Malam ini, aku memakai Dress merah, yang dipilihkan oleh Shinta. Aku memandang diriku dipantulan cermin, sebentar lagi aku akan bertemu dengan seseorang yang akan dijodohkan denganku. Sebelum keluar, aku mengambil handphoneku yang ada di meja rias, dan menekan nomor yang ingin aku hubungi.
"Hallo, Sapi. Ada apa?" tanya seseorang dari sebrang sana.
"Malam ini gue bakal dijodohin sama orang Frey," jawabku.
"What? Lo gak kidding-kidding kan?" ucap Freya.
Aku menghela napas panjang. "Gue serius Frey, masa gue bohong,"
"Pasti Ibu tiri lo yang jodohin Lo ya?"
"Iya lah, siapa lagi kalau bukan dia,"
"Lo yang sabar ya Sapi,"
"Kalau Rezvan tau gimana?"
"Lo gak usah mikirin Rezvan dulu. Nih ya kalau pilihan nyokap tiri lo gak sesuai, baru deh lo nolak. Tapi kalau ganteng, lo mau nolak juga, gak apa-apa. Lo kasih aja buat gue," ucap Freya tertawa.
"Syaffira, ayo keluar! Pihak pria sudah datang," ucap Ibu tiriku dari balik pintu.
"Bentar," ucapku kepada Shinta.
"Yaudah, makasih ya Frey, gue mau siap-siap, Lo jangan kasih tau dulu soal ini sama Rezvan,"
"Ok, sama-sama cantik. Good luck,"
Aku mematikan sambungan teleponnya dan keluar kamar. Aku berjalan ke arah ruang tamu, terlihat, dari jauh sudah ada beberapa orang yang tengah mengobrol dengan Ibu tiriku. Kemudian, aku menghampiri Shinta. Semua menyambutku dengan hangat, terkecuali seorang laki-laki yang memakai masker, yang sedari tadi menunduk.
"Ini anak saya," ucap Shinta manis kepada mereka.
"Wah, cantik banget ya anaknya, gak salah kita ngejodohin anak kita ya Pah, sama anaknya Jeng Shinta," ucap wanita paruh baya, yang berpenampilan sangat nyentrik itu.
Aku tersenyum tipis, ketika Tante itu memegang daguku. Tak lupa, sesekali aku melirik ke arah laki-laki yang sepertinya tak asing bagiku.
"Jadi rencananya gimana, kapan kita akan menikahkan mereka berdua?" tutur seorang laki-laki paruh baya, yang tak lain adalah Suami dari Tante itu.
"Secepatnya aja Pah, gimana setuju kan Jeng?" ucap Tante itu lagi kepada Ibuku.
"Ya, aku sih setuju aja Jeng."
Aku hanya terdiam pasrah, dengan jawaban Shinta, Ibu tiriku. Sebenarnya aku tidak ingin menikah secepatnya. Tapi, mau gimana lagi Shinta tiba-tiba menjodohkanku. Seharusnya dia tanyakan dulu padaku, dan gak seenaknya langsung setuju dengan perjodohan ini.
Karena penasaran dengan seseorang yang di hadapanku. Aku memberanikan diri untuk menyapanya.
"Hallo gue, Syaffira Adinaya. Nama lo siapa?" tanyaku menjulurkan tangan kepadanya.
Aku seketika terkejut, ketika laki-laki itu mendongak dan membuka maskernya. "Lho, Asdos galak?" ucapku.
Dia juga terlihat tak kalah terkejutnya denganku. Hanya saja, Asdos galak itu menutupinya, dengan bersikap biasa saja.
"Saya Alterio Reiki," ucapnya membalas juluran tanganku. Sedangkan aku terpaku, tak percaya dengan takdir ini.
"Jadi kalian udah saling kenal?" tanya Ibu Alter.
Kemudian aku mengangguk. "Dia kan Asisten dosen, aku di kampus. Tan," jawabku.
Ketiga orang tua itu, terkekeh kecil. Seakan-akan perkenalanku dengan Asdos galak itu, lucu.
Ini sebenarnya sebuah kebetulan atau memang takdir ya, Tuhan?
***
"Mampus lo, Sya. Mampus! Kenapa juga gue harus dijodohin sama Asdos galak itu sih," ucap Syaffira bermonolog, sambil menepuk-nepuk jidatnya.
Saat ini, ia sedang berada di tepi kolam renang. Syaffira sudah meminta izin sebentar kepada Shinta, dengan alasan ingin ke toilet.
"Apa susahnya untuk jujur," suara itu, membuat Syaffira terkejut dan berbalik menghadap laki-laki di hadapannya.
"Lo ngapain di sini?" tanya Syaffira.
"Bukannya kamu izin ke toilet, bukan ke kolam renang?" ujar Alter memutar balikkan pertanyaan.
"Hm... Itu iya tadi emang habis ke toilet, terus habis itu langsung ke sini," Alibi Syaffira kikuk.
Alter hanya terdiam. Seraya duduk di kursi dekat kolam renang, sambil menatap layar handphonenya. Syaffira sesekali melirik Alter, kemudian ia memberanikan diri untuk duduk di sebelah Alter.
"Jujur ya, gue. Sebenarnya tuh gak mau dijodohin sama lo. Asal Lo tahu ya, gue ini udah punya pacar dan gue sayang banget sama dia. Jadi gue, Syaffira meminta lo untuk membatalkan perjodohan ini ya, plis. Emang lo mau punya istri manja kayak gue, nggak kan?" tutur Syaffira gamblang.
Alter mendekatkan wajahnya lebih dekat dengan wajah Syaffira, dan memandang wajah gadis itu dengan lekat. Hal itu membuat Syaffira gugup setengah mati, dan jantungnya berdetak sangat cepat.
"Lo... Lo mau ngapain? Jangan macam-macam sama gue," ujar Syaffira panik.
Alter menyunggingkan senyumnya. Lalu beranjak berdiri, sebelum Alter meninggalkan Syaffira di tepi kolam, Ia berucap. "Saya, tidak akan membatalkan perjodohan ini!" tegasnya, lalu pergi begitu saja.
"Why?" teriak Syaffira.
Syaffira melangkahkan kakinya ke dalam ruangan Asdos galak, yang akan menjadi suaminya. Pagi ini, ia ingin meminta keringanan untuk hukuman yang Alter berikan kepadanya. Syaffira mengetuk pintu terlebih dahulu."Permisi," ucap Syaffira sembari mengetuk pintu."Masuk!" ujar Alter dari balik pintu.Kemudian Syaffira memasuki ruangan Alter dan duduk di hadapannya yang terhalang oleh meja."Ada perlu apa kamu ke sini?" tanya Alter sinis, tanpa melihat wajah Syaffira.Demi apa, Syaffira ingin mengutuk seseorang yang ada di hadapannya sekarang. Bisa-bisanya dia sinis ke Syaffira. Bukankah yang ada di hadapannya kini calon istrinya.Syaffira menghela napas. "Asdos yang terhormat, apakah boleh saya meminta anda untuk tidak mengeluarkan saya dari mata kuliah anda? Bukankah Bu Yuni saja tidak pernah mengeluarkan saya?" terang Syaffira baku.Lelaki itu hanya terdiam. Sibuk dengan laptopnya. Sedangkan Syaffira
Sekitar satu jam, kelas selesai. Syaffira, tidak seperti biasanya. Ia lebih rajin dari sebelumnya. Entah itu karena ancaman Alter yang membuatnya berubah atau yang lainnya. Yang terpenting, Syaffira sudah memperbaiki kebiasaan buruknya, yang sering tertidur saat jam pelajaran.Syaffira berjalan menelusuri koridor, sambil menatap layar handphone. Gadis itu, sedari tadi memesan taksi online. Namun, belum dapat. Sedangkan Syaffira harus cepat-cepat menjenguk Rezvan."Mau saya antar?" tawaran dari seorang laki-laki, membuat Syaffira menoleh.Syaffira memandang cowok di hadapannya dengan perasaan jengah. "Gak perlu," jawab Syaffira berbalik."Bukankah kamu sedang buru-buru ke rumah pacar kamu?" tanya Alter, mensejajarkan langkahnya dengan Syaffira.Syaffira menghentikan langkahnya, lalu menghadap Alter. "Kok lo bisa tau, gue mau ke rumah Rezvan. Jangan-jangan lo cenayang ya?"Alter mengerutkan keningnya. "Saya
Sesampainya di rumah besar milik keluarga Adinaya. Syaffira langsung turun dari mobil Alter, dan langsung memasuki rumahnya tanpa berpamitan terlebih dahulu kepada Alter.Syaffira disambut Shinta, yang berada di ruang tamu, yang sedari tadi menunggu kepulangan Syaffira. Syaffira melewati Shinta begitu saja, dan menaiki anak tangga menuju kamarnya.Shinta bisa memaklumi Syaffira, yang selalu bersikap tidak peduli kepadanya. Syaffira memang tidak pernah setuju dengan pernikahan Shinta dan Ayahnya. Syaffira selalu berpikir Shinta, hanya ingin menguasai harta Adinaya. Namun, kenyataannya tidak seperti itu. Bahkan, Shinta terpaksa menikah dengan Adinaya. Karena, permintaan dari Lisa, ibu kandung Syaffira, sebelum meninggal.Dulu Shinta, Lisa dan Adinaya bersahabat dari SMA, hingga sampai akhirnya setelah mereka lulus kuliah, Adinaya memutuskan untuk menikahi Lisa. Dan saat Syaffira berumur tujuh tahun, Lisa meninggal karena kanker hati yang di deritanya.&
Alter terus mempercepat laju mobilnya, hingga akhirnya sampai di rumah kediaman keluarga Pranadipa.Syaffira terlihat bingung sendiri, ketika Alter membawanya ke rumah yang bukan rumahnya."Ini rumah siapa?" tanya Syaffira bingung, ketika melihat rumah yang sangat besar, dari dalam mobil."Keluar dulu! Baru kamu tau ini rumah siapa," ujar Alter, lalu keluar dari mobil kemudian, diikuti Syaffira."Ayo masuk!" ajak Alter."Gue gak mau," ucap Syaffira melipatkan kedua tangannya di depan dada.Alter mengerutkan keningnya. "Kenapa?""Gue takut lo macem-macem sama gue. Gue kan gak tau ini rumah siapa. Bisa jadikan lo nyulik gue ke sini,"Alter menghela napas pasrah. "Ini rumah Papah saya dan saya gak akan macam-macam sama kamu, sebelum saya halalin kamu," ujar Alter, lalu menarik tangan Syaffira agar segera memasuki rumahnya.Syaffira mendengus kesal, lagi dan lagi Alter selalu seenakn
Sejak semalam Syaffira tidak bisa tertidur pulas seperti biasanya. Pikirannya selalu tertuju kepada Alter. Ya, cowok itu sebelum pergi dari rumah Syaffira, sempat-sempatnya selalu bikin Syaffira jantungan. Bagaimana tidak? Semalam, ketika Syaffira tertidur di mobil Alter dan terbangun tiba-tiba saja Syaffira dibuat terkejut dengan jarak wajah Alter yang hanya beberapa centimeter saja dari wajahnya.Syaffira sempat refleks meninju wajah Alter dengan tangannya, hingga meninggalkan jejak kemerahan di area pipi kanan Alter. Syaffira yakin saat itu, Asdos galak nan nyebelin itu pasti ingin berbuat mesum kepadanya. Keliatan dari luarnya aja galak, sok cuek padahal dalamnya ih ngeri.Tapi yang membuat Syaffira tidak bisa tidur yang paling sebenarnya adalah dirinya merasa sedikit bersalah kepada Alter karena telah meninjunya semalaman, pasti rasanya sakit banget, gini-gini juga kan Syaffira mantan anak bela diri.Syaffira menggusar wajahnya. "Arghh, na
Sekitar lima jam lebih, Syaffira dan Rezvan berada di tempat Bilyard. Rezvan mengajak Syaffira ke tempat ini, dan tentunya Syaffira bolos dari jam kuliahnya. Syaffira tak menolak, dengan ajakan Rezvan. Karena saat ini, memang pikirannya sedang tidak mood untuk kuliah atau memikirkan hal apapun, yang Syaffira inginkan saat ini hanyalah bersenang-senang. Untung saja, ia mempunyai kekasih yang selalu mengetahui keinginannya. Sejak tadi pun Freya tak henti-hentinya menelpon Syaffira dan memberinya spam chat, menanyakan dimana dirinya.Syaffira melemparkan ponselnya ke atas kursi, ia beranjak berdiri, kemudian menghampiri Rezvan yang sedang bermain Bilyard bersama temannya.Syaffira merangkul tangan Rezvan. "Kita cari tempat yang lain yuk sayang! Aku udah bosen di sini," ucap Syaffira manja.Rezvan melirik Syaffira. "Emang kamu mau ke mana lagi?" tanya Rezvan.Syaffira tampak berpikir. "Hm, kemana ya? Pokoknya kemana aja deh, yang bikin aku seneng,
Setelah melewati kemacetan sekitar sepuluh menit lamanya, akhirnya mereka sampai di tempat yang Freya maksud. Alter langsung keluar dari mobilnya, disusul Freya dibelakangnya.Alter menembus kerumunan orang-orang yang tengah asyik dengan dunianya sendiri."Syaffira, Sya!" teriak Alter dengan suara keras, namun tak ada sahutan."Kamu salah tempat mungkin," ujar Alter kepada Freya."Saya gak bakal salah tempat lagi Pak, Rezvan sering kok ke sini sama temen-temennya," jawab Freya.Alter mencari kembali keberadaan Syaffira. Orang-orang yang tampak banyak dan lampu disko, cukup membuat Alter dan Freya kesulitan menemukan Syaffira.Mata Alter menangkap ke arah perempuan yang sedang berlaku tidak pantas dengan seorang laki-laki di dance floor. Dengan kilatan amarah yang sudah memuncak, Alter dengan cepat berlari menghampiri gadis itu, dan tanpa aba-aba langsung menarik kerah baju laki-laki itu dan langsung meninjunya d
Syaffira sudah berdiri di depan kelas Rezvan. Kali ini, ia ingin mendapatkan penjelasan yang sebenarnya dari Rezvan atas kejadian semalam.Semalam Syaffira sampai tidak bisa tidur, karena memikirkan semuanya. Di satu sisi, ia tak percaya dengan ucapan Alter yang menjelekkan sifat Rezvan kepadanya. Namun, di sisi lain ia juga tak munafik ketika diajak Rezvan ke kelab, dirinya merasa senang, namun setelah kejadian itu dia tak mengingat apapun.Syaffira tersentak ketika merasa pundaknya ditepuk pelan oleh seseorang. Syaffira menoleh, menampakkan Rezvan dengan senyuman lebarnya."Sayang, ngapain kamu di sini?" tanya Rezvan."Ada yang ingin aku tanyakan sama kamu," jawab Syaffira datar.Rezvan mengerutkan keningnya. "Apa?""Mending kita bicarakan ini di taman kampus, sekarang," ucap Syaffira lalu menarik tangan Rezvan untuk pergi ke taman.Kini keduanya sudah berada di taman belakang kampus, Syaffi
Suara teriakan yang berada didalam kamar membuat Alter dan Shinta yang berada di ruang tamu cukup terkejut. Mereka langsung menghampiri si pemilik teriakan tersebut. Sesaat, Alter memutar knop pintu, menampakkan seorang perempuan sedang berdiri di atas kasurnya."Sya, kenapa kamu teriak, ada apa?" tanya Shinta panik.Syaffira menggigit ibu jarinya, sembari menunjuk ke arah binatang kecil berwarna coklat yang sudah terbalik di lantai.Alter mengambil binatang itu, dan ia dekatkan kepada Syaffira. "Ini yang membuat kamu teriak sampai saya dan Ibu Sinta terkejut dengan teriakan kamu?" ujar Alter tanpa ekspresi.Syaffira mengangguk. Lalu menjauhkan tangan Alter yang memegang binatang kecil itu, didekatnya. "Cepetan buang!" gertak Syaffira.Alter membuang binatang kecil itu yang bernama kecoa ke arah jendela kamarnya.Syaffira sudah merasa lega, kemudian ia duduk kembali di atas kasur. Benar-benar menyebalkan. Bagaimana ti
Pernikahan antara Syaffira dan Alter tinggal menghitung jam saja. Ya, kedua orang tua mereka memutuskan untuk mempercepat pernikahan Alter dan Syaffira. Yang seharusnya pernikahan lima hari lagi, dan sekarang akan berlangsung hari ini. Tidak ada perayaan besar-besaran, Alter dan Syaffira ingin pernikahannya sesederhana mungkin, bahkan pernikahan pun hanya dihadiri keluarga besar keduanya saja. Tidak ada teman Alter maupun Syaffira.Walaupun keduanya sebentar lagi akan sah menjadi pasangan suami istri. Syaffira masih dalam pendiriannya, ia masih sangat-sangat kesal terhadap Alter.Syaffira sedang bersiap-siap dikamarnya. Riasan pengantin di wajahnya benar-benar sempurna, setelah selesai dengan riasan wajah, Syaffira segera memakai gaun pengantin yang sudah ia pesan bersama Alter. Syaffira di bantu oleh Sinta, untuk memakainya. Dan selesai."Bu, Sya gak mau ya, kalau Rezvan sampai tau hari ini, Sya akan nikah sama Asdos itu," ujar Syaffira sembar
Untuk kesekian kali, Syaffira melirik arloji menghela napas malas. Ia ingin cepet-cepet selesai dari mata kuliah ini. Bukan Syaffira tidak suka dengan pelajarannya, melainkan ia tidak suka dengan orang yang mengajarnya. Syaffira bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan menuju Asdosnya. "Saya, izin ke UKS," ucap Syaffira, lalu berjalan ke luar kelas. Asdos itu hanya terdiam. Seolah tak peduli dengan muridnya. Ia melanjutkan menerangkan tentang Me-manage waktu. "Jadi, kesimpulannya adalah kita harus pandai-pandai mengatur waktu sebaik mungkin. Waktu tidak bisa di bayar dengan uang." ujar Asdos itu diakhir pelajarannya. Setelah selesai mengajar, Asdos itu langsung melangkahkan kakinya ke ruangan UKS. Ia menyibak gorden demi gorden. Hingga akhirnya menemukan orang yang sedang di cari. "Biar saya antar kamu ke dokter," ucap Alter, ia benar-benar khawatir dengan keadaan Syaffira. "Gak perlu, gue baik-baik saja dan
Syaffira sudah berdiri di depan kelas Rezvan. Kali ini, ia ingin mendapatkan penjelasan yang sebenarnya dari Rezvan atas kejadian semalam.Semalam Syaffira sampai tidak bisa tidur, karena memikirkan semuanya. Di satu sisi, ia tak percaya dengan ucapan Alter yang menjelekkan sifat Rezvan kepadanya. Namun, di sisi lain ia juga tak munafik ketika diajak Rezvan ke kelab, dirinya merasa senang, namun setelah kejadian itu dia tak mengingat apapun.Syaffira tersentak ketika merasa pundaknya ditepuk pelan oleh seseorang. Syaffira menoleh, menampakkan Rezvan dengan senyuman lebarnya."Sayang, ngapain kamu di sini?" tanya Rezvan."Ada yang ingin aku tanyakan sama kamu," jawab Syaffira datar.Rezvan mengerutkan keningnya. "Apa?""Mending kita bicarakan ini di taman kampus, sekarang," ucap Syaffira lalu menarik tangan Rezvan untuk pergi ke taman.Kini keduanya sudah berada di taman belakang kampus, Syaffi
Setelah melewati kemacetan sekitar sepuluh menit lamanya, akhirnya mereka sampai di tempat yang Freya maksud. Alter langsung keluar dari mobilnya, disusul Freya dibelakangnya.Alter menembus kerumunan orang-orang yang tengah asyik dengan dunianya sendiri."Syaffira, Sya!" teriak Alter dengan suara keras, namun tak ada sahutan."Kamu salah tempat mungkin," ujar Alter kepada Freya."Saya gak bakal salah tempat lagi Pak, Rezvan sering kok ke sini sama temen-temennya," jawab Freya.Alter mencari kembali keberadaan Syaffira. Orang-orang yang tampak banyak dan lampu disko, cukup membuat Alter dan Freya kesulitan menemukan Syaffira.Mata Alter menangkap ke arah perempuan yang sedang berlaku tidak pantas dengan seorang laki-laki di dance floor. Dengan kilatan amarah yang sudah memuncak, Alter dengan cepat berlari menghampiri gadis itu, dan tanpa aba-aba langsung menarik kerah baju laki-laki itu dan langsung meninjunya d
Sekitar lima jam lebih, Syaffira dan Rezvan berada di tempat Bilyard. Rezvan mengajak Syaffira ke tempat ini, dan tentunya Syaffira bolos dari jam kuliahnya. Syaffira tak menolak, dengan ajakan Rezvan. Karena saat ini, memang pikirannya sedang tidak mood untuk kuliah atau memikirkan hal apapun, yang Syaffira inginkan saat ini hanyalah bersenang-senang. Untung saja, ia mempunyai kekasih yang selalu mengetahui keinginannya. Sejak tadi pun Freya tak henti-hentinya menelpon Syaffira dan memberinya spam chat, menanyakan dimana dirinya.Syaffira melemparkan ponselnya ke atas kursi, ia beranjak berdiri, kemudian menghampiri Rezvan yang sedang bermain Bilyard bersama temannya.Syaffira merangkul tangan Rezvan. "Kita cari tempat yang lain yuk sayang! Aku udah bosen di sini," ucap Syaffira manja.Rezvan melirik Syaffira. "Emang kamu mau ke mana lagi?" tanya Rezvan.Syaffira tampak berpikir. "Hm, kemana ya? Pokoknya kemana aja deh, yang bikin aku seneng,
Sejak semalam Syaffira tidak bisa tertidur pulas seperti biasanya. Pikirannya selalu tertuju kepada Alter. Ya, cowok itu sebelum pergi dari rumah Syaffira, sempat-sempatnya selalu bikin Syaffira jantungan. Bagaimana tidak? Semalam, ketika Syaffira tertidur di mobil Alter dan terbangun tiba-tiba saja Syaffira dibuat terkejut dengan jarak wajah Alter yang hanya beberapa centimeter saja dari wajahnya.Syaffira sempat refleks meninju wajah Alter dengan tangannya, hingga meninggalkan jejak kemerahan di area pipi kanan Alter. Syaffira yakin saat itu, Asdos galak nan nyebelin itu pasti ingin berbuat mesum kepadanya. Keliatan dari luarnya aja galak, sok cuek padahal dalamnya ih ngeri.Tapi yang membuat Syaffira tidak bisa tidur yang paling sebenarnya adalah dirinya merasa sedikit bersalah kepada Alter karena telah meninjunya semalaman, pasti rasanya sakit banget, gini-gini juga kan Syaffira mantan anak bela diri.Syaffira menggusar wajahnya. "Arghh, na
Alter terus mempercepat laju mobilnya, hingga akhirnya sampai di rumah kediaman keluarga Pranadipa.Syaffira terlihat bingung sendiri, ketika Alter membawanya ke rumah yang bukan rumahnya."Ini rumah siapa?" tanya Syaffira bingung, ketika melihat rumah yang sangat besar, dari dalam mobil."Keluar dulu! Baru kamu tau ini rumah siapa," ujar Alter, lalu keluar dari mobil kemudian, diikuti Syaffira."Ayo masuk!" ajak Alter."Gue gak mau," ucap Syaffira melipatkan kedua tangannya di depan dada.Alter mengerutkan keningnya. "Kenapa?""Gue takut lo macem-macem sama gue. Gue kan gak tau ini rumah siapa. Bisa jadikan lo nyulik gue ke sini,"Alter menghela napas pasrah. "Ini rumah Papah saya dan saya gak akan macam-macam sama kamu, sebelum saya halalin kamu," ujar Alter, lalu menarik tangan Syaffira agar segera memasuki rumahnya.Syaffira mendengus kesal, lagi dan lagi Alter selalu seenakn
Sesampainya di rumah besar milik keluarga Adinaya. Syaffira langsung turun dari mobil Alter, dan langsung memasuki rumahnya tanpa berpamitan terlebih dahulu kepada Alter.Syaffira disambut Shinta, yang berada di ruang tamu, yang sedari tadi menunggu kepulangan Syaffira. Syaffira melewati Shinta begitu saja, dan menaiki anak tangga menuju kamarnya.Shinta bisa memaklumi Syaffira, yang selalu bersikap tidak peduli kepadanya. Syaffira memang tidak pernah setuju dengan pernikahan Shinta dan Ayahnya. Syaffira selalu berpikir Shinta, hanya ingin menguasai harta Adinaya. Namun, kenyataannya tidak seperti itu. Bahkan, Shinta terpaksa menikah dengan Adinaya. Karena, permintaan dari Lisa, ibu kandung Syaffira, sebelum meninggal.Dulu Shinta, Lisa dan Adinaya bersahabat dari SMA, hingga sampai akhirnya setelah mereka lulus kuliah, Adinaya memutuskan untuk menikahi Lisa. Dan saat Syaffira berumur tujuh tahun, Lisa meninggal karena kanker hati yang di deritanya.&