Share

Berbagi Tugas

Penulis: Kebo Rawis
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-23 03:13:21

MELIHAT Kridapala kebingungan, Sukarta kembali perdengarkan tawa. Lelaki bertubuh gempal itu lantas berdiri, sembari enak saja melemparkan jambu air yang tinggal setengah ke sembarang arah.

Sambil mulutnya terus bergerak mengunyah, Sukarta berjalan perlahan-lahan mendekati Triguna dan Kridapala. Lalu kepala gerombolan perampok Kebo Cemeng itu berhenti di hadapan kedua orang tersebut.

"Dyah Wedasri Kusumabuwana ..." Sukarta mengembangkan seringai tipis, sembari memandangi Triguna dan Kridapala berganti-ganti. "Aku jadi penasaran apa yang sudah raja kalian lakukan untuk mencari puteri kesayangannya itu."

"Gusti Prabu langsung memerintahkan Rakryan Tumenggung untuk memimpin pencarian. Dalam jangka waktu sepekan, Gusti Puteri sudah harus diketemukan atau leher Rakryan Tumenggung akan dipenggal," sahut Kridapala. Kabar itulah yang ia dengar sewaktu pertama kali tiba di Kotaraja kemarin malam.

Paras Sukarta dan Triguna seketika berubah, lalu keduanya saling pandang. Sembari menyeringai penu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Arya Tumanggala 2   Isyarat Triguna

    SEBENARNYA Kridapala merasa mengkal betul. Ia tidak keberatan jika harus mengadu kekuatan dengan Sukarta. Namun Triguna sudah terlebih dahulu menggiringnya keluar, meninggalkan Sukarta yang tengah melolot lebar dengan wajah merah padam.Tiba di teras menuju tangga, empat orang berpakaian hitam-hitam telah mengadang. Sikap mereka waspada, dengan sorot mata garang tertuju pada Kridapala. Genggaman tangan masing-masing sudah berada pada gagang golok yang tergantung di pinggang.Triguna menggoyangkan kepalanya pada keempat lelaki berpakaian hitam-hitam itu. Memberi isyarat bahwa tidak terjadi apa-apa dan mereka boleh pergi. "Jangan terbawa amarah, Ki Bekel. Ini urusan besar, tidak akan mungkin berjalan lancar kalau setiap yang terlibat di dalamnya mengumbar amarah dan kehendaknya sendiri-sendiri," ujar Triguna, membujuk Kridapala saat langkah-langkah kaki mereka berdua mulai menuruni anak tangga."Tapi aku sudah menyatakan diri ikut dengan kalian, Triguna!" balas Kridapala tak mau kalah.

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-23
  • Arya Tumanggala 2   Penyerbuan di Lembah

    TAK lama setelah Kridapala meninggalkan lembah di mana gerombolan Kebo Cemeng bersarang, sepasukan prajurit Panjalu ganti mendatangi tempat tersebut. Kedatangan mereka dipimpin langsung oleh Rakryan Rangga. Tentu saja Rakryan Rangga tak sendiri. Wakil panglima Kerajaan Panjalu itu membawa serta seorang senopati, dua orang bekel, ditambah dua lurah prajurit sebagai pemimpin pasukan. Kekuatan pasukan itu sendiri sebanyak 30 prajurit magalah dan 20 prajurit pemanah. Satu jumlah yang sebetulnya terlalu banyak kalau hanya untuk menggerebek gerombolan perampok. Namun ini menunjukkan betapa pentingnya penyerbuan tersebut. "Gusti Rangga, lihat orang-orang itu!" seru Senopati Arya Mandura, perwira menengah yang turut memimpin pasukan tersebut. "Mereka berpakaian sama seperti gerombolan penculik Gusti Puteri!" Rakryan Rangga mengertakkan rahang. Sepasang matanya menatap marah pada empat lelaki berpakaian hitam-hitam di depan sana. Begitu tiba di dasar lembah tadi, pandangan mata Arya Mandur

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-23
  • Arya Tumanggala 2   Amarah Sukarta

    LELAKI berpakaian serba hitam yang kabur dari kalangan pertempuran itulah yang mendatangi Sukarta. Ia harus menahan rasa sakit akibat beberapa luka tusukan tombak demi melaporkan keadaan.Paras Sukarta seketika menjadi tegang mendengar ucapan anak buahnya. Terjawab sudah perasaan tidak enak yang tadi mendadak menjalari dirinya. Ternyata ada marabahaya yang mendatangi mereka.Sementara Triguna, entah mengapa bekas prajurit Panjalu itu langsung terpikir pada Kridapala. Ia jadi bertanya-tanya sendiri, apakah bekel tersebut benar-benar sejenis ular berkepala dua?"Sudah aku duga, bekel keparat itu memang mata-mata!" ujar Sukarta kemudian dengan geram. Tatapannya yang nyalang tertuju pada Triguna."T-tidak, tidak mungkin," sergah Triguna dengan raut muka tak pecaya. "Aku tidak yakin Bekel Kridapala mengkhianatiku, mengkhianati kita. Dia justru sangat bersemangat mendukung rencana kita.""Pertemanan di masa lalu telah membutakan penilaianmu, Triguna!" balas Sukarta dengan sengit. "Jelas-jel

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-24
  • Arya Tumanggala 2   Pertempuran di Sarang Perampok

    PERTEMPURAN meletus tanpa dapat dihindari. Para prajurit Panjalu mengejar sosok-sosok berpakaian serba hitam yang juga berlarian menyongsong mereka.Debu tebal membumbung ke udara akibat puluhan kaki yang bergerak secara bersamaan. Ketika mata tombak para prajurit Panjalu bertemu dengan golok anggota gerombolan Kebo Cemeng, suara berdentrangan terdengar ramai.Trang! Trang! Trang!Hiruk pikuk terdengar di sana-sini. Pertarungan yang rata-rata satu lawan dua menyebar ke mana-mana tempat. Ada yang di teras rumah panggung, di anak tangga, serta yang paling banyak berlangsung di halaman.Dua lurah prajurit turut bergabung dalam pertempuran. Mereka berkeliling, membantu prajurit-prajurit yang tengah dalam keadaan terdesak. Beberapa lawan berhasil dirobohkan ke tanah oleh keduanya.Begitu tahu Triguna memiliki kepandaian di atas rata-rata, kedua bekel lantas menyerbu bekas prajurit Panjalu tersebut. Sesaat mereka tercekat saat melihat luka panjang yang melintang di dada dan perut calon lawa

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-24
  • Arya Tumanggala 2   Triguna Merat

    KARENA tak sempat menghindar dan juga tak mungkin lagi menghindar, Triguna hanya terpikir satu cara nekat menghadapi serangan lawan. Ia malah maju, menyongsong datangnya tusukan pedang.Dengan cepat Triguna bergerak sedemikian rupa, sehingga tusukan pedang menelusup masuk ke dalam ketiak kirinya. Tajamnya mata pedang menggores kulit lelaki itu, tetapi ia tak ambil peduli.Lurah prajurit yang menyerang mulanya girang karena mengira serangannya masuk. Namun saat tahu genggaman tangannya kini berada di pangkal ketiak lawan, tahulah ia di mana pedangnya berada."Bedebah!" maki sang lurah prajurit yang seketika menjadi panik. Ia sudah tahu apa yang akan terjadi berikutnya.Tidak salah lagi. Ketika melihat lawan kini hanya berjarak sekitar satu hasta darinya, tangan Triguna yang memegang golok cepat mengayun. Suara berkelebatnya senjata itu terdengar menggidikkan.Sriiing!Lurah prajurit yang diserang membelalak kaget. Ia segera menarik tangannya dari kempitan ketiak lawan, tetapi gagal. Pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-24
  • Arya Tumanggala 2   Titah Rakryan Tumenggung

    SELEPAS tengah hari, Rakryan Rangga membawa pasukannya meninggalkan Lembah Paria. Iring-iringan tersebut kembali ke Daha dengan membawa dua gerobak yang ditempatkan di tengah-tengah. Satu gerobak berisi jasad sebelas prajurit yang gugur dalam penyerbuan tadi. Kesemuanya akan ditunjukkan pada keluarga masing-masing sebelum diperabukan secara kehormatan oleh Kerajaan. Sementara gerobak kedua berisi Sukarta bersama empat anggota gerombolan Kebo Cemeng. Tangan dan kaki mereka diikat kencang, lalu tiap-tiap ikatan tersebut disambung-sambung menjadi satu. Lebih dari sepenanakan nasi berselang iring-iringan tersebut memasuki Kotaraja. Kedatangan mereka tentu saja menjadi pusat perhatian warga kota, terutama saat melintasi kawasan pasar gedhe. "Kirim utusan untuk memberi kabar pada Gusti Tumenggung," ujar Rakryan Rangga saat pandangan matanya menatap gapura besar Kotaraja di kejauhan. "Sendika dawuh, Gusti," sahut Arya Mandura cepat, lalu meneruskan pesan tersebut pada salah satu bekel di

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-24
  • Arya Tumanggala 2   Siasat Kridapala

    SEMENTARA di Lembah Paria terjadi pertempuran sengit yang membuat sebagian besar anggota komplotan Kebo Cemeng tewas, Kridapala yang baru saja meninggalkan tempat tersebut langsung memacu kudanya kencang-kencang menuju Gunung Pawinihan.Kridapala menghindari Kotaraja, sehingga memilih jalan sedikit memutar ke utara. Jauh sebelum Rakryan Rangga dan pasukannya kembali ke Dahanapura, Kridapala sudah menyeberangi Bengawan Sigarada yang terletak di sisi barat Kotaraja.Ketika matahari mulai condong ke barat, bekel itu sampai di Lusem. Tempat yang merupakan 'pintu gerbang' menuju Gunung Pawinihan tersebut tampak lengang.Di Lusem terdapat sebatang pohon beringin besar, tumbuh tak jauh dari persimpangan jalan. Pohon itu berusia ratusan tahun, oleh karenanya batangnya sangat tinggi dan daunnya sangat lebat.Kridapala memperlambat laju kudanya dan menuju ke pohon tersebut."Mereka seharusnya sudah tiba di sana," gumam bekel tersebut, sembari menatap tajam ke arah pohon beringin tersebut. "Tapi

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-24
  • Arya Tumanggala 2   Kejutan Berdarah

    MESKI sebetulnya merasa lelah luar biasa, Kridapala masih menyimpan sisa-sisa tenaga untuk menuju tempat yang tadi pagi ia sebutkan pada bawahannya. Tambahan lagi kini ada satu muslihat yang harus ia tuntaskan, demi menyempurnakan rencana lamanya. Sekitar sepeminuman teh kemudian, terdengar suara gemuruh air yang begitu keras memekakkan telinga. Kridapala mengembangkan senyum. Ini berarti mereka sudah dekat dengan tujuan. "Jadi, begini rencanaku," ujar Kridapala tiba-tiba, sembari menghentikan langkah. Sudawarman dan Sepasang Rase Merah ikut berhenti pula, lalu memandang Kridapala dengan tatapan penuh tanda tanya. Mereka sudah tidak sabar ingin mendengarkan apa rencana bekel itu. "Sudawarman, apa kau tahu bagaimana rasanya menjadi seorang lurah prajurit?" tanya Kridapala kemudian, sambil memusatkan pandangan pada Sudawarman. "M-maksud Ki Bekel?" Sudawarman malah balik bertanya. Keningnya berkerut dalam, pertanda merasa terheran-heran. Kridapala terkekeh melihat raut wajah Sudawar

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-24

Bab terbaru

  • Arya Tumanggala 2   Kata Penutup

    Akhirnya, setelah sempat terbengkalai selama lebih dari satu warsa, seri kedua dari kisah Arya Tumanggala ini rampung juga. Ada perasaan lega, tetapi juga sedikit tidak puas di dalam diri saya. Lega karena dengan ini saya tidak lagi menggantung pembaca dengan kisah yang tak kunjung tuntas. Juga sangat lega karena saya dapat menunaikan janji kepada editor, baik yang dulu maupun yang sekarang. Sedangkan rasa tidak puas muncul karena saya sadar sepenuhnya jalan cerita ini agak meleset dari rencana awal. Harap maklum, lebih dari sewarsa cerita ini terlantar karena satu dan lain alasan. Karena itu, saya mohon kerelaan para pembaca sekalian untuk memaklumi serta memaafkan rupa-rupa kekurangan yang mungkin berceceran dalam cerita ini. Tak ada gading yang tak retak, apatah lagi karya saya yang amat sangat sederhana ini. Dengan segala kerendahan hati, saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pembaca yang telah mengikuti Arya Tumanggala 2 sampai tamat. Sampai jumpa di cerita selanjut

  • Arya Tumanggala 2   Rindu Citrakara

    "INI sudah hari keberapa sejak kakangmu itu tahu-tahu kembali kemari, tapi langsung pergi lagi?"Sambil mengajukan tanya, wanita berusia kisaran enam puluhan tahun itu menjejalkan sebatang kayu bakar ke dalam tungku. Api meredup sejenak, tetapi segera membesar lagi usai ditiup oleh si wanita tua."Seingatku baru dua hari, Bi," jawab perempuan muda yang diajak bicara. Di tangannya terpegang sebuah kipas bambu yang sesekali diipit-ipitkan ke tungku.Wanita tua yang dipanggil bibi tersenyum penuh arti. "Baru ditinggal pergi dua hari saja kau sudah sekusut ini. Sudah terlalu berat menanggung rindu agaknya....""Bibi!" tukas si perempuan muda, lalu mencebikkan bibir dengan raut muka kesal. "Aku hanya mencemaskan Kakang Tumanggala. Siapapun yang berani menculik puteri raja, pastilah bukan orang sembarangan. Aku khawatir....""Dan kakangmu itu juga bukan orang sembarangan, Citra," sergah si wanita tua pula. "Kau tak perlu terlalu mencemaskan dirinya. Dia pasti bisa menjaga diri, percayalah."

  • Arya Tumanggala 2   Kembali ke Daha

    ARAK-ARAKAN pasukan tersebut memasuki Dahanapura jelang dini hari. Paling depan sebagai pemimpin adalah Rakryan Mantri Tumenggung. Di sebelahnya ada Senopati Arya Mandura bersama dua bekel.Lebih di belakang lagi, terdapat sepasukan kecil berkekuatan 20 prajurit magalah. Mereka dipimpin oleh seorang bekel dan dibantu seorang lurah prajurit.Tepat di belakang pasukan kecil itu terdapat kereta kencana yang dikawal ketat sepuluh prajurit magalah di kanan-kiri. Di dalamnya, Dyah Wedasri Kusumabuwana dan simbok emban tengah tertidur pulas.Lalu di belakang kereta kencana ada dua gerobak kayu yang terlihat dibuat secara dadakan. Gerobak pertama berisi seorang lelaki dalam keadaan luka-luka, yang tak lain adalah Senopati Arya Lembana. Sedangkan gerobak kedua dijejali pendekar-pendekar bayaran komplotan Kridapala yang dikalahkan oleh Arya Mandura.Tumanggala yang tadi diminta ikut masuk ke dalam kereta oleh Dyah Wedasri, mau tak mau menurut saja. Beruntung baginya sang puteri sudah terlelap s

  • Arya Tumanggala 2   Kejutan Dyah Wedasri

    USAI menerima laporan bahwa keadaan Dyah Wedasri baik-baik saja, Rakryan Tumenggung langsung mengambil beberapa tindakan. Pertama-tama, kepada semuanya sang panglima berkata ingin membawa junjungan mereka ke istana malam ini juga."Paling lambat pagi-pagi sekali besok, Gusti Puteri sudah harus tiba di istana," ujar Rakryan Tumenggung, yang langsung dipatuhi oleh seluruh pasukannya.Setelah tandu disiapkan, Dyah Wedasri dipersilakan naik untuk dibawa meninggalkan kawasan tepi jurang. Mereka kembali ke sungai, sebelum kembali ke dekat air terjun dan bergabung dengan Senopati Arya Mandura bersama anggota pasukan lainnya.Di sungai, rombongan dipecah dua. Yang pertama membawa Dyah Wedasri melalui jalur sungai, sedangkan yang kedua kembali ke kawasan air terjun lewat jalur darat.Dyah Wedasri dibawa dengan sampan bersama Rakryan Tumenggung, seorang bekel, serta dua prajurit sebagai pendayung. Sedangkan para pengawal menaiki rakit batang pisang buatan Tumanggala.Tumanggala sendiri turut me

  • Arya Tumanggala 2   Rahasia Petapa Tua

    "ORANG tua, kau ini siapa? Bagaimana kau bisa mengetahui nama kecilku?" tanya salah satu pengeroyok Tumanggala, seketika mengalihkan perhatian pada si lelaki tua yang tadi berseru.Yang ditanyai tertawa mengekeh, sembari pandangan lelaki berpakaian perwira tinggi kerajaan di hadapannya. Menilik pada kemewahan serta kelengkapan seragam orang tersebut, petapa tua itu mudah saja mengenali jika yang tengah dihadapi adalah seorang berpangkat tinggi.Sementara Tumanggala untuk kesekian kalinya dibuat kaget. Setelah berhenti bertarung, ia jadi punya kesempatan mengamat-amati wajah dua pengeroyoknya. Parasnya seketika berubah."G-Gusti Tumenggung?" seru Tumanggala tanpa sadar.Perwira tersebut memang Rakryan Mantri Tumenggung. Ia dan rombongannya jadi yang terdepan dalam mengejar arah suara Dyah Wedasri. Sayang, kedatangannya di tempat ini disuguhi pemandangan yang membuatnya berburuk sangka.Rakryan Tumenggung berbalik badan dan memandangi Tumanggala. Seolah baru menyadari siapa yang tadi ia

  • Arya Tumanggala 2   Penolong Tak Terduga

    "ASTAGA! Bagaimana bisa begini?"Tumanggala benar-benar terkejut ketika kemudian tahu siapa sosok yang baru muncul dari dasar jurang. Ia memang belum melihat wajah orang tersebut, tetapi suara yang baru saja terdengar sudah tidak asing lagi baginya.Maka Tumanggala buru-buru bangkit dan berdiri, meski dengan wajah mengernyit menahan perih. Bertepatan dengan saat itu sosok tadi mendaratkan kakinya di permukaan cadas batu di tepi jurang.Kerutan di kening Tumanggala bertambah dalam manakala menyadari sosok tersebut tidak sendiri. Di pundak kanannya ada sesosok tubuh gadis, tampak diam saja dalam panggulan."G-Guru?" ujar Tumanggala setengah tak percaya. "Gusti Puteri? Bagaimana bisa?""Bagaimana bisa, bagaimana bisa?" sembur sosok yang baru muncul, tak lain tak bukan memang si petapa dari Teluk Secang, guru Tumanggala."Tumang, Tumang ... kau seharusnya mengucapkan terima kasih padaku, bukannya malah terlihat bingung dan heran seperti kambing congek begitu!" tambah si lelaki tua. Meski

  • Arya Tumanggala 2   Kejutan Terbesar

    "APA maksudmu, Keparat?" tanya Tumanggala setengah menggeram. "Apa yang telah kau perbuat pada ayah kandungku?" Genggaman Tumanggala kian erat memegangi pergelangan tangan Kridapala. Ia tak sudi melepas mantan atasannya itu sebelum mendapatkan kejelasan mengenai kedua orang tuanya. Dari apa yang diucapkan Kridapala kepadanya sejak di atas sampan tadi, Tumanggala langsung menduga kuat jika Kridapala mengenal baik ayah-ibu kandungnya. Bahkan bisa jadi mantan bekel tersebut tahu banyak apa yang menimpa dua orang tersebut. Kridapala sendiri menyeringai susah payah sebagai tanggapan. Setengah menahan sakit, setengahnya lagi sengaja mengejek Tumanggala yang tampak kian penasaran terhadap apa yang sudah ia sampaikan. "Ayahmu seorang terhormat, Tumanggala, seorang besar yang disegani semua kalangan di kerajaan ini," jawab Kridapala kemudian, meski dengan napas terengah-engah. "Andai saja nasib malang tidak menimpanya, aku pastikan masa kecilmu sangat bahagia. Kau tumbuh di puri indah lagi

  • Arya Tumanggala 2   Tumanggala Unggul

    SAMBIL terbungkuk-bungkuk menahan sesak di dada, hati Tumanggala seketika berdesir. Dari sini saja ia langsung tahu jika Kridapala sesungguhnya memiliki kemampuan tenaga dalam lebih tinggi.Wajar sebetulnya, sebab seorang bekel kerajaan memang haruslah menguasai setidaknya tenaga dalam tingkat menengah. Tumanggala yang belum lama naik jabatan jadi wira tamtama, serta selalu melarikan diri dari gurunya, masih belum terlalu mendalami kepandaian tersebut."Aku harus mencari akal," gumam Tumanggala kemudian.Ia paham benar, dirinya tidak boleh sering-sering beradu tenaga dalam dengan Kridapala. Jika tidak, lambat laun luka dalam yang baru saja ia derita bakal semakin parah. Bahkan dapat mengancam nyawa!Di kejauhan, Kridapala tampak berdiri tenang-tenang. Sekilas pandang sepertinya lelaki tersebut tidak merasakan apa-apa. Beradunya pukulan tenaga dalam tadi seolah tidak menimbulkan akibat buruk sedikit pun padanya.Namun itu hanyalah akal-akalan Kridapala. Ia tak sudi terlihat lebih lemah

  • Arya Tumanggala 2   Dendam di Atas Dendam

    "BAJINGAN kau, Tumanggala!" Triguna meraung setinggi langit. Diikuti mendesis-desis tak karuan.Tadi, ketika melihat pertahanan Triguna terbuka, Tumanggala langsung memanfaatkan kesempatan bagus tersebut. Ia entakkan sebelah kaki sekuat tenaga, mengirim tendangan bertenaga dalam tinggi ke dada lawan.Karena gerakannya semakin lamban, Triguna tak kuasa bergerak menghindar. Lelaki itu hanya bisa coba menangkis dengan kedua tangan, tetapi tendangan Tumanggala terlalu deras baginya.Dadanya memang terhindar dari terjangan, tetapi tapak kaki Tumanggala tanpa ampun menghajar kedua tangan Triguna. Suara berderak tadi adalah pertanda jika sepasang tangan lelaki tersebut mengalami patah tulang.Di tempatnya, Kridapala bergidik menyaksikan keadaan Triguna. Sudahlah pangkal bahunya bergeser, kini kedua tangan pun terkulai lemah karena mengalami patah tulang."Menyerahlah, Triguna. Tabib istana pasti mampu menyembuhkan luka-lukamu," ujar Tumanggala yang juga tampak mengernyit ngeri. Bagaimanapun

DMCA.com Protection Status