Hingga kemudian Bianca mengalungkan tangannya di leher Arhur. Arthur tersentak dengan Bianca yang memeluknya. Dengan cepat Arthur balik memeluk Bianca dan menarik Bianca ke pangkuannya.Perlahan tangis Bianca mulai berhenti di dalam pelukan Arthur."Aku mencintai mu Arthur." ucap Bianca dengan suara lemah, kini Bianca berada di pelukan Arthur."Aku lebih mencintai mu Bianca, aku berjanji tidak akan pernah melukai mu." ucap Arthur serak, ia terus memeluk Bianca dengan erat. Ia mencium aroma tubuh istrinya yang sudah lama ia rindukan.Bianca semakin memperat pelukannya. Bohong jika dia tidak merindukan pria ini. Bianca sangat merindukan suaminya. Merindukan pelukan yang selalu membuatnya nyaman. "Aku merindukan mu, merindukan diri mu yang berada di pelukan ku. Aku sangat merindukan mu Bianca." bisik Arthur, kemudian ia terus mengecupi leher Bianca. "Jika suatu saat kau menutupi sesuatu dari ku, maka aku akan benar-benar meninggalkan mu." ucap Bianca, lalu Arthur menarik dagu Bianca me
Pagi hari Arthur sudah lebih dulu bangun dari tidurnya. Ia melihat istrinya masih tertidur dengan pulas. Sungguh tadi malam, sangat menyiksa Arthur. Ia harus menahan keinginan untuk bercinta dengan istrinya yang cantik. Sebelumnya dokter mengatakan kandungan Bianca sangat lemah. Selama dua bulan kedepan Arthur harus menahan diri. Ia juga tidak ingin melukai anak dan istrinya. Arthur masih menatap Bianca yang masih tertidur pulas, ia merapihkan rambut Bianca yang menutupi wajah cantik Bianca. Ia mengelus dengan lembut pipi istrinya yang mulai terlihat berisi dari sebelumnya. Bulu mata yang lentik, kulit yang putih, hidung yang mancung dan bibir ranum Bianca memang semuanya sangat indah di mata Arthur. Hal yang paling Arthur sukai adalah rambut coklat Bianca yang tergerai dengan indah. Selama ini Arthur selalu berkencan dengan gadis berambut pirang. "Kau sangat cantik," gumam Arthur yang masih terus mengelus dengan lembut pipi Bianca. Kemudian ia mencium mata, hidung dan bibir Bianca.
Kini Bianca dan Arthur sudah berada di dalam mobil. Sesuai permintaan Bianca, ia ingin pergi berjalan-jalan. Dan tujuannya kali ini adalah ke Puhoi. Puhoi adalah salah satu tempat menarik di Auckland. Puhoi merupakan kota kecil yang mempunyai pemandangan yang cantik dan menakjubkan. Kawasan ini, terinpirasi dari sungai Puhoi yang melintas di daerah ini. Dimana, jika di artikan artinya adalah melambat, sesuai dengan arusnya yang sedikit lambat. "Bianca, kau serius ingin ke Puhoi?" tanya Arhur. "Ya, pemandangan disana sangat indah. Aku ingin kesana." ucap Bianca. "Baiklah, tapi jangan terlalu lama. Angin di luar tidak bagus untuk mu. Kau sedang hamil." tukas Arthur dan Bianca mengangguk paham. Tidak lama kemudian mobil mereka telah di tiba di Puhoi. Pemandangan disini sangat indah dan menarik. Itulah yang membuat Bianca ingin kesini. "Arthur kita foto disana, sepertinya bagus." ucap Bianca, lalu ia mengambil ponselnya dan memotret dirinya bersama dengan Arthur. Kemudian mereka dudu
"Ada Apa Alvin?" tanya Arthur yang kini berada di lobby hotel. "Begini tuan, tuan memiliki undangan dari Nona Irina Zotova mengundang tuan untuk datang ke Moscow, Russia. Mereka menawarkan kerja sama yang sangat menguntungkan. Tapi beliau ingin tuan yang datang, dia pun mengatakan pada saya jika tidak keberatan tuan bisa membawa nyonya," ujar Alvin. "Bagaimana aku bisa membawa istri ku? kau tahu dia kandungannya lemah. Sampaikan permohonan maaf ku, kali ini aku tidak bisa menemuinya." tukas Arthur. Ia tidak berani mengambil resiko. Bagaimana pun kandungan istrinya sangat lemah. Jarak New Zealand ke Moscow sangat jauh. "Tuan, menurut saya ini sangat baik. Jika tuan mendapatkan undangan dari Nona Irina. Untuk nyonya, tuan bisa membawa dokter di perjalanan kita tuan. Saya yakin, nyonya pasti akan baik-baiak saja tuan." ujar Alvin. "Kenapa dia harus mengundang ku sekarang? apa dia tidak bisa menundanya sampai aku kembali ke New York?" tanya Arthur dengan kesal. "Minggu depan juga pe
Mobil Caroline sudah tiba di perusahaan milik Steven. Hari ini adalah hari libur Caroline. Ia tidak memiliki jadwal pemotretan. Caroline turun dari mobil sambil menggenggam tangan mungil Annabeth. Putri cantiknya sejak tadi malam memintanya untuk menemui Steven. Caroline memiliki akses menggunakan lift pribadi milik Steven. Sebelumnya Steven sudah memberiksan akses pada Caroline untuk menggunakan lift pribadi. Kini Caroline dan Annabeth berjalan masuk ke dalam perusahaan. Lalu mereka masuk ke dalam lift. TingPintu lift terbukaCaroline dan Annabeth berjalan menuju ruang kerja Steven, langkahnya terhenti saat ada pria yang menghampirinya."Selamat pagi Nona Caroline," sapa Dennis assistant Steven. "Pagi, apakah Steven hari ini sibuk?" tanya Caroline. "Tidak nona, tuan sedang berada di ruang kerjanya."jawab Dennis dengan sopan. "Baiklah, kalau begitu aku akan masuk." kata Caroline dan Dennis mengangguk. Caroline melanjutkan lagi langkahnya, menuju ruang kerja Steven.Ceklek"Stev
Tasya duduk di sofa kamarnya sambil berkutat dengan laptopnya. Ia melihat beberapa hasil fotonya sebelum dia ke Auckland. Ia juga melihat foto pernikahan mantan kekasihnya yang berselingkuh. Tanpa sadar air matanya kembali menetes membasahi pipinya. Dengan cepat, Tasya langsung menghapus air matanya. Tidak lama kemudian, terdengar bell pintu kamarnya. Ia bangun dari tempat duduk dan melangkah menuju ke pintu kamar. Ceklek"Alvin?" Tasya mengerutkan dahinya melihat Alvin berada di depan kamarnya. "Nona, bisakah saya masuk? ada hal yang harus saya sampaikan," kata Alvin. "Ya, silahkan masuk." ucap Tasya, kemudian Alvin berjalan masuk ke dalam kamar Tasya. Lalu Alvin duduk tepat di samping Tasya. "Alvin, kau bisa memanggil ku dengan nama ku saja. Tanpa sebutan nona." kata Tasya. Ia tidak suka jika di panggil nona."Tidak bisa nona, kali ini saya kesini untuk membahas pekerjaan. Jadi saya harus memanggil anda dengan sebutan nona," ujar Alvin."Pekerjaan? maksud mu?" tanya Tasya, ia t
Bianca tengah berias, hari ini ia akan pergi ke salah satu pusat perbelanjaan. Ia ingin berbelanja sesuatu, sebelum meninggalkan Auckland. Bianca memilih memakai mini dress berwarna tosca lengan pendek. Warna yang sangat kontras di kulit putih dan halus miliknya. Ia membiarkan rambut berwarna coklatnya tergerai dengan indah. Ia juga memoles wajahnya dengan make up tipis. Biaca memang tidak menyukai make up yang terlalu tebal. Arthur keluar dari kamar mandi dan masih memakai bathdrobe. Arthur melihat istri cantiknya tengah berias. Lalu ia melangkah mendekat ke arah Bianca. Dan memeluk Bianca dari belakang. "Kau sangat cantik" bisik Arthur, ia mengecupi tengkuk leher putih mulus istrinya. Bianca tersenyum, ia pun membalas pelukan Arthur. "Kau selalu menggoda ku Mr. Afford." kata Bianca. "Kau jauh lebih menggoda ku Mrs. Afford." bisik Arthur serak. ia terus mengecup leher putih mulus Bianca. "Aku harus berangkat sekarang Arthur. Jika aku terlambat berangkat, aku akan pulang terlamba
Waktu menjelang pukul delapan malam, Bianca baru saja tiba di hotel. Setelah puas berbelanja dengan Tasya, ia langsung berendam, tubuhnya terasa sangat lelah. Aroma madu di campur dengan milk sangat merilekskan tubuhnya. Tiga puluh menit kemudian, Bianca sudah selesai berendam, Ia juga sudah mengganti bajunya dengan dress tidur berwarna maroon tanpa lengan. Dress yang membuatnya sangat nyaman. Bianca berjalan ke arah ranjang. Ia melihat Arthur tengah berkutat pada ipadnya. Lalu Bianca duduk di ranjang, dengan punggung yang bersandar di kepala ranjang. Tepat di samping Arthur yang tengah fokus pada ipadnya. "Arthur, kau banyak pekerjaan?" tanya Bianca sambil menatap Arthur yang masih fokus pada ipad miliknya. Arthur menoleh, "Tidak, aku hanya membalas email dari Irina Zotova. Dia memastikan apa aku akan datang ke Moscow atau tidak." jawab Arthur. "Sepertinya kau dekat dengan Irina Zotova. Biasanya kau jarang email dengan rekan bisnis mu. Mereka juga biasanya meminta asisstant mere
Justin turun dari mobil, dia mengancingkan jasnya masuk ke dalam perusahaan ayahnya. Hari ini, Justin menggantikan posisi Arthur. Ya, di usianya yang ke dua puluh delapan tahun, Arthur meminta Justin mengambil alih perusahannya. Tidak hanya Afford Company, tapi perusahaan perfilman milik Lucero Company berada dalam kendali Justin. Sang adik Nathan juga memiliki posisi yang tak kalah penting dengan Justin. Nathan memegang kendali perusahaan Afford Company dalam bidang property dan majalah. Untuk Lucero Company, Drake khusus meminta Nathan menangani perusahaan teknologinya. Sebelumnya Justin menetap di Barcelona selama dua tahun, untuk memperlajari Lucero Company. Namun, sekarang Justin memilih untuk menetap di New York. Karena bagaimanapun dia memiliki tanggung jawab perusahaan ayahnya.Joseph dan Hazel, adik kembar Justin yang kini berusia dua puluh tahun, mereka tengah menyelesaikan master degree di Oxford University. Diusia yang masih sangat muda, Joseph dan Hazel berhasil menyeles
Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Bianca meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi kembarnya. Persalinan berjalan dengan lancar, anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. Arthur selalu mencium Bianca selama proses persalinan. Kebahagian Bianca dan Arthur begitu lengkap ketika mengetahui anak kembar mereka sepasang laki-laki dan perempuan. Kali ini, keinginan Arthur sudah terwurjud, memiliki anak perempuan."Nyonya Bianca, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungil itu dalam gendongan Bianca. Semua tim medis kini sudah membersihkan alat medis di dalam ruang operasi. Mereka semua kemudian pergi setelah melakukan pemeriksaan terhadap Bianca dan bayi kembarnya.Arthur meminta perawat untuk segera memindahkan Bianca di ruang rawat VVIP. Setelah proses IMD, tidak lama kemudian Bianca di pindahkan di ruang rawat VVIP sesuai permintaan Arthur.Kini seluruh keluarga Arthur dan keluarga Bianca masuk ke dalam ruang rawat Bianca. N
"Arthur, kau ingat, kan hari ini kita harus ke rumah orang tuaku?" kata Bianca mengingatkan suaminya itu. Sejak tadi, dia melihat Arthur yang tengah fokus pada iPad di tangannya. "Iya sayang, aku ingat. Sebentar ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Arthur. Tatapannya teteap menatap layar iPad. Bianca mendengus. Dia melangkah mendekat ke arah Arthur, dan duduk di samping suaminya itu. "Tadi pagi justin sudah menghubungiku, putramu itu terus mengingatkan kita untuk tidak terlambat."Kemarin, Justin dan Nathan sudah lebih dulu dijemput oleh assistant Drake. Tentu Bianca sudah tidak lagi terkejut, karena kedua putranya itu sangat dekat pada kakek mereka. Terlebih Drake selalu memanjakan Justin dan Nathan. Bahkan Drake telah membangun sebuah perusahaan untuk Justin dan Nathan.Arthur meletakan iPadnya ke atas meja, lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Bianca. "Kau tidak apa-apa keluar sekarang? Minggu depan kau sudah melahirkan, aku hanya takut terjadi sesuatu padamu, say
Suara keributan terdengar membuat Tasya yang tengah tertidur pulas, langsung terbangun. Tasya berlari keluar kamar menuju suara keributan itu."Astaga Alfred...Aldrich... Kenapa kalian berdua bertengkar?" Tasya mendekat ke arah dua putranya yang ribut. "Mommy, look. Ka Aldrich merusak robotku!" tunjuk Alfred pada robotnya yang telah rusak. "Aldrich, kenapa kau merusah robot Alfred?" Tasya menundukan kepalanya, dia mengelus lembut pipi gemuk Aldrich. "Aku tidak sengaja, Mommy.." ucap Aldrich dengan penuh penyesalan. Tasya mendesah pelan. Ini bukan pertama kali mainan Aldrich atau Alfred rusak. Hal yang membuat Tasya sakit kepala, adalah harga mainan milik Aldrich dan Alfred. Bagaimana tidak? Altov memberlikan mainan pada anak kembar mereka, denga harga yang fantastis. Seluruh mainan milik Alfred dan Aldrich adalah mainan termahal. Harga ratusan ribu dollar hingga jutaan dollar. Bahkan rasanya Tasya sulit bernapas setiap kali Altov memberikan anak kembarnya itu mainan dengan harga f
Viola mematut cermin. Dia melihat seluruh tubuhnya, memastikan tubuhnya sudah kembali seperti dulu. Ya, kehamilan pertama Viola, membuatnya mengalami kenaikan berat badan cukup parah. Bahkan Viola, tidak mau keluar rumah karena malu dengan bentuk tubuhnya. Meski Richo, tidak pernah mengeluh sedikitpun, Richo juga selalu mengatakan Viola sangat cantik. Tapi tetap saja, Viola tidak pernah percaya diri jika keluar rumah. Dengan Berolah raga dan melakukan rangkaian perawatan kecantikan, membuat bentuk tubuh Viola sudah kembali seperti dulu. Kini dirinya sudah percaya diri seperti sedia kala. "Mommy....." pekik Kylie melangkah mendekat ke arah Viola.Viola mengalihkan pandangannya, dia melihat putrinya mendekat ke arahnya. Namun, tatapan Viola melihat wajah muram putrinya itu. Dia langsung menundukan tubuhnya. "Hi sweetheat, kenapa wajahmu bersedih?" "Mommy, where is Ka Justin? I wanna meet Ka Justin.." Kylie mencebik, dia mengerutkan bibirnya. Viola tersenyum, dia mengelus pipi Kylie.
Suara teriakan Annabet begitu keras membuat Steven dan Caroline yang masih tertidur, langsung membuka mata mereka dan segera menghampiri suara teriakan Annabeth. Mereka beranjak dari tempat tidur, lalu berlari keluar kamar. "Sayang, kau kenapa berteriak sepagi ini?" Caroline melangkah, mendekat ke arah Annebth yang kini menangis. "Ada apa sayang? Kenapa kau menangis?" "Adam, menyembunyikan bonekaku!" tunjuk Annabeth pada adiknya. Tangisnya, sesegukan. Sedangkan Caroline langsung menatap putra bungsunya yang tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya. Adam Steven Evans, putra Caroline dan Steven yang berusia empat tahun ini begitu aktif. Tidak heran, melihat tingkahnya yang hampir setiap hari membuat Annabeth menangis. Caroline dan Steven, hampir setiap hari mendengar suara tangis Caroline. Alasannya? Tentu saja karena Adam selalu mengambil barang-barang kesukaan Ananbeth dan menyembunyikannya. Steven membuang napas kasar, dia mengusap kepala putranya. "Boy, Daddy sudah mengataka
Pantai Jimbaran - BALI, INDONESIABianca dan Arthur tengah duduk di sebuah restoran yang ada di Pantai Jimbaran. Mereka tengah menikmatin makanan khas bali. Terlihat Bianca begitu menyukai makanan khas bali. Tapi berbeda dengan Arthur. Suaminya itu tidak bisa makan masakan pedas. Bianca sering menertawakan Arthur, yang wajahnya langsung memerah ketika makan makanan pedas. "Sayang, jangan di makan. Itu semua cabai. Nanti terjadi sesuatu pada anak kita," ujar Arthur dengan tatapan dingin melihat istrinya melahap masakan khas bali."Ini sambal khas dari bali. Ikan bakarnya juga sangat enak. Aku sepertinya menyukai tinggal di sini," balas Bianca dengan antusias, "Jangan bicara yang tidak-tidak Bianca," jawab Arthur malas. "Aku tidak mungkin bisa tinggal di kota yang panas ini." Bianca mencebik kesal. "Apa kau tidak lihat? Sejak tadi Justin dan Nathan terus bermain di pantai. Itu artinya kedua putramu menyukai Bali." "Mereka memang sudah bermain. Tidak hanya di Bali, saat kita berlibur
Lima tahun kemudian... BALI - INDONESIABianca menatap kedua putranya yang tengah berlari menelusuri Pantai Nusa Dua. Setelah menunda liburan ke bali, akhinya Bianca dan Arthur bisa berlibur. Dengan kaki telanjang dan perut membuncit Bianca menelusuri pantai indah itu. Ya, kini, Bianca tengah mengandung anak ketiganya dengan Arthur. Di kehamilan kali ini, Bianca merasa senang karena bisa merasakan babbymoon. Karena sebelumnya ketika mengandung Justin dan Nathan, begitu banyak masalah yang menghampiri mereka. Hingga membuat Bianca mengurungkan niatnya untuk babbymoon. "Justin... Nathan.. Jangan berlari kencang, nanti kalian jatuh!" teriak Bianca keras ke arah Justin dan Natha yang tengah berlari sembari bermain pasir di pantai."Biarkan sayang." Arthur memeluk pinggang istriny. Menikmati Pantai Nusa Dua yang begitu indah. Bianca menghela napas dalam. "Arthur, setelah ini aku tidak ingin hamil lagi! Sudah cukup! Justin, Nathan dan sekarang bayi kembar kita. Jika terus hamil, kapan ak
Beberapa bulan kemudian..Richo duduk di kursi kebesaraannya, membaca dokumen kerja sama perusahaan miliknya dengan perusahaan keluarga milik Viola. Kini Richo memimpin perusahaan keluarga Viola. Karena sejak awal, Richo memang tidak memperbolehkan Viola terlalu lelah bekerja. Richo masih membiarkan Viola, jika istrinya itu masih datang ke perushaaan. Hanya saja, Richo tidak ingin Viola fokus pada perusahaan. Setelah menikah, Richo menginginkan Viola lebih banyak di rumah. Meski Richo tahu, sejak Viola hanya di rumah, istrinya lebih sering ikut arisan bersama Bianca, Tasya dan Caroline. Tidak hanya itu, Viola juga selalu berbelanja setiap harinya demi menghilangkan rasa bosan. Bagi Richo, kebahagaian Viola adalah prioritasnya. Richo akan melakukan apa pun yang membuat istrinya selalu bahagia. Tidak perduli, berapa banyak uang yang harus Richo keluarkan yang terpenting istrinya selalu bahagia.Saat Richo tengah membaca membaca dokumen di hadapanya, dia terkejut melihat Davin assistant