Share

77. Penyesalan

Jenar menatap nyalang patih yang juga sepupunya itu. Perempuan itu masih yakin bahwa punggawanya masih banyak yang setia. Meski pengawalnya sekali pun sudah menjadi antek-antek Danapati. Wajar saja, keenam pengawalnya yang kini tersisa lima adalah pilihan Danapati. Bahkan cucu Prabu Anarawan itu yang mengetuainya sendiri.

“Tak ada lagi yang berpihak padamu, Jenar. Sadar lah! Tanpa Tuan Sanggageni, Ki Bayanaka dan suamimu itu, kau hanya lah perempuan biasa. Kau hanya simbol! Boneka!” tandas Danapati tepat di depan wajah Raja Astagina itu.

Sebuah hantaman kembali menyasar ulu hati Danapati. Lelaki itu tersungkur memegangi perutnya. Pitaka hendak membantu, namun hardikan Jenar dengan tatapan mata sudah cukup untuk membuatnya mundur. Jika Danapati tak berdaya, maka keberadaannya bersama empat orang pengawal itu dalam posisi yang gamang.

“P-Pitaka, bawa dia! Cepat!” titah Danapati tersengal-sengal.

“Kau berani, Pitaka? Kalian? Begini balasan kalian padaku? Jika tak menjadi pengawalku, kali
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status