Jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari, tapi Ashraf masih juga terjaga. matanya enggan terpejam sejak tadi, dan dia kini duduk di depan kamarnya. masih dalam satu wilayah markas Blair Fulton, karena memang para anak buah kelompok mafia itu harus tinggal di tempat yang sama.
Ashraf memikirkan ucapan Yoriko, dia sadar bahwa keberadaannya di tempat ini sangatlah sulit. Para anggota Blair Fulton tidak pernah menghargai dirinya, setiap hari selalu saja ada penghinaan yang dia dapatkan. Meski begitu, Ashraf masih ragu untuk keluar dari sini. Tujuan utamanya belum juga tercapai."Jika aku keluar dari kelompok ini, waktu dua tahunku akan terbuang sia-sia. Aku sudah menghabiskan waktuku untuk mencari informasi yang aku butuhkan, kedua orangtuaku membutuhkan keadilan." Ashraf bergumam, dia memandang ke langit malam yang gelap gulita.Ashraf kembali mengingat alasan kenapa dia datang jauh-jauh dari Gangnam, Seoul ke kota Kungmin di China. Kedatangannya hingga bagaimana dia bisa masuk ke Blair Fulton."Tapi apa yang dikatakan Yoriko juga tidak salah, perlakuan Blair Fulton padaku memang keterlaluan." Ashraf meminum kopi yang sedari tadi ada di tangannya.Ashraf masih menimbang-nimbang keputusannya, bahkan hingga pagi hari dia tidak tidur sama sekali karena hal itu. Kemudian tepat jam tujuh pagi, setelah semua anggota selesai sarapan pagi. Salah satu anak buah kepercayaan Tuan Lan memerintahkannya untuk bertemu pemimpin Blair Fulton itu di ruangannya."Ada apa lagi Tuan Lan memintaku bertemu?" tanya Ashraf pada dirinya sendiri.Ashraf langsung berdiri dari tempat duduknya, dia segera pergi untuk menemui Tuan Lan yang kebetulan saat Ashraf menuju ruangannya pria gempal itu tengah berada di halaman markas untuk melihat para anggotanya tengah berlatih gulat."Tuan Lan," panggil Ashraf ketika dia sudah dekat sekali jangkauannya dengan Tuan Lan.Mendengar namanya di sebut, Tuan Lan sontak menoleh dan tersenyum sekilas. Tipis sekali, bahkan Ashraf saja tidak bisa melihatnya."Cepat pergi ke ruanganku dan baca berkas yang aku tinggalkan di sana. Setengah jam lagi aku akan menemui mu." Tuan Lan memerintah dengan cepat, setelah itu dia Kembali fokus mengawasi para anggotanya.Rupanya pria itu yang turun tangan sendiri untuk melatih ilmu bela diri para anggota Blair Fulton. Gulat misalnya, itu adalah salah satu keahliannya.Meninggalkan Tuan Lan, Ashraf segera pergi ke ruangan pria itu dan melakukan apa yang diperintahkan padanya.Di atas meja kerja, Ashraf memang melihat ada sebuah amplop coklat yang teronggok di sana. Dengan cekatan dia membuka dan membacanya, saking semangatnya dia bahkan membaca surat itu dengan terburu-buru bahkan masih sambil berdiri."Diamond exhibition invitation in France. on December 1st 2023."[Undangan pameran berlian di Perancis, Pada 1 Desember 2023.]Ashraf mengerutkan keningnya tidak mengerti, ini hanya pameran berlian lalu Kenapa Tuan Lan tampak sangat serius sekali?Lalu apa untungnya bagi kelompok mafia untuk pergi ke pameran berlian. Padahal Blair Fulton sendiri masih sibuk mengurus salah satu musuh mereka yakni keluarga Henderson, yang sudah mengambil pasar Blair Fulton dalam sektor narkotika."Apa misi ku kali berkaitan dengan pameran berlian ini?" Ashraf bertanya-tanya pada dirinya sendiri, dia bahkan membolak-balik undangan itu berharap ada hal menarik yang bisa dia jadikan sebagai clue misi yang akan dia kerjakan."Misi mu bukan hanya itu Ashraf!"Ashraf langsung berbalik ketika mendengar suara khas milik Tuan Lan menyapa Indra pendengarannya."Jadi apa yang kau perintahkan Tuan?" Ashraf bertanya sambil menunggu Tuan Lan duduk di kursi kebanggaannya.Akan tetapi bukannya duduk Tuan Lan malah mengeluarkan pistol dari dalam saku jas yang dia kenakan, sayangnya pistol itu di arahkan tepat ke arah Ashraf yang berdiri tepat di depannya.Dengan mata yang merah Tuan Lan menatap wajah Ashraf serius, ruangan itu lengang seketika. Suasana mendadak sangat mencekam.Apa-apaan ini, Ashraf datang ke sini yg untuk mendapatkan informasi terkait misinya bukan untuk di habisi seperti ini."A-apa yang anda lakukan Tuan Lan?" tanya Ashraf yang berusaha tenang, dia tidak mau Tuan Lan mendengar suaranya yang bergetar ketakutan.Jantung Ashraf sudah berdegup lebih kencang dari sebelumnya, matanya sudah awas memperhatikan setiap gerak-gerik Tuan Lan berikutnya.Todongan senjata api tepat di wajahnya bahkan ketika dia belum siap apapun, membuatnya makin tidak karuan."Tu-tuan," cicit Ashraf yang berusaha mengulur waktu, dia mundur beberapa langkah.Tuan Lan dengan seringainya, hanya menatap Ashraf dingin sukses membuat siapa saja tertunduk kaku. Menurut pengamatan Ashraf, Tuan Lan ini punya sisi lain yang tersembunyi dan amat mengerikan. Karena itu dia perlu berhati-hati."Aku ingin kamu melakukan hal ini pada musuhmu nanti Ashraf Samar Anand," ucap Tuan Lan kemudian dengan cepat dia menarik lagi todongan senjata itu hingga ke tempat aman yaitu di dalam saku jasnya.Di saat itulah Ashraf bisa bernafas lega, sangat lega bahkan setelah sepersekian detik tadi merasa bahwa hari ini dia akan melihat alam baka."Aku ingin kamu todong dan gertak orang yang akan kamu temui nanti, malam nanti kita akan menghadiri pameran berlian itu." Tuan Lan berkata dingin, dia bahkan sudah menatap Ashraf dengan tatapan tenang tapi juga menusuk."Siapa yang akan aku habisi kali ini Tuan? dan bukankah kita masih harus mengurus keluarga Henderson?" Ashraf berusaha melancarkan cara bicaranya yang gelagapan karena sangat terkejut tadi.Tuan Lan terkekeh mendengar jawaban dari Ashraf yang menurutnya sangat sok tahu. Dia tidak paham dengan apa yang sedang Tuan Lan inginkan."Apa menurutmu semua misi harus punya tujuan membunuh seseorang?" Tuan Lan balik bertanya, dan itu malah membuat Ashraf makin bertanya-tanya."Jadi apa yang sebenarnya tuan inginkan?" Ashraf tidak kalah cerdiknya, dia justru menginginkan agar Tuan Lan sendiri yang mengatakan apa maksudnya dengan jelas tanpa harus Ashraf ang menebaknya.Tuan Lan menaikkan sebelah alisnya, dan akhirnya dia menyunggingkan senyum."Aku ingin kamu membuat seseorang mati secara perlahan bahkan dalam keadaan dipermalukan seperti katamu kemarin. Di pameran berlian itu, ada seorang wanita yang menghadirinya, wanita cantik itu pasti akan dijaga oleh banyak orang. Hanya saja, kamu tidak perlu takut. Aku akan mengirimkan banyak anak buah untuk menemani." Tuan Lan lalu duduk dan menopang dagu di atas meja dan memperhatikan gerak-gerik Ashraf yang tampak sekali kebingungan.Ashraf sedikit gusar, sebab dia tidak tahu siapa targetnya dengan tepat. Yang benar saja?"Kamu akan pergi dengan Xiao Jiang, jadi aku harap kamu tidak bersikap kasar padanya. Ingat Ashraf, kalau Xiao Jiang adalah putriku, Putri dari Xiao Lan! Jadi perlakukan dia dengan baik!" Tuan Lan memberikan penekanan ketika mengatakan bahwa Xiao Jiang adalah putrinya."Baik Tuan," jawab Ashraf dengan patuh.Kemudian Ashraf pergi dari ruangan Tuan Lan sambil membawa undangan pameran berlian ditangannya. Tak hanya itu saja, Tuan Lan juga memberikan amplop lain, katanya di dalam sana akan ada informasi tentang siapa target misinya kali ini.Ashraf kemudian menuju ke halaman belakang markas besar Blair Fulton, untungnya di sana sangat sepi tidak ada orang yang berlalu lalang. Oleh karena itu Ashraf duduk di bangku dan membuka amplop tersebut.Belum sempat dia membukanya, satu panggilan dari seorang gadis membuatnya menoleh ke sumber suara."Ashraf!"Ashraf melambaikan tangannya mendengar itu, rupanya Yoriko lah yang memanggil. Dengan cepat gadis itu menghampirinya dan duduk bersebalahan dengan Ashraf."Apa itu?" tanyanya begitu duduk di samping Ashraf."Undangan pameran berlian di Paris, juga berkas tentang target misi ku kali ini." Ashraf menjawabnya tenang. Karena memang diantara mereka berdua tidak ada satupun rahasia.Yoriko mengangguk paham, "Buka saja! Aku juga mau lihat siapa targetmu kali ini."Ashraf pun menurutinya, dia buka amplop lain yang Tuan Lan berikan padanya. Yoriko dan Ashraf sama-sama memperhatikan foto perempuan berusia awal dua puluhan di dalam potret tersebut. Di balik kertas foto itu ada informasi si target secara singkat, dan perintah untuk membunuhnya."Ashraf i-ini?" Yoriko bertanya dengan terbata-bata. Dia kaget setengah mati melihat siapa yang Tuan Lan ingin habisi melalui tangan Ashraf."Bagaimana ini?"Ashraf dan Yoriko sama-sama tercengang, mereka membelalakkan matanya sempurna. "Tidak mungkin, mana bisa kau membunuhnya Ashraf?" tanya Yoriko dengan keterkejutan yang amat kentara. Ashraf diam, dia mengusap wajahnya kasar. "Tuan Lan keparat! Mana mungkin aku membunuh adikku sendiri?" Ya benar!Perempuan muda dalam foto itu adalah adik kandung Ashraf satu-satunya. Lizi Baehaqie Anand namanya, gadis cantik yang lembut. Perempuan itu juga satu-satunya anggota keluarga Ashraf yang tersisa, setelah pembantaian massal keluarga besarnya dua tahun silam. "Ba-bagaimana Tuan Lan menjadikan adikmu target misi Ashraf, apa mungkin ada yang membocorkan identitasnya?" Tanya Yoriko yang masih panik. "Tidak mungkin ada yang membocorkan identitas Lizi, dia juga selalu hidup dengan baik. Aku sendiri yang memastikan kalau Lizi tidak bersinggungan dengan mafia manapun. Tapi bisa-bisanya Tuan Lan menjadikannya target?" Tanya Ashraf yang sejujurnya masih sangat bingung. Ashraf berusaha memutar otak,
Ashraf terkejut, benar-benar terkejut hingga dia sempat mematung beberapa detik. Jadi, Lizi sudah tahu siapa pelaku di balik hilangnya nyawa keluarga besar mereka?Jika begitu, kenapa perempuan itu tidak memberitahukan hal itu padanya?"Apa yang sebenarnya Lizi rencanakan sekarang?" tanya Ashraf dalam hati. Xiao Jiang kemudian menghela nafas berat dan kembali berujar. "Kau sudah tahu semuanya bukan? jadi bekerjalah dengan baik dan habisi Lizi hari ini juga!" Setelah mengatakan hal itu Xiao Jiang segera berbalik badan, dia buru-buru keluar dari kamar hotel Ashraf dan kembali ke kamarnya sendiri. Pameran berlian itu akan dimulai kurang dari dua jam lagi, jadi perempuan itu juga harus bersiap. Tepat pukul sembilan pagi, Ashraf dan Xiao Jiang turun dari mobil mewah yang memang Tuan Kan siapkan sebagai kebutuhan mereka selama di Prancis. Blair Fulton tidak hanya diwakili oleh keduanya saja, Tuan Lan sudah mengirimkan setidaknya lima algojo lainnya untuk melindungi sang putri selama di t
Selepas membaca surat kaleng itu Tuan Lan buru-buru masuk ke ruang kerjanya. Dia mengurungkan niat untuk pergi dari markas. Dengan gerakan cepat Tuan Lan menutup pintu. Dan segera menelfon sang putri, Xiao Jiang yang memang saat ini berada di satu kota yang sama dengan Ashraf. "Xiao Jiang, angkat telfonnya!" Tuan Lan menggeram tidak sabaran. Dia benar-benar cemas sekarang. Berulang kali dia berusaha menghubungi Xiao Jiang tapi belum juga ada balasan sama sekali. Karena kesal, dia membanting ponselnya ke lantai hingga hancur berkeping-keping. "Pemimpin El Abro harus benar-benar berakhir, jika mereka masih memiliki keturunan akan sangat sulit mengalahkan El Abro sebagai kelompok mafia terkuat di Asia." Tuan Lan bergumam atas kekhawatirannya. Sedangkan di sisi lain, tepatnya di hotel tempat gelaran pameran berlian itu berlangsung. Xiao Jiang sedang duduk bersembunyi di balik vas bunga besar yang ada di ruangan. Nafasnya terengah-engah, karena sebelumnya gadis itu ikut bertarung mengh
Ashraf dan Lizi sedang berada di kabin pesawat pribadi milik keluarga mereka. Keduanya hanya diam dan masih sibuk dengan pikiran masing-masing. Sementara Yoriko yang ada di antara keduanya hanya bisa menunggu, dia tidak mungkin mengusik dua kakak-beradik itu begitu saja. "Ashley, kapan kita akan sampai di Gangnam?" tanya Yoriko yang mulai bosan, dia bertanya pada co-pilot yang ada di pesawat pribadi itu. "Sekitar tengah malam kita sudah bisa sampai Yoriko. Lebih baik kau beristirahat saja sebelum sampai," jawab Ashley dengan senyuman yang ramah di wajahnya. Yoriko menghela nafas kasar, kemudian dia sedikit melirik ke arah dimana Ashraf dan Lizi duduk. keduanya memang duduk berhadapan, tapi tidak ada yang mau berbicara lebih dulu. Itu membuat Yoriko tidak nyaman sama sekali. Gerak-gerik Yoriko itu ditangkap oleh Ashley, dia tahu kalau rekannya itu tidak bisa berlama-lama dalam situasi yang canggung. "Kau sangat bosan? jika iya lebih baik memisahkan diri dari kabin mereka," usul As
Mendengar pertanyaan dari Lizi, Ashraf hanya bisa diam dan tidak menjawab atau memberikan alasan apa-apa. Pria tiga puluh tahun itu malah meninggalkan Lizi dan Yoriko begitu saja menuju sisi kabin yang lain. Lizi sangat kesal karena tak mendapatkan jawaban yang dia inginkan. Sedangkan Yoriko lebih memilih untuk bungkam, dia sudah tahu apa alasan yang ada di dalam hati Ashraf. "Kenapa kakak terlihat lemah seperti itu setelah kembali dari Blair Fulton? apa yang terjadi padanya?" Lizi bertanya pada Yoriko. "Aku tidak tahu, mungkin Ashraf sedang lelah saja. Atau dia tengah memikirkan strategi yang tepat," jawab Yoriko yang berusaha meyakinkan Lizi. "Hmm ya, anggap saja aku percaya akan hal itu." Lizi menanggapinya dengan tidak minat. Yoriko tahu kenapa Ashraf seperti itu, dia paham dan sangat mengerti apa saja yang terjadi pada Ashraf selama berada di Blair Fulton. "Kau tidak akan rela menyerang Blair Fulton karena di sana ada Xiao Jiang, benarkan Ashraf?" Yoriko membatin sembari me
Ashraf masih saja fokus pada sasarannya dalam latihan tembak, berkali-kali peluru di lepaskan dan semuanya meleset. Tidak ada satupun yang tepat mengenai titik target dengan benar. Padahal biasanya Ashraf bisa mendapatkan skor yang sempurna. Selain itu keterampilannya dalam menggunakan senjata api sudah tidak perlu diragukan lagi. Tapi entah kenapa malam ini dia tidak bisa fokus sama sekali. "Ashraf, kau butuh istirahat. Bukannya berlatih menembak tengah malam begini."Ashraf yang memang tidak fokus pun meletakkan pistolnya di atas meja. Dia melepaskan kacamata latihannya dan menoleh pada sumber suara. Rupanya dia tidak sadar jika sedari tadi Yoriko sudah ada di satu ruangan bersamanya. "Kau juga tidak seharusnya ada di sini Yoriko, kau juga perlu istirahat." Ashraf berkata dingin. Yoriko mengangguk mengiyakan, "Aku tahu. Tapi saat ini ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu.""Kalau begitu katakanlah dengan cepat," tandas Ashraf yang memilih duduk di salah satu kursi di ruangan
Yoriko menghela nafas kasar kemudian dia mengatur duduknya agar lebih nyaman. Jujur saja dia masih bingung harus menjawab apa. "Aku memang cukup dekat dengan Ashraf Tuan, tapi tidak sampai aku tahu bagaimana latar belakangnya. Kau tahu bukan, kalau di kelompok mafia dilarang untuk saling berbagi informasi pribadi." Yoriko memberikan jawaban yang paling aman. Ada jeda yang cukup lama dari Tuan Lan untuk memberikan tanggapan atas jawaban Yoriko. ["Benarkah?"]"Iya Tuan, bukankah itu juga peraturan yang anda tetapkan pada kami saat pertama kali masuk ke Blair Fulton?" Yoriko malah membalikkan situasi. Dia tidak mau menjadi orang yang terkesan sedang disudutkan. ["Kau benar Yoriko, kau memang anggota yang bijak dan pintar. Kau mengingat semua hal tentang Blair Fulton dengan baik,"] tanggap Tuan Lan. Akan tetapi perasaan Yoriko tidak enak, dia kemudian memilih diam. Menunggu Tuan Lan melanjutkan kalimatnya yang terkesan sengaja di berikan jeda. ["Tentunya kau tidak akan lupa tentang
Pagi-pagi sekali Lizi sudah turun ke lapangan tempat para anggota El Abro berlatih. Pagi ini Kizi sendiri yang turun tangan dalam latihan para anak buahnya. "Semuanya kalian harus berlatih dengan keras, karena dalam waktu dekat kita akan melakukan serangan besar!" Seru Lizi dihadapan lima puluh orang anggota El Abro. Lima puluh orang ini adalah anggota yang tinggal satu kawasan dengan kediaman keluarga Choi. Sedangkan sebagian besar anggota yang lain, yang jumlahnya mencapai ratusan itu berada di markas besar. Tidak jauh dari kediaman keluarga Choi yang ada di pinggir kota Gangnam. "Baik Nona!" Jawab para anggota dengan sangat lantang. Pagi ini mereka semua berlatih gulat, dan juga keterampilan bela diri yang lain. Lizi mengawasi mereka semua dengan seksama, perempuan dua puluh satu tahun itu memperhatikan bagaimana anak buahnya berlatih. "Nona Lizi!"Satu panggilan membuat Lizi menolehkan kepalanya ke sumber suara. Seorang pria muda dengan kemeja hitam dan celana panjang senada
Ashraf panik, dia berlari menuju tubuh Yoriko yang langsung tidak sadarkan diri. Perempuan itu berkorban demi dirinya, Yoriko sangat takut mati. Tapi dia bersedia tertembak demi orang yang dia cintai, yaitu Ashraf. Ashraf memeluk tubuh Yoriko yang mulai lemas. Di rengkuhnya tubuh perempuan berdarah Jepang-Korea Selatan itu. "Yoriko bangun!" Ucapnya berusaha membuat perempuan itu tersadar. Namun tidak ada respon yang diterima dari rekan sekaligus teman baiknya itu. Ashraf menundukkan kepalanya dalam-dalam, dia menyesal. "Sudah aku katakan sebelumnya Yoriko, jangan pernah pertaruhkan nyawa demi cinta. Tapi kau selalu keras kepala."Marco yang juga melihat itu merasa geram, kini hanya ada lima anggota Blair Fulton yang menjaga di sekitar Jeep tempat Tuan Lan dan Xiao juang bersembunyi."Keluar kalian dasar pengecut!" Teriak Marco tidak terima. Dia mengambil alih senapan yang masih dipegang oleh jasad beberapa anggota Blair Fulton yang telah tewas. Marco mulai menembaki para anggota
Tuan Lan dan Xiao Jiang segera bertolak menuju Gangnam begitu proses pemakaman Chen Goufeng dan keluarganya selesai. Kini status Xiao Jiang sendiri cukup terkenal sebagai tunangan mendiang putra perdana menteri. Oleh karena itu Xiao Jiang perlu berhati-hati dalam bertindak di negara asalnya. Akan tetapi tidak ketika dia dan sang ayah berada di Gangnam. Mereka langsung mengepung markas besar El Abro begitu mendapatkan kabar bahwa orang kepercayaan Blair Fulton, Kwon Yuri tewas ditangan Ashraf. Dor!Dor!Dor!Tembakan-tembakan dilepaskan secara tepat sasaran ke arah orang-orang Blair Fulton yang bersembunyi di pepohonan. Setidaknya, Tuan Lan membawa seratus orang anggota Blair Fulton mengepung markas besar El Abro. Hanya lima belas orang saja yang dapat dilihat oleh pihak lawan. Sedangkan sisanya bersembunyi dengan baik, berkamuflase dengan lingkungan tempat sekitar markas besar El Abro. Letak markas yang dikelilingi oleh lahan berisi pepohonan sebagai kamuflase pun memberi jalan ke
Yoriko ditangani dengan baik dan sadar setelah tidak sadarkan diri kurang lebih tiga jam lamanya. Perempuan itu di bius oleh Kwon Yuri begitu dia kalah di dalam penyerangan di hotel milik Senor Hugo. Sebenarnya jika bukan karena jumlah lawan yang tidak sepadan, dan pihaknya tidak dicurigai. Pasti Yoriko tidak akan mudah dibawa oleh orang-orang suruhan Kwon Yuri itu. "Bagaimana keadaan mu Yoriko, apa ada yang masih sakit?" Tanya Ashraf begitu perempuan itu membuka mata. Yoriko tidak segera menjawab, dia malah mengernyitkan dahinya. Merasa heran kenapa Ashraf ada saat dia membuka mata, padahal di ingatan terakhirnya tidak ada pria itu di hotel Senor Hugo. "Ashraf, kau ada di sini?" Tanyanya heran. "Iya aku di sini kenapa? Apa ada yang salah?" Ashraf malah balik bertanya. Sementara di belakangnya ada Ashley dan juga Marco yang tersenyum lebar melihat rekan mereka sadar. "Tidak, maksud ku. Bagaimana kau bisa datang, padahal kau tidak ada di hotel Senor Hugo saat aku di bawa oleh ora
Di tengah-tengah serangan, Ashraf bisa melihat dari kejauhan kalau dia tidak lagi sendirian. Selain Ashley yang memang membantu dirinya, dia bisa melihat ada beberapa anggota yang lain datang membantu. Ashraf tersenyum kecil, dia merasa Tuhan benar-benar ada dengan memberikannya bantuan di tengah keputusasaan dirinya. "Hah! Setidaknya Tuhan mendengar keluhan ku kali ini," gumam Ashraf sembari menatap para musuhnya satu persatu. Kini dia semakin semangat mengalahkan mereka, dia memukul dengan sangat brutal. "Ashraf, biar aku yang mengurus semuanya!" Ashley berkata tegas dari kejauhan. Di tengah kerusuhan dan juga serangan-serangan itu, Ashraf mengangguk paham. Di dekatnya, sudah ada Marco yang merangsek di tengah kerumunan dan juga anak buah Kwon Yuri yang membabi buta. "Mari selamatkan Yoriko Tuan Muda," ajak Marco ketika keadaan didekat mereka mulai terkendali. Ashraf mengangguk, "Ayo!"Keduanya kemudian menarik tali tambang yang mengikat Yoriko. Keduanya menarik tubuh Yoriko
Jiang malah tersenyum lebar ketika melihat tubuh Xiaojun yang ambruk tidak sadarkan diri didepannya. Sedetik kemudian ekspresi wajahnya berubah, dia mendadak berpura-pura panik. "Tolong, siapapun tolong ada yang pingsan di sini!" Teriak Jiang sembari berjongkok di dekat tubuh Xiaojun yang terkapar di lantai rumah sakit. Kondisi koridor rumah saki yang sepi membuat perempuan itu harus berteriak agar mendapatkan bantuan. Tidak lama ada beberapa perawat yang datang dengan tergopoh-gopoh untuk membantu mengangkat tubuh Xiaojun. "Nona keluarga pria ini?" Tanya salah satu perawat begitu tubuh Xiaojun berhasil di pindahkan ke brangkar dan mulai di dorong menuju ruang ICU untuk mendapatkan pertolongan. Jiang mengangguk, "Benar. Aku tunangannya." Perawat itu mengangguk lalu beralih pada Xiaojun yang harus segera mendapatkan pertolongan. Begitu masuk ke ruang ICU, Jiang di hentikan oleh perawat. "Nona silahkan tunggu di luar." Jiang berpura-pura bersedih, dia hanya menatap kosong ke ruan
Ashraf hanya menatap datar dokumen yang ada di depannya. Kemudian dia mengalihkan pandangannya pada Kwon Yuri yang masih menodongkan pistol ke kepala Ashraf. "Tunggu apa lagi Ashraf? Cepat tanda tangani berkas ini!" Kwon Yuri memberikan penekanan pada setiap kalimatnya. Ashraf kemudian melangkah, dia tidak mengalihkan pandangannya ke mana pun. Pria itu masih setia menatap lurus ke arah lawannya. "Apa ucapan mu bisa di pegang Kwon Yuri?" Tanya Ashraf masih tetap dengan nada yang tenang. "Hah! Tentu saja, asalkan kau tanda tangan di berkas itu." Kwon Yuri semakin menekankan nada bicaranya. Ashraf kemudian memperhatikan sekeliling, dia berusaha mencari celah di antara banyaknya anak buah Kwon Yuri yang mengepung dirinya. Ashraf memutar otak, mencari cara terbaik agar bisa lepas dari tekanan Kwon Yuri. Dia bisa saja melakukan perlawanan dengan mudah, akan tetapi Ashraf tidak bisa memastikan keselamatan Yoriko karena tindakannya itu. Akan tetapi Ashraf malah memajukan tubuhnya pada
Ye Siwu tersenyum ramah dan membiarkan seorang pelayan pria yang memang telah dia ajak bekerjasama memberikan botol wine pada keluarga perdana menteri Chen Goufeng. "Permisi Perdana Menteri, aku ingin memberikan wine ini untuk anda." Pelayan itu berkata dengan sopan. Chen Goufeng yang tengah menunggu jawaban dari Xiao Jiang mendecik sebal atas kedatangan pelayan tersebut. Akan tetapi begitu melihat botol yang dibawa, amarah yang semula hendak keluar mendadak reda. "Xiaojun, ini wine yang kau maksud tadi?" Tanya Chen Goufeng pada sang putra. Karena memang sebelum ini, Xiaojun ingin memberikan wine pada sang ayah untuk merayakan pertunangan. Xiaojun yang melihat botol wine serta pelayan yang membawanya mengangguk mengiyakan. "Benar, itu yang aku ingin berikan pada ayah. Lagi pula aku menitipkan ini pada pelayan tadi," jawabnya. Ye Siwu sendiri menahan tawa, menertawakan kebodohan Xiaojun. Karena sebelum memerintah si pelayan, perempuan itu telah memilih siapa orang yang dipercaya
Ashraf hanya menggigit bibir bawahnya menahan emosi yang memuncak. Saat ini dia harus bisa menemukan kembali Yoriko. Akan tetapi dia juga tidak yakin kalau telepon yang dia terima ini akan membawanya pada perempuan itu.Di tengah kebimbangannya, Master Wang yang memang bisa berjalan meski tertatih-tatih itu mendekati Ashraf. "Siapa?" Tanyanya dengan lirih. Ashraf menggedikan bahunya, jawaban kalau dia tidak tahu siapa yang sedang menghubungi dirinya. Master Wang pun paham dengan jawaban yang diberikan. Pria itu berdiri di samping Ashraf, menunggunya menyelesaikan panggilan. ["Ku tanya sekali lagi Ashraf, apa kau mau tahu di mana keberadaan Yoriko?"] Tanya seseorang di seberang sana lagi, mengulangi pertanyaan sebelumnya. Ashraf memejamkan matanya, berpikir keras. Kemudian dia menjawab tenang. "Tentu, jadi katakan di mana perempuan itu?" Tanyanya. ["Kalau kau mau menemuinya, datang lah sendiri ke tempat yang aku katakan. Bagaimana?"]"Ya aku akan ke sana sendirian, jadi cepat ka
Pertunangan Xiao Jiang dan Xiaojun terlaksana dengan baik, keduanya saling bertukar cincin di ikuti oleh sorak sorai para tamu yang ada. Tepukan gemuruh menggema di seluruh gedung tempat acara tersebut digelar. Xiaojun tampak tersenyum lebar, merasa menang atas Xiao Jiang. Dia melirik ke arah sang ayah yang tampak jauh lebih gembira dibanding dirinya. Sementara Xiao Jiang hanya memasang wajah datar. Dia tidak menampilkan ekspresi apa-apa, meskipun para tamu tampak memuji dirinya yang jauh lebih cantik di banding hari-hari biasanya. "Selamat atas pertunangan anda Nona Jiang dan Tuan Muda Cheng!"Para tamu kompak memberikan selamat pada keduanya. Setelah itu acara dilanjutkan dengan pesta. Akan tetapi Xiao Jiang tidak berniat bergabung dalam kerumunan. Perempuan itu malah duduk di kursi yang ada di sudut ruangan. Memperhatikan sekeliling ruangan beserta para tamu yang tampak menikmati acara tersebut. "Semua orang tampak bersenang-senang, tapi kenapa anda malah ada di sini Nona Jian