" Tanya Ashraf yang sejujurnya masih sangat bingung. Ashraf berusaha memutar otak,

  • Ashraf: Penguasa Terakhir    Balada Surat Kaleng

    Ashraf terkejut, benar-benar terkejut hingga dia sempat mematung beberapa detik. Jadi, Lizi sudah tahu siapa pelaku di balik hilangnya nyawa keluarga besar mereka?Jika begitu, kenapa perempuan itu tidak memberitahukan hal itu padanya?"Apa yang sebenarnya Lizi rencanakan sekarang?" tanya Ashraf dalam hati. Xiao Jiang kemudian menghela nafas berat dan kembali berujar. "Kau sudah tahu semuanya bukan? jadi bekerjalah dengan baik dan habisi Lizi hari ini juga!" Setelah mengatakan hal itu Xiao Jiang segera berbalik badan, dia buru-buru keluar dari kamar hotel Ashraf dan kembali ke kamarnya sendiri. Pameran berlian itu akan dimulai kurang dari dua jam lagi, jadi perempuan itu juga harus bersiap. Tepat pukul sembilan pagi, Ashraf dan Xiao Jiang turun dari mobil mewah yang memang Tuan Kan siapkan sebagai kebutuhan mereka selama di Prancis. Blair Fulton tidak hanya diwakili oleh keduanya saja, Tuan Lan sudah mengirimkan setidaknya lima algojo lainnya untuk melindungi sang putri selama di t

  • Ashraf: Penguasa Terakhir    Pengkhianat Blair Fulton

    Selepas membaca surat kaleng itu Tuan Lan buru-buru masuk ke ruang kerjanya. Dia mengurungkan niat untuk pergi dari markas. Dengan gerakan cepat Tuan Lan menutup pintu. Dan segera menelfon sang putri, Xiao Jiang yang memang saat ini berada di satu kota yang sama dengan Ashraf. "Xiao Jiang, angkat telfonnya!" Tuan Lan menggeram tidak sabaran. Dia benar-benar cemas sekarang. Berulang kali dia berusaha menghubungi Xiao Jiang tapi belum juga ada balasan sama sekali. Karena kesal, dia membanting ponselnya ke lantai hingga hancur berkeping-keping. "Pemimpin El Abro harus benar-benar berakhir, jika mereka masih memiliki keturunan akan sangat sulit mengalahkan El Abro sebagai kelompok mafia terkuat di Asia." Tuan Lan bergumam atas kekhawatirannya. Sedangkan di sisi lain, tepatnya di hotel tempat gelaran pameran berlian itu berlangsung. Xiao Jiang sedang duduk bersembunyi di balik vas bunga besar yang ada di ruangan. Nafasnya terengah-engah, karena sebelumnya gadis itu ikut bertarung mengh

  • Ashraf: Penguasa Terakhir    Menyiapkan Serangan

    Ashraf dan Lizi sedang berada di kabin pesawat pribadi milik keluarga mereka. Keduanya hanya diam dan masih sibuk dengan pikiran masing-masing. Sementara Yoriko yang ada di antara keduanya hanya bisa menunggu, dia tidak mungkin mengusik dua kakak-beradik itu begitu saja. "Ashley, kapan kita akan sampai di Gangnam?" tanya Yoriko yang mulai bosan, dia bertanya pada co-pilot yang ada di pesawat pribadi itu. "Sekitar tengah malam kita sudah bisa sampai Yoriko. Lebih baik kau beristirahat saja sebelum sampai," jawab Ashley dengan senyuman yang ramah di wajahnya. Yoriko menghela nafas kasar, kemudian dia sedikit melirik ke arah dimana Ashraf dan Lizi duduk. keduanya memang duduk berhadapan, tapi tidak ada yang mau berbicara lebih dulu. Itu membuat Yoriko tidak nyaman sama sekali. Gerak-gerik Yoriko itu ditangkap oleh Ashley, dia tahu kalau rekannya itu tidak bisa berlama-lama dalam situasi yang canggung. "Kau sangat bosan? jika iya lebih baik memisahkan diri dari kabin mereka," usul As

  • Ashraf: Penguasa Terakhir    Alasan Tidak Masuk Akal

    Mendengar pertanyaan dari Lizi, Ashraf hanya bisa diam dan tidak menjawab atau memberikan alasan apa-apa. Pria tiga puluh tahun itu malah meninggalkan Lizi dan Yoriko begitu saja menuju sisi kabin yang lain. Lizi sangat kesal karena tak mendapatkan jawaban yang dia inginkan. Sedangkan Yoriko lebih memilih untuk bungkam, dia sudah tahu apa alasan yang ada di dalam hati Ashraf. "Kenapa kakak terlihat lemah seperti itu setelah kembali dari Blair Fulton? apa yang terjadi padanya?" Lizi bertanya pada Yoriko. "Aku tidak tahu, mungkin Ashraf sedang lelah saja. Atau dia tengah memikirkan strategi yang tepat," jawab Yoriko yang berusaha meyakinkan Lizi. "Hmm ya, anggap saja aku percaya akan hal itu." Lizi menanggapinya dengan tidak minat. Yoriko tahu kenapa Ashraf seperti itu, dia paham dan sangat mengerti apa saja yang terjadi pada Ashraf selama berada di Blair Fulton. "Kau tidak akan rela menyerang Blair Fulton karena di sana ada Xiao Jiang, benarkan Ashraf?" Yoriko membatin sembari me

  • Ashraf: Penguasa Terakhir    Kegundahan Sang Penguasa

    Ashraf masih saja fokus pada sasarannya dalam latihan tembak, berkali-kali peluru di lepaskan dan semuanya meleset. Tidak ada satupun yang tepat mengenai titik target dengan benar. Padahal biasanya Ashraf bisa mendapatkan skor yang sempurna. Selain itu keterampilannya dalam menggunakan senjata api sudah tidak perlu diragukan lagi. Tapi entah kenapa malam ini dia tidak bisa fokus sama sekali. "Ashraf, kau butuh istirahat. Bukannya berlatih menembak tengah malam begini."Ashraf yang memang tidak fokus pun meletakkan pistolnya di atas meja. Dia melepaskan kacamata latihannya dan menoleh pada sumber suara. Rupanya dia tidak sadar jika sedari tadi Yoriko sudah ada di satu ruangan bersamanya. "Kau juga tidak seharusnya ada di sini Yoriko, kau juga perlu istirahat." Ashraf berkata dingin. Yoriko mengangguk mengiyakan, "Aku tahu. Tapi saat ini ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu.""Kalau begitu katakanlah dengan cepat," tandas Ashraf yang memilih duduk di salah satu kursi di ruangan

Latest chapter

  • Ashraf: Penguasa Terakhir    We must be happy ending

    Ashraf panik, dia berlari menuju tubuh Yoriko yang langsung tidak sadarkan diri. Perempuan itu berkorban demi dirinya, Yoriko sangat takut mati. Tapi dia bersedia tertembak demi orang yang dia cintai, yaitu Ashraf. Ashraf memeluk tubuh Yoriko yang mulai lemas. Di rengkuhnya tubuh perempuan berdarah Jepang-Korea Selatan itu. "Yoriko bangun!" Ucapnya berusaha membuat perempuan itu tersadar. Namun tidak ada respon yang diterima dari rekan sekaligus teman baiknya itu. Ashraf menundukkan kepalanya dalam-dalam, dia menyesal. "Sudah aku katakan sebelumnya Yoriko, jangan pernah pertaruhkan nyawa demi cinta. Tapi kau selalu keras kepala."Marco yang juga melihat itu merasa geram, kini hanya ada lima anggota Blair Fulton yang menjaga di sekitar Jeep tempat Tuan Lan dan Xiao juang bersembunyi."Keluar kalian dasar pengecut!" Teriak Marco tidak terima. Dia mengambil alih senapan yang masih dipegang oleh jasad beberapa anggota Blair Fulton yang telah tewas. Marco mulai menembaki para anggota

  • Ashraf: Penguasa Terakhir    El Abro vs Blair Fulton

    Tuan Lan dan Xiao Jiang segera bertolak menuju Gangnam begitu proses pemakaman Chen Goufeng dan keluarganya selesai. Kini status Xiao Jiang sendiri cukup terkenal sebagai tunangan mendiang putra perdana menteri. Oleh karena itu Xiao Jiang perlu berhati-hati dalam bertindak di negara asalnya. Akan tetapi tidak ketika dia dan sang ayah berada di Gangnam. Mereka langsung mengepung markas besar El Abro begitu mendapatkan kabar bahwa orang kepercayaan Blair Fulton, Kwon Yuri tewas ditangan Ashraf. Dor!Dor!Dor!Tembakan-tembakan dilepaskan secara tepat sasaran ke arah orang-orang Blair Fulton yang bersembunyi di pepohonan. Setidaknya, Tuan Lan membawa seratus orang anggota Blair Fulton mengepung markas besar El Abro. Hanya lima belas orang saja yang dapat dilihat oleh pihak lawan. Sedangkan sisanya bersembunyi dengan baik, berkamuflase dengan lingkungan tempat sekitar markas besar El Abro. Letak markas yang dikelilingi oleh lahan berisi pepohonan sebagai kamuflase pun memberi jalan ke

  • Ashraf: Penguasa Terakhir    Serangan Besar

    Yoriko ditangani dengan baik dan sadar setelah tidak sadarkan diri kurang lebih tiga jam lamanya. Perempuan itu di bius oleh Kwon Yuri begitu dia kalah di dalam penyerangan di hotel milik Senor Hugo. Sebenarnya jika bukan karena jumlah lawan yang tidak sepadan, dan pihaknya tidak dicurigai. Pasti Yoriko tidak akan mudah dibawa oleh orang-orang suruhan Kwon Yuri itu. "Bagaimana keadaan mu Yoriko, apa ada yang masih sakit?" Tanya Ashraf begitu perempuan itu membuka mata. Yoriko tidak segera menjawab, dia malah mengernyitkan dahinya. Merasa heran kenapa Ashraf ada saat dia membuka mata, padahal di ingatan terakhirnya tidak ada pria itu di hotel Senor Hugo. "Ashraf, kau ada di sini?" Tanyanya heran. "Iya aku di sini kenapa? Apa ada yang salah?" Ashraf malah balik bertanya. Sementara di belakangnya ada Ashley dan juga Marco yang tersenyum lebar melihat rekan mereka sadar. "Tidak, maksud ku. Bagaimana kau bisa datang, padahal kau tidak ada di hotel Senor Hugo saat aku di bawa oleh ora

  • Ashraf: Penguasa Terakhir    Menemui Musuh

    Di tengah-tengah serangan, Ashraf bisa melihat dari kejauhan kalau dia tidak lagi sendirian. Selain Ashley yang memang membantu dirinya, dia bisa melihat ada beberapa anggota yang lain datang membantu. Ashraf tersenyum kecil, dia merasa Tuhan benar-benar ada dengan memberikannya bantuan di tengah keputusasaan dirinya. "Hah! Setidaknya Tuhan mendengar keluhan ku kali ini," gumam Ashraf sembari menatap para musuhnya satu persatu. Kini dia semakin semangat mengalahkan mereka, dia memukul dengan sangat brutal. "Ashraf, biar aku yang mengurus semuanya!" Ashley berkata tegas dari kejauhan. Di tengah kerusuhan dan juga serangan-serangan itu, Ashraf mengangguk paham. Di dekatnya, sudah ada Marco yang merangsek di tengah kerumunan dan juga anak buah Kwon Yuri yang membabi buta. "Mari selamatkan Yoriko Tuan Muda," ajak Marco ketika keadaan didekat mereka mulai terkendali. Ashraf mengangguk, "Ayo!"Keduanya kemudian menarik tali tambang yang mengikat Yoriko. Keduanya menarik tubuh Yoriko

  • Ashraf: Penguasa Terakhir    Sandiwara Untuk Perdana Menteri

    Jiang malah tersenyum lebar ketika melihat tubuh Xiaojun yang ambruk tidak sadarkan diri didepannya. Sedetik kemudian ekspresi wajahnya berubah, dia mendadak berpura-pura panik. "Tolong, siapapun tolong ada yang pingsan di sini!" Teriak Jiang sembari berjongkok di dekat tubuh Xiaojun yang terkapar di lantai rumah sakit. Kondisi koridor rumah saki yang sepi membuat perempuan itu harus berteriak agar mendapatkan bantuan. Tidak lama ada beberapa perawat yang datang dengan tergopoh-gopoh untuk membantu mengangkat tubuh Xiaojun. "Nona keluarga pria ini?" Tanya salah satu perawat begitu tubuh Xiaojun berhasil di pindahkan ke brangkar dan mulai di dorong menuju ruang ICU untuk mendapatkan pertolongan. Jiang mengangguk, "Benar. Aku tunangannya." Perawat itu mengangguk lalu beralih pada Xiaojun yang harus segera mendapatkan pertolongan. Begitu masuk ke ruang ICU, Jiang di hentikan oleh perawat. "Nona silahkan tunggu di luar." Jiang berpura-pura bersedih, dia hanya menatap kosong ke ruan

  • Ashraf: Penguasa Terakhir    Mati Konyol

    Ashraf hanya menatap datar dokumen yang ada di depannya. Kemudian dia mengalihkan pandangannya pada Kwon Yuri yang masih menodongkan pistol ke kepala Ashraf. "Tunggu apa lagi Ashraf? Cepat tanda tangani berkas ini!" Kwon Yuri memberikan penekanan pada setiap kalimatnya. Ashraf kemudian melangkah, dia tidak mengalihkan pandangannya ke mana pun. Pria itu masih setia menatap lurus ke arah lawannya. "Apa ucapan mu bisa di pegang Kwon Yuri?" Tanya Ashraf masih tetap dengan nada yang tenang. "Hah! Tentu saja, asalkan kau tanda tangan di berkas itu." Kwon Yuri semakin menekankan nada bicaranya. Ashraf kemudian memperhatikan sekeliling, dia berusaha mencari celah di antara banyaknya anak buah Kwon Yuri yang mengepung dirinya. Ashraf memutar otak, mencari cara terbaik agar bisa lepas dari tekanan Kwon Yuri. Dia bisa saja melakukan perlawanan dengan mudah, akan tetapi Ashraf tidak bisa memastikan keselamatan Yoriko karena tindakannya itu. Akan tetapi Ashraf malah memajukan tubuhnya pada

  • Ashraf: Penguasa Terakhir    Arsenik

    Ye Siwu tersenyum ramah dan membiarkan seorang pelayan pria yang memang telah dia ajak bekerjasama memberikan botol wine pada keluarga perdana menteri Chen Goufeng. "Permisi Perdana Menteri, aku ingin memberikan wine ini untuk anda." Pelayan itu berkata dengan sopan. Chen Goufeng yang tengah menunggu jawaban dari Xiao Jiang mendecik sebal atas kedatangan pelayan tersebut. Akan tetapi begitu melihat botol yang dibawa, amarah yang semula hendak keluar mendadak reda. "Xiaojun, ini wine yang kau maksud tadi?" Tanya Chen Goufeng pada sang putra. Karena memang sebelum ini, Xiaojun ingin memberikan wine pada sang ayah untuk merayakan pertunangan. Xiaojun yang melihat botol wine serta pelayan yang membawanya mengangguk mengiyakan. "Benar, itu yang aku ingin berikan pada ayah. Lagi pula aku menitipkan ini pada pelayan tadi," jawabnya. Ye Siwu sendiri menahan tawa, menertawakan kebodohan Xiaojun. Karena sebelum memerintah si pelayan, perempuan itu telah memilih siapa orang yang dipercaya

  • Ashraf: Penguasa Terakhir    Todongan Senjata Pengkhianat

    Ashraf hanya menggigit bibir bawahnya menahan emosi yang memuncak. Saat ini dia harus bisa menemukan kembali Yoriko. Akan tetapi dia juga tidak yakin kalau telepon yang dia terima ini akan membawanya pada perempuan itu.Di tengah kebimbangannya, Master Wang yang memang bisa berjalan meski tertatih-tatih itu mendekati Ashraf. "Siapa?" Tanyanya dengan lirih. Ashraf menggedikan bahunya, jawaban kalau dia tidak tahu siapa yang sedang menghubungi dirinya. Master Wang pun paham dengan jawaban yang diberikan. Pria itu berdiri di samping Ashraf, menunggunya menyelesaikan panggilan. ["Ku tanya sekali lagi Ashraf, apa kau mau tahu di mana keberadaan Yoriko?"] Tanya seseorang di seberang sana lagi, mengulangi pertanyaan sebelumnya. Ashraf memejamkan matanya, berpikir keras. Kemudian dia menjawab tenang. "Tentu, jadi katakan di mana perempuan itu?" Tanyanya. ["Kalau kau mau menemuinya, datang lah sendiri ke tempat yang aku katakan. Bagaimana?"]"Ya aku akan ke sana sendirian, jadi cepat ka

  • Ashraf: Penguasa Terakhir    Kalimat Satir

    Pertunangan Xiao Jiang dan Xiaojun terlaksana dengan baik, keduanya saling bertukar cincin di ikuti oleh sorak sorai para tamu yang ada. Tepukan gemuruh menggema di seluruh gedung tempat acara tersebut digelar. Xiaojun tampak tersenyum lebar, merasa menang atas Xiao Jiang. Dia melirik ke arah sang ayah yang tampak jauh lebih gembira dibanding dirinya. Sementara Xiao Jiang hanya memasang wajah datar. Dia tidak menampilkan ekspresi apa-apa, meskipun para tamu tampak memuji dirinya yang jauh lebih cantik di banding hari-hari biasanya. "Selamat atas pertunangan anda Nona Jiang dan Tuan Muda Cheng!"Para tamu kompak memberikan selamat pada keduanya. Setelah itu acara dilanjutkan dengan pesta. Akan tetapi Xiao Jiang tidak berniat bergabung dalam kerumunan. Perempuan itu malah duduk di kursi yang ada di sudut ruangan. Memperhatikan sekeliling ruangan beserta para tamu yang tampak menikmati acara tersebut. "Semua orang tampak bersenang-senang, tapi kenapa anda malah ada di sini Nona Jian

DMCA.com Protection Status