Sekitar satu jam, kelas selesai. Syaffira, tidak seperti biasanya. Ia lebih rajin dari sebelumnya. Entah itu karena ancaman Alter yang membuatnya berubah atau yang lainnya. Yang terpenting, Syaffira sudah memperbaiki kebiasaan buruknya, yang sering tertidur saat jam pelajaran.
Syaffira berjalan menelusuri koridor, sambil menatap layar handphone. Gadis itu, sedari tadi memesan taksi online. Namun, belum dapat. Sedangkan Syaffira harus cepat-cepat menjenguk Rezvan.
"Mau saya antar?" tawaran dari seorang laki-laki, membuat Syaffira menoleh.
Syaffira memandang cowok di hadapannya dengan perasaan jengah. "Gak perlu," jawab Syaffira berbalik.
"Bukankah kamu sedang buru-buru ke rumah pacar kamu?" tanya Alter, mensejajarkan langkahnya dengan Syaffira.
Syaffira menghentikan langkahnya, lalu menghadap Alter. "Kok lo bisa tau, gue mau ke rumah Rezvan. Jangan-jangan lo cenayang ya?"
Alter mengerutkan keningnya. "Saya akan antar kamu, lagian gak baik buat perempuan seperti kamu, pergi ke rumah cowok sendirian."
Syaffira memutar bola matanya malas." Itu bukan urusan lo."
Alter kemudian langsung menarik pergelangan tangan Syaffira, dan melanjutkan kembali langkahnya menuju parkiran kampus. Membuat Syaffira, mendengus pelan. Alter memang seenaknya saja.
"Emang lo gak cemburu, anterin gue ke rumah Rezvan? Lo kan calon suami gue," tanya Syaffira sambil jalan.
Alter menyunggingkan senyumnya. "Sudah mengakui bahwa saya, calon suami kamu, hm?" Pertanyaan balik itu membuat Syaffira salah tingkah.
Setelah melewati kemacetan sekitar satu jam, akhirnya Alter dan Syaffira sampai di salah satu rumah, yang terbilang cukup besar.
Syaffira turun dari mobil, disusul Alter.
"Saya akan tunggu kamu di sini," ujar Alter memakai kacamata gayanya.
"Terserah." ucap Syaffira, lalu masuk ke kediaman rumah Rezvan.
Rezvan tinggal sendiri di rumah, yang lumayan cukup besar. Orang tua Rezvan sibuk bekerja keluar kota, sehingga jarang pulang ke rumah. Bahkan, selama satu tahun lamanya, Syaffira berpacaran dengan Rezvan, tidak pernah dikenalkan secara langsung kepada kedua orang tua Rezvan.
Rezvan selalu mengatakan orang tuanya sibuk dan Syaffira memaklumi itu. Yang terpenting, bagi Syaffira, Rezvan selalu ada untuknya.
Setelah menaiki anak tangga, sampailah Syaffira di depan pintu kamar Rezvan, dengan cepat Syaffira membuka pintu.
Rezvan sedang tertidur pulas, sehingga Syaffira tak tega membangunkannya. Syaffira berjalan mendekati Rezvan dengan langkah pelan. Kemudian, ia meletakkan buah-buahan yang sempat ia beli di jalan. Syaffira duduk di tepi kasur, samping Rezvan tertidur. Punggung tangannya ia letakan di kening Rezvan.
"Syukurlah, gak panas," gumamnya pelan.
Kemudian Syaffira membenarkan selimut yang merosot ke bawah, lalu ia tarik ke atas untuk menutupi tubuh Rezvan.
"Aku pulang dulu ya, sayang. Cepet sembuh," ucap Syaffira, lalu berjalan keluar kamar.
Alter mengerutkan kening, ketika melihat raut muka Syaffira yang menjadi murung.
"Ada apa dengan wajah murung kamu?" tanya Alter.
"Bukan urusan lo," ucap Syaffira, lalu memasuki mobil Alter. "Lo jangan bilangin gue sama keluarga kita, kalo gue habis ke rumah Rezvan."
Alter hanya diam. Lalu menyalakan mesin mobilnya dan meninggalkan perkarangan rumah Rezvan.
***
Freya memperhatikan seseorang yang baru saja keluar dari Cafe yang berada di mall. Sesekali Freya mengucek-ngucek matanya dengan tangan, memastikan bahwa yang ia lihat barusan itu kekasih Syaffira, Rezvan. Terlihat dari jauh, Rezvan dan perempuan itu terlihat sangat mesra.
Dengan segera Freya mengambil handphonenya dan menghubungi nomor Syaffira.
"Ada apa Frey?" tanya Syaffira dari sebrang sana.
"Sapi, gawat. Ini benar-benar gawat,"
"Ada apa sih Frey? Jangan bikin gue penasaran deh,"
Freya menarik napasnya perlahan. "Gue liat Rezvan jalan sama cewek lain,"
Syaffira tertawa dari sebrang sana. "Halu kali lo, Frey. Jelas-jelas gue barusan dari rumah Rezvan. Dia lagi tidur pulas kok, mana mungkin dia jalan sama cewek,"
"Gue gak salah liat, Sya. Sumpah,"
"Kalo emang itu benar Rezvan, coba lo potoin, terus kirim ke gue," ucap Syaffira, lalu menutup sambungan teleponnya.
"Jika dugaan teman kamu benar, bagaimana?" Kini Alter bersuara, sembari masih mengemudikan mobilnya.
"Diem aja deh, lo," ucap Syaffira sedikit gelisah.
Sedangkan Freya, ketika ingin membuka kamera, tiba-tiba handphonenya mati, ia merutuki dirinya sendiri.
"Sial, gue lupa lagi. Kalo handphone gue lobet, seharusnya gue foto dulu, baru telpon Sapi, bodoh lo, Frey," ucap Freya, lalu memasukkan handphone kembali ke dalam tas.
"Mending gue tegur aja tuh, playboy," ucap Freya, lalu mencari keberadaan Rezvan, yang tak jauh dari tempatnya sekarang. Saat mencari keseliling tempat yang di datangi Rezvan. Namun, Freya kehilangan jejak dan tak berhasil menemukan Rezvan.
"Cepet banget tuh orang ngilangnya," gerutu Freya. "Gue gak mungkin salah liat, kan?"
Sesampainya di rumah besar milik keluarga Adinaya. Syaffira langsung turun dari mobil Alter, dan langsung memasuki rumahnya tanpa berpamitan terlebih dahulu kepada Alter.Syaffira disambut Shinta, yang berada di ruang tamu, yang sedari tadi menunggu kepulangan Syaffira. Syaffira melewati Shinta begitu saja, dan menaiki anak tangga menuju kamarnya.Shinta bisa memaklumi Syaffira, yang selalu bersikap tidak peduli kepadanya. Syaffira memang tidak pernah setuju dengan pernikahan Shinta dan Ayahnya. Syaffira selalu berpikir Shinta, hanya ingin menguasai harta Adinaya. Namun, kenyataannya tidak seperti itu. Bahkan, Shinta terpaksa menikah dengan Adinaya. Karena, permintaan dari Lisa, ibu kandung Syaffira, sebelum meninggal.Dulu Shinta, Lisa dan Adinaya bersahabat dari SMA, hingga sampai akhirnya setelah mereka lulus kuliah, Adinaya memutuskan untuk menikahi Lisa. Dan saat Syaffira berumur tujuh tahun, Lisa meninggal karena kanker hati yang di deritanya.&
Alter terus mempercepat laju mobilnya, hingga akhirnya sampai di rumah kediaman keluarga Pranadipa.Syaffira terlihat bingung sendiri, ketika Alter membawanya ke rumah yang bukan rumahnya."Ini rumah siapa?" tanya Syaffira bingung, ketika melihat rumah yang sangat besar, dari dalam mobil."Keluar dulu! Baru kamu tau ini rumah siapa," ujar Alter, lalu keluar dari mobil kemudian, diikuti Syaffira."Ayo masuk!" ajak Alter."Gue gak mau," ucap Syaffira melipatkan kedua tangannya di depan dada.Alter mengerutkan keningnya. "Kenapa?""Gue takut lo macem-macem sama gue. Gue kan gak tau ini rumah siapa. Bisa jadikan lo nyulik gue ke sini,"Alter menghela napas pasrah. "Ini rumah Papah saya dan saya gak akan macam-macam sama kamu, sebelum saya halalin kamu," ujar Alter, lalu menarik tangan Syaffira agar segera memasuki rumahnya.Syaffira mendengus kesal, lagi dan lagi Alter selalu seenakn
Sejak semalam Syaffira tidak bisa tertidur pulas seperti biasanya. Pikirannya selalu tertuju kepada Alter. Ya, cowok itu sebelum pergi dari rumah Syaffira, sempat-sempatnya selalu bikin Syaffira jantungan. Bagaimana tidak? Semalam, ketika Syaffira tertidur di mobil Alter dan terbangun tiba-tiba saja Syaffira dibuat terkejut dengan jarak wajah Alter yang hanya beberapa centimeter saja dari wajahnya.Syaffira sempat refleks meninju wajah Alter dengan tangannya, hingga meninggalkan jejak kemerahan di area pipi kanan Alter. Syaffira yakin saat itu, Asdos galak nan nyebelin itu pasti ingin berbuat mesum kepadanya. Keliatan dari luarnya aja galak, sok cuek padahal dalamnya ih ngeri.Tapi yang membuat Syaffira tidak bisa tidur yang paling sebenarnya adalah dirinya merasa sedikit bersalah kepada Alter karena telah meninjunya semalaman, pasti rasanya sakit banget, gini-gini juga kan Syaffira mantan anak bela diri.Syaffira menggusar wajahnya. "Arghh, na
Sekitar lima jam lebih, Syaffira dan Rezvan berada di tempat Bilyard. Rezvan mengajak Syaffira ke tempat ini, dan tentunya Syaffira bolos dari jam kuliahnya. Syaffira tak menolak, dengan ajakan Rezvan. Karena saat ini, memang pikirannya sedang tidak mood untuk kuliah atau memikirkan hal apapun, yang Syaffira inginkan saat ini hanyalah bersenang-senang. Untung saja, ia mempunyai kekasih yang selalu mengetahui keinginannya. Sejak tadi pun Freya tak henti-hentinya menelpon Syaffira dan memberinya spam chat, menanyakan dimana dirinya.Syaffira melemparkan ponselnya ke atas kursi, ia beranjak berdiri, kemudian menghampiri Rezvan yang sedang bermain Bilyard bersama temannya.Syaffira merangkul tangan Rezvan. "Kita cari tempat yang lain yuk sayang! Aku udah bosen di sini," ucap Syaffira manja.Rezvan melirik Syaffira. "Emang kamu mau ke mana lagi?" tanya Rezvan.Syaffira tampak berpikir. "Hm, kemana ya? Pokoknya kemana aja deh, yang bikin aku seneng,
Setelah melewati kemacetan sekitar sepuluh menit lamanya, akhirnya mereka sampai di tempat yang Freya maksud. Alter langsung keluar dari mobilnya, disusul Freya dibelakangnya.Alter menembus kerumunan orang-orang yang tengah asyik dengan dunianya sendiri."Syaffira, Sya!" teriak Alter dengan suara keras, namun tak ada sahutan."Kamu salah tempat mungkin," ujar Alter kepada Freya."Saya gak bakal salah tempat lagi Pak, Rezvan sering kok ke sini sama temen-temennya," jawab Freya.Alter mencari kembali keberadaan Syaffira. Orang-orang yang tampak banyak dan lampu disko, cukup membuat Alter dan Freya kesulitan menemukan Syaffira.Mata Alter menangkap ke arah perempuan yang sedang berlaku tidak pantas dengan seorang laki-laki di dance floor. Dengan kilatan amarah yang sudah memuncak, Alter dengan cepat berlari menghampiri gadis itu, dan tanpa aba-aba langsung menarik kerah baju laki-laki itu dan langsung meninjunya d
Syaffira sudah berdiri di depan kelas Rezvan. Kali ini, ia ingin mendapatkan penjelasan yang sebenarnya dari Rezvan atas kejadian semalam.Semalam Syaffira sampai tidak bisa tidur, karena memikirkan semuanya. Di satu sisi, ia tak percaya dengan ucapan Alter yang menjelekkan sifat Rezvan kepadanya. Namun, di sisi lain ia juga tak munafik ketika diajak Rezvan ke kelab, dirinya merasa senang, namun setelah kejadian itu dia tak mengingat apapun.Syaffira tersentak ketika merasa pundaknya ditepuk pelan oleh seseorang. Syaffira menoleh, menampakkan Rezvan dengan senyuman lebarnya."Sayang, ngapain kamu di sini?" tanya Rezvan."Ada yang ingin aku tanyakan sama kamu," jawab Syaffira datar.Rezvan mengerutkan keningnya. "Apa?""Mending kita bicarakan ini di taman kampus, sekarang," ucap Syaffira lalu menarik tangan Rezvan untuk pergi ke taman.Kini keduanya sudah berada di taman belakang kampus, Syaffi
Untuk kesekian kali, Syaffira melirik arloji menghela napas malas. Ia ingin cepet-cepet selesai dari mata kuliah ini. Bukan Syaffira tidak suka dengan pelajarannya, melainkan ia tidak suka dengan orang yang mengajarnya. Syaffira bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan menuju Asdosnya. "Saya, izin ke UKS," ucap Syaffira, lalu berjalan ke luar kelas. Asdos itu hanya terdiam. Seolah tak peduli dengan muridnya. Ia melanjutkan menerangkan tentang Me-manage waktu. "Jadi, kesimpulannya adalah kita harus pandai-pandai mengatur waktu sebaik mungkin. Waktu tidak bisa di bayar dengan uang." ujar Asdos itu diakhir pelajarannya. Setelah selesai mengajar, Asdos itu langsung melangkahkan kakinya ke ruangan UKS. Ia menyibak gorden demi gorden. Hingga akhirnya menemukan orang yang sedang di cari. "Biar saya antar kamu ke dokter," ucap Alter, ia benar-benar khawatir dengan keadaan Syaffira. "Gak perlu, gue baik-baik saja dan
Pernikahan antara Syaffira dan Alter tinggal menghitung jam saja. Ya, kedua orang tua mereka memutuskan untuk mempercepat pernikahan Alter dan Syaffira. Yang seharusnya pernikahan lima hari lagi, dan sekarang akan berlangsung hari ini. Tidak ada perayaan besar-besaran, Alter dan Syaffira ingin pernikahannya sesederhana mungkin, bahkan pernikahan pun hanya dihadiri keluarga besar keduanya saja. Tidak ada teman Alter maupun Syaffira.Walaupun keduanya sebentar lagi akan sah menjadi pasangan suami istri. Syaffira masih dalam pendiriannya, ia masih sangat-sangat kesal terhadap Alter.Syaffira sedang bersiap-siap dikamarnya. Riasan pengantin di wajahnya benar-benar sempurna, setelah selesai dengan riasan wajah, Syaffira segera memakai gaun pengantin yang sudah ia pesan bersama Alter. Syaffira di bantu oleh Sinta, untuk memakainya. Dan selesai."Bu, Sya gak mau ya, kalau Rezvan sampai tau hari ini, Sya akan nikah sama Asdos itu," ujar Syaffira sembar
Suara teriakan yang berada didalam kamar membuat Alter dan Shinta yang berada di ruang tamu cukup terkejut. Mereka langsung menghampiri si pemilik teriakan tersebut. Sesaat, Alter memutar knop pintu, menampakkan seorang perempuan sedang berdiri di atas kasurnya."Sya, kenapa kamu teriak, ada apa?" tanya Shinta panik.Syaffira menggigit ibu jarinya, sembari menunjuk ke arah binatang kecil berwarna coklat yang sudah terbalik di lantai.Alter mengambil binatang itu, dan ia dekatkan kepada Syaffira. "Ini yang membuat kamu teriak sampai saya dan Ibu Sinta terkejut dengan teriakan kamu?" ujar Alter tanpa ekspresi.Syaffira mengangguk. Lalu menjauhkan tangan Alter yang memegang binatang kecil itu, didekatnya. "Cepetan buang!" gertak Syaffira.Alter membuang binatang kecil itu yang bernama kecoa ke arah jendela kamarnya.Syaffira sudah merasa lega, kemudian ia duduk kembali di atas kasur. Benar-benar menyebalkan. Bagaimana ti
Pernikahan antara Syaffira dan Alter tinggal menghitung jam saja. Ya, kedua orang tua mereka memutuskan untuk mempercepat pernikahan Alter dan Syaffira. Yang seharusnya pernikahan lima hari lagi, dan sekarang akan berlangsung hari ini. Tidak ada perayaan besar-besaran, Alter dan Syaffira ingin pernikahannya sesederhana mungkin, bahkan pernikahan pun hanya dihadiri keluarga besar keduanya saja. Tidak ada teman Alter maupun Syaffira.Walaupun keduanya sebentar lagi akan sah menjadi pasangan suami istri. Syaffira masih dalam pendiriannya, ia masih sangat-sangat kesal terhadap Alter.Syaffira sedang bersiap-siap dikamarnya. Riasan pengantin di wajahnya benar-benar sempurna, setelah selesai dengan riasan wajah, Syaffira segera memakai gaun pengantin yang sudah ia pesan bersama Alter. Syaffira di bantu oleh Sinta, untuk memakainya. Dan selesai."Bu, Sya gak mau ya, kalau Rezvan sampai tau hari ini, Sya akan nikah sama Asdos itu," ujar Syaffira sembar
Untuk kesekian kali, Syaffira melirik arloji menghela napas malas. Ia ingin cepet-cepet selesai dari mata kuliah ini. Bukan Syaffira tidak suka dengan pelajarannya, melainkan ia tidak suka dengan orang yang mengajarnya. Syaffira bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan menuju Asdosnya. "Saya, izin ke UKS," ucap Syaffira, lalu berjalan ke luar kelas. Asdos itu hanya terdiam. Seolah tak peduli dengan muridnya. Ia melanjutkan menerangkan tentang Me-manage waktu. "Jadi, kesimpulannya adalah kita harus pandai-pandai mengatur waktu sebaik mungkin. Waktu tidak bisa di bayar dengan uang." ujar Asdos itu diakhir pelajarannya. Setelah selesai mengajar, Asdos itu langsung melangkahkan kakinya ke ruangan UKS. Ia menyibak gorden demi gorden. Hingga akhirnya menemukan orang yang sedang di cari. "Biar saya antar kamu ke dokter," ucap Alter, ia benar-benar khawatir dengan keadaan Syaffira. "Gak perlu, gue baik-baik saja dan
Syaffira sudah berdiri di depan kelas Rezvan. Kali ini, ia ingin mendapatkan penjelasan yang sebenarnya dari Rezvan atas kejadian semalam.Semalam Syaffira sampai tidak bisa tidur, karena memikirkan semuanya. Di satu sisi, ia tak percaya dengan ucapan Alter yang menjelekkan sifat Rezvan kepadanya. Namun, di sisi lain ia juga tak munafik ketika diajak Rezvan ke kelab, dirinya merasa senang, namun setelah kejadian itu dia tak mengingat apapun.Syaffira tersentak ketika merasa pundaknya ditepuk pelan oleh seseorang. Syaffira menoleh, menampakkan Rezvan dengan senyuman lebarnya."Sayang, ngapain kamu di sini?" tanya Rezvan."Ada yang ingin aku tanyakan sama kamu," jawab Syaffira datar.Rezvan mengerutkan keningnya. "Apa?""Mending kita bicarakan ini di taman kampus, sekarang," ucap Syaffira lalu menarik tangan Rezvan untuk pergi ke taman.Kini keduanya sudah berada di taman belakang kampus, Syaffi
Setelah melewati kemacetan sekitar sepuluh menit lamanya, akhirnya mereka sampai di tempat yang Freya maksud. Alter langsung keluar dari mobilnya, disusul Freya dibelakangnya.Alter menembus kerumunan orang-orang yang tengah asyik dengan dunianya sendiri."Syaffira, Sya!" teriak Alter dengan suara keras, namun tak ada sahutan."Kamu salah tempat mungkin," ujar Alter kepada Freya."Saya gak bakal salah tempat lagi Pak, Rezvan sering kok ke sini sama temen-temennya," jawab Freya.Alter mencari kembali keberadaan Syaffira. Orang-orang yang tampak banyak dan lampu disko, cukup membuat Alter dan Freya kesulitan menemukan Syaffira.Mata Alter menangkap ke arah perempuan yang sedang berlaku tidak pantas dengan seorang laki-laki di dance floor. Dengan kilatan amarah yang sudah memuncak, Alter dengan cepat berlari menghampiri gadis itu, dan tanpa aba-aba langsung menarik kerah baju laki-laki itu dan langsung meninjunya d
Sekitar lima jam lebih, Syaffira dan Rezvan berada di tempat Bilyard. Rezvan mengajak Syaffira ke tempat ini, dan tentunya Syaffira bolos dari jam kuliahnya. Syaffira tak menolak, dengan ajakan Rezvan. Karena saat ini, memang pikirannya sedang tidak mood untuk kuliah atau memikirkan hal apapun, yang Syaffira inginkan saat ini hanyalah bersenang-senang. Untung saja, ia mempunyai kekasih yang selalu mengetahui keinginannya. Sejak tadi pun Freya tak henti-hentinya menelpon Syaffira dan memberinya spam chat, menanyakan dimana dirinya.Syaffira melemparkan ponselnya ke atas kursi, ia beranjak berdiri, kemudian menghampiri Rezvan yang sedang bermain Bilyard bersama temannya.Syaffira merangkul tangan Rezvan. "Kita cari tempat yang lain yuk sayang! Aku udah bosen di sini," ucap Syaffira manja.Rezvan melirik Syaffira. "Emang kamu mau ke mana lagi?" tanya Rezvan.Syaffira tampak berpikir. "Hm, kemana ya? Pokoknya kemana aja deh, yang bikin aku seneng,
Sejak semalam Syaffira tidak bisa tertidur pulas seperti biasanya. Pikirannya selalu tertuju kepada Alter. Ya, cowok itu sebelum pergi dari rumah Syaffira, sempat-sempatnya selalu bikin Syaffira jantungan. Bagaimana tidak? Semalam, ketika Syaffira tertidur di mobil Alter dan terbangun tiba-tiba saja Syaffira dibuat terkejut dengan jarak wajah Alter yang hanya beberapa centimeter saja dari wajahnya.Syaffira sempat refleks meninju wajah Alter dengan tangannya, hingga meninggalkan jejak kemerahan di area pipi kanan Alter. Syaffira yakin saat itu, Asdos galak nan nyebelin itu pasti ingin berbuat mesum kepadanya. Keliatan dari luarnya aja galak, sok cuek padahal dalamnya ih ngeri.Tapi yang membuat Syaffira tidak bisa tidur yang paling sebenarnya adalah dirinya merasa sedikit bersalah kepada Alter karena telah meninjunya semalaman, pasti rasanya sakit banget, gini-gini juga kan Syaffira mantan anak bela diri.Syaffira menggusar wajahnya. "Arghh, na
Alter terus mempercepat laju mobilnya, hingga akhirnya sampai di rumah kediaman keluarga Pranadipa.Syaffira terlihat bingung sendiri, ketika Alter membawanya ke rumah yang bukan rumahnya."Ini rumah siapa?" tanya Syaffira bingung, ketika melihat rumah yang sangat besar, dari dalam mobil."Keluar dulu! Baru kamu tau ini rumah siapa," ujar Alter, lalu keluar dari mobil kemudian, diikuti Syaffira."Ayo masuk!" ajak Alter."Gue gak mau," ucap Syaffira melipatkan kedua tangannya di depan dada.Alter mengerutkan keningnya. "Kenapa?""Gue takut lo macem-macem sama gue. Gue kan gak tau ini rumah siapa. Bisa jadikan lo nyulik gue ke sini,"Alter menghela napas pasrah. "Ini rumah Papah saya dan saya gak akan macam-macam sama kamu, sebelum saya halalin kamu," ujar Alter, lalu menarik tangan Syaffira agar segera memasuki rumahnya.Syaffira mendengus kesal, lagi dan lagi Alter selalu seenakn
Sesampainya di rumah besar milik keluarga Adinaya. Syaffira langsung turun dari mobil Alter, dan langsung memasuki rumahnya tanpa berpamitan terlebih dahulu kepada Alter.Syaffira disambut Shinta, yang berada di ruang tamu, yang sedari tadi menunggu kepulangan Syaffira. Syaffira melewati Shinta begitu saja, dan menaiki anak tangga menuju kamarnya.Shinta bisa memaklumi Syaffira, yang selalu bersikap tidak peduli kepadanya. Syaffira memang tidak pernah setuju dengan pernikahan Shinta dan Ayahnya. Syaffira selalu berpikir Shinta, hanya ingin menguasai harta Adinaya. Namun, kenyataannya tidak seperti itu. Bahkan, Shinta terpaksa menikah dengan Adinaya. Karena, permintaan dari Lisa, ibu kandung Syaffira, sebelum meninggal.Dulu Shinta, Lisa dan Adinaya bersahabat dari SMA, hingga sampai akhirnya setelah mereka lulus kuliah, Adinaya memutuskan untuk menikahi Lisa. Dan saat Syaffira berumur tujuh tahun, Lisa meninggal karena kanker hati yang di deritanya.&