Keadaan Tn.Choi membaik, apalagi setelah mendengar kabar kalau Joon Woo akan segera menikah. Semua orang dibuat terkejut dengan wanita pilihannya.
Bahkan Ji Eun terkejut.
Aera, Joon Woo jatuh cinta dengan gadis manis yang lugu itu.
Hari ini Tn. Choi sudah pulang dari RS, Ji Eun yang menjemputnya. Namun sesampainya di rumah dan Ji Eun mau pamit, Tn. Choi bersikukuh ingin mengantarnya sampai ke depan rumah.
“Abeoji, obatnya diminum yg teratur, Ji Hwan akan sering main kesini, jangan khawatir. Aku juga baik-baik saja, dan Joon Woo oppa akan menikah, tidak ada yg perlu dikhawatirkan. Karena itu, Abeoji harus jaga kesehatan,” Ujar Ji Eun.
“Ne.., ne, putriku. Kau jaga kesehatan, hati-hati.”
Ji Eun menaiki mobilnya dan melaju menjauhi rumah ayahnya. Ia menghela napas lega.
Namun tiba – tiba dahinya berkerut, ia tiba-tiba merasakan nyeri yg menyengat dan hanya sesaat, sama seperti yang ia rasakan saat di pe
Yuri menatap bayi mungil yg sedang terlelap dalam boksnya, ia tersenyum sekilas lalu beranjak keluar. Menemui seorang wanita yg usianya tak bedah jauh dengannya.“Raon-ssi, tolong jaga Hayeon, aku pergi dulu,” Ujar Yuri.“Ye, samunim.”Yuri memakai sepatu hak kuning setinggi 5 cm itu dan menuju parkiran. Yuri tidak pindah rumah, ia masih tinggal di apartmen sederhana di Gangnam, dengan seorang pembantu.Dia menamai putrinya Han Hayeon, karena sudah terbukti kalau itu bukan anak Hwan. Tentu saja tidak bisa memakai marga “Lee.”Ia mengemudikan mobil sedannya menuju sebuah tempat. Dengan kaca mata hitam dan rambut gerai.“Nomor 1656 !.”Yuri melepas kacamata hitamnya dan menatap pria berambut Panjang yg duduk di hadapannya, meski terhalang kaca.“”Eoh, tunggu, perutmu ?, kau sudah melahirkan ?,” Tanya Jin Goo sambil setengah berdiri.Yuri tersenyum tipis.
Ji Eun menaikkan selimut putranya dan melihatnya sekali lagi.“Ah, dia benar-benar sudah tidur,” Gumamnya pelan sekali.Ji Eun melangkah keluar sambil berjingkat dan segera menutup pintu.“Sudah tidur ?”“Aih, ya !,” Ji Eun memukul dada Hwan karena terkejut.Hwan meringis, “Maaf, ayo kita tidur juga,” Ujarnya sambil berbisik.Kedua manusia itu menuju ke kamar mereka dan segera berbaring.“Chagi.., aku mau tanya sesuatu,” Ujar Ji Eun tiba – tiba.“Katakan.”Ji Eun memiringkan tubuhnya dan menatap Hwan, “Lihat aku,” Ujarnya.Hwan meletakkan ponselnya di sisi ranjang dan menatap istri cantiknya.“Apa kau merindukan Yoona ?.”Hwan terdiam sejenak, ia memalingkan wajah dan menarik selimut.“Kau sudah terlalu lelah hari ini, ayo tidur,” Ujarnya.“Eoh, baiklah kalau kau tidak
Ahjumma menahan tubuh Jae Hee yg terus berusaha menghajar Hwan.“Hentikan Jae Hee-ya !,” Jerit Ahjumma.Sementara Jae Hee mengusap darah yg keluar dari ujung bibirnya.“Kau sudah melewati batas Daepyonim, anio, Lee Hwan-ssi !!, kau mau aku menghubungi kakak samunim dan membawanya pergi ?,” Ancam Jae Hee.Hwan berdiri dan merapikan kemejanya.“Jae Hee-ssi, kenapa kau selalu ikut campur urusanku dengan Ji Eun ?,” Hwan balik bertanya.“Wae ?, kau tanya kenapa ?,” Jae Hee tersenyum kecut.“Dia noonaku.”“Noona apa ?, kau hanya…”“NOONAKU !, aku tidak peduli meski aku bukan saudara kandungnya, samunim adalah orang yg membantuku bertahan hidup dan melindungiku !,” Jawab Jae Hee.“Lalu ?.”“Kau tidak ingat waktu – waktu yg kau habiskan dengan manis bersamanya ?, kau masih belum sadar dia benar-benar m
Wanita berusia 55 tahun itu membuka tirai kamarnya. Cahaya matahari yg hangat masuk menyinari kamarnya, musim gugur akan segera berakhir dan musim dingin agak segera datang. Ia beranjak keluar dan membuka pintu kamar di sebelahnya.“Ji Eun-ah..,” Ia mengitarkan pandangannya dengan panik karena tidak melihat wanita muda itu di kasur.“OMO !.”Ia berlari menghampiri Ji Eun yg tergeletak di lantai.“OMO !,” Ia kembali berteriak ketika merasakan tubuh Ji Eun begitu panas, ia langsung menelpon Jae Hee.“Jae Hee-ya cepat kemari !, tubuh Ji Eun panas sekali !, siapkan mobil !.”Jae Hee yg baru saja berpakaian langsung berlari ke kamar Ji Eun dan melihat orang yg ia sayangi itu terbaring tak berdaya dengan wajah begitu pucat. Tanpa bicara sepatah katapun, ia langsung menggendong tubuh Ji Eun yg terasa jauh lebih ringan dibanding terakhir kali ia menggendongnya.“Noona, bertahanlah,”
Jae Kyung memberikan painkiller dalam bentuk injeksi karena Ji Eun sudah berada di stadium akhir dan rasa sakit yg ia rasakan luar biasa.Ia hampir melampaui batas rasa sakit normal yg bisa ditahan oleh manusia.Untuk saat ini Ji Eun tidak menyetujui kemoterapi, meski masih ada sedikit waktu untuk membujuknya agar mau menjalani kemoterapi.Setelah tiga hari di RS, akhirnya Ji Eun pulang. Sore ini, ia mampir untuk membelikan toast kesukaan Ji Hwan, ia sangat merindukan putra semata wayangnya itu.Ia bisa melihat Ji Hwan berdiri di depan rumah dengan So Dam, pipi gembulnya bergoyang ketika ia berjalan kesana kemari. Persis seperti orangtua yg sedang menunggu anaknya, padahal keadaannya saat ini kebalikannya.Ji Hwan sedang menunggu orangtuanya.Ji Eun turun dari mobil sambil menahan tawa melihat Ji Hwan yg berhenti dan langsung menatapnya sambil mengerutkan alis.“Eomma !.”“Ye, deoryonim (tuan muda) !,&rd
Ji Eun terbangun dengan badan yang terasa lebih ringan. Ia ingat apa yang terjadi terakhir kali sebelum ia terpejam.Ia pingsan di taman karena kesakitan.Choi Ji Eun meraih gelas berisi air putih dan meminumnya. Sepert biasa, ia menghirup udara pagi yang segar setelah membuka jendela kamarnya.“Ah, bukankah hari ini hari minggu ?,” Gumamnya.Ia tersenyum ketika sebuah ide muncul di otaknya.Ia langsung pergi mandi dan membersihkan tubuhnya.“Eomma…”“Eoh, ne ?.”Ji Eun keluar dari bathub dan memakai handuknya, lalu membuka pintu. Rupanya putra tampannya ini baru bangun.“Eoh, kau sudah bangun ?, mau mandi dengan eomma ?,” Tanya Ji Eun.Ji Hwan mengangguk sambil menggosok matanya.“Kalau begitu ayo masuk.”Ji Eun melepaskan pakaian Ji Hwan, lalu memasukkannya kedalam bathub yang ia ganti airnya.“Eomma aku suka bau ini, a
“Kenapa ?, apa semakin menyakitkan rasanya ?,” Tanya Jae Hee khawatir.“Ani, aku harus bertemu Jae Kyung,” Ujar Ji Eun.“Ah, noona kenapa !.”“Park Jae Hee, antar saja aku,” Ujar Ji Eun tegas.“Ne.”Jae Hee terus melirik ke kaca spion mobilnya sepanjang perjalanan, memastikan Ji Eun baik – baik saja.Sementara Jae Kyung yang sudah menunggu juga dibuat khawatir, bagaimana kondisi Ji Eun ?, apa semakin parah ?.“Eoh, kau datang !,” Sambut Jae Kyung.Ji Eun tersenyum dan duduk di kursi, “Aku, aku perlu menanyakan sesuatu,” Ujar Ji Eun.“Apa semakin sakit ?,” Tanya Jae Kyung khawatir.“Ah bukan begitu. Apa menurutmu aku masih memiliki harapan kalau aku mau menjalani kemotherapi ?,” Tanya Ji Eun.Mata Jae Kyung membulat.“Kau, kau mau melakukan kemotherapi ?,” Tanya Jae Kyung sambi
“Benarkah ?.”“Ne, saya akan segera mengabari lagi dan kau bisa jemput suamimu.”“Ne, kamsahamnida.”Shin Yuri, wanita yang dipanggil medusa oleh Jae Hee itu tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Ia kembali memakai kacamata hitamnya dan menenteng tas mungilnya.Ia memasuki mobil merah menterengnya dan mengemudikannya menuju kantor tempatnya bekerja.“Aku bukan wanita biasa, tak masalah sedikit kegagalan. Kau akan kembali bersinar lagi Shin Yuri,” Ujar Yuri pada dirinya sendiri.Yuri mendapatkan banyak uang yg langsung ia sirkulasikan dengan hati – hati. Ia ahlinya dalam hal ini, dan dalam waktu yg singkat, sebulan, uang – uangnya mulai beranak.Ia membangun sebuah perusahaan ekspor impor yg masih cukup kecil, namun penghasilannya sudah lumayan. Ia berniat menemui Hwan siang ini sambil makan siang.Begitu sampai di kantor, Yuri disambut oleh anak buahnya yang tak lain
Beberapa jam setelah kematian Ji Eun, semua orang masih bingung dan linglung.Terutama Hwan, bagaimana caranya memberitahu Ji Hwan.Namun pikirannya teralihkan karen aakhirnya Yuri tertangkap. Ia bangkit dengan gagah, menangguhkan semua rasa sedihnya untuk menemui Yuri.Wanita itu tertangkap dan sedang berada di salah satu ruangan kepolisian Gangnam.“Eoh, oppa.”Hwan langsung membanting kursi ketika Yuri memanggilnya.“Kau masih berani memanggilku oppa ?!, manusia macam apa kau ini ?!.”Hwan menghela napas kasar.“Aku sudah menyerahkan semua bukti dan kau akan didakwa dengan banyak pasal. Kau, aku tidak akan membiarkanmu hidup berkeliaran dan mengganggu hidup orang lain. Cukup aku dan Ji Eun yang kau hancurkan. Membusuklah di dalam penjara parasit !.”“Apa ?, parasit ?!.”“APA ?!, bukankah itu kata yang paling cocok untuk orang sepertimu. Aku tidak mau mendeng
Jantung Hwan terasa berhenti berdetak dunianya hancur ketika menemukan Ji Eun dalam kondisi yang menyedihkan.Ia ingin sekali menangis keras memanggil nama Ji Eun dan memeluknya sepanjang hari.Tapi ia langsung bangkit untuk melanjutkan pencarian Yuri setelah memastikan Ji Eun ditangani pihak RS.Tak lama, Hwan menyusul Jae Hee yang sudah menunggunya di mobil, ia langsung kembali ke mobil setelah Ji Eun sampai di UGD.Emosinya meluap - luap, dan ia ingin segera menemukan medusa itu.“Dia.., dia masih hidup kan ?,” Tanya Hwan.“Noona ku orang yang kuat, dia pasti bangun. Dia pasti bertahan, jangan khawatir,” Jawab Jae Hee.“Sudah berapa lama dia sakit ?,” Tanya Hwan.“Belum lama, tapi ketika diperiksa sudah stadium tiga,” Jawab Jae Hee.“Dia pasti kesakitan.”“Ne, Dokter memberikan resep Pereda nyeri melalui injeksi karena harus meninggikan dosisnya,
Jae Hee bergegas menuju ke mobilnya dan menelepon Hwan.“Daepyonim !, kami berhasil melacak keberadaan mobil anak buah Yuri !,” Ujar Jae Hee.“Kirimkan lokasinya !.”“Ne !.”Jae Hee melaju bersama anggota kepolisian dan Hwan menyusul bersama anak buahnya.Hwan tidak diizinkan menyetir karena kondisinya sangat kalut. Di dalam mobil, ia mengetuk – ngetukan jemarinya dengan gelisah dan menggigit jarinya.“Kumohon bertahanlah..,” Gumamnya lirih.Sejam kemudian, mobil Hwan berhasil menyusul mobil tim dari kepolisian dan sampailah mereka di sebuah gedung tua.Gedung terbengkalai bekas apartmen yang tidak jadi dibangun, Hwan semakin gelisah melihat betapa buruknya gedung ini.Ji Eun pasti kesakitan dan kedinginan sekarang.Personil kepolisian langsung mengecek keadaan sekitar, sementara Hwan berlari menyusul Jae Hee memasuki gedung. Mereka menjebol pintu depan dan ber
Hwan sedang duduk di ruangannya dan membuka galeri ponselnya. Ia menatap foto keluarganya sambil tersenyum, betapa tampannya putranya dan istrinya begitu cantik.Ia mengerahkan tenaga dan semua uang untuk menemukan Yuri yang tiba – tiba tidak bisa dilacak. Beberapa penyadap yang sudah terpasang rupanya dilepas oleh anak buahnya.Mereka tahu bahwa Ji Eun diculik melalui penyadap di rumah dan CCTV di rumah Yuri, tapi sejak saat itu, rumah mewah itu seketika tak bertuan. Para pelayan wanita bahkan tidak mengetahui kemana tuannya pergi.Ia berhenti pada sebuah foto.Foto yang dikirimkan Ji Eun ketika rambut blondenya yg dipotong pendek.Tiba – tiba ada pesan masuk dari Yuri.“Video ?, aishh video apa ini ?,” Gumamnya.Hwan langsung memutar video berdurasi 3 menit itu.Tak butuh waktu lama beberapa detik setelah video diputar, matanya mulai berair dan ia meneteskan air mata.Ya, itu video Ji Eun yang d
“KELUARKAN AKU ?!, KAU MAU KEMANA ?!,” Jerit Ji Eun panik.Jeritannya tiba – tiba berhenti karena perutnya kembali nyeri.Ia mencengkeram perut kirinya dan napasnya terengah – engah karena menahan sakit.“Omo, kenapa ?, kau sudah mau mati ?,” Tanya Yuri sambil tersenyum penuh kemenangan.“Yuri-ssi, kumohon keluarkan aku.., kumohon. Aku tidak akan memberitahu orang lain kalau kau yang menculikku,” Pinta Ji Eun.“Lalu ?, terlalu banyak hal yang sudah kau ketahui, mengatakan kalau aku tidak menculikmu tidak akan mengubah apapun, lagipula aku tidak bisa mempercayai musuh Ji Eun-ah, sudahlah. Hwan pasti akan segera menemukanmu, entah hidup atau mati,” Ujar Yuri.“Baiklah, setidaknya tolong kabulkan satu saja permintaanku, kau tidak perlu mengeluarkanku dari sini..,” Ujar Ji Eun.“Benarkah ?, permintaan apa itu ?,” Tanya Yuri.“Tolong rekam aku
Bibirnya pucat karena ia tak minum apapun, matanya terpejam dengan kuat karena sedang menahan rasa sakit. Dan ia meringkuk kedinginan.Wanita malang itu terbaring di lantai yang dingin.Kondisinya sudah seperti mayat hidup.Yuri kembali setelah hampir dua hari membiarkan Ji Eun tersiksa. Pagi ini ia memberi Ji Eun sebotol air dan satu porsi hamburger. Dan wanita itu makan dengan lahapnya, lalu kembali terbaring karena rasa sakit yg menghujam perut kanannya.Ia mengurung Ji Eun di dalam ruangan tertutup, tanpa jendela, tetapi Yuri bisa melihatnya. Seperti ruangan interogasi di kepolisian.“Jadi dia kesakitan karena lapar ?,” Ujar Yuri.“Sepertinya begitu samunim,” Sahut Kato.“Makanannya enak, Ji Eun-ah ?,” Tanya Yuri melalui mic.Ji Eun mendongak dan menatap sekitar karena tidak tahu dimana keberadaan orang yang sedang bicara, “Gomawo Yuri-ssi,” Ujarnya.“Dia berterim
Pria tampan yang sukses dan kaya itu termenung di mejanya. Belum 30 menit sejak ia membuka file yang dikirimkan supir istrinya.Tatapan matanya kosong.Ia sangat terkejut, mencoba memahanmi semua hal yang baru saja ia lihat dan dengar.“Kenapa aku bodoh sekali ?, kenapa aku tidak menyadari kalau sudah dibodohi sejauh ini?.”Hwan mengurut pelipisnya yang ngilu, sedih, kecewa dan marah bercampur aduk. Ia begitu marah sampai gerahamnya bergemeletuk dan air matanya megalir tanpa bisa ia kontrol.Seluruh tubuhnya bergetar bersamaan dengan keluarnya air mata.Ia menatap satu – satunya foto istrinya yang ada di ponselnya.Choi Ji Eun, wanita cantik dan cerdas yang dinikahinya 3 tahun lalu. Wanita itu bahkan tetap bertahan di sisinya meski banyak sekali kesedihan yang telah ia lalui.Hwan menyiksanya.Hwan membencinya.Hwan menjebaknya.Namun ia terus bertahan berada di sisi suaminya yang bejat.
Ji Eun sudah membatalkan keputusannya untuk melakukan kemoterapi tanpa sepengetahuan siapapun ketika ia mendapat semua penjelasan dari ahjumma.“Tugasku sudah selesai, aku akan segera menyelesaikan semua ini dan meninggalkan Hwan serta Ji Hwan dalam keadaan aman,” Ujarnya setelah menelepon Dr. David.Tentu saja kondisinya memburuk, berat badannya turun beberapa kilo dan kulitnya semakin hari semakin pucat.Semalam Ji Eun pingsan karena shock berat.Dengan cepat ia berusaha mengembalikan semangat dan melupakan apa yang terjadi semalam, berusaha menjadi Ji Eun seperti biasanya.Usai mandi, Ji Eun menatap dirinya di Kaca. Ia harusnya langsung memakai baju, tapi badannya terasa sangat berat dan lelah. Ia juga mulai menyadari kalau napasnya juga agak terengah – engah.“Ada apa denganku ?,” Gumamnya.Ji Eun menarik napas dalam – dalam dan mencoba bernapas seperti biasanya.“Aku baik – b
Ji Eun menghela napas kasar dan mengacak – acak rambutnya.Kepalanya terasa begitu pening setelah mendengar beberapa hal dari mulut wanita di hadapannya.Ia meraih segelas air dan meminumnya untuk mensetabilkan emosinya.“Kenapa tidak berusaha menutupinya ?, kenapa langsung mengaku ketika aku bertanya ?,” Tanya Ji Eun.“Aku tidak mau lagi berbohong, sudah lama aku tidak menjadi informan mereka karena aku lelah melihatmu yang terus tersakiti,” Jawab wanita paruh baya di hadapannya.“Apa kau juga memberitahu mereka tentang penyakitku ?,” Tanya Ji Eun.Wanita itu menggeleng.Dibanding Ji Eun, Jae Hee yang berada di sebelahnya sudah tak sanggup berkata – kata. Ia merasa sangat kecewa.“Ahjumma,” Akhirnya Jae Hee angkat bicara.“Lanjutkan, kau baru saja mengakui kalau yang membunuh Yoona bukan Tuan Lee. Lalu apa saja yang terjadi ?, bagaimana Yoona terbunuh ?,&